Anda di halaman 1dari 15

JUDUL

Disusun Oleh :
1. PERMATA K. (1408010151)
2. ANISA YUNDANITA (1408010141)
3. ARUMSARI (1408010021)
4. AIRIAN J. (1508010017)
5. ALFATHIR DIMAS (1508010039)
6. FITRA YUDA (1508010049)
7. CICA APRIYANI (1508010059)
8. HANA FARIDAH (1508010101)
9. NINDYA DWI (1508010107)
10.ZAHRA MUFTIA (1508010113)
11.REZA ADITYA A. (1508010135)
12.RADHITA MAY P. (1508010145)
13.NATHANIA VIONA Y. (1508010155)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS FARMASI
2016
Hati adalah organ tubuh manusia bagian dalam (setelah kulit) dan beratnya sekitar 1,25 kg
atau sekitar 3 pon. Hati adalah organ yang vital bagi tubuh manusia dan vertebrata hewan bertulang
belakang. Fungsinya antara lain: menawarkan dan menetralisir racun, mengatur sirkulasi hormon,
mengatur komposisi darah yang mengandung lemak, gula, protein, dan zat lain. Hati juga
memproduksi empedu, zat yang membantu pencernaan lemak

Hati adalah bagian dari sistem pencernaan, tapi itu tidak lebih dari sekedar proses
asupan makanan. Hati bertanggung jawab untuk memproduksi zat yang akan memecah lemak
dan lipid, membuat makanan lebih mudah dicerna. Hati juga menghasilkan beberapa asam
amino, yang penting untuk produksi protein, tanpa hati tubuh tidak bisa berfungsi. Hati
memproduksi banyak kolesterol dalam tubuh, apakah sehat atau tidak sehat. Selain dari
kemampuan produksi, hati juga bertindak sebagai filter. Ketika zat berbahaya diambil ke
dalam tubuh, hati adalah organ yang bertanggung jawab
untuk penyaringan. Misalnya, hati menyaring alkohol dari
darah. Secara sederhana, fungsi utama hati adalah untuk
menjaga keseimbangan dalam tubuh. Hati menetralkan racun
yang berbahaya, menciptakan zat yang diperlukan dan
membuang produk limbah. Selain memproduksi empedu,
terdapat beberapa fungsi hati lainnya.

1. Fungsi Organ Hati Pada Manusia

a. Menawarkan dan menetralkan racun (detoksifikasi). Hati dapat menghilangkan racun


di dalam darah dengan cara membersihkannya dari zat berbahaya seperti alkohol dan
obat-obatan.
b. Membuat protein plasma.
c. Membantu membuang zat bilirubin. Bilirubin adalah zat yang tidak baik untuk tubuh
sehingga harus dibuang melalui sistem ekskresi.
d. Menyimpan glikogen (gula otot) yang merupakan hasil pengubahan dari glukosa
karena hormon insulin.
e. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat
di dalam tubuh. Zat makanan diubah sesuai kegunaannya.
f. Mengatur sirkulasi hormon.
g. Mempertahankan suhu tubuh dengan menaikan suhu darah yang mengalir melalui
hati.
h. Memakan antigen dan mikroorganisme.
i. Mengatur komposisi darah yang mengandung lemak, gula, protein, dan zat lain.
j. Menyimpan hermatin yang diperlukan untuk penyempurnaan sel darah merah yang
baru.
k. Membantu empedu untuk menghasilkan cairan empedu yang berasal dari sel darah
merah yang telah dirombak di dalam hati. Cairan empedu berfungsi untuk
mengemulsikan lemak dalam makanan..
l. Membentuk sel darah merah saat masih di dalam janin.
m. Membentuk urea yang merupakan hasil dari perombakan asam amino. Urea
dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk urin.
n. Menyimpan vitamin larut lemak (A, D, E, K), vitamin B12, dan mineral.
o. Menghasilkan protrombin dan fibrinogen yang berfungsi untuk mencegah
penggumpalan darah.

2. Regulasi di dalam Hati

Hati merupakan pusat metabolisme di dalam tubuh. Beberapa metabolisme


yang terjadi dialam tubuh, khususnya yang melibatkan organ hati adalah :

a. Metabolisme Glukosa

Setelah dicerna dan diserap ke dalam aliran darah, glukosa disalurkan ke


seluruh tubuh sebagai sumber energi. Ketika glukosa masuk ke organ pencernaan
(usus) lalu masuk ke pembuluh darah diperlukan insulin agar mudah diserap di sel
tubuh, apabila masih belum dipakai, glukosa diubah sel hati menjadi glikogen dan
disimpan didalam hati (glikogenesis). Sehingga hati berperan sebagai penyangga
kadar glukosa untuk darah. Apabila kadar gula darah turun, glikogen diubah menjadi
glukosa (glikogenolisis). Selain itu terdapat glukoneogenesis, terjadi saat penurunan
glukosa diantara waktu makan dengan mengubah asam amino menjadi glukosa
setelah deaminasi (pengeluaran gugus amino) dan mengubah gliserol dari penguraian
asam lemak menjadi glukosa

b. Metabolisme Asam amino


Hati sebagai tempat penyimpanan protein. Setelah pencernaan asam amino
memasuki semua sel dan diubah menjadi protein untuk digunakan membentuk:

1) Enzim dan komponen struktural sel (DNA/RNA inti, basa purin dan pirimidin,
ribosom, kolagen, protein kontraktil otot).

2) Selain itu, sintesis protein digunakan dalam pembentukan protein serum (albumin,
globulin, globulin kecuali globulin).

3) Faktor pembekuan darah I, II, V, VII, VIII, IX, dan X; vitamin K digunakan
sebagai kofaktor pada sintesi ini kecuali factor V).

4) Hormon (tiroksin, epinefrin, insulin)

5) Neurotransmiter, kreatin fosfat, heme pada hemoglobin dan sitokrom, pigmen


kulit melanin.

Penguraian protein terjadi ketika asam amino plasma turun dibawah ambang
batas. Ketika tidak ada lagi asam amino yang disimpan sebagai protein, maka hati
melakukan deaminasi asam amino dan menggunakannya sebagai sumber energi atau
mengubahnya menjadi glukosa, glikogen atau asam lemak. Selama deaminasi asam
amino, terjadi pelepasan amonia yang hampir seluruhnya diubah di hati menjadi urea
yang kemudian diekskresikan lewat ginjal. Selain hati, ginjal dan mukosa usus ikut
berperan sebagai tempat penyimpanan protein.

c. Biotransformasi Amonia

Amonia adalah suatu produk sampingan penguraian protein. Sebelum rangka


karbon pada asam amino dioksidasi, nitrogen terlebih dahulu harus dikeluarkan.
Nitrogen asam amino membentuk ammonia. Amonia ditransformasikan menjadi urea
(sifatnya yang larut dalam urin) di hati dan diekskresikan dalam urin. Tanpa fungsi
hati ini, terjadi penimbunan amonia (bersifat toksik) yang bisa menyebabkan disfungi
saraf, koma, dan kematian. Walaupun urea adalah produk ekskresi nitrogen yang
utama, nitrogen juga dibentuk menjadi senyawa lain, asam urat (produk penguraian
basa purin), keratin (dari kreatin fosfat), ammonia (dari glutamine). Semua senyawa
ini, selain lewat urin, juga dikeluarkan melalui feses dan kulit.

d. Metabolisme asam lemak


Hampir semua pencernaan lemak melewati saluran limfe sebagai kilomikron
(gabungan dari trigliserida (TG), kolesterol, fosfolipid (FL) dan lipoprotein (LP)).
Kilomikron masuk ke pembuluh darah melalui duktus torasikus. TG kemudian diubah
menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim-enzim di dinding kapiler, terutama
kapiler hati dan jaringan adiposa. Dari kapiler, asam lemak dan gliserol dapat masuk
ke sebagian besar sel. Setelah itu memasuki hati dan sel lain menjadi TG kembali. TG
disimpan sampai stadium pasca-absortif. Pada saat ini, TG diubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Hormon glukagon, kortisol, hormon pertumbuhan dan
katekolamin berfungsi sebagai sinyal untuk menguraikan TG. Gliserol dan asam
lemak bebas masuk ke siklus kreb untuk menghasilkan ATP. Sebagian tidak masuk
siklus kreb tapi digunakan hati membentuk glukosa. Hal inilah yang dapat
menyebabkan timbunan keton apabila penguraian TG secara berlebih. Otak tidak
dapat memanfaatkan TG sebagai sumber energi secara langsung kecuali melalui
glukoneogenesis.

e. Metabolisme Kolesterol

Hati memetabolisme sebagian kolesterol yang terdapat didalam misel menjadi


garam-garam empedu. Sisa kolesterol lainnya disalurkan ke darah, berikatan dengan
FL sebagai LP. LP mengangkut kolesterol ke semua sel untuk membentuk membran
sel, struktur intrasel, dan hormon steroid. Tingginya kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) menandakan hati
menangani kolesterol dalam jumlah besar. LDL dan VLDL bisa merusak sel, terutama
pada epitel pembuluh darah dengan membebaskan radikal bebas dan elektron
berenergi tinggi selama metabolismenya. HDL (High Density Lipoprotein)
mengangkut kolesterol dari sel ke hati dan bersifat protektif terhadap penyakit arteri.
Peranan utama pada sintesis kolesterol oleh hati, sebagian besar diekskresi dalam
empedu sebagai kolesterol dan asam kolat.

f. Metabolisme pigmen empedu

Eritrosit pada akhir masa hidupnya (yang sudah terlalu rapuh dalam sirkulasi)
membran selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh RES.
Hemoglobin dipecah menjadi heme dan globin dan cincin heme dibuka untuk
memberikan (1) besi bebas yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin, dan (2)
rantai lurus dari empat inti pirol, yaitu substrat yang akan dibentuk menjadi pigmen
empedu. Pertama pembentukan biliverdin berantai lurus. Biliverdin di konversikan ke
bilirubin dengan reduksi. Bilirubin (bebas) yang bersirkulasi dalam plasma terikat
albumin (karena bilirubin ini larut lemak). Memasuki hati, albumin melepaskan ikatan
dengan bilirubin, dan memasuki hepatosit. Sekitar 80% Bilirubin dikonjugasi oleh
asam glukuronat melalui mekanisme yang melibatkan biilirubin-UDP
glukuronosiltransferase menjadi bilirubin terkonjugasi (larut air), 10% dikonjugasi
dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan 10% lainnya berikatan dengan zat lain.

Hati orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk mengkonjugasi dan


mengekskresi 5-10 kali biilrubin normal (500 mol/24 jam). Pada neonatus, enzim ini
belum aktif sepenuhnya, misal aktivitas glukuronosil transferase perlu waktu 3
minggu untuk berkembang, sehingga hati neonatus hampir tak mempunyai kapasitas
untuk mengekskresi beban bilirubin normalnya dan bisa meningkat saat terjadi
pemecahan eritrosit berlebih. Ikterus sebelum usia 24 jam adalah abnormal, tapi
hiperbilirubinemia moderat (80 mol/L) dalam minggu pertama mungkin tak
patologis (ikterus fisiologis)

Ikterus adalah pewarnaan jaringan tubuh menjadi kekuning-kuningan pada


kulit dan jaringan dalam. Penyebab umumnya karena sejumlah besar bilirubin masuk
dalam cairan ekstrasel, baik bilirubin bebas atau bilirubin terkonjugasi. Konsentrasi
bilirubin normal (baik bilirubin bebas dan terkonjugasi) 0.5 mg/dL plasma. Kulit
mulai tampak kuning ketika konsentrasinya meningkat >3 kali dari normal (>1.5
mg/dL)

g. Ekskresi Pigmen Empedu

Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit mengalir ke kanalikuli biliaris dan


masuk ke duktus biliaris hingga sampai ke usus. Dalam usus besar ia direduksi oleh
kerja bakteri menjadi berbagai pigmen termasuk urobilinogen yang mudah larut dan
akhirnya menjadi sterkobilinogen. Kemudian sterkobilinogen diekskresikan dalam
feses dan mengalami oksidasi dengan udara menjadi sterkobilin.

Di usus besar, sebagian besar urobilinogen direabsorbsi mukosa usus kembali


ke dalam darah. Sebagian lagi di ekskresikan oleh hati ke usus, tapi 5% oleh ginjal
lewat urin. Setelah terpapar udara, mengalami oksidasi menjadi urobilin.
3. Diagnosa pada Penyakit Liver
a. Pemeriksaan Fisik
Penyakit liver dapat memiliki temuan fisik yang mempengaruhi hampir semua
sistem tubuh termasuk jantung, paru-paru, perut, kulit, otak dan fungsi kognitif, dan
bagian lain dari sistem saraf. Pemeriksaan fisik sering membutuhkan evaluasi seluruh
tubuh.
b. Tes darah
Sangat membantu dalam menilai peradangan liver dan fungsi, Tes darah untuk
fungsi liver khusus meliputi:
1) Alanine Aminotransferase (ALT) suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati,
paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum
Glutamic Pyruvate Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit.
Jika sel rusak, maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
2) Alkaline Phosphatase (ALP) suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu;
seringkali meningkat jika terjadi sumbatan.
3) Aspartate Aminotransferase (AST) enzim ditemukan di hati dan di beberapa
tempat lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum
Glutamic Oxoloacetic Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim
hati, umumnya meningkat pada infeksi akut.
4) Bilirubin biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada
jaundice): Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin
direk untuk mengukur bentuk yang terkonjugasi.
5) Albumin mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah
hati membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
6) Protein total mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah,
termasuk antibodi guna memerangi infeksi.
7) beberapa tes tambahan mungkin diperlukan untuk melengkapi seperti GGT
(gamma-glutamyl transferase), LDH (lactic acid dehydrogenase) dan PT
(prothrombine time).
c. Pencitraan
Pencitraan dapat digunakan untuk memvisualisasikan, tidak hanya liver, tetapi
organ terdekat lain yang mungkin sakit. Contoh pencitraan meliputi:
1) CT scan (tomografi aksial komputerisasi),
2) MRI (magnetic resonance imaging), dan
3) USG (gelombang pencitraan suara, yang sangat membantu dalam menilai
kandung empedu dan saluran empedu.
4) Biopsi liver mungkin dipertimbangkan untuk mengkonfirmasi diagnosis spesifik
dari penyakit liver.
5) Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC) dan Endoscopic
Retrogade Cholangio-pancreatography (ERCP)

4. Parameter dan Nilai normal

5. Penyakit pada Hati

a. Hepatitis
Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (penyebab mulai
dari virus, obat-obatan, termasuk obat tradisional).Hepatitis dapat dibedakan menjadi :
Hepatitis akut : Berlangsung sampai dengan 6 bulan.
Hepatitis kronis : Gangguan sudah berlangsung lebih dari 6 bulan.
Ada penyakit hati akut yang fatalhati fulminan: perkembangan mulai
dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang berakibat kematian
(fatal) kurang dari 4 minggu.

ETIOLOGI
Infeksi virus hepatitis, dapat ditularkan melalui :
Selaput mukosa, hubungan seksual atau darah (parenteral).
Zat-zat toksik, seperti alkohol atau obat-obat tertentu.
Genetik atau keturunan, seperti hemochromatosis.
Gangguan imunologis, seperti hepatitis autoimun, (perlawanan imunologis
terhadap sel-sel hati yang berakibat timbulnya peradangan kronis.)
Kanker, seperti Hepatocellular Carcinoma, dapat disebabkan oleh senyawa
karsinogenik antara lain aflatoksin, polivinil klorida (bahan pembuat plastik),
virus, dan lain-lain.
Hepatitis B dan C maupun sirosis hati juga dapat berkembang menjadi kanker
hati.
MACAM-MACAM & PERBEDAAN HEPATITIS

Hepatitis A

Gejala mirip flu, rasa lelah,demam, diare, mual, nyeri perut, mata
kuning dan hilangnya nafsu makan. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi
hepatitis A tidak akan berlanjut menjadi kronik.

Hepatitis B

Gejala hepatitis B lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah,


kadangkadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu
makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap.
Jarang ditemukan demam. Pencegahan hepatitis B dengan imunisasi hepatitis
B pada bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang
terinfeksi, penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik.
Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat cukur, bertato dan
melubangi telinga atau tusuk jarum.
Hepatitis C

Tidak ada gejala

Hepatitis D

Virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap, memerlukan
keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi tidak
untuk replikasinya. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan
transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif.

Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, . Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-


limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan.

b. Sirosis hati
Sirosis hati merupakan penyakit dari efek lanjutan dari hepatitis B dan
hepatitis C yang sangat kronis. Setelah terjadi peradangan dan bengkak, hati mencoba
memperbaiki dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut
"fibrosis" yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Semakin banyak
parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis dan hati
menjadi rusak permanen.
c. Abses Hati
Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini
disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan gejala
demam dan menggigil. Abses yang diakibatkan karena amubiasis prosesnya
berkembang lebih lambat. Abses hati, khususnya yang disebabkan karena bakteri,
sering kali berakibat fatal.
d. Hemochromatosis
Penyakit pada hati selanjutnya adalah hemochromatosis. Penyakit ini
merupakan penyakit yang bersifat keturunan atau genetik. Seseorang yang mengidap
penyakit ini akan mengalami kelainan metabolisme dimana adanya pengendapan besi
yang berlebihan dalam hati.
e. Kanker hati
Kanker hati merupakan penyakit lanjutan dari efek hepatitis B, hepatitis C
juga hemochromatosis. Jenis kanker hati yang paling banyak terjadi adalah HCC
(hepaticular carcinoma). Sama halnya dengan sirosis, kanker hati juga tidak dapat
diobati. Salah satu cara pengobatan paling efektif untuk mengatasi hal ini adalah
dengan cara melakukan kemoterapi.
f. Kolestasis dan jaundice
Penyakit ini akan terjadi jika hati gagal untuk memproduksi atau
mengeluarkan cairan empedu dalam tubuh. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi pula
kegagalan dalam penyerapan lemak, vitamin (A.D,E,K) pada usus. Tak hanya itu saja,
penyakit ini juga menyebabkan penumpukan bilirubin, asam empedu serta kolesterol
di hati. Penyakit ini pun memiliki gejala atau tanda seperti kulit penderita menjadi
kuning, warna feses terang dan urine berwarna gelap.

6. Pemeriksaan

7. Aku bingung ini mau ditaruh dimana :v

Gejala Sakit Liver

Banyak penderita sakit liver yang tidak menyadari bahwa livernya sedang sakit. Untuk yakin,
mereka menunggu pengesahan dari lab dan dokter yang menyatakan bahwa liver nya sakit.
Sebenarnya sakit liver bisa dideteksi lebih awal. Liver yang tugasnya menyiapkan makanan
siap pakai untuk sel-sel tubuh, dan mendaur ulang sisa proses dari sel-sel tubuh ini apabila
tidak bekerja maksimal, bisa segera diketahui dengan gejala yang muncul.
1. Badan lelah sebelum waktunya.
Normalnya orang bekerja akan mulai lelah setelah pk 15.00-16.00. Apabila jam 11 siang atau
jam 2 siang sudah lelah, apalagi lelah berlebihan, bisa diartikan liver anda sudah tidak
mampu bekerja maksimal. Ibarat sebuah pabrik dengan seribu karyawan, yang bekerja baik
mungkin hanya 700 karyawan. Prosesnya sebagai berikut;
Saat anda bekerja mulai pagi, dalam waktu yang hampir bersamaan, diproduksi pula sisa
pembakaran dari proses yang ada. Produk sisa ini, melalui darah dibawa ke liver untuk di
daur ulang. Zat yang masih bisa dimanfaatkan diproses dan disempurnakan kembali. Zat yang
sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi di kirim ke ginjal untuk dibuang melalui urin.
Liver sehat akan mampu melakukan proses ini hingga sore hari. Liver yang sel-sel nya tidak
bekerja maksimal mungkin hanya mampu bekerja hingga jam 11 atau jam 2 siang tergantung
sebera banyak sel yang masih bisa bekerja.
Makin banyak sel yang bisa bekerja maksimal, makin prima kondisi seseorang.
2. Bangun pagi tidak fresh.
Setelah tidur semalam, kurang lebih 6 jam, liver seharusnya sudah mendapatkan waktu yang
cukup panjang untuk memproses hasil sisa sepanjang hari. Bila pagi hari anda bangun tidak
dalam kondisi segar, berarti liver anda tidak bekerja dengan baik.
3. Setelah berhubungan seks, kehabisan stamina berkepanjangan.
Adalah wajar ketika selesai melakukan hubungan seks anda kelelahan. Yang tidak wajar bila
setelah istirahat 1-2 jam anda tidak segera pulih untuk melakukan aktifitas lain.
4. Mudah masuk angin.
Mudah masuk angin juga salah satu indikasi bahwa liver anda sedang tidak sehat. Gangguan
ini bila tidak ditanggapi dan disembuhkan, dapat menjadi sakit liver yang berat.

MENCEGAH KANKER HATI ATAU SAKIT LIVER

Penyebab utama kerusakan hati/liver adalah :


1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang.
2. Tidak buang air besar pada pagi hari.
3. Pola makan yang terlalu berlebihan
4. Tidak makan pagi.
5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis
buatan.
7. Penggunaan minyak goreng yang tidak sehat. Masakan yang digoreng harus dimakan habis
saat itu juga, jangan disimpan.
8. Mengkonsumsi masakan mentah atau dimasak matang 3-5 bagian.

Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Cukup atur
gaya hidup dan pola makan sehari-hari. Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat
diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak
berguna sesuai dengan jadwalnya ..

Sebab :

Jam 21.00 23.00 adalah pembuangan zat-zat tidak berguna/beracun( de-toxin) dibagian
system antibody (kelenjar getah bening).
Jam 23.00 01.00 adalah saat proses de-toxin dibagian hati, harus berlangsung dalam kondisi
tidur pulas.
Dini hari 01.00 - 03.00 adalah proses de-toxin dibagian empedu, juga berlangsung dalam
kondisi tidur pulas.
Jam 03.00 05.00 adalah de-toxin dibagian paru-paru, sebab itu akan terjadi batuk yang
hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini.
Jam 05.00 07.00 adalah de-toxin di bagian usus besar, harus buang air besar.
Jam 07.00 09.00 adalah waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi.
Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat
yang tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi
sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itulah, Tidurlah Nyenyak dan
Jangan Begadang.

Arti SGOT-SGPT

Selain fungsi bajibun di atas, hati juga mengeluarkan beberapa enzim, dua diantaranya adalah
SGOT-SGPT ke dalam darah. Pengeluaran ini sering berbanding lurus dengan fungsi hati
seseorang. Itulah kini dokter sering menganjurkan pemeriksaan SGOT-SGPT untuk menilai
fungsi hati seseorang. Lalu apa sebenarnya SGOT SGPT itu? Baik mari kita simak bersama-
sama.

SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase)

Sesungguhnya SGOT adalah enzim yang lebih sensitive untuk mendeteksi kerusakan otot dan
otot jantung daripada kerusakan hati. Sebab utamanya adalah SGOT juga di produksi di otot
dan otot jantung. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), seperti halnya SGPT,
SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati. SGOT akan
meningkat kadarnya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati. Kembali ke sebelumnya
bahwa produksi SGOT bukan hanya ada pada hati, karena itu peningkatan SGOT tidak selalu
menunjukkan adanya kelainan di sel hati.

SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase)

merupakan suatu enzim yang terdapat di dalam sel hati. Karena itu, SGPT lah yang lebih
menggambarkan fungsi hati seseorang. Ketika sel hati mengalami kerusakan akibat sesuatu
baik itu gangguan virus atau gangguan lainnya, akan terjadi pengeluaran enzim SGPT dari
dalam sel hati ke darah. Hal ini akan diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.
Itu kenapa dokter selalu menganjurkan periksa SGPT untuk mengetahui kondisi fungsi hati
seseorang.

Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 0-35 u/L
(terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat tergantung dari laboratorium tempat
pemeriksaan).
Daftar Pustaka
Baron D. N, 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik (A Short Text Book of Chemical Pathology)

Edisi 4. Jakarta : EGC

Corwin J. E, 19.. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mark D. B, Mark A. D, Collen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar-Sebuah

Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC

Price S. A, Wilson L. M, 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4.

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai