Anda di halaman 1dari 27

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

Kegiatan : Perencanaan Pembangunan Badan Jalan


Benturak Menuju Lirung Giham Payang ( Full
Design )
Klasifikasi : Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik
Sipil Transportasi (RE 104)

Tahun Anggaran : 2017

Wilayah : Kabupaten Mahakam Ulu

1
BAB I
UMUM

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan sesuatu yang diharapkan
oleh masyarakat dan merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian.
Mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini banyak kerusakan baik
diakibatkan faktor alam, maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan
sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi
kebutuhasn lalulintas yang makin tinggi. Di dalam proses perencanaan sebagai
pedoman untuk pelaksanaan perlu diperhatikan fakor-faktor, seperti kenyamanan,
keamanan, lingkungan serta faktor lain yang mendukung perencanaan lebih
matang dan terencana.

1.2. Tujuan
Tujuan pekerjaan ini adalah menyediakan desain lengkap Perencanaan
Pembangunan Badan Jalan Benturak Menuju Lirung Giham Payang ( Full Design
)di Kabupaten Mahakam Ulu, Propinsi Kalimantan Timur.

1.3. Lingkup Pekerjaan


a. Melaksanakan perencanaan teknis peningkatan jalan dan jembatan lengkap.
b. Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan Perencanaan Pembangunan
Badan Jalan Benturak Menuju Lirung Giham Payang ( Full Design )
mencakup kegiatan sebagai berikut :
1. Persiapan Desain
2. Survey Pendahuluan
3. Pengukuran Topografi
4. Inventarisasi Geometrik Jalan dan Jembatan
5. Survey Kondisi Jalan dan Jembatan
6. Penyelidikan Tanah (DPC, SPT, Sondir, Boring)
7. Perencanaan Teknis
8. Penggambaran
9. Perkiraan Harga Sendiri
10. Dokumen Lelang
11. Pembuatan Laporan
1.4. Pelaporan
Semua kegiatan harus dibuat laporan lengkap sesuai dengan Matrik Kegiatan serta
Matrik Tenaga Ahli.

BAB II PERSIAPAN DESAIN

2.1. Tujuan

Pekerjaan Persiapan Desain bertujuan mempersiapkan bahan dasar perencanaan


sebelum ke lapangan melaksanakan survey Pendahuluan antara lain :

a. Mempersiapkan data-data awal;


2
b. Membuat Desain Sementara dari data-data awal untuk dipakai sebagai panduan
Survey Pendahuluan / Recon di lapangan.

2.2. Lingkup Pekerjaan

Secara Team kegiatan pekerjaan ini dipandu oleh seorang Highway Engineer,
dan didampingi oleh Geoteknik Engineer, Geodetic Engineer, serta Hidrologi
Engineer, dalam pelaksanaannya antara lain :
a. Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status jalan dan jembatan yang akan
didesain.
b. Mempersiapkan peta-peta dasar.
c. Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada peta, serta menarik beberapa
Altenative rencana As jalan / Alinemen Horizontal dengan dilakukan
pengecekan Alinemen Vertikal sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi
Standar Perencanaan Geometrik Jalan.
d. Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah dan panjang jembatan, box culvert /
gorong-gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat
pada rute jalan tersebut.
e. Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait di pusat maupun di
daerah termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan / upah untuk di
sekitar lokasi proyek terutama pada proyek yang sedang berjalan.
f. Mengumpulkan dan mempelajari laporan-laporan yang berkaitan dengan
wilayah yang dipengaruhi atau mempengaruhi jalan / jembatan yang akan
direncanakan.

2.3. Persyaratan

Hasil Persiapan Desain harus dipersentasikan untuk mendapat Persetujuan (dari


Pengguna Jasa) dan bila perlu mengadakan perbaikan-perbaikan / saran-saran yang
nantinya akan dipakai sebagai panduan kegiatan selanjutnya.

BAB III
SURVEY PENDAHULUAN

3.1. Tujuan

Survey Pendahuluan atau Reconnaisance Survey adalah survey yang dilakukan pada
awal pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal
sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaan
selanjutnya.
Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap
survey detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan geoteknik,
survey bahan quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta metode
pelaksanaan, maka hasil dari kegiatan survey pendahuluan harus dibuat laporan
sebagai data awal perencanaan.

3
3.2. Lingkup Pekerjaan

Survey Pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah
disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon di lapangan yang meliputi
kegiatan :

3.2.1 Studi Literatur

Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung perencanaan


baik data sekunder misalnya data laporan Studi Kelayakan (FS), laporan Studi
Amdal, laporan-laporan lain yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi
/ mempengaruhi jalan / jembatan yang direncanakan.

3.2.2 Koordinasi dengan instansi terkait

Telah melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/unsur-unsur


terkait di daerah sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

3.2.3 Diskusi perencanaan di lapangan

Team bersama-sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya dan


membuat usulan perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan
bidang keahliannya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi
catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda di lapangan berupa patok
beserta dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing yang
akan difinalkan di kantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah
kembali.

3.2.4 Survey Pendahuluan Geometrik Jalan

1. Menentukan awal proyek (STA 0+000) dan akhir proyek yang tepat
menetapkan perkiraan koridor pengukuran untuk menentukan titik awal
dan akhir proyek dan menetapkan koridor pengukuran untuk
mendapatkan data yang cukup dalam merencanakan geometric.
Pada peninjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, diwajibkan
mengambil data sejauh 200 m sebelum titik awal dan 200 m setelah
titik akhir pekerjaan seperti disajikan dalam Gambar 1 berikut :

4
Gambar 1 : Koridor Pengambilan Data

2. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan


mengelompokkan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan,
pegunungan / bukit curam dalam bentuk tabelaris.

3. Mengidentifikasikan / memperkirakan secara tepat penerapan desain


geometric ( Alinemen horizontal dan vertikal ) berdasarkan pengalaman
dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Highway Engineer
yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-
pengukuran secara sederhana dan benar.

4. Didalam penarikan desain alinemen horizontal dan vertical harus sudah


diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan
untuk lokasi : galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-
gorong dan jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang bisa terlihat
dengan dibuatnya sketsa serta tabelaris di lapangan dari identifikasi
kondisi lapangan secara stationing dari awal s/d akhir proyek yang
nantinya akan diasistensikan dan mendapatkan persetujuan dari team
asisten recon.

5. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil


keputusan dalam pemilihan trase dengan anggota team yang saling terkait
dalam pekerjaan ini.
6. Di lapangan harus diberi / dibuat tanda tangan berupa patok dan tanda
banjir dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan
interval 50 m untuk memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan
foto-foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan
survey detail selanjutnya.

3.2.5 Recon Survey Topografi

Kegiatan dilakukan oleh Geodetic Engineer pada survey pendahuluan


adalah :

1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton


Bench mark diawal dan akhir proyek.
2. Mengamati kondisi topografi
3. Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan khusus serta morpologi
dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor.
4. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi / titik yang akan
dijadikan referensi.

3.2.6 Recon Bangunan Pelengkap Jalan

1. Untuk perencanaan jalan baru perlu dicatat data lokasi / STA ,


perkiraan lokasinya apa sudah sesuai dengan geometric dengan rencana
jenis konstruksi, dimensi yang diperlukan.

5
2. Untuk lokasi yang sudah ada Existing perlu dibuatkan infentarisasinya
dengan lengkap antara lain Sta , jenis konstruksi, dimensi, kondisi
serta mengusulkan penanganan yang diperlukan.
3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal,
muka air banjir dan muka banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya
tanda-tanda / gejala-gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi,
morfologi serta karakter aliran sungai dan dilengkapi foto-foto jika
diperlukan.
4. Mendiskusikan dengan team perencana apakah data-data dan usul
penempatan lokasi serta usul perencanaan/ penanganan sudah sesuai
secara teknis.
5. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus
serta saran-saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam
pengambilan data untuk perencanaan pada waktu melakukan survey detail
nanti dan pengaruhnya terhadap keamanan / kestabilan.

3.2.7 Recon Jembatan dan Gorong-gorong

1. Mengidentifikasi kondisi existing jembatan dan gorong-gorong, dengan


pengamatan secara visual atau menentukan jenis pengujian dengan
peralatan yang sesuai.
2. Menentukan jenis dan metode-metode penanganan yang sesuai
3. Menetapkan lokasi / posisi jembatan/ gorong-gorong untuk penggantian
jembatan/ gorong-gorong, pembangunan jembatan/ gorong-gorong baru,
duplikasi jembatan/ gorong-gorong, setelah berdiskusi dengan Highway
Engineer berdasarkan pengamatan lapangan.
4. Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan / konfigurasi bentang
jembatan serta teknik pelaksanaan atau ereksinya.
5. Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan.

3.2.8 Recon Survey Lalu Lintas

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan lalu lintas adalah :


1. Menentukan lokasi (tempat) yang akan diambil data kendaraan, baik
untuk 40 jam, 24 jam, 6 jam dan 3 jam (disesuaikan dengan kondisi
dilapangan).
2. Mengamati kondisi jalan serta bangunan pelengkap lainnya.
3. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting
4. Memperkirakan lebar perkerasan yang akan diterapkan dalam desain
berikutnya pada kondisi tertentu yang perlu untuk diadakan pelebaran.
5. Membuat rencana kerja untuk tim survey.

3.2.9 Recon Survey Geologi dan Geoteknik

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik


adalah :
1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik dan sifat tanah dan batuan.
2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi
pekerjaan.
6
3. Memberi rekomendasi pada Highway Engineer dan Bridge Engineer
berkaitan dengan rencana trase jalan dan rencana jembatan/gorong-
gorong yang akan dipilih.
4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus (rawan longsor,
gambut , jembatan, gorong-gorong, dll).
5. Mencatat lokasi yang akan dilakukan pengeboran maupun lokasi untuk
test pit.
6. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail.

3.2.10 Recon Survey Hidrologi / Hidraulik

Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan hidrologi / hidraulik


adalah :
1. Pengumpulan data curah hujan.
2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan
bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran.
4. Mengamati tata guna lahan.
5. Menginventarisasi bangunan drinase existing.
6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.

3.2.11 Recon Survey Dampak Lingkungan


Kegiatan yang dilakukan pada Survey Amdal adalah :
1. Menginventarisasi terhadap zona lingkungan awal yang bertujuan untuk
mengidentifikasi komponen lingkungan yang sensitive, yang meliputi :
a. Aspek fisik, kimia dan biologi
b. Aspek social ekonomi dan budaya masyarakat
2. Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas umum, dsb.
3. Pengambilan contoh air
4. Pengamatan kondisi
5. Photo dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan analisa.
6. Membuat rencana kerja untuk survey detail.

3.2.12 Recon Survey Harga Bahan, Upah dan Alat

Mengumpulkan harga bahan, upah dan alat dengan cara koordinasi dengan
instansi terkait.

3.3. Persyaratan

Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data harus


menggunakan format standar.

BAB IV
PENGUKURAN TOPOGRAFI

4.1 Tujuan

7
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data
koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan
skala : 1 : 1000, yang akan digunakan untuk perencanaan geometric jalan,
serta 1 : 500 untuk perencanaan jembatan, gorong-gorong dan penanggulangan
longsoran.

4.2 Lingkup Pekerjaan

4.2.1 Pemasangan patok-patok


- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm
atau pipa paralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan
diatasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi
rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang di
setiap sisi sungai / alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman
dari gerusan air sungai.

- Patok BM dipasang / ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas


tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi notasi dan nomor BM
dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah dipasang, kemudian difoto sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.

- Untuk setiap titik polygon dan sifat datar harus digunakan patok kayu
yang cukup keras, lurus dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-
kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan
diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi
nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu
ditambahkan patok Bantu.

- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaliknya pada daerah sekitar


patok diberi tanda-tanda khusus.

- Pada lokasi-lokasi khusus di mana tidak mungkin dipasang patok,


misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu,
maka titik-titik polygon dan sifat dasar ditandai dengan paku seng dilingkari
cat kuning dan diberi nomor.

4.2.2 Pengukuran Titik Kontrol Horizontal

- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan system polygon dan


semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik polygon.

- Sisi polygon atau jarak antar titik polygon maksimum 100 meter, diukur
dengan meteran atau dengan alat ukur titik secara optis ataupun
elektronis.

- Sudut-sudut polygon diukur dengan alat ukur theodolite dengan ketelitian


baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolite jenis T2
atau yang setingkat.

8
- Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran dan untuk setiap interval 5 km disepanjang trase yang diukur.
Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan
pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa)

Untuk pengukuran titik kontrol horizontal menggunakan format standar.

4.2.3 Pengukuran Titik Kontrol Vertikal

- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan


pergi pulang.
- Pengukuran sifat dasar harus mencakup semua titik pengukuran (polygon,
sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
- Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala
benar, jelas dan sama.
- Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga
benangnya, yaitu benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), dalam semua millimeter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi : 2T
= BA + BB.
- Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag
(pengamatan) yang genap.

Untuk pengukuran titik kontrol vertikal menggunakan format standar.

4.2.4 Pengukuran Situasi

- Pengukuran situasi dilakukan dengan system tachimeteri, yang mencakup


semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada, di
sepanjang jalur pengukuran seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah,
gedung dan sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan
kerapatan titik yang cukup, sehingga dihasilkan gambar situasi yang
benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan
dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolite.

4.2.5 Pengukuran Penampang Melintang

Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan persyaratan :

Interval
Interval
Lebar Koridor (m)
Kondisi (m) Jalan
(m) Jembatan /
Baru
Longsoran
- Datar, landai dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
50 (luar) + 100
- Tikungan 25 25
(dalam)

Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolite.


Untuk pengukuran penampang melintang menggunakan format standar.
9
4.2.6 Pengukuran Khusus (untuk Jembatan dan Gorong-gorong)

Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya :


perpotongan rencana trase jalan dengan sungai, dan/atau jalan yang sudah ada.

a. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai.


- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari
perkiraan titik perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih
berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval
pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.

- Pada daerah posisi jembatan interval pengukuran melintang dan


memanjang dilakukan setiap 10 meter (maksimal 15 meter).

- Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m


dari kedua tepi sungai dengan interval pengukuran penampang
melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter.

Untuk pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan


sungai menggunakan format standar.

b. Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada.


- Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing
100 m dari perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran
penampang melintang sebesar 25 meter.
- Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk
alam maupun manusia di sekitar persilangan tersebut.

4.3 Persyaratan

4.3.1 Pemeriksaan dan koreksi Alat Ukur

Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus
diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Theodolite :
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Sumbu II tegak lurus sumbu I
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horozontal = 0
- Kesalahan indeks vertikal = 0

b. Pemeriksaan alat sifat datar :


- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.

Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam
laporan.

4.3.2 Ketelitian dan Pengukuran


10
Ketelitian untuk pengukuran polygon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 kali akar jumlah titik
polygon dari pengamatan matahari pertama dan kedua.
b. Kesalahan azimuth pengontrol titik lebih dari 5.

4.3.3 Perhitungan Matahari

- Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada table almanak


matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun
yang sedang berjalan dan harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut
(kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan
harus dilakukan di lokasi pekerjaan.

- Perhitungan Koordinat
Perhitungan koordinat polygon dibuat setiap seksi, antara pengamatan
matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak
boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan
panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yng
lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
- Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5
mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar
perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.

- Perhitungan Ketinggian Detail


Ketinggian detail perhitungan berdasarkan ketinggian patok ukur yang
dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

4.3.4 Penggambaran

- Penggambaran polygon harus dibuat dengan skala : 1: 1000 untuk jalan


dan 1 : 500 untuk jembatan.
- Garis-garis dibuat setiap 10 cm.
- Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x)
dan ordinat (y) nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar harus
dicantumkan petunjuk arah utara.
- Penggambaran titik polygon harus berdasarkan hasil perhitungan dan
tidak boleh dilakukan secara grafis.
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X, Y, Z-nya dan diberi
tanda khusus.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang
harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi
dengan interval garis ketinggian (kontur) 1 (satu) meter.

11
BAB V
INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN

5.1 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai
kondisi perkerasan maupun kondisi jembatan dan gorong-gorong/box culvert
yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.

5.2 Lingkup Pekerjaan

5.2.1 Inventarisasi Kondisi Permukaan Jalan

Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m


yang tercatat selama berkendaraan.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :

1) Lebar perkerasan yang ada dalam meter.


2) Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi
Macadam, dll.
3) Nilai kekasaran jalan yang dapat diperoleh dari hasil survey NAASRA
Roughness Meter (IRI), atau ditentukan secara visual (RCI) dengan
ketentuan skala sebagai berikut : (hanya untuk peningkatan jalan).

RCI Kondisi Visual Tipe Permukaan Typical


8 10 Sangat rata
Hotmix (AC dan HRS)

yang halus, baru


68 Sangat baik / rata

dibuat.ditingkatkan

dengan beberapa lapisan


67 Baik

56 Cukup, sedikit/tak ada lubang, aspal


permukaan rata

34 Jelek, kadang-kadang berlubang,


tidak rata
Hotmix setelah dipakai beberapa tahun
atau lapisan tipis hotmix diatas
23 Rusak berat
Penetrasi Macadam dipakai untuk
pelaksanaan pekerjaan konstuksi
12 Tidak dapat dilalui kecuali oleh
Jeep 4 WD. disekitar ruas jalan yang ditingkatkan.

Hotmix lama, Nacas / Lasbutag baru

Penetrasi Macadam, Nacas baru atau


Lastbutag berumur beberapa tahun.

Penetrasi Macadam berumur 4-5 tahun,


jalan kerikil tak terawat.

Semua type perkerasan yang sudah


lama tidak terpelihara.

4) Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran
samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar / bangunan pendukung / tebing kepinggir perkerasan.
12
5) Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi
yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
6) Data yang diperoleh dicatat di dalam format Inventarisasi Jalan
(Highway Geometric Inventory), per 200 meter.
7) Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometric jalan minimal 1 (satu)
buah foto per 200 meter.
8) Foto ditempatkan pada format yang standard, dengan mencantumkan hal-
hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan
foto dan tinggi petugas yang memegang nomor Sta.

5.2.2 Inventarisasi Jembatan dan Gorong-gorong

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai existing


jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :

1) Nama, lokasi dan kondisi jembatan/gorong-gorong


2) Dimensi jembatan/gorong-gorong yang meliputi bentang, lebar ruang
bebas dan jenis lantai
3) Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan.
4) Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standard
5) Foto dokumentasi minimal 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan/gorong-
gorong yang diambil dari arah memanjang dan melintang, foto ditempel
pada format yang standard.

Untuk inventarisasi jembatan/gorong-gorong menggunakan format


standar.

5.3 Persyaratan

Proses pengambilan data atau inventarisasi harus menggunakan format standard seperti
terlihat pada lampiran inventarisasi jalan dan untuk jembatan mengacu pada BMS.

BAB VII
SURVEY KONDISI PERKERASAN JALAN

6.4. Tujuan

Survey Kondisi Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkerasan
yang meliputi lendutan dari suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya dukung tanah
dasar dan susunan / lapisan perkerasan.

6.5. Lingkup Pekerjaan

6.2.2 Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic
Cone Penetrometer)

13
Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran
yang ada.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan maksimal 200 m.
c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan lapisan
tanah dasar.
d. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada
seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
e. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan
tanah dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapis
batuan).
f. Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase,
cuaca, waktu dan sebagainya.
g. Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

6.2.3 Survey Susunan Lapisan Perkerasan dan Tanah Dasar dengan metode
Test Pit, metode pelaksanaan dapat dilihat pada survey geologi dan
geoteknik.

6.6. Persyaratan
Untuk pelaksanaan Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP
(Dynamic Cone Penetrometer) proses pengambilan data harus mengacu pada format
standar.

BAB VIII SURVEY


GEOTEKNIK

6.7. Tujuan

Tujuan Penyelidikan Geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk memberikan


informasi mengenai stabilisasi tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah
untuk keperluan bahan jalan dan struktur serta mengidentifikasi lokasi sumber
bahan termasuk perkiraan kuantitasnya.

6.8. Lingkup Pekerjaan

6.2.4 Penyelidikan Geoteknik


Kegiatan penyelidikan Geoteknik meliputi :

8.2.1.1 Pengambilan contoh tanah dari sumur uji (tanah terganggu)


Pengambilan contoh tanah dari sumur uji 25 40 kg untuk setiap contoh tanah.
Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji,
lokasi, kedalamannya. Penggalian sumur uji dilakukan pada setiap jenis
satuan tanah yang berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama,
dengan kedalaman 1 2 m. Setiap sumur uji yang digali dan contoh tanah
yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor
sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar
1,0 m, Log sumur uji digambarkan dalam dalam 4 bidang, dengan deskripsi
yang lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan.
14
8.2.1.2 Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah (Split Tube untuk tanah keras atau
Piston Tube untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi identitas
yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan dilakukan
pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan
penurunan) dengan ketinggan timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap
lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng)
dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter, dengan interval sekurang-
kurangnya 100 meter dan / atau setiap perubahan jenis tanah dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh
tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas
nomor bor tangan dan lokasi.

Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di lapangan


maupun dalam pengangkutan ke laboratorium. Jumlah titik dan kedalaman
pemboran disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Volume
yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah perkiraan
dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan (tambah/kurang) dengan
persetujuan Pengguna Jasa.
8.2.1.3 Pemboran mesin
Pemboran mesin dilakukan di lokasi jembatan, longsoran dengan ketentuan-
ketentuan berikut :
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan system putar (rotary
drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1
(satu) putaran per detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik.
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak dilakukan
dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan
diameter minimum 100 mm.
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak
terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sample berikutnya.
8. Penentuan titik lokasi boring (pemboran mesin) dan jumlah titik boring
disesuaikan kondisi dan kebutuhan di lapangan.
9. Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah
perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan
(tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa.

8.2.1.4 Pemboran Tangan


Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719

8.2.1.5 Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring

15
Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan ketentuan
berikut :

1. Digunakan single core barrel dengan cara putar.


2. Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam kantong
plastik dan ditutup rapat dengan cara diikat atau cara lainnya yang
diizinkan Pengawas.
3. Kantong plastik diberi label, nomor contoh, nomor bor, kedalaman, tanggal,
proyek.

8.2.1.6 Pengambilan contoh dengan Single & Double Core


Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan dengan
ketentuan berikut :
1. Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm
2. Panjang tabung minimal 500 mm
3. Panjang ruang contoh tabung minimal 40 mm.
4. Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua ujungnya
dan kemudian diberi label.

8.2.1.7 Sondir (Penetrometer Static)


Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,
menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan
daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki. Sondir dilakukan di lokasi
gorong-gorong/box culvert, penentuan titik lokasi sondir dan jumlah titik
sondir disesuaikan kondisi di lapangan.

Ada dua macam alat sondir yang bisa digunakan (disesuaikan kondisi di
lapangan) :
1. Sondir ringan dengan kapasits 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Penetrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir
Belanda (Ducth Penetrometer atau Ducth Deepsounding Apparatus) atau
percobaan Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test).
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, berturut-
turut menunjukkan harga > 150 kg/cm2, kedua alat sondir terangkat keatas,
sedangkan pembacaan manometer belum menunjukkan angka yang
maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada
baja kanal jangkar.

Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau berlawanan penetrasi
konus dan jumlah hambatan lekat, grafik yang dibuat adalah perlawanan
penetrasi conus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat
pada tiap hambatan.
Penentuan titik lokasi sondir dan jumlah titik sondir disesuaikan kondisi dan
kebutuhan di lapangan
Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah
perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan
(tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa.

16
8.2.2 Lokasi Quarry

Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan,


maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada di sekitar
lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus menginformasikan lokasi
quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan
kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin
timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto.
Penentuan lokasi dan jumlah quarry disesuaikan kondisi dan kebutuhan di
lapangan
Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah
perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan
(tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa.

8.3. Persyaratan

8.3.1 Pengujian Lapangan


Metode pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti
yang dijelaskan pada table 1 berikut :

No. Pengujian Acuan Keterangan


1. Resistivy ASTM G57-78
Pada daerah
rencana jembatan,
Standard Penetration Test penanganan
2. termasuk Split Spoon ASTM D1586-94 longsoran harus
Sampling mencapai
kedalaman lapisan
keras.
3. Stand pipe AASHTO T2252-84

8.3.2 Pekerjaan Laboratorium


Pekerjaan laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada
Tabel 2.

No. PENGUJIAN ACUAN KETERANGAN


SIFAT INDEKS
1. Kadar air ASTM D221692
2. Batas susut ASTM D427-93
3. Batas plastic ASTM D4318-93 - Fresh Condition
4. Batas cair SK-SNI M-07-1989-F - Oven dried 1000C
5. Analisa Saringan SNI 03-3423-1994-F
6. Berat jenis ASTM D 854-92 Gunakan Wet methode
7. Berat isi SNI-1742-1989
8. Chloride Content K.H. Head, Vol. 1, 1984
9. Carbonate Content K.H. Head, Vol.1, 1984
10. Sulphate Content K.H. Head, Vol.1, 1984
SIFAT KUAT GESER TANAH

17
- Fresh sample dengan Penjenuhan
- Fresh sample tanpa penjenuhan
1. Direct Shear SNI 03-2813-1992
- Fresh sample di oven 70 0C selama
satu hari
2. Swelling ASTM D 4546-90
KEPADATAN
1. Pemadatan
SIFAT KELULUSAN
Manual of Soil Laboratory Testing dgn
1. Permeabilities K.H. Head Vol. 2, 1984
methode Falling Head.

Untuk survey dan perhitungan Laboratorium Geologi dan


Geoteknik menggunakan format standar.

BAB X
PERENCANAAN
TEKNIS

9.1 Tujuan

Tujuan dari Perencanaan Teknis ini adalah untuk merencanakan baik geometrik,
perkerasan, jembatan, box culvert/gorong-gorong, struktur bangunan pelengkap,
sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan, sehingga menghasilkan suatu
perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta ramah terhadap lingkungan.

9.2 Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan ini tercakup dalam kegiatan ini :


a. Merencanakan geometrik jalan dan jembatan dengan memperhatikan stabilitas
lereng,
b. Merencanakan jenis serta tebal perkerasan,
c. Merencanakan bangunan atas dan bawah jembatan (bentang jembatan kurang
dari 20m),
d. Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan,
e. Menyiapkan dokumen lelang.

9.3 Persyaratan
9.3.1 Perencanaan Geometrik
1. Standar geometric jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata
Cara Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No. 038/BM/1997
dan Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Bina Marga
Maret 1992).
2. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03-3424-1994
3. Keselamatan Lalu lintas
Dalam perencanaan harus mempertimbangkan aspek keselamatan
pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska
konstruksi. Perencana harus menjamin bahwa semua elemen yang
direncanakan memenuhi persyarataan desain yang ditetapkan dan sesuai
dengan kondisi lingkungan setempat.
18
4. Perangkat Lunak Perencanaan
Dalam melaksanakan perencanaan dengan menggunakan perangkat
lunak yang kompatibel, misalnya :
- Land Development : Untuk pekerjaan Geometric Jalan (Horizontal
& Vertical), Cut and Fill;
- AutoCAD (Computer Aided Design) : Untuk pekerjaan
gambar/design detail baik untuk gambar 2D atau 3D;
- SAP2000 : Untuk pekerjaan perhitungan structure, perkerasan
jalan/kaku;
- MatLab (Matrix Laboratory) : Untuk pekerjaan perhitungan
stabilitas lereng/longsoran;
- MS. Office : Untuk pekerjaan data dan laporan-laporan, dll.;
9.3.2 Stabilitas Lereng
Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang
berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman dari
keruntuhan.

Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter tentang sifat


fisik tanah setempat yang diperoleh dari contoh tabung (undisturbed
sample) beberapa dari test triaxial atau direct shear.

Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu = kohesi tanah, =


sudut geser tanah dan w = berat isi tanah.
Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang
aman) dilakukan dengan menggunkan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu
contoh rumus yang dapat digunakan adalah :

C
Fk
Na x w xH

Dimana : Na = Angka Stabilitas Taylor


C = Kohesi Tanah (ton/m2)
H = Tinggi Lapisan Tanah (m)
w = Berat Isi Tanah Basah (ton/m3)
Fk = Faktor keamanan (Fk>1,251 lereng aman )

Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam
tanah ( ) dengan sudut lereng desain ( ) ke dalam grafik Taylor (terlampir).

Factor lereng (F) digunakan asumsi :


FK>1,251 lereng aman
FK=1,251 lereng dalam keseimbangan
FK<1,251 lereng tidak aman

9.3.3 Stabilitas Badan Jalan


Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang
ada, jenis dan karakteristik batuan, dan kondisi lereng.
Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu gerakan
tanah atau longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan longsoran yang
mungkin terjadi (hasil analisis) akibat jenis, arah dan struktur lapisan
19
batuan, dan longsoran yang dapat terjadi akibat pembangunan jalan. Untuk
ketiga hal diatas harus diindetifikasi jenis gerakan, faktor penyebabnya, dan
usaha-usaha penanggulangannya.

9.3.4 Perencanaan Perkerasan


1. Standar
2. Analisis Lalu lintas
3. Pemilihan Jenis Bahan Material

9.3.6 Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman Jalan


Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap
dan pengaman jalan dalam pekerjaan ini adalah :

a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang-


undang Lalu lintas No. 14 Tahun 1992.
b. Standar Box Culvert (Bipran) 1992.
c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Subdit PSP 2002).

9.3.7 Penggambaran
1. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap
Detail perencanaan dan mengajukannya kepada Pengguna Jasa untuk
diperiksa dan disetujui.

Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya


antara lain :
a. Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala 1 :
1000 untuk jalan dan 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis
tinggi 1.0 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.
b. Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala vertical 1 : 1000
untuk jalan dan 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertical 1 : 100
yang mencakup data yang dibutuhkan.
c. Potongan melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA
(interval 50 meter), namun pada segmen khusus harus dibuat dengan
interval lebih rapat. Gambar potongan melintang dibuat dengan skala
horizontal 1 : 100 dan skala vertical 1 : 50. Dalam gambar potongan
melintang harus mencakup :
- Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
- Profil tanah asli dan profil / dimensi DAMIJA (ROW) rencana.
- Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
- Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada).
d. Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar
dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang
diperlukan antara lain :
- Gambar konstruksi existing yang ada
- Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada
ketinggian yang berbeda-beda
- Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota
- Rincian konstruksi perkerasan
- Penampang bangunan pelengkap

20
- Bentuk dan konstruksi bahu jalan
- Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
e. Gambar standar yang mencakup antara lain : gambar bangunan
pelengkap, drainase, rambu jalan, marka jalan dan sebagainya.

f. Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan


g. Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

2. Gambar Rencana Akhir (Final Design)


Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan
perencanaan disetujui oleh Pengguna Jasa dengan memperhatikan
koreksi dan saran yang diberikan.
Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang telah
diperbaiki dan dilengkapi dengan :
a. Sampul luar (cover) dan sampul dalam
b. Daftar isi
c. Peta lokasi proyek
d. Peta lokasi Sumber Bahan material (Quarry)
e. Daftar symbol dan singkatan
f. Daftar bangunan pelengkap dan volume
g. Daftar rangkuman volume pekerjaan.

9.3.8 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Pelaksanaan Fisik


a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai dengan
spesifikasi yang dipakai.
b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan.
Table perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata
pembayaran (pay item).

9.3.9 Perkiraan Biaya Pelaksanaan Fisik (Engineers Estimate)


1. Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan dan peralatan
yang akan digunakan dilokasi pekerjaan.
2. Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk
semua mata pembayaran yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28 PRT/M/2016 Tentang Analisa
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
3. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan
konstruksi.

9.3.10 Spesifikasi
1. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum.
2. Bila diperlukan, tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata
pembayaran yang tidak tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.
3. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh
Pengguna Jasa.

21
BAB X
KEAHLIAN YANG DIPERLUKAN

10.1 Tujuan

Tujuan dibuat ketentuan mengenai keahlian yang diperlukan, adalah untuk


mendapatkan hasil pekerjaan perencanaan yang optimal dan sesuai dengan standar
yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian
Pekerjaan Umum.

10.2 Tugas dan Fungsi Tenaga Ahli


10.2.1 Ahli Teknik Jalan Raya (Team Leader)
Tugas utama tim adalah bertanggung jawab pada hal-hal berikut :
- Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan semua kegiatan
dan personil yang terlibat dan dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan baik serta mencapai hasil yang diharapkan.
- Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap
mengumpulkan data, pengelolan dan penyajian akhir dari hasil
keseluruhan pekerjaan
Tugas ahli teknik jalan raya adalah merencanakan dan melaksanakan
semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis jalan yang
mencakup pelaksanaan survey, pemilihan trase, perencanaan
geometric, perkerasan jalan dan bangunan pelengkap yang diperlukan,
serta harus menjamin bahwa jalan yang dihasilkan adalah pilihan yang
paling ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum.
Persyaratan minimal :
- Pendidikan Sarjana (S-1) Teknik Sipil.
- Pengalaman dalam bidang perencanaan jalan minimal 6 (enam) tahun,
- Pernah menduduki posisi Ketua Tim (Tim Leader) dalam pekerjaan
perencanaan jalan/jembatan, dibuktikan dengan surat keterangan dari
pemberi kerja,
- Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Madya Ahli Teknik
Jalan.

10.2.2 Ahli Teknik Pengukuran (Geodetic Engineer)


Tugas ahli teknik pengukuran adalah merencanakan dan melaksanakan
semua kegiatan dalam pekerjaan pengukuran yang mencakup pelaksanaan
survey pengukuran, pengolahan data pengukuran, dan penggambaran yang
dihasilkan adalah benar, akurat, dan siap digunakan untuk tahap
perencanaan teknis jalan dan jembatan.
Persyaratan minimal :
- Pendidikan Sarjana (S-1) Teknik Sipil/Geodesi,
- Mempunyai pengalaman dalam bidang perencanaan jalan/jembatan
minimal 3 (tiga) tahun, dibuktikan dengan surat keterangan dari
pemberi kerja,
- Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Muda Geodesi.

22
10.2.3 Ahli Geoteknik (Geoteknik Engineer)

Tugas ahli geoteknik adalah merencanakan dan melaksanakan semua


kegiatan yang mencakup pelaksanaan penyelidikan tanah di lapangan dan
di laboratorium, pengolahan dan analisis data tanah, dan perhitungan-
perhitungan mekanika tanah, serta harus menjamin bahwa data, analisis
dan perhitungan mekanika tanah yang dihasilkan adalah benar, akurat,
siap digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai kondisi,
sifat-sifat dan stabilitas badan jalan untuk tahap perencanaan teknis jalan
dan jembatan.
Persyaratan minimal :
- Pendidikan Sarjana (S-1) Teknik Sipil/Geologi,
- Mempunyai pengalaman dalam bidang perencanaan jalan/jembatan
minimal 3 (tiga) tahun, dibuktikan dengan surat keterangan dari
pemberi kerja,
- Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Muda Geoteknik.

10.3 Tenaga Sub Profesional


- Assisten Highway Engineer : 1 (satu) orang.
- Assisten Geodesi Engineer : 1 (satu) orang
- Assisten Geoteknik Engineer : 1 (satu) orang
- Surveyor : 3 (tiga) orang..
- Laboratorium Technician : 1 (satu) orang.
- Quantity / Cost Estimator : 1 (satu) orang

10.4 Tenaga Pendukung


- Office Manager : 1 (satu) orang.
- CAD Draftman : 1 (satu) orang.
- Operator Komputer / Typist : 1 (satu) orang

23
BAB XI
PELAPORAN

11.1 Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta sebagai bahan
pelaksanaan, setiap tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan secara detail dan
lengkap.

11.2 Laporan Pendahuluan


Laporan yang harus dibuat :
A. Laporan Administrasi :
1. Laporan Pendahuluan berupa ringkasan yang berisi metodologi dan rencana
kerja, yang dapat berfungsi sebagai umpan balik/feed back untuk perbaikan.

2. Laporan Survey Pendahuluan


Laporan dibuat selengkap-lengkapnya yang berisi seluruh kegiatan pada
survey pendahuluan yang memuat :
a. Foto dokumentasi,
b. Data lapangan sebagai bahan untuk survey berikutnya,
c. Analisa bahan untuk perencanaan,
d. Laporan teknis.

3. Laporan Bulanan
Berupa ringkasan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan, total
kemajuan kegiatan, dan keterlambatan yang terjadi serta sebab-sebabnya.
Selanjutnya juga memberikan saran-saran untuk mengatasinya dan tindakan
yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut di atas. Termasuk
semua kajian ulang yang diperlukan dan rencana kerja bulan berikutnya.

4. Laporan Akhir (Final Report)


Berupa rangkuman kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian pelaksanaan
survey pendahuluan, pengolahan data, perhitungan perencanaan beserta
rumus-rumus dan asumsi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

B. Laporan Teknis :
1. Laporan Perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan-pekerjaan
masing-masing laporan berisi :
- Daftar isi
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan lengkap.
- Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur
bangunan bawah beserta pondasinya, drainase, jalan dan lain-lain.
- Gambar rencana dibuat pada kertas kalkir ukuran A1, untuk kemudian
diperkecil menjadi A3.

2. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya

24
Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap item
pekerjaan yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya.
Laporan perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan
yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut :
- Daftar isi
- Peta lokasi proyek
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan
- Perhitungan perkiraan kuantitas
- Analisa biaya
- Perkiraan biaya

3. Laporan penyelidikan tanah


Laporan Akhir Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut :
- Data proyek,
- Peta situasi proyek menunjukkan secara jelas lokasi proyek,
- Kondisi morfologi sepanjang lokasi,
- Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan,
- Hasil Boring dan Sondir,
- Hasil akhir pemeriksaan/uji tanah di laboratorium,
- Analisa perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng,
- Analisa longsoran sepanjang trase jalan,
- Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume
cadangan),
- Rekomendasi.

4. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai
hal-hal berikut :
- Data Proyek,
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat,
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran,
- Kegiatan pengukuran untuk titik kontrol horizontal,
- Kegiatan pengukuran untuk titik kontrol vertical,
- Kegiatan pengukuran situasi,
- Kegiatan pengukuran penampang melintang,
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada),
- Perhitungan dan penggambaran,
- Peralatan ukur yang digunakan berukur nilai koreksinya,
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi
termasuk kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan
matahari, dan semua obyek yang dianggap penting untuk keperluan
perencanaan jalan,
- Deskripsi BM (sebagai lampiran),
- Data ukur hasil ploting dan negative film harus diserahkan.

5. Laporan Hidrologi
Laporan mengenai survey dan analisis hidrologi, yang meliputi :
- Data proyek,
25
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek
terhadap kota besar terdekat pos pencatat curah hujan,
- Analisis / perhitungan,
- Penentuan dimensi dan jenis bangunan air,
- Daftar lokasi bangunan air yang direncanakan.

6. Laporan UKL/UPL
Laporan hasil pekerjaan analisa dampak lingkungan harus mencakup
identifikasi, upaya pengolahan/pemantauan dampak lingkungan yang
berkaitan dengan :
- Rencana trase jalan termasuk fasilitas pelengkapnya seperti
persimpangan, galian/timbunan, jembatan dan gorong-gorong,
- Pengadaan lahan dan ganti rugi,
- Keselamatan pemakai jalan,
- Aspek hidrologi antara lain : banjir, erosi, sendimentasi dan pencemaran
air sungai, saluran irigasi dan saluran darinase,
- Aspek geologi, seperti jenis tanah/batuan, dan stabilitas lereng,
- Pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi, seperti pengaturan jam
kerja, pengoperasian alat-alat berat dan gangguan lalu lintas,
- Kawasan konservasi, hutan lindung, cagar alam/budaya, dan tempat-
tempat bersejarah,
- Estitika lingkungan dan lanskap,
- Jalur angkutan bahan material dari quarry dan pembuatan base camp,
- Pengoperasian dan pemeliharaan jalan.

7. Dokumen pelelangan pekerjaan fisik


Dokumen pelelangan pekerjaan fisik sesuai dengan standar dokumen
pengadaan nasional dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP).

8. Laporan Inventarisasi Jalan dan Jembatan


Hasil dari survey inventarisasi dibuat dalam satu laporan inventarisasi yang
memuat :

1. Foto dokumentasi
2. Data Lapangan
3. Perhitungan
4. Laporan teknis

10. Laporan Survey Kondisi Perkerasan Jalan


1. Data lapangan
2. Perhitungan
3. Usulan penanganan sementara
4. Laporan Teknis

11. Seluruh pelaporan ini diserahkan kepada Pengguna Jasa selain dalam
bentuk hardcopy, juga dalam bentuk digital, yaitu Soft Copy ke HardDisk
Eksternal 1 Terra Byte.
26
13.3 Penutup

Hal-hal teknis yang belum tercakup dalam KAK ini akan disampaikan dalam acara rapat
penjelasan (aanwijzing) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak
pekerjaan. Demikian Perencanaan Pembangunan Badan Jalan Benturak Menuju Lirung
Giham Payang ( Full Design ) di Kabupaten Mahakam Ulu ini dibuat sebagai acuan dasar
dalam pelaksanaan pekerjaan oleh konsultan.

Ujoh Bilang, April 2017

Pejabat Pembuat Komitmen

YUNIK BACHTIAR, ST, MT


NIP. 1969063020011121 001

27

Anda mungkin juga menyukai