Anda di halaman 1dari 11

1

A. PENDAHULUAN Dalam istilah, kata waris dapat diartikan sebagai suatu perpindahan berbagai

Dalam kehidupan modern saat ini, yang mana semakin berkembangnya pola hak dan kewajiban serta kekayaan orang yang telah meninggal dunia kepada orang

pikir manusia sehingga mempengaruhi segala bidang kehidupan. Namun, pada kali yang masih hidup.3

ini akan dibahas lebih khusus mengenai aspek social dan individu manusia itu Dalam literatur fiqh Islam, kewarisan (al-muwarits kata tunggalnya al-mirats )

sendiri, yaitu masalah warisan dan wasiat yang mana hal ini sangat rentan akan lazim juga disebut dengan faraidh, yaitu jamak dari kata faridhah diambil dari kata

kericuhan jika pelaksaan dan pemahamannya tidak benar. fardh yang bermakna ketentuan atau takdir . Al-fardh dalam terminology syari

Kehadiran sistem waris dan wasiat dalam hukum Islam sangat penting artinya ialah bagian yang telah ditentukan untuk ahli waris. 4

sebagai penangkal kericuhan dalam keluarga. Karena ada di antara anggota keluarga Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang

yang tidak berhak menerima harta peninggalan dengan jalan warisan. berkenaan dengan peralihan hak dan kewajiban atas harta kekayaan seseorang

B. PEMBAHASAN setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya. 5

B.1 Waris Idris Jafar dan Taufik Yahya menjelaskan pengertian warisan Islam sebagai

1. Waris seperangkat aturan-aturan hukum tentang pemindahan hak pemilikan harta

Warisan atau kewarisan yang sudah populer dalam bahasa Indonesia peninggalan pewaris, mengatur kedudukan ahli waris yang berhak dan bagian

merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yang artinya masing-masing secara adil dan sempurna sesuai dengan ketentuan syariat. 6

mewarisi,1 atau dari kata yang berarti berpindahnya harta si Jadi dapat disimpulkan bahwa waris adalah perpidahan harta ahli waris kepada

fulan (mempusakai harta si fulan).2 pewaris (orang yang menerima harta warisa berdasarkan hokum yang berlaku.

3 Muslich Maruzi, Pokok-pokok Ilmu Waris, Semarang: Mujahidin, 1981, h. 82.

4 Muhammad Amin Summa,Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005)edisi revisi,h
109

1 Ahmad Warson al-Munawir, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pondok Pesantren al- Munawir, 1984, h. 1655. 5 Mohammad Daud Ali,Hukum Islam dan Peradilan Agama,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002)edisi 1,cet kedua,h 120

2 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab, Jakarta: Hida Karya, 1990, h. 496. 6 Idris Djafar dan Taufik Yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995, h. 4.
2

2.Dasar HukumWaris

Adapun ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kewarisan antara lain:

Q.S an-Nisa ayat 33 :








Artinya : Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak

dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. dan (jika ada) orang-orang

yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka

bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

Q.S an-Nisa ayat 7 :















Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan

kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-

bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah

ditetapkan.

Q.S an-Nisa ayat 11-12
3

sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya.

Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh

seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu

buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki

maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak,

Artinya : Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak- tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara

anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu

perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka

bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat

seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada

masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-

mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu Q.S an-Nisa ayat 176

mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-



pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah

dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.

ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana. 12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan

oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu

mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya

4



Artinya : 176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: Artinya :6. Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri

"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal mereka sendiri[1200] dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang

dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di

saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin,

saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia kecuali kalau kamu berbuat baik[1201] kepada saudara-saudaramu (seagama).

tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah).

keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika Adapun hadits yang mengenai Hukum waris antara lain :

mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka

bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara

perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Artinya : Telah mengabarkan kepada kami dari Musa bin Ismail dari Wuhaib dari

dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Ibnu Thaus dari bapaknya dari Ibnu Abbas ra. Dari Nabi SAW. bersabda:

"Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada orang-orang yang berhak. Dan sisanya

untuk orang lakilaki yang lebih utama (dekat kekerabatannya). (HR.Bukhari dan

Muslim).7

Q.S al-Ahzab 6 :


Artinya : Sesungguhnnya Allah SWT. telah memberi kepada orang yang berhak

atasa haknya. Ketahuilah! Tidak ada wasiat kepada ahli waris. (H.R. Ahmad, Abu
Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah) 8


3.Filosofi Waris

7 Abu Abdillah al-Bukhary, Sahih al-Bukhari, Juz. 4, Beirut: Dar al-Fikr, 1410 H/1990 M, h. 189.

5

Seperti telah disebutkan diawal bahwa ketentuan Kewarisan telah diatur Adapun Asas pembagian 2:1 di jajaran kalangan umat islam. Maksud dari asa
sedemikian rupa dalam Al-Quran. Dibandingkan dengan ayat-ayat hukum lainnya, 2:1 adalah kaum laki-laki mendapatkan dua sedangkan kaum perempuan
ayat-ayat hukum inilah yang paling tegas dan rinci isi kandungannya. Ini tentu ada mendapatkan 1 bagian atau dengan kata lain, separuh dari bagian kaum laki-laki.
hikmah yang ingin di capai oleh Al-Quran tentang ketegasan hukum dalam hal Asas waris 2:1 ini dinilai oleh sebagian kalangan, khususnya dikalangan Feminis
Kewarisan. gender. Menurut mereka asas tersebut merupakan asas yang cenderung diskriminatif
9
Berikut ini ada beberapa hikmah adanya pembagian waris menurut hukum islam. kepada perempuan karena mengesampingkan asas keadilan semata.
Filosofi mengenai besarnya bagian laki-laki ini bisa jadi disebabkan karena
a. Pembagian waris dimaksudkan untuk memelihara harta (Hifdzul Maal).
laki-laki mengemban tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga, bila ia ingin
Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan Syariah (Maqasidus Syariah) itu
menikah pun, laki-laki harus membayar mahar dalam perkawinan. Sedangkan kaum
sendiri yaitu memelihara harta.
b. Mengentaskan kemiskinan dalam kehidupan berkeluarga. perempuan secara umum tidak dibebani kewajiban untuk membiayai kehidupan
c. Menjalin tali silaturahmi antar anggota keluarga dan memeliharanya agar
rumah tangganya apalagi membayar maskawin.10
tetap utuh.
4. Syarat dan Terhalangnya Ahli Waris
d. Merupakan suatu bentuk pengalihan amanah atau tanggung jawab dari
seseorang kepada orang lain, karena hakekatnya harta adalah amanah a. Sebab-Sebab Mendapatnya Waris
Alloh SWT yang harus dipelihara dan tentunya harus
Ada beberapa hal yang dalam Islam untuk menentukan seseorang itu
dipertanggungjawabkan kelak.
e. Adanya asas keadilan antara laki-laki dan perempuan sehingga akan berhakmendapatkan kewarisan apabila mempunyai sebab-sebab dari seseorang
tercipta kesejahteraan sosial dalam menghindari adanya kesenjangan
dapatmenerima harta si pewaris. Ada tiga sebab seseorang mendapatkan
maupun kecemburuan sosial.
f. Melalui sistem waris dalam lingkup keluarga. kewarisan,yaitu :
g. Selain itu harta warisan itu bisa juga menjadi fasilitator untuk seseoranng
a) Hubungan Kekerabatan
membersihkan dirinya maupun hartanya dari terpuruknya harta tersebut.
h. Mewujudkan kemashlahatan umat islam.
Hubungan kekerabatan disebabkan oleh adanya unsur hubungan darahdan
i. Dilihat dari berbagai sudut, warisan atau pusaka adalah kebenaran,
keadilan, dan kemashlahatan bagi umat manusia. hubungan ini ditentukan dengan adanya kelahiran sehingga setiap anakyang
j. Ketentuan hukum waris menjamin perlindungan bagi keluarga dan tidak
dilahirkan mempunyai hubungan kerabat dengan anak lainnya. menurut Imam
merintangi kemerdekaan serta kemajuan generasi ke generasi dalam
bermasyrakat. Hanafimengatakan hubungan kekerabatan terjadi setelah adanya akad nikah

8 As Shanani, Muhammad bin Ismail. tt. Subulussalam. Bandung: Dahlan Surabaya: Al Ikhlas, Terjemah Subulussalam,trj
Abu Bakar Muhammad

9 Aripin, Jaenal, Filsafat Hukum Islam : Tasyri dan Syari, UIN Jakarta Press (Jakarta : 2006), h.130. 10 Ibid h. 133.
6

yangsah, ini berarti bila berstatus suami dan isteri yang sah lalu lahir anak, b) Pembunuh

maka anak itu mempunyai hubungan kekerabatan dengan ayah dan ibunya. 11 Seseorang bisa terhalangi untuk mendapatkan hak waris oleh si pewarisnya

b) Hubungan Perkawinan apabila ia melakukan suatu perbuatan membunuh maka terhalanglah baginya

Perkawinan yang sah meyebabkan adanya hukum saling mewarisi antara untuk mendapatkan warisan, sebagaimana hadits Nabi saw dari Abu Hurairah

suami dan isteri, sebagaimana dalam surat an-Nisa ayat 12. Pada ayat di atas menurut riwayat an-NasaI dan Daruquthni yang artinya :

kata azwaju secara etimologi bermakna suami.isteri, ini berarti perkawinan Artinya : Seseorang yang membunuh tidak berhak menerima warisan dari

dikatakan sah apabila telah dilaksanakan akadnikah. orang yang dibunuhnya . 14

c) Hubungan Wala Adapun bentuk-bentuk pembunuhan yang menjadi pengahalang untuk


Hubungan wala merupakan hubungan suatu kekrabatan yang disebabkan oleh
mendapatkan kewarisan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini:
adanya pemerdekaan budak oleh tuannya. 12Adapun dalil yang dapat dijadikan
1) Menurut pendapat yang kuat dikalangan imam syafiI, bahwa
pegangan untuk hubungan wala terdapat pada surat an-Nisa ayat 33.
b. Halangan Mendapat Warisan pembunuhan dalam bentuk apapun bisa menjadi penghalang bagi

Di dalam kewarisan Islam ada beberapa hal tentang halangan seseorang seseorang untuk mendapatkan kewarisan.
2) Menurut Imam Malik, hanya pembunuhan yang disengaja yang menjadi
mendapatkan hak kewarisan, diantaranya yang dapat menjadi pengahalang bagi
penghalang seseorang untuk mendapatkan hak kewarisan.
seseorang ahli waris untuk mendapatkan warisan adalah : 3) Menurut Imam Hambali, pembunuhan yang menjadi pengahalang untuk

a) Perbudakan mendapatkan kewarisan adalah pembunuhan yang tidak dengan hak,

Seorang budak di pandang tidak cakap menguasai harta benda. Status keluarga sedangkan pembunuhan dengan hak tidak menjadi penghalang seseorang

terhadap kerabat-kerabatnya sudah putus, karena ia menjadi keluarga asing 13 untuk mendapatkan kewarisan. Karena pelakunya bebas dari sanksi

akhirat.
11 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minang Kabau, (Jakarta : Gunung Agung, 4) Menurut Imam Hanafi, yang menjadi penghalang untuk mendapatkan
1984 ), Cet. I, h. 30

kewarisan adalah pembunuhan yang dikenai sanksi qishas, sedangkan

12 Muhammad Al-Kodri, Ushul Fiqh, ( Mesir : Mathbaah al-Tijariah Kubra, 1956 ), Jil. II, h. 155 pembunuhan yang tidak dikenai qishas tidak mengahalangi kewarisan. 15
c) Berbeda Agama

13 Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (BW), Jakarta: Sinar Grafika, Cet I, h. 110 14 Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2006 ), Jil. V, h. 208
7

Adapun orang yang berhak mendapatkan hak waris dari si pewaris nya apabila keadaan. Karenanya, tak ada dalam syariat Islam sesuatu wasiat yang wajib

ia mempunyai agama yang sama dengan pewarisnya, maksud perbedaan dilakukan dengan jalan putusan hakim.18

agama adalah si pewaris mempunyai agama tertentu sedangkan ahli warisnya Sementara menurut Abd Al-Rahim dalam bukunya Muhadlarat fi Al-Mirats

mempunyai agama lain. Mengenai hak mewarisi orang kafir dari orang Al-Muqaran, mendefinisikan wasiat adalah tindakan sukarela seseorang memberikan

muslim atau sebaliknya. 16 hak kepada orang lain untuk memiliki sesuatu baik berupa benda atau manfaat

d) Hilang tanpa Berita secara sukarela dan tidak mengharapkan imbalan (tabarru) yang pelaksanaannya

Karena seseorang hilang tanpa berita tak tentu di mana alamat dan tempat ditangguhkan setelah peristiwa kematian orang yang memberi wasiat. 19

tinggalnya selama 4 tahun atau lebih, maka orang tersebut di anggap mati Secara etimologi wasiat mempunyai beberapa arti yaitu menjadikan, menaruh

karena hukum (mati hukmy) dengan sendirinya tidak mewarisi (mafqud). kasih saying, menyuruh dan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya.

Menyatakan mati tersebut harus dengan putusan hakim17 Secara terminologi wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik

B.2Wasiat berupa barang, piutang atau manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat

1. Pengertian Wasiat sesudah orang yang berwasiat mati.20

Istilah wasiat diambil dari washaitu-ushi asy-syaia (aku menyambung Fuqoha Malikiyah, Syafiiyah dan Hanabilah mengemukakan, wasiat adalah

sesuatu). Dalam syariat, wasiat adalah penghibahan benda, piutang, atau manfaat suatu transaksi yang mengharuskan si penerima wasiat berhak memiliki 1/3 harta

oleh seseorang kepada orang lain dengan ketentuan bahwa orang yang diberi wasiat peninggalan si pemberi setelah meninggal, atau yang mengharuskan penggantian

memiliki hibah tersebut setelah kematian orang yang berwasiat. Menurut asal hak 1/3 harta si pewasiat kepada penerima. kompilasi hukum islam mendefinisikan

hukum, wasiat adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sukarela dalam segala

15 Suhrawardi Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1995 ), hml. 54
18 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), Jilid 4, hlm.523.

16 Saleh al- Fauzan, Fiqh Sehari-hari, ( Jakarta : Gema Insani Press, 2005 ), h. 530-531
19 Abd Al-Rahim, al-Muhadlarat fi al-Mirats al-Muqaran, (Kairo : t.p., t.t.), hlm.117

17 Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut KitabUndang-Undang Hukum
Perdata (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 1994)h 112 20 Fatchur Rahman, 1979,Ilmu Waris,Jakarta: Bulan Bintang,h. 63.
8

wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga mati tidak berwasiat, adalah diambil dari pendapat mazhab Ibn Hazm yang
dinukil dari fuqaha tabiin dan pendapat Imam Ahmad.
yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia. 21
c. Pengkhususan kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka kepada cucu-
Ini berbeda dengan wasiat wajibah. Wasiat wajibah merupakan kebijakan cucu dan pembatasan penerimaan sebesar 1/3 peninggalan adalah didasarkan
pada pendapat Ibn Hazm dan kaidah :
penguasa yang bersifat memaksa untuk memberikan wasiat kepada orang tertentu
Pemegang kekuasaan mempunyai wewenang memerintahkan perkara yang
dalam keadaan tertentu. Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukan
mubah, karena ia berpendapat bahwa hal itu akan membawa kemaslahatan
kepada ahli waris atau kerabat yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari
umum. Apabila penguasa memerintahkan demikian, maka wajiblah ditaati.
orang yang wafat, karena adanya suatu halangan syara. 22 Suparman dalam bukunya
2.Dasar Hukum Wasiat
Fiqh Mawaris (Hukum Kewarisan Islam), mendefenisikan wasiat wajibah sebagai
Adapun ayat Al-Quran yang mengenai Wasiat antara lain :
wasiat yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau tidak bergantung kepada

kemauan atau kehendak si yang meninggal dunia.23

Adapun dasar hukum wasiat wajibah ini, menurut Fatchur Rahman, diambil
secara kompromi terhadap pendapat para Ulama Salaf dan Khalaf, yakni : 24

a. Kewajiban berwasiat kepada kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka
ialah diambil dari pendapat-pendapat fuqaha dan tabiin besar ahli fiqh dan
ahli hadis. Antara lain Said ibn Al-Musayyab, Hasan Al-Basry, Thawus, Artinya :180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
Ahmad, Ishaq ibn Rahawaih, dan Ibn Hazm.
b. Pemberian sebagian harta peninggalan si mati kepada kerabat-kerabat yang (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-

tidak dapat menerima pusaka yang berfungsi sebagai wasiat wajibah, bila si bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf[112], (ini adalah) kewajiban atas orang-

orang yang bertakwa.


21 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012. H.438).
Namun ketatapan hukum pada ayat ini akhirnya di nasakh (dihapus) oleh ayat-

22 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukun Islam, (Jakarta : PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2000), Jilid 6, hlm.1930. ayat mawaris (ayat tentang harta waris), yang menjelaskan bahwa harta warisnya

harus dibagikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hak nya masing-
23 Suparman, Fiqih Mawaris (Hukuk Kewarisan Islam), (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), hlm.163. masing. Dalam hukum yang baru ini juga telah ditetapkan siapa saja sanak kerabat

yang berhak menerima warisan si mayit, berapa hak mereka masing-masing, dan
24 Ibid.188-189.
9

siapa saja yang tidak berhak menerima warisan si mayit. Mahasuci Allah, Sang Raja separuhnya? Rasul menjawab: Jangan ! aku bertanya lagi: adakah aku

yang sebenar-benarnya.25 sedekahkan sepertiganya? Rasul menjawab: sepertiga (saja), dan sepertiga itu

Adapun hadits yang mengenai wasiat antara lain : sudah cukup banyak. Sungguh jika engkau tinggalkan ahli warismu itu dalam

keadaan kaya, jauh lebih baik daripada engkau tinggalkan ahli warismu itu dalam

keadaan fakir yang akan menjadi beban orang lain (apalagi sampah masyarakat).

(HR. Muttafaq Alaih )27


Artinya : Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a bahwa

Rasulullah SAW bersabda: Hak bagi seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang Wasiat wajibah ditetapkan untuk memberikan hak atau bagian harta kepada
orang-orang yang secara kekerabatan mempunyai hubungan darah, akan tetapi
hendak diwasiatkan, sesudah bermalam selama dua malam tiada lain wasiatnya itu
kedudukannya termasuk klasifikasi dzawil al-arqom atau ghairul warits.
tertulis pada amal kebajikannya.26
Misalnya,cucu laki-laki garis perempuan atau cucu perempuan garis perempuan.
Dalam kitab undang-undang hukum wasiat mesir No.7 TH1946, sebagaimana

dikutip Fathurrohman, menetapkan wajibnya pelaksanaan wasiat wajibah tanpa
tergantung persetujuan ahli waris, kendatipun si mayit tidak mewasiatkannnya.
Bahkan pelaksanaannya harus didahulukan sebelum wasiat-wasiat yang lain di

tunaikan. Sudah barang tentu di laksanakan setelah kebutuhan perawatan jenazah di

penuhi dan pelunasan hutang si mayit di bayar.
Artinya : Dari Saad bin Abi Waqqash r.a., dia berkata: aku bertanya kepada Dalam posisi sebagai dzawil al arham yang memiliki kekerabatan,dapat
dirasakan ketidak adilan, jika umpamanya sisa harta Yang masih ada setelah di ambil
Rasulullah SAW, katanya: Ya Rasulullah ! Aku (termasuk) orang yang
as habul di serahkan ke baitul mal yang pada akhirnya bermanfaat juga pada
berhartakekayaan, dan tidak ada orang yang akan mewarisi hartaku ini selain anak
kepentingan kaum muslimin. Atau boleh jadi disebabkan karena orang tua ahli waris
perempuanku satu-satunya. Adakah boleh aku sedekahkan 2/3 dari hartaku itu? dzawil arqam tersebut meninggal dunia terlebih dahulu dari pada muwarris. Sebab
sekiranya, orang tuanya tidak lebih dahulu meninggal dunia, maka mereka juga
Rasul menjawab: tidak (jangan) !, aku bertanya lagi: ataukah aku sedekahkan
padasaatnya akan menerima bagian melalui orang tuanya. Firman Allah SWT:

25 Aidh al Qarni, Tafsir Muyassar,. h. 138

27 Ibid, 150
26 Bukhr, 1992, Al-Bukhr, Beirut: Dar al-Fikr, Juz II, 149 -
10

...

Dari Ibnu Abbas, berkata: alangkah baiknya jika manusia mengurangi
wasiat mereka dari sepertiga ke seperempat. Karena sesungguhnya Rasulullah Saw
...orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak telah bersabda: wasiat itu sepertiga, sedangkan sepertiga itu sudah banyak. (HR
terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Wasiat hanya ditujukan kepada orang yang bukan ahli waris. Adapun kepada
Kompilasi Hukum Islam yang dianggap sebagai hasil ijma ulama Indonesia, ahli waris, wasiat tidak sah kecuali mendapat persetujuan dari semua ahli waris.
menetapkan ketentuan hukum tentang wasiat wajibah sendiri yang berbeda. Dalam Rasulullah Saw bersabda:
pasal 209 menyiratkan :
a. Subjek hukumnya adalah anak angkat terhadap orang tua angkat atau sebaliknya,
orang tua angkat terhadap anak angkat. dari Abu Amamah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi Saw
b. Tidak diberikan atau dinyatakan oleh pewaris kepada penerima wasiat akan tetapi bersabda. sesungguhnya Allah menentukan hak-hak tiap ahli waris. Maka dengan
dilakukan oleh negara. ketentuan itu tidak ada hak wasiat lagi bagi seorang ahli waris (HR lima orang
c. Bagian penerima wasiat adalah sebanyak-banyaknya atau tidak boleh melebihi 1/3
ahli hadis, selain Nasai)
(se pertiga) dari harta peninggalan pewaris.
Syarat-syarat orang yang berhak atas wasiat wajibah yaitu: 29
3.Rukun dan Syarat Wasiat a. Seseorang yang mendapatkan wasiat wajibah adalah bukan ahli waris. Jika
ia menerima sejumlah harta warisan meskipun sedikit,maka tidak wajib
Adapun rukun wasiat adalah sebagai berikut: 28
wasiat untuknya.
a. Ada orang yang berwasiat. b. Orang yang meninggal seperti kakek atau nenek belum memberikan
b. Ada yang menerima wasiat. wasiat kepada anaknya. Harta tersebut mungkin telah diberikan kepada si
c. Sesuatu yang diwasiatkan, disyaratkan dapat berpindah milik dari seseorang
kepada orang lain. anak, namun dengan jalan hibah.
d. Lafaz (kalimat) wasiat. Syarat-syarat orang yang dapat diserahi wasiat adalah:
a. Beragama Islam.
Sebanyak-banyaknya wasiat adalah sepertiga dari harta dan tidak boleh lebih
b. Sudah baligh.
dari itu kecuali apabila diizinkan oleh semua ahli waris sesudah orang yag berwasiat
c. Orang yang berakal sehat.
itu meninggal.
d. Orang yang merdeka.
Rasulullah Saw bersabda: e. Amanah (dapat dipercaya).

28 Sulaiman Rasjid,fiqh Islam,h,371 29 Hasbi Ash-Shiddieqy,Fiqhul Mawaris Hukum Waris Dalam Syariat Islam,(Jakarta:Bulan Bintang)h 295
11

f. Cakap dalam menjalankan sebagaimana yang dikehendaki oleh orang


yang berwasiat.\
Di dalam KHI Pasal 195 ayat (1) dinyatakan bahwa, Wasiat dilakukan secara
lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis dihadapan dua oramg saksi, atau
dihadapan notaris.
Pemberian wasiat wajibah ini dapat di pandang lebih memberikan manfaat
kepada mereka. Manfaat ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menghindari terjadinya
perpecahan di dalam keutuhan si mayit. Karena menurut AL-Ghazali, menghindari
kemudharatan adalah bagian dari upaya mewujudkan kemaslahatan. 30
C. PENUTUP
Persamaannya dari keduanya yaitu sama- sama mengalihkan kepemilikan kita
kepada orang lain. Perbedaan dari keduanya yaitu: Waris terkait dengan harta
peninggalan ( tirkah), Wasiat terkait dengan peninggalan seseorang diberikan ketika
orang masih hidup (pelaksanaannya ketika orang yang berwasiat sudah meninggal).
Islam sebagai ajaran yang universal mengajarkan tentang segala aspek
kehidupan manusia,termasuk dalam hal pembagian harta warisan. Islam
mengajarkan tentang pembagian harta warisan dengan seadil - adilnya agar
harta menjadi halal dan bermanfaat serta tidak menjadi malapetaka bagi
keluraga yang ditinggalkannya. Dalam kehidupan di masyaraakat, tidak
sedikit terjadi perpecahan, pertikaian, dan pertumpahan darah akibat
perebutan harta warisan. Pembagian harta warisan didalam islam diberikan
secara detail, rinci, dan seadil-adilnya agar manusia yang terlibat didalamnya
tidak saling bertikai dan bermusuhan yang terpenting pembagian harta
warisan setelah di tunaikan dulu wasiat si mayat apabila ia berwasiat .

30 Aripin, Jaenal, Op. Cit. h. 240

Anda mungkin juga menyukai