Anda di halaman 1dari 28

Kepada Yth,

Ketua Pengadilan Negeri Muara Bulian

Jl. Jenderal Sudirman km No.1, Rengas Condong, Muara Bulian

Kabupaten Batang Hari

Jambi

No. 67/SK/YLBHL/III/2016

Perihal : Replik

Dengan hormat,

Salam adil dan lestari,

Tujuan perkara ini kami gelar dalam mekanisme Gugatan Perwakilan Kelompok

(Class Action) tidaklah semata-mata mencari kemenangan tetapi juga ditujukan

untuk pendidikan hukum rakyat. Pendidikan rakyat ini kami lakukan dengan

melibatkan mereka dalam perkara ini; membantu mereka menginventarisasi

kerugian yang ada, membantu mereka melihat akar masalah, dan membantu

melihat dan menganalisa hukum beracara di peradilan. Maka patutlah dihargai

permintaan warga korban dampak kebakaran lahan di wilayah TERGUGAT yang

hadir di muka persidangan yang mulia ini. Patutlah dihargai kedatangan warga

yang harus menyisihkan sebagian upah hariannya yang teramat minim untuk hadir

di dalam persidangan ini. Tidak sedikit dari mereka yang harus mengorbankan jam

kerja dan hilangnya upah kerja dan hilangnya kerja demi terwujudnya keadilan bagi

rakyat kecil.

Majelis Hakim yang terhormat,

Kami memang pengacara dari klien kami. Tetapi merekalah sang empunya

perkara. Merekalah yang seharusnya didengarkan. Merekalah rakyat terpinggirkan

1 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


yang sering menjadi korban dari kebijakan-kebijakan dimana mereka kehilangan

hak-hak mereka untuk lingkungan yang sehat dan bersih.

Majelis hakim yang terhormat,

Kami yang duduk di sini hanyalah corong suara rakyat. Kami hanyalah corong dari

voice of voiceless, suara dari suara yang tak bisa bersuara. Suara dari suara yang

terpinggirkan. Maka sekali lagi, dengan penuh rasa hormat mohon Majelis Hakim

untuk mendengarkan suara dan keluh kesah warga yang terpinggirkan dan

menderita. Dengarkanlah suara kecil rakyat, Yang Mulia.

Majelis hakim yang terhormat dan saudara sekalian,

Untuk dan atas nama PARA PENGGUGAT, dengan ini mengajukan Replik tanggal

14 Maret 2016 sehubungan dengan Jawaban TERGUGAT sesuai dengan pasal

142 Reglemen Acara Perdata (Reglement of Rechtsverordering) Staatsblad 1847-

52 jo. 1849-63.

Bahwa segala sesuatu yang telah PARA PENGGUGAT kemukakan dalam

Gugatan, dijadikan dasar dan pertimbangan, serta merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dalam Replik/Tanggapan atas Jawaban TERGUGAT ini agar

tidak diulangi lagi, mohon dianggap telah diulang dan dimasukkan kembali di

bagian dalam Replik sebagai berikut dibawah ini :

I. DALAM EKSEPSI

A. TANGGAPAN DALAM EKSEPSI MENGENAI GUGATAN OBSCUUR LIBEL

Posita Gugatan Mendalilkan Kesengajaan dan Kelalaian dalam Satu

Gugatan

2 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


1. Dalam Jawabannya, Pihak TERGUGAT dalam butir 1.4 mendalilkan

bahwa penggabungan antara kesengajaan dan kelalaian dalam suatu

gugatan mengakibatkan gugatan kami kabur;

2. Bahwa menurut Munir Fuady dalam bukunya Perbuatan Melawan

Hukum (2002) menyatakan:

Ilmu hukum mengenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan

hukum, yaitu:

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur

kesengajaan maupun kelalaian)

c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian;

3. Bahwa dalil TERGUGAT yang memisahkan kelalaian atau kekuranghati-

hatian sebagai perbuatan yang terpisah dari Perbuatan Melawan Hukum

adalah sangat keliru, karena kelalaian dan kekuranghati-hatian

merupakan bagian dari unsur kesalahan dalam perbuatan melawan

hukum;

4. Bahwa penggabungan kesengajaan dan kelalaian dalam satu gugatan

tidaklah menyebabkan gugatan tersebut kabur karena kelalaian dan

kesengajaan merupakan bagian dari perbuatan melawan hukum;

5. Bahwa dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak ada

ketentuan yang membatasi penggabungan ke dua unsur tersebut

dalam satu gugatan;

6. Bahwa menurut M.A. Moegni Djojodirdjo S.H dalam bukunya yang

berjudul Perbuatan Melawan Hukum (1979), schuld (kesalahan) yang

terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata adalah kesalahan dalam arti

3 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


luas yang mana mencakup kelalaian dan kesengajaan kedua-duanya

karena memiliki akibat hukum yang sama, di mana si pelaku tetap

bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian atas kerugian

yang diderita oleh orang lain yang disebabkan oleh perbuatan melawan

hukum yang dilakukan karena kesalahan si pelaku;

7. Bahwa untuk menentukan apakah perbuatan yang dilakukan merupakan

unsur kesengajaan atau kelalaian sepenuhnya tergantung kepada

pembuktian yang diajukan oleh pihak pada pemeriksaan pokok perkara

dan hal tersebut merupakan pertimbangan Hakim untuk menentukan

apakah perbuatan tersebut dikategorikan sebagai kesengajaan atau

kelalaian dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan dan

fakta hukum yang terungkap di persidangan karena itu Eksepsi

TERGUGAT tersebut tidak beralasan hukum dan harus

dikesampingkan;

B. TANGGAPAN DALAM EKSEPSI DILATOIR

8. Dalam butir 2 jawabannya, TERGUGAT mendalilkan bahwa masyarakat

tidak melakukan pengawasan sosial karena tidak pernah sekalipun

memberikan saran, pendapat, usul, keberatan, maupun pengaduan

sehingga Gugatan yang dilakukan penggugat belum atau tidak

diperlukan;

9. Pihak TERGUGAT dalam hal ini tidak memperhatikan dengan cermat

uraian fakta dan peristiwa di dalam gugatan, karena telah jelas

diterangkan bahwa PARA PENGGUGAT ikut melakukan pengawasan

sosial dengan menyampaikan keberatan ataupun pengaduan yang

salah satunya berupa aksi demo terhadap TERGUGAT (Bukti P-56,

Bukti P-57, Bukti P-58);

4 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


10. Berdasarkan uraian di atas, maka dalil TERGUGAT yang menyatakan

bahwa tidak ada pengawasan sosial yang dilakukan PARA

PENGGUGAT harus ditolak;

11. Dalam jawabannya pada butir 6, Pihak TERGUGAT mendalilkan karena

belum pernah dilakukannya sanksi administrasi dan tidak pernah

melaksanakan (atau berupaya melaksanakan) penyelesaian sengketa di

luar pengadilan terhadap TERGUGAT sehingga gugatan menjadi

prematur dan cacat hukum;

12. Bahwa mengenai upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang

didalilkan Pihak TERGUGAT sesuai Pasal 84 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

(selanjutnya disebut UU Lingkungan Hidup) telah ditegaskan dalam

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia

No.36/KMA/SK/II/2013 tentang Pemberlakuan Pedoman Penanganan

Perkara Lingkungan Hidup, Bab IV huruf D.1.6 yang menyebutkan:

Terhadap ketentuan Pasal 84 ayat (3) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup tentang frasa Gugatan melalui pengadilan hanya

dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan

yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak

yang bersengketa, harus ditafsirkan secara sistemik bahwa pihak

yang merasa dirugikan memiliki 2 (dua) pilihan yaitu menggugat di

pengadilan atau menempuh penyelesaian sengketa di luar

pengadilan. Jika ia memilih penyelesaian sengketa di luar pengadilan,

maka gugatan hanya dapat dilakukan apabila pilihan tersebut tidak

mencapai kesepakatan. Salah satu pihak menyatakan keluar dari

5 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


negosiasi atau mediasi termasuk dalam pengertian tidak mencapai

kesepakatan;

13. Bahwa dalil TERGUGAT yang menyebutkan bahwa tidak ada upaya

penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang diusahakan oleh PARA

PENGGUGAT tidak berdasar dan telah terbantahkan dengan

sendirinya, terlepas dari ada atau tidaknya upaya penyelesaian di luar

pengadilan, merupakan hak dari PARA PENGGUGAT untuk

menggunakannya atau tidak sesuai dengan Keputusan Ketua

Mahkamah Agung Republik Indonesia No.36/KMA/SK/II/2013 tentang

Pemberlakuan Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan Hidup, Bab

IV huruf D.1.6;

14. Bahwa dengan mengacu pada ketentuan Surat Keputusan Ketua

Mahkamah Agung Nomor 36 Tahun 2013 Bab IV, Butir A angka 3 huruf

b, gugatan dalam perkara a quo adalah menyangkut ganti rugi perdata

karena perbuatan TERGUGAT tersebut diatur dalam UU Lingkungan

Hidup serta peraturan perundang-undangan lainnya dan bukan

mengenai pelanggaran izin lingkungan tertentu. Sehingga dalam hal ini,

Pemerintah tidak diwajibkan untuk menerapkan sanksi

administrasi terlebih dahulu;

15. Bahwa dalam pengajuan gugatan ini menggunakan sistem gugatan

perwakilan kelompok (class action) sesuai dengan hak yang diberikan

Pasal 91 UU Lingkungan Hidup, Diana PARA PENGGUGAT yang

menuntut kerugian yang dialami oleh Masyarakat korban kebakaran

lahan PT. Tucunan Palm atau TERGUGAT alias tidak berkaitan dengan

Hak Gugat Pemerintah;

16. Bahwa berdasarkan uraian - uraian di atas, sangat keliru bila Pihak

TERGUGAT mengatakan gugatan PARA PENGGUGAT prematur dan

6 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


cacat hukum untuk dilanjutkan, sehingga eksepsi TERGUGAT tersebut

harus ditolak;

C. TANGGAPAN DALAM EKSEPSI PERKARA YANG SAAT INI SEDANG

DIPERIKSA DALAM TINGKAT PERTAMA DI PENGADILAN NEGERI MUARA

BULIAN

17. Dalam jawabannya, Pihak TERGUGAT dalam angka 8 mendalilkan bahwa

perkara a quo sedang diperiksa dalam ranah pidana dan belum

berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) sehingga gugatan ini

masih tergantung sehingga gugatan ini tidak dapat diterima;

18. Bahwa menurut Munir Fuady dalam bukunya Perbuatan Melawan Hukum

(Pendekatan Kontemporer), terbitan PT. Citra Aditya Bakti (Bandung: 2005),

hal. 22, yang menyatakan:

Hanya saja yang membedakan antara perbuatan (melawan hukum) pidana

dengan perbuatan melawan hukum (perdata) adalah bahwa sesuai dengan

sifatnya sebagai hukum publik, maka dengan perbuatan pidana, ada

kepentingan umum yang dilanggar (disamping mungkin juga

kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum

(perdata) maka yang dilanggar hanya kepentingan pribadi saja.

19. Bahwa antara hukum pidana dengan hukum perdata mempunyai ranah

hukum yang berbeda yaitu antara hukum publik dan hukum privat, sehingga

keduanya dapat berjalan sesuai dengan ranah hukumnya masing-masing;

20. Sudah ada Putusan sejenis yang berkekuatan hukum tetap. Bahwa dalam

kasus serupa dimana perkara perdata dan perkara pidana dapat berjalan

bersamaan dan Majelis Hakim telah memutus bersalah PT Kalista Alam

sebagaimana putusan perdata pada tingkat pertama dalam perkara No :

7 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


12/PDT.G/2012/PN.MBO dengan putusan pidana pada tingkat pertama

dengan No : 131/Pid.B/2013/PN.MBO atau yang terkenal dengan Perkara

Kalista Alam, dimana perkara perdata dan pidana berjalan secara

bersamaan sehingga mohon Majelis Hakim yang terhormat dapat mengacu

kepada putusan tersebut;

21. Bahwa untuk menentukan adanya perbuatan melawan hukum tidak ada

syarat dalam undang-undang harus dibuktikan dulu pidananya, melainkan

dapat berjalan bersama alias tidak bersifat ultimum remedium;

22. Berdasarkan uraian di atas, gugatan PARA PENGGUGAT dalam perkara

saat ini tetap dapat diajukan dan eksepsi TERGUGAT yang menyatakan

bahwa gugatan PARA PENGGUGAT tidak dapat diterima harus ditolak;

II. DALAM POKOK PERKARA

a. Data PARA PENGGUGAT tentang kebakaran di lahan TERGUGAT adalah

data yang tidak valid, dipaksakan, dan bahkan tidak sah;

23. Dalam Jawabannya pada butir 23.1, TERGUGAT menyebutkan bahwa:

data hotspot yang valid harusnya diterima dari LAPAN dan

bukan lembaga lain, apalagi lembaga asing seperti NASA

sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun

2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas,

Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi

Tinggi.;

24. Bahwa PARA PENGGUGAT menolak dengan tegas dalil TERGUGAT

yang menyatakan jika data hotspot yang digunakan oleh PARA

PENGGUGAT tidak valid karena tidak berasal dari LAPAN, melainkan

berasal dari Lembaga NASA;


8 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE
25. Bahwa data hostpot yang digunakan oleh PARA PENGGUGAT diperoleh

dari satelit MODIS milik NASA melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika (BMKG) selaku lembaga yang telah disahkan sebagai Lembaga

Pemerintah Non Departemen berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 61

Tahun 2008 dan memiliki kewenangan sebagai lembaga penyedia jasa dan

data di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan Geofisika

seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 huruf e dan f yang berbunyi :

Pasal 3 :

a. ..;

e. Pelayanan data dan informasi kepada instansi dan pihak

terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;

f. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta

masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;

g. .;

26. Bahwa sebelum membahas lebih lanjut mengenai valid atau tidaknya data

yang diperoleh dari NASA, perlu diketahui bahwa berdasarkan Panduan

Teknis Informasi Hotspot Kebakaran Hutan/Lahan yang dikeluarkan oleh

Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN Indonesia (Mei 2016, ISBN :

978-602-96352-2-5) (Selanjutnya disebut Panduan Teknis Hotspot) (Bukti

P-58), data hotspot yang diperoleh dari LAPAN juga berasal dari NASA

yakni melalui satelit Terra Aqua MODIS dan Suomi NPP-VIIRS;

27. Bahwa berdasarkan Panduan Teknis Hotspot tersebut yang dikeluarkan

oleh LAPAN diketahui bahwa Satelit penginderaan jauh yang digunakan

untuk deteksi hotspot oleh LAPAN adalah Terra/Aqua-MODIS dan Suomi

NPP-VIIRS, dan LAPAN sendiri tidak menggunakan satelit LandSat 8.0

dalam penginderaan jauh untuk deteksi hotspot sehingga sangat keliru jika

9 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


Pihak TERGUGAT mengatakan LAPAN mengeluarkan hotspot dari satelit

LandSat 8.0;

28. Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka data yang diperoleh dari NASA

telah sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang

Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan

Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi;

29. Terkait dalil TERGUGAT yang menyatakan bahwa PARA PENGGUGAT

mendasarkan terjadinya kebakaran hanya dengan menggunakan data

hotspot, dalil tersebut dengan tegas ditolak oleh PARA PENGGUGAT,

karena data hotspot tersebut sebelumnya dijadikan landasan untuk

dilakukannya Verifikasi Lapangan pada tanggal 18 November 2015 dan 11

Desember 2015 guna mengetahui dan menanggulangi apabila setelah

dilakukan verifikasi lapangan ditemukan adanya titik api (firespot);

30. Dengan demikian, dalil TERGUGAT yang mengatakan bahwa data yang

digunakan PARA PENGGUGAT adalah data yang tidak valid, dipaksakan,

dan bahkan tidak sah telah terbantahkan dengan sendirinya;

b. Kebakaran pada Areal Lahan Konsesi TERGUGAT terjadi karena titik api

yang menyebar dari luar lahan konsesi akibat fenomena El-Nino dan

TERGUGAT telah melakukan Upaya Penanggulangan

31. Dalam jawaban pada butir 26 Pihak TERGUGAT mendalilkan dalam

pemantauan terhadap titik panas dari satelit LandSat 8.0 dan memantau

melalui menara api bahwa kebakaran pada areal perkebunan TERGUGAT

akibat dari loncatan api sejauh 100 m s/d 300 meter dari lahan masyarakat;

32. Bahwa sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas data Pihak

TERGUGAT yang bersumber dari satelit LandSat 8.0 yang tidak digunakan

di Indonesia oleh LAPAN, maka perlu dipertanyakan bagaimana proses

10 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


hingga TERGUGAT memperoleh data tersebut hingga mengenai validnya

jumlah titik panas pada data tersebut;

33. Bahwa dalil Pihak TERGUGAT yang mengatakan loncatan api sejauh 100

m s/d pengukuran 100 m s/d 300 m pada lahan masyarakat dari menara

api sangatlah tidak berdasar, karena pada lahan seluas 7.520 ha,

TERGUGAT hanya memiliki 3 buah menara api (Vide Bukti P-21) untuk

melakukan pengawasan dalam daerah yang sangat luas, sehingga sangat

mengada-ada jika TERGUGAT untuk dapat menentukan jarak dan

mendalilkan kebakaran 100 m s/d 300 m dari luar lahan jika hanya

berdasarkan menara api;

34. Dalam jawabannya pada butir 28 Pihak TERGUGAT mendalilkan bahwa

kebakaran yang terjadi di Lahan milik Masyarakat pada periode Juli 2015

September 2015 terjadi 5 kali peristiwa kebakaran;

35. Bahwa berdasarkan rekaman data satelit MODIS dari BMKG (Vide Bukti

P-21), di sekitar lahan TERGUGAT baru timbul titik panas pada tanggal 6

Juli 2015 dan berjumlah 2 titik. Sedangkan berdasarkan rekaman data

satelit MODIS dari BMKG (Vide Bukti P-23) titik panas (hotspot) dari satelit

MODIS diketahui bahwa di lahan TERGUGAT telah timbul sejak 1 Maret

2015 dan hingga bulan Juli sudah timbul 75 titik panas (Maret : 5 tit ik, April :

10 titik, Mei : 13 titik, Juni : 18, Juli : 22 titik);

36. Bahwa berdasarkan fakta di atas diketahui bahwa sebelum kebakaran di

luar lahan TERGUGAT terjadi, jauh sebelumnya sudah terjadi terlebih

dahulu kebakaran lahan di wilayah TERGUGAT yaitu pada bulan Maret

2015 alias 4 bulan sebelum kebakaran di luar lahan dan fakta tersebut

diperkuat jumlah titik panas (hotspot) pada lahan TERGUGAT yang hingga

bulan Juli berjumlah 68 titik sedangkan di luar lahan hanya terdapat 3 titik;

11 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


37. Bahwa sebagaimana yang telah kami jelaskan dalam Posita kami, bahwa

lahan TERGUGAT yang terbakar adalah seluas 2.750 hektar sedangkan

luas lahan masyarakat di sekitar lahan TERGUGAT hanya seluas 4 hektar

(Vide Bukti P-22) sesuai dengan penghitungan luas yang dilakukan Ahli

Kebakaran dan Kerusakan Lahan , Prof. Dr. Christopher Agusta, M.Agr;

38. Bahwa dalil Pihak TERGUGAT yang mengatakan kebakaran di lahan

TERGUGAT loncatan api dari luar lahan TERGUGAT sudah

terbantahkan dengan sendirinya dan Pihak TERGUGAT terlihat hanya

ingin mengkambinghitamkan masyarakat dalam peristiwa kebakaran di

lahan TERGUGAT karena berdasarkan rangkaian waktu, jumlah titik panas,

dan luas lahan yang terbakar maka tidak benar kebakaran seluas 2.750

hektar pada lahan TERGUGAT diakibatkan oleh loncatan api dari luar lahan

dengan ukuran 4 hektar;

39. Dalam Jawaban butir 28 Pihak TERGUGAT juga mendalilkan bahwa pada

beberapa waktu peristiwa kebakaran di luar lahan TERGUGAT, namun

yang menjadi pertanyaan mengapa hal tersebut tidak dilaporkan

TERGGAT kepada BPBD selaku pihak yang berwenang melakukan

penanggulangan kebakaran jika memang TERGUGAT tidak ingin terkena

rembetan dari kebakaran tersebut, kecuali TERGUGAT memang

menginginkan hal tersebut untuk membakar lahannya;

40. Bahwa logika sederhana yang dapat mengilustrasikan peristiwa kebakaran

yang dilakukan oleh TERGUGAT adalah: lahan yang terbakar seluas 4

hektar tidak mampu dipadamkan oleh TERGUGAT, apalagi untuk

memadamkan kebakaran seluas 2.750 hektar, hal ini membuktikan betapa

tidak siapnya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan TERGUGAT;

12 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


41. Dalam Jawaban pada butir 32 Pihak TERGUGAT mendalilkan tanah

gambut bila mengalami kekeringan dan cuaca panas, sehingga

pembakaran kecil saja dapat cepat menyebar;

42. Bahwa menurut dalam artikel yang dikeluarkan Kementerian Pertanian

mengenai Karakteristik Lahan Gambut (Bukti P-59) disebutkan bahwa:

Kadar air tanah gambut berkisar antara 100 1.300% dari berat

keringnya. Artinya bahwa gambut mampu menyerap air sampai 13 kali

bobotnya. Karena kadar air yang tinggi, maka secara fisik tanah menjadi

lembek dan dayanya menahan beban (bearing capasity) menjadi rendah

serta berat volumenya rendah;

43. Bahwa dalam artikel yang dikeluarkan Kementerian Pertanian berjudul

Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan (Bukti P-

60) yang menyebutkan bahwa:

Sifat fisik tanah gambut lainnya adalah sifat mengering tidak balik.

Gambut yang telah mengering, dengan kadar air <100% (berdasarkan

berat), tidak bisa menyerap air lagi kalau dibasahi. Gambut yang

mengering ini sifatnya sama dengan kayu kering yang mudah hanyut

dibawa aliran air dan mudah terbakar dalam keadaan kering;

44. Bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan World Wide Fund for Nature

(WWF) yang dimuat dalam artikel berjudul Forest Fire yang menyebutkan

bahwa:

Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya

yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara

maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada

perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi lahan gambut

13 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


tersebut sudah mulai terganggu akibatnya adanya konversi lahan atau

pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu;

45. Bahwa berdasarkan fakta yang telah kami jelaskan dalam posita kami,

pengelolaan lahan gambut yang dilakukan TERGUGAT yang buruk dari

TERGUGAT sehingga mencapai kondisi kering alias mencapai tahap kadar

air pada lahan gambut <100% dan mengubah sifat dari gambut menjadi

kering tak balik (irreversible drying), sehingga hal tersebutlah yang

mengakibatkan lahan gambut dapat dengan mudah terbakar;

46. Bahwa sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian WWF mengenai

perubahan kondisi pada lahan gambut pada musim hujan dan musim

kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim, melainkan kekeringan

pada lahan gambut ketika musim kemarau juga terjadi akibat dari

pengelolaan yang buruk dari TERGUGAT, karena musim kemarau sudah

merupakan sudah menjadi siklus tahunan dan dalam pengelolaannya

sudah seharusnya TERGUGAT menjaga kelembapan dalam tanah gambut;

47. Dalam jawabannya pada butir 33 Pihak TERGUGAT telah mengakui

ketidakmampuan untuk melakukan penanggulangan terhadap kebakaran

lahan di wilayah IUP TERGUGAT yang menyebutkan bahwa:

...TERGUGAT meminta bantuan kepada BPBD Kabupaten Merangin dan

Bupati Kabupaten Merangin tertanggal 4 September 2015;

48. Bahwa selain pengelolaan yang buruk dari TERGUGAT, TERGUGAT juga

telah mengakui bahwa ketika lahan gambut mengering maka akan

mempermudah kebakaran, dan kebakaran ini juga diperparah akibat

ketidakmampuan TERGUGAT memenuhi kewajiban hukumnya

sebagaimana Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

4 tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran

14 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Atau

Lahan;

49. Bahwa mengenai terjadinya El-Nino memerlukan waktu dalam hitungan

minggu hingga bulan, alias sudah sejak lama diketahui tentang

kemunculannya, sesuai dengan pendapat ahli Alpon Sepriando dalam

artikel Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2015 yang

menyebutkan:

El-Nino tidak terjadi secara mendadak, proses perubahan suhu

permukaaan laut di samudera pasifik yang biasanya dingin kemudian

menghangat memerlukan waktu dalam hitungan minggu hingga bulan;

50. Bahwa mengenai terjadinya El-Nino di Indonesia, BMKG sudah sejak

beberapa bulan sebelumnya melakukan pemberitahuan serta sudah dapat

diprediksi akan terjadi sejak awal tahun 2014, dan juga telah dimuat dalam

beberapa berita nasional (Bukti P-62, Bukti P-63, Bukti P-64) sehingga

TERGUGAT dalam hal ini, sudah merupakan kewajibannya untuk

memperhatikan informasi mengenai kejadian El-Nino terkait pengelolaan

lahannya;

51. Bahwa dampak dari El-Nino adalah menyebabkan kekeringan di sejumlah

daerah di Indonesia sesuai dengan keterangan Kukuh Ribudiyanto selaku

Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG yang menyebutkan:

El-Nino merupakan naiknya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik

sekitar ekuator, khususnya di sekitar Cile dan Peru, yang diikuti dengan

turunnya suhu permukaan air di beberapa wilayah perairan Indonesia.

Dampaknya adalah terjadinya kekeringan di sejumlah wilayah

Indonesia.;

15 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


52. Bahwa dalam peristiwa kebakaran pertama harus tersedia bahan bakar

yang dapat terbakar. Lalu, panas yang cukup digunakan untuk

menaikkan temperatur bahan bakar hingga ke titik penyalaan. Dan

akhirnya harus terdapat pula cukup udara untuk mensuplai oksigen

yang diperlukan dalam menjaga proses pembakaran agar tetap berjalan

dan untuk mempertahankan suplai panas yang cukup sehingga

memungkinkan terjadinya penyalaan bahan bakar yang sulit terbakar;

53. Bahwa setiap peristiwa kebakaran lahan, termasuk di areal milik

TERGUGAT, tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa melibatkan 3

(tiga) faktor yang dikenal segitiga api (fire triangle) yaitu bahan bakar,

oksigen dan didukung oleh adanya sumber penyulutan, sementara dalil

TERGUGAT yang mengatakan kebakaran akibat kemarau panjang dan El-

Nino tidaklah beralasan sama sekali karena kedua hal tersebut tidaklah

menciptakan bahan bakar, oksigen, ataupun sumber penyulutan;

54. Bahwa menurut Prof. Dr. Tukirin, peneliti senior Pusat Penelitian Biologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dimuat dalam artikel

yang diterbitkan LIPI yang menyebutkan bahwa:

Kebakaran hutan gambut tidak akan terjadi secara alami, pasti ada

campur tangan manusia di dalamnya. Dan, salah satu penyebabnya

adalah pengelolaan hutan yang tidak tepat;

55. Bahwa berdasarkan fakta sebagaimana telah kami uraikan di atas,

kebakaran lahan pada tanah gambut terjadi akibat kesalahan pengelolaan

dari TERGUGAT yang menciptakan lahan gambut dalam kondisi kering dari

sifat alaminya yang menyerap air, serta diakibatkan kegagalan TERGUGAT

dalam memenuhi kewajibannya melakukan pencegahan dan

penanggulangan terhadap kebakaran lahan sehingga keliru jika

16 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


TERGUGAT menyalahkan kemarau ataupun El-Nino dalam peristiwa

kebakaran ini;

c. Kebakaran pada Areal Lahan Konsesi TERGUGAT menimbulkan

kerugian bagi Pihak TERGUGAT

56. Dalam Jawaban Butir 40 Pihak TERGUGAT yang mengatakan dalam

TERGUGAT merupakan satu-satunya pihak yang dirugikan dalam peristiwa

peristiwa kebakaran di lahan TERGUGAT;

57. Dalam Jawabannya pada butir 43 Pihak TERGUGAT mendalilkan bahwa

kebakaran gambut tidak akan menguntungkan TERGUGAT dalam

pembukaan lahan perkebunan;

58. Bahwa Giovanni (1988) mengemukakan bahwa pemanasan pada tanah

dalam hal ini kebakaran lahan akan menyebabkan penurunan pH pada

tanah gambut, karena pemanasan pada yang diakibatkan kebakaran besar

di lahan TERGUGAT akan menciptakan pemanasan suhu 700C - 900C

dan berdampak pada peningkatan pH antara 4 5;

59. Bahwa berdasarkan hasil analisis sampel terhadap sampel yang berasal

dari lahan PT Tucunan Palm (Vide Bukti P-24), dari Prof. Dr. Christopher

Agusta, M.Agr yang menganalisa sampel dari tanah gambut yang terbakar

pada lahan TERGUGAT diketahui bahwa tingkat pH tanah yang terbakar

6,9 hingga 7,3 dan angka tersebut termasuk dalam pH normal tanah untuk

dapat ditanami kelapa sawit;

60. Bahwa tanah gambut di lahan TERGUGAT yang belum terbakar memiliki

tingkat keasaman (pH) rata-rata 3,3 sehingga kebakaran lahan yang terjadi

di lahan tersebut akan sangat berpengaruh besar untuk menetralisir

tanah gambut pada lahan TERGUGAT sehingga memiliki tingkat keasaman

normal (pH 7) sehingga bisa ditanami kelapa sawit;

17 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


61. Dalam Jawabannya pada butir 44 Pihak TERGUGAT mendalilkan bahwa

akibat kebakaran tersebut, TERGUGAT harus memulai kegiatannya lagi

dari titik awal dengan didahului membersihkan lahan yang terbakar;

62. Bahwa dampak kebakaran lahan seluas 2.750 hektar telah merusak

ekosistem di atas lahan tersebut rusak termasuk membakar pepohonan

sehingga menjadi rata dengan tanah dan menjadi arang (Vide Bukti P-31);

63. Bahwa dalil TERGUGAT di atas tidaklah benar, karena terbakarnya lahan

tersebut, TERGUGAT mendapatkan keuntungan yakni secara ekonomis

dimana kebakaran lahan tersebut justru memberikan keuntungan. Dengan

terbakarnya lahan, TERGUGAT tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

membeli kapur yang digunakan untuk meningkatkan pH gambut dan biaya

pengadaan pupuk dan pemupukan karena sudah digantikan dengan

adanya abu dan arang bekas kebakaran, serta biaya

pengadaan/pembelian pestisida untuk mencegah ancaman serangan

hama dan penyakit. TERGUGAT juga diuntungkan karena jelas akan

memangkas waktu pembukaan lahan dan biaya operasional seperti upah

tenaga kerja, bahan bakar, serta biaya-biaya lain yang dibutuhkan

apabila pembukaan lahan dilakukan dengan cara PLTB sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terbakarnya lahan juga

akan menguntungkan dari segi waktu karena proses pembersihan

lahan menjadi lebih cepat sehingga dapat segera ditanami dan mudah

dikerjakan;

d. Kerugian yang didalilkan tidak beralaskan dan berdasar hukum

64. Dalam Jawabannya pada butir Pasal 47 Pihak TERUGAT mendalilkan

bahwa kerugian yang didalilkan oleh PARA PENGGUGAT tidak didasarkan

atas penentuan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup;

18 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


65. Bahwa kerugian lingkungan dalam Pasal 1 angka 2 PERMEN LH 7/2014

yang menyebutkan:

Kerugian Lingkungan Hidup adalah kerugian yang timbul akibat

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang bukan merupakan

hak milik privat;

66. Bahwa telah secara jelas dan nyata diuraikan di dalam gugatan mengenai

dampak dari perbuatan TERGUGAT yang mana menyebabkan kerugian

lingkungan hidup yang berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2014 tentang Penghitungan Ganti

Kerugian Lingkungan Hidup (PERMENLH 7/2014) diartikan sebagai

kerugian yang timbul akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup;

67. Bahwa penghitungan kerugian masyarakat terdampak tersebut telah

dilakukan oleh para ahli yang berkompetensi di bidang lingkungan (Vide

Bukti P-22) sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) PERMENLH Nomor 7 Tahun

2014 yaitu :

(1) Penghitungan kerugian lingkungan hidup dilakukan oleh ahli di bidang:

a. Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup;

b. valuasi ekonomi lingkungan hidup.;

68. Bahwa para ahli telah memperhatikan dengan teliti mengenai penghitungan

ganti kerugian tersebut yang dibuat berdasarkan Pedoman penghitungan

Kerugian Lingkungan Hidup dalam Lampiran II PERMENLH No. 7/2014 dan

disesuaikan dengan parameter kerugian yang dialami oleh masyarakat

terdampak akibat kebakaran yang berasal dari lahan TERGUGAT;

69. Terkait dalil TERGUGAT yang menyebutkan bahwa tidak ada kausalitas

antara penyakit ISPA dan asap kebakaran, bahwa berdasarkan penelitian


19 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE
mengenai Asap Kebakaran Lahan dan Kaitannya dengan Penyakit ISPA

yang dilakukan oleh Ahli dari Dinas Kesehatan Merangin, Prof. Dr. dr.

Debora Rebecca Siregar, Sp. THT (Vide Bukti P-44), asap kebakaran

tersebut membawa partikel dan gas yang berbahaya bagi kesehatan dan

terpapar ke tubuh, kemampuan paru-paru untuk menangani infeksi menjadi

lebih rendah, selain itu karena adanya peradangan pada saluran nafas,

penurunan daya tahan tubuh, serta faktor lingkungan, tubuh menjadi lebih

mudah terkena infeksi yang salah satunya ialah ISPA;

70. Dalam Jawabannya pada butir 45.2.1 Pihak TERGUGAT mendalilkan

bahwa kerugian yang diakibatkan karena gas Karbon Dioksida (CO 2)

karena akan diserap kembali melalui fotosintesis;

71. Bahwa menurut Lailan Syaufina dalam penelitian berjudul Dampak

Terganggunya Fotosintesis Akibat Kebakaran yang menyebutkan:


Pada proses fotosintesis, energi matahari terpusat secara perlahan-lahan,

sedangkan pada proses pembakaran, energi berupa panas dilepaskan

dengan cepat. Selain panas, proses pembakaran (combustion) juga

menghasilkan beberapa jenis gas, terutama karbondioksida, uap air, dan

partikel-partikel.
Dari keterkaitan antara proses pembakaran dan proses fotosintesis ini,

diketahui bahwa terjadinya kebakaran hutan akan mempengaruhi proses

fotosintesis. Dengan terganggunya proses fotosintesis ini maka akan

berpengaruh pada metabolisme vegetasi pasca kebakaran dan secara

luas terhadap proses-proses lain yang memanfaatkan hasil dari proses

fotosintesis;

72. Bahwa sesuai dengan perhitungan kondisi gas emisi rumah kaca dan

partikel yang dihasilkan dari pembakaran lahan di kawasan IUP milik

TERGUGAT turut melepaskan asap dan gas CO 2 sebanyak 2.223,98 ton,

serta mengakibatkan peningkatan suhu;

20 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


73. Bahwa dalil Pihak TERGUGAT yang mengatakan karbon dioksida akan

diserap kembali melalui fotosintesis adalah dalil yang sangat menyesatkan,

karena untuk jumlah karbon dioksida yang berlebih yaitu sebesar 2.223,98

ton justru akan berdampak negatif terhadap tumbuhan dengan rincian

sebagai berikut:

(1) Jumlah karbon dioksida yang berlebih sebagai hasil dari kebakaran

lahan justru akan menjadi racun bagi tanaman dan juga dipengaruhi

konsentrasi CO2 di atmosfer yang tidak stabil alias berfluktuasi setiap

harinya;

(2) Bahwa suhu yang terikat pada karbon dioksida akan merusak tanaman

karena panas suhu tinggi yang mendekati 40C, tumbuhan mulai

menderita kerusakan panas langsung yang diakibatkan oleh koagulasi

protein dalam protoplasma;


(3) Bahwa asap dan gas serta partikel yang dihasilkan kebakaran lahan,

akan membatasi cahaya yang sampai kepada tanaman sehingga

menghalangi proses fotosintesis;


74. Bahwa berdasarkan uraian di atas maka dalil TERGUGAT yang

mengatakan karbon dioksida akan diserap dalam fotosintesis sudah

terbantahkan, karena tumbuhan sendiri tidak sanggup menyerap karbon

dioksida sebanyak 2.223,98 ton dan fotosintesis justru tidak bisa berjalan

normal;
75. Terkait penyakit iritasi kulit yang diderita oleh masyarakat, dalam butir 45.4

TERGUGAT mendalilkan bahwa penyakit tersebut bukan disebabkan oleh

kebakaran lahan TERGUGAT, melainkan akibat dampak dari pencemaran

air limbah industri PT Nugravic Flavour di Sungai Manau;


76. Bahwa berdasarkan Data Dinas Kesehatan Merangin pada tahun 2015

(Vide Bukti P-47), tidak terdapat fenomena peningkatan penyakit kulit yang

cukup signifikan hingga pada bulan Agustus hingga November 2015

21 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


dimana waktu tersebut bersamaan dengan meningkatnya ISPU pada

Wilayah Terdampak akibat kebakaran lahan di wilayah TERGUGAT;


77. Bahwa Sungai Manau bukanlah sungai yang melintasi keseluruhan Wilayah

Terdampak melainkan hanya sungai kecil yang berada di Desa Guguk,

sehingga tidak berdasar jika penyakit iritasi kulit yang dialami Wilayah

Terdampak yang berjumlah 10 kecamatan mengalami penyakit dari satu

sungai yang sama sekali tidak dimanfaatkan masyarakat 10 kecamatan

tersebut kecuali Desa Guguk;


78. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kausalitas antara

dampak kebakaran lahan dengan fenomena peningkatan penyakit kulit dan

dalil TERGUGAT yang mengatakan bahwa penyakit kulit tersebut

disebabkan oleh tercemarnya sungai Manau harus ditolak;

III. DALAM PROVISI


79. Dalam jawabannya, TERGUGAT mendalilkan bahwa permohonan provisi

yang diajukan PARA PENGGUGAT harus ditolak;


80. Bahwa berdasarkan Pasal 191 ayat (1) RBg, PARA PENGGUGAT memiliki

hak untuk mengajukan gugatan asesor dalam gugatan pokok, berupa

permintaan agar Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan provisi yang

diambil sebelum pokok perkara diperiksa. Putusan tersebut mengenai hal-

hal yang berkenaan dengan tindakan sementara untuk ditaati

TERGUGAT sebelum perkara pokok memperoleh kekuatan hukum tetap;


81. Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata tahun 2012 halaman

884 menjelaskan bahwa gugatan provisi merupakan permohonan kepada

hakim agar ada tindakan sementara mengenai hal yang tidak termasuk

pokok perkara, misalnya melarang meneruskan pembangunan di atas

tanah yang diperkarakan dengan membayar utang paksa;


82. Bahwa pengaplikasian gugatan provisi dalam suatu perkara perdata sudah

ditegaskan dengan adanya Putusan Mahkamah Agung No. 279 K/Sip/1976

dan juga No. 1788 K/Sip/1976, sehingga dalam hal ini Gugatan Provisi

22 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


tetap dapat dikabulkan dan dalil TERGUGAT yang menyatakan bahwa

Provisi tidak dapat dikabulkan harus ditolak;


83. Bahwa provisi dalam gugatan yang diajukan oleh PARA PENGGUGAT

dilatarbelakangi oleh perbuatan TERGUGAT nyata-nyatanya telah

menimbulkan kerugian bagi masyarakat di Wilayah Terdampak baik itu

kerugian berupa penyakit yang disebabkan oleh asap dari hasil kebakaran

lahan TERGUGAT (Vide Bukti P-2), ikut terbakarnya hutan adat MHA

Guguk (Vide Bukti P-22), maupun kerugian ekonomi masyarakat (Vide

Bukti P-50, P-51, P-52, P-53);


84. Bahwa berdasarkan Pasal 54 ayat (1) dan (2) UU Lingkungan Hidup

disebutkan:
(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup


(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan tahapan:


a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur

pencemar;
b. remediasi;
c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi;
85. Bahwa diketahui unsur pencemar yang menyebabkan terjadinya

pencemaran dan kerusakan lingkungan tersebut berasal dari kegiatan

usaha TERGUGAT, oleh karena itu harus dilakukan penghentian atau

pelarangan untuk TERGUGAT melanjutkan kegiatan usahanya tersebut;


86. Bahwa oleh karena itu, guna menghindari TERGUGAT akan melakukan hal

yang sama di kemudian harinya, PARA PENGGUGAT memohonkan agar

dilakukan pelarangan untuk melakukan kegiatan operasional di lahan

TERGUGAT yang telah terbakar di Desa Sekancing Ilir, Kecamatan Tiang

Pumpung, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dengan batas-batas

sebagai berikut :
23 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Biuku Tanjung;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sekancing Ilir;
- Sebelah Tumur berbatasan dengan Desa Bandeng Rejo;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Batu Air;

87. Bahwa hal ini telah diperkuat melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung

Nomor 1738K/SIP/1976 yang menyatakan bahwa Provisi yang diajukan

seharusnya berupa larangan misalnya untuk meneruskan bangunan dan

penghukuman untuk membayar uang paksa;


88. Bahwa berdasarkan pengertian dari conservatoir beslag yang disebutkan

dalam dalil TERGUGAT butir 63, sita jaminan tetap dapat dilakukan

terhadap benda bergerak/benda tidak bergerak milik TERGUGAT. Dengan

demikian, tetap bisa dilakukan sita jaminan terhadap alat-alat berat yang

digunakan TERGUGAT dalam kegiatan operasionalnya, karena dalam hal

ini barang-barang tersebut merupakan milik dari TERGUGAT;


89. Bahwa dengan demikian eksepsi TERGUGAT yang menyatakan bahwa

gugatan Provisi PARA PENGGUGAT tidak dapat dikabulkan harus ditolak;

IV. DALAM REKONVENSI

90. Dalam Jawabannya pada butir 76 Pihak TERGUGAT mendalilkan bahwa

penyampaian pemberitahuan yang dilakukan PARA PENGGUGAT

mengakibatkan rusaknya nama baik dari perusahaan dan kerugian secara

moril;

91. Bahwa model pemberitahuan (notifikasi) yang dilakukan oleh PARA

PENGGUGAT sebelumnya telah memperoleh persetujuan hakim untuk

dilakukan pemberitahuan sesuai dengan Pasal 5 ayat (4) PERMA Class

Action;

92. Bahwa mengenai pemberitahuan yang dilakukan PARA PENGGUGAT

sudahlah tepat, karena kewajiban dari PARA PENGGUGAT sebagai bagian

pemenuhan hak terhadap anggota kelompok yang diwakili oleh PARA


24 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE
PENGGUGAT sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) huruf a PERMA Class Action

yang menyebutkan :

Pemberitahuan wajib dilakukan oleh penggugat atau para penggugat

sebagai wakil kelompok kepada anggota kelompok pada tahap-tahap :

a. Segera setelah hakim memutuskan bahwa pengajuan tata cara

gugatan perwakilan kelompok dinyatakan sah;

b. ...;

93. Bahwa dalil TERGUGAT yang mengatakan mengalami rusaknya nama baik

perusahaan dan kerugian secara moril sangatlah tidak berdasar

sebagaimana dalam peradilan yang tetap menerapkan asas praduga tidak

bersalah (presumption of innocence) dan segala tindakan yang dilakukan

oleh PARA PENGGUGAT merupakan kewajibannya sesuai dengan

perintah perundang-undangan dan telah mendapat persetujuan dari hakim

sehingga permohonan rekonvensi yang diajukan oleh Pihak

TERGUGAT harus ditolak;

V. PEMBAHASAN PERMOHONAN PEMERIKSAAN SETEMPAT

94. Bahwa guna memperjelas suatu fakta atau objek yang sedang

disengketakan dan mempermudah agenda pembuktian, maka jika

dipandang perlu atau bermanfaat, dapat diadakan pemeriksaan setempat

sesuai dengan Pasal 180 ayat (1) RBg yang menyebutkan:

Ketua, jika dipandangnya perlu atau bermanfaat, dapat mengangkat satu

atau dua orang komisaris untuk, dengan dibantu oleh panitera,

mengadakan pemeriksaan di tempat agar mendapat tambahan keterangan

95. Dalam butir 17 Pihak TERGUGAT mendalilkan pengembangan tata kelola

air (water management) dengan dengan menerapkan sistem zonasi air

terpadu;
25 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE
96. Dalam jawabannya butir 21 Pihak TERGUGAT mendalilkan telah

melakukan tindakan-tindakan pencegahan atas kebakaran hutan lahan

dengan menyediakan sarana dan prasarana;

97. Dalam jawabannya butir 29 Pihak TERGUGAT mendalilkan kebakaran api

yang berasal dari lahan masyarakat yang berjarak sekitar 100 meter dari

lahan TERGUGAT sehingga menyebabkan kebakaran di lahan

TERGUGAT;

98. Dalam butir 47.4 Pihak TERGUGAT mendalilkan bahwa beberapa anggota

kelompok mengalami iritasi yang patut diduga menderita penyakit tersebut

akibat dampak pencemaran air di Sungai Manau;

99. Bahwa untuk meluruskan mengenai kebenaran fakta yang menjadi

penyebab kebakaran di lahan TERGUGAT, bahwa api kebakaran lahan di

lahan TERGUGAT memang disebabkan oleh TERGUGAT sendiri dimana

telah terjadi selama berbulan-bulan yakni bulan Maret, jauh sebelum

terjadinya kebakaran lahan masyarakat dan kebenaran fakta bahwa

penyakit iritasi yang dialami masyarakat bukanlah diakibatkan oleh

pencemaran air Sungai Manau;

Majelis Hakim yang terhormat,

Kuasa Hukum TERGUGAT yang kami hormati,

Sidang yang kami muliakan

Berdasarkan tanggapan kami terhadap jawaban dan eksepsi yang diajukan oleh

Kuasa Hukum TERGUGAT, yang dalam hal ini keberatan yang diajukan dalam

26 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


agenda jawaban masih perlu dibuktikan lagi dalam persidangan. Sebab substansi

dan jawaban dari Kuasa Hukum TERGUGAT sudah terlalu melenceng dari pokok

perkara.

Maka sudah cukup dari kami membuktikan bahwa Gugatan kami dapat diterima

dan kami mohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Muara Bulian untuk:

1. Menolak Eksepsi dari TERGUGAT untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Gugatan dari Kuasa Hukum Penggugat tetap sah dan sesuai

menurut hukum;
3. Melanjutkan Persidangan ke Agenda Pembuktian;
4. Mengabulkan Permohonan Pemeriksaan Setempat;

Demikian Replik atau tanggapan dari Kuasa Hukum Penggugat, untuk selanjutnya

kami serahkan kepada Majelis Hakim, dengan harapan dapat kiranya memberikan

putusan yang seadil-adilnya.

Jambi, 14 Maret 2016

Hormat Kami,

Kuasa Hukum PENGGUGAT

YLBHL JAMBI

JOSEP MAROLOP TAMBUNAN, S.H., M.H.

27 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE


MONIKA OKTAVIANI, S.H., M.H.

Lampiran :

Daftar Alat Bukti Tambahan PENGGUGAT

28 | IUS SUUM CUIQUE TRIBUERAE

Anda mungkin juga menyukai