Oleh:
Brian Umbu Rezi Depamede
H1A 212 013
Penguji:
dr. Dian Widiastuti Vietara, Sp.KJ (K)
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : Bercerai / Janda
Alamat : Desa Kesik, Dusun Munsa, Kecamatan Masbagik
Tanggal MRS : 30 Agustus 2016
Pasien dibawa oleh keluarganya ke UGD RS Jiwa Provinsi NTB pada hari
Selasa tanggal 30 Agustus 2016. Ini adalah ketujuh kali pasien dirawat inap di
RS Jiwa Provinsi NTB.
A. Keluhan Utama :
Mengamuk dirumah semenjak 1 hari terakhir (30 Agustus 2016).
1
tidurnya. Pada tanggal 28 Agustus 2016, pasien dikeluhkan, berbicara
sendiri, tertawa tanpa sebab, nyanyi-nyayi, suka keluyuran dan sulit tidur.
Tanggal 29 Agustus 2016, pasien dikeluhkan mulai marah-marah dan
mudah tersinggung, berteriak dan berbicara kotor. Tanggal 30 Agustus,
pasien mengamuk, dan memukul bibi pasien karena tidak suka sama bibi
pasien yang sulit untuk dinasehati dan suka berfoya-foya. Keluarga
mengatakan bahwa bibinya sebenarnya memang orang yang sulit dikasih
tau oleh keluarga dan memiliki kebiasaan suka menghambur-hamburkan
uang.
Autoanamnesis
Pasien mengatakan sudah dirawat di RSJ Provinsi NTB sebanyak
tujuh kali. Pasien mengatakan bahwa dia dibawa oleh keluarga karena
mengamuk. Pasien mengatakan dia mengamuk karena sakit hati sama
bibinya yang suka berfoya-foya di facebook, sehingga pasien memukul
dan menjambak bibinya. Saat ini pasien merasa sedih karena ingin pulang
bertemu dengan keluarga, tetapi senang karena memiliki banyak teman di
RSJ. Pasien merasa tidak menderita sakit jiwa saat ini, tetapi hanya sakit
hati. Pasien mengeluhkan sulit untuk mengendalikan emosinya sehingga
gampang sakit hati dan marah sama orang lain.
Pasien mengatakan dulu sempat sakit jiwa karena ditinggal pacar
yang tidak mau menikahi dirinya, lalu menikahi orang lain yang
dianggapnya hanya sebagai pelarian bukan karena cinta. Setelah menikah
1 bulan pasien memutuskan bercerai karena tidak cinta dengan suaminya
yang pertama. Semenjak bercerai pasien mengatakan dirinya sering marah-
marah, mengamuk, dan pernah mencoba bunuh diri dengan menabrakkan
dirinya ke mobil sampai muntah darah. Karena keadaan pasien sehingga
keluarga membawa pasien ke RSJ. Pasien mengatakan pernah menikah
untuk kedua kalinya pada usia 31 tahun, tetapi karena merasa suaminya
terlalu tua dibandingkan umur pasien, setelah 1 setengah bulan menikah
2
pasien memilih untuk bercerai. Setelah bercerai pasien kembali dibawa ke
RSJ karena mengamuk di rumah.
Selain itu pasien mengatakan pernah diculik jin berbentuk cahaya
dan memiliki muka saat pasien berusia 15 tahun, lalu dibawa ke sawah,
bicara dengan cahaya tersebut, dan diperkosa. Pasien mengatakan bahwa
jin cahaya itu adalah jin Islam. Saat ini, pasien mengatakan tidak pernah
mendengar suara bisikan tetapi beberapa kali melihat jin cahaya lewat
didepannya. Pasien mengatakan sering marah apa bila keinginannya tidak
terpenuhi atau bila pasien tidak didengarkan saat berbicara.
Wawancara (05/09/2016)
3
Pasien : Saya sakit hati sama bibi saya, karena sulit dikasi tau
orangnya suka foya-foya.
DM : Kemudian?
Pasien : Terus saya ngamuk, sampai mukul sama jambak rambut
bibi saya. Gara-gara itu saya dibawa kesini
DM : Waktu mau dibawa kesini, dibilang apa sama keluarga?
Pasien : Ndak ada
DM : Buk Salmini tau ndak ini dimana?
Pasien : Iya, rumah sakit jiwa.
DM : Apa yang Buk Salmini rasakan, kok sampai dibawa
kesini?
Pasien : Iya, saya sakit hati gara-gara orang dirumah saya.
DM : Oo, emang kenapa buk sama orang dirumah?
Pasien : Iya saya sakit hati kalo ndak didenger atau ndak
diturutin.
DM : Buk salmini merasa dijelek-jelekin ndak sama orang
dirumah?
Pasien : Ndak, Cuma saya suka marah-marah ndak bisa nahan
emosi.
DM : Oo begitu, buk Salmini pernah mendengar suara suara
aneh atau bisikan ndak?
Pasien : Ndak pernah
DM : Oh begitu, kalau lihat bayangan atau cahaya pernah buk?
Yang orang lain ndak bisa lihat?
Pasien : Iya pernah lihat jin cahaya, waktu saya usia 15 tahun
saya diculik sama jin cahaya itu, terus dibawa kesawah,
diajak bicara, tapi terus diperkosa.
DM : Oo gitu ya buk, sekarang masih lihat jin cahaya itu?
Pasien : Udah ndak.
DM : Oh begitu, kalau merasa takut sampai ngurung diri,
pernah buk?
Pasien : Ndak.
DM : Oo, Buk salmini pernah kepikiran buat bunuh diri?
Pasien : Ndak
DM : Oh begitu ya buk, ada keluhan lain lagi nggak yang buk
Salmini rasakan?
Pasien : Ndak ada.
DM : Bagaimana perasaan buk salmini 2 minggu terakhir ini?
Lebih banyak senangnya atau sedihnya?
4
Pasien : Ada senang ada sedihnya, senangnya saya punya banyak
temen. Kalo sedihnya saya pingin pulang, kangen
keluarga.
DM : Sabar ya buk, nanti kalau sudah waktunya pulang pasti
diizinkan pulang. Sebelumnya ibu sudah pernah berobat
kemana saja? Apa pernah dirawat disini?
Pasien : Pernah dibawa ke dukun, terus kesini udah 7 kali
DM : Oh gitu, buk Salmini rutin minum obatnya dirumah?
Pasien : Selalu rutin.
DM : Buk Salmini pernah kecelakaan, kejang, panas tinggi,
darah tinggi, kencing manis, sesak pernah gak?
Pasien : Ndak
DM : Pernah merokok atau maaf sebelumya minum alkohol
atau narkoba?
Pasien : Rokok, alkohol, narkoba ndak pernah
DM : Dikeluarga ada yang pernah dibawa ke sini juga ndak
seperti buk Salmini?
Pasien : Ndak
DM : Baik kalau begitu, pemeriksaan hari ini cukup ya,
semoga apa yang buk Salmini ceritakan bisa membantu
masalah ibu. Buk Salmini bisa istirahat lagi, terimakasih
ya.
Pasien : Iya
5
pertamanya. Keluarga mengeluhkan bahwa pasien sering nyanyi-
nyanyi, ngomong sendiri, terkadang melamun, dan tertawa tanpa
sebab. Selain itu menurut keluarga, pasien sulit untuk mengendalikan
emosinya, sehingga sering marah-marah, mengamuk, berteriak,
berbicara kotor, hingga memukul orang. Keluarga mengatakan pasien
tidak pernah mengalami trauma atau lakaan sebelumnya
Dulu saat sebelum sakit, pasien dikenal sebagai pribadi yang baik,
taat beribadah dan mudah bergaul serta memiliki cukup banyak teman.
Pasien juga dikenal sebagai orang yang ramah dan tenang. Pasien
tidak memiliki pekerjaan tetapi sering membantu orangtuanya
dirumah dan disawah. Selama sekolah, keluarga tidak pernah
mendapatkan laporan tentang masalah pasien dengan teman-teman
ataupun guru-gurunya di sekolah dan pasien termasuk anak yang
cukup cerdas waktu SD. Setelah pasien mengalami gangguan jiwa,
keluarga mengatakan pasien menjadi orang yang selalu berfikir
negatif terhadap orang lain, masih bisa bergaul dengan orang-orang
sekitar rumah tetapi mudah tersinggung, malas untuk disuruh ataupun
membantu orangtua bekerja disawah atau dirumah, tetapi masih
mandiri dalam melakukan perawatan diri seperti mandi dan makan.
6
2) Riwayat Gangguan Medis
7
pasien berusia 18 tahun. Pasien juga hanya menyelesaikan
pendidikan sampai SD, karena pasien tidak mau bersekolah lagi dan
mau membantu orangtua bekerja di sawah.
5) Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien merupakan lulusan SD, dimana selama disekolah hubungan
dengan teman-temannya menurut keluarga cukup baik, tidak
masalah dengan teman atau guru disekolah. Untuk prestasi pasien
menurut keluarga, pasien merupakan anak yang cukup pintar dan
dapat mengikuti kegiatan disekolah tanpa masalah.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja, tapi sering membantu orangtua membersihkan
rumah dan membantu kerja di sawah.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah 2 kali dan bercerai. Pasien bercerai dengan
suami pertamanya karena tidak cinta pada suaminya, dan
menganggap bahwa suaminya hanya sebagai pelarian karena pasien
masih mencintai mantan pacarnya. Sedangkan, alasan pasien
bercerai dengan suami keduanya yaitu karena pasien merasa bahwa
suaminya terlalu tua bagi pasien dan pasien tidak mencintai
suaminya.
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang
tua dan guru yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Pasien
mengaku rajin melakukan ibadah, yaitu shalat dan mengaji.
e. Aktivitas Sosial
Pasien mengaku dahulu sering bergaul dengan lingkungan
rumahnya. Pergaulan sekarang dengan tetangganya kurang baik,
karena pasien sering memukul orang.
8
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar
hukum.
E. Riwayat Keluarga :
Keterangan:
Pria
Wanita
Meninggal
Pasien
9
Gangguan jiwa
Bercerai
F. Riwayat Pengobatan
Menurut keluarga pasien, ini adalah ketujuh kalinya pasien dibawa
ke RSJ, sebelumnya pernah dibawa berobat ke dukun. Pasien pernah
mengkonsumsi obat obatan yang berkaitan dengan gangguan jiwa seperti
Haloperidol dan Lorazepam. Untuk dosis dan aturan minumnya keluarga
mengatakan kurang tau.
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
10
Pasien seorang perempuan, tampak sesuai usia, penampilan kurang
rapi, perawatan diri kurang, perawakan sedang, ekspresi wajah tampak
tenang.
3) Psikomotor
Normoaktif
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi visual (+), halusinasi audiotorik (+), halusinasi olfaktori (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil (-).
D. Pikiran
Arus pikir : Koheren
Isi pikir : Waham kejar (+)
Bentuk : Non realistik
E. Fungsi Intelektual
2. Orientasi :
Orang baik. Pasien mengetahui perawat dan nama
beberapa teman satu ruangan yang ada di RS Jiwa Provinsi
NTB.
Tempat baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada
di RS Jiwa Provinsi NTB.
11
Waktu baik. Pasien dapat mengetahui waktu saat
dilakukan wawancara, yaitu siang hari, mengetahui bulan dan
tahun, namun pasien lupa tanggal berapa.
3. Daya Ingat :
Jangka panjang baik. Pasien dapat menceritakan sekolah
pada SD.
Jangka menengah baik. Pasien dapat mengingat kejadian
beberapa bulan terakhir, seperti saat bulan puasa dan lebaran.
Jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat
mengingat menu sarapan dan makan siangnya.
Segera baik. Pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
12
Daya Nilai Sosial : saat ini cukup baik
Uji Daya Nilai : kurang baik
Penilaian Daya Realita (RTA) : terganggu
Tilikan : Derajat 1
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Konjungtiva anemis : (-)/(-)
Ikterus : (-) /(-)
Leher : tidak tampak adanya
pulsasi vena jugularis, tidak ada pembesaran KGB.
iii. Pemeriksaan Thorax
13
Palpasi :nyeri tekan abdomen (-) di seluruh kuadran
abdomen
v. Ekstremitas
Superior : akral hangat, oedema (-/-)
Inferior : akral hangat , oedema (-/-)
EPS : Parkinsonism (-), Distonia (-), Akatisia (+) yaitu
gerakan kaki yang terus menerus.
Nervi Cranialis
a. N. Olfaktorius : kesan baik, tidak ada gangguan
penciuman
b. N. Optikus
Ketajaman penglihatan : ODS > 3/60
Lapang pandang : ODS sesuai pemeriksa, luas
Funduskopi : Tde
c. N III, IV, VI
Celah kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Posisi bola mata : ortophoria ODS
Pupil
Ukuran atau bentuk : bulat (3 mm / 3 mm)
Isokor atau anisokor : isokor
Refleks cahaya langsung : (+) pada ODS
Refleks cahaya tidak langsung : (+) pada ODS
Gerakan bola mata
Parese ke arah : tidak ada parese pada ODS
Nistagmus : tidak ada
d. N V (Trigeminus)
Sensibilitas :
N VI : baik
N V2 : baik
N V3 : baik
Motorik : baik
e. N VII ( Fasialis )
Motorik
Motorik M Frontalis M Orbikularis M Orbi Oris
Okuli
14
Istirahat Normal Lagoftalmus (-) Normal
Ekstremitas Motorik
Motorik Superior Inferior
Kekuatan 5 5 5 5
Tremor - - - -
Refleks Fisiologis
a. Biceps : ++ / ++
b. Triceps : ++ / ++
15
c. KPR : ++ / ++
d. APR : ++ / ++
Refleks Patologis
a. Hoffman dan Tromer : (- / -)
b. Babinsky : (- / -)
c. Chaddock : (- / -)
d. Scaeffer : (- / -)
e. Gordon : (- / -)
f. Oppenhelm : (- / -)
Sensibilitas Ekteroseptik atau Sensorik
1. Nyeri : baik dextra et sinistra
2. Raba Halus : baik dextra et sinistra
3. Suhu : tde
16
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 33 tahun, agama Islam, suku
Sasak, tidak bekerja, status bercerai, pendidikan terakhir SD, dibawa ke IGD RSJ
Mutiara Sukma pada tanggal 30 Agustus 2016 karena keluarga mengeluhkan
pasien mengamuk. Keluhan ini terjadi sejak 4 hari terakhir semenjak pulang dari
RSJ. Selain itu pasien juga melihat jin cahaya yang orang lain tidak dapat lihat.
Pada pemeriksaan status mental yang dilakukan didapatkan bahwa
penampilan pasien kurang rapi tapi sesuai dengan usia serta jenis kelaminnya,
perawatan diri kurang. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Bicara spontan,
artikulasi jelas, intonasi cukup, produktivitas cukup. Psikomotor normoaktif,
mood elasi dengan afek luas dan serasi. Arus pikirnya koheren dengan bentuk
pikir nonrealistik. Pada isi pikiran tidak terdapat waham. Pada gangguan persepsi
ditemukan adanya halusinasi visual. Orientasi orang, tempat, dan waktu terkesan
baik. Daya ingat baik. Konsentrasi atau perhatian terkesan baik. Kemampuan
membaca dan menulis terkesan baik. Kemampuan visuospasial baik. Pikiran
abstrak serta intelegensi pasien baik sesuai dengan taraf pendidikan pasien. Uji
daya nilai baik, RTA terganggu dengan tilikan derajat 1. Pada pemeriksaan fisik
umum dan neurologis tidak ditemukan kelainan. Ditemukan adanya akatisia pada
pasien.
17
Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat
psikoaktif maupun alkohol. Oleh karenanya, gangguan mental dan perilaku akibat
penyalahgunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19).1
Dari anamnesis langsung terhadap pasien atau heteroanamnesis didapatkan
gejala berupa halusinasi visual dan auditorik berupa jin cahaya yang berbicara
dengan pasien, diikuti adanya gejala manik yang muncul sebelum pasien masuk
rumah sakit berupa peningkatan mood dimana pasien merasa senang, disertai
adanya irritable, tidak bisa diam atau suka keluyuran (peningkatan aktifitas),
kurangnya tidur, nyanyi-nyanyi, banyak bicara dan bicara kacau yang terjadi
selama lebih dari 1 minggu. Gejala-gejala yang muncul tersebut adalah gejala
psikotik akibat gangguan penilaian realita yang menyebabkan terganggunya
kehidupan dan fungsi global pasien. Selain itu ditemukan adanya akatisia dimana
pasien secara objektif menunjukkan adanya pergerakan kaki yang terjadi terus
menerus. Keadaan tersebut telah memenuhi kriteria skizoafektif tipe manik
dengan EPS sehingga dapat diangkat menjadi diagnosis pada pasien ini.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya gangguan kepribadian serta tidak
ditemukan ciri kepribadian khas sehingga untuk Aksis II tidak ada diagnosis. Pada
pasien ini juga tidak ditemukan adanya gangguan medis secara umum, sehingga
Aksis III juga tidak ada diagnosis.
Pada Aksis IV dapat ditemukan masalah yang diduga menjadi pencetusnya
yaitu masalah keluarga, dimana pasien berkelahi dengan bibinya akibat bibinya
yang suka berfoya-foya. Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning)
scale sesuai pengamatan pemeriksa selama pasien dibangsal adalah 60-51 .1,3
18
B. Psikologi :
Halusinasi visual dan auditorik
Perilaku halusinatorik
Waham kejar
Gejala manik
RTA Terganggu
Tilikan Derajat 1
A. Psikofarmaka :
Risperidon 2x2 mg, P.O
Asam Valproat 1x250mg, P.O
Trihexyphenidyl 2x2 mg P.O
19
memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih
besar dibandingkan dengan efek samping obat yang ditimbulkan
sehingga pasien harus tetap meminum obat.
X. PROGNOSIS
20
Qua ad functionam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
XI. DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gejala psikotik berupa halusinasi visual dan
auditorik berupa jin cahaya yang berbicara kepada pasien yang sudah
berlangsung lama, dan adanya waham. Selain gejala tersebut, pasien juga
mengalami gejala tambahan yaitu peningkatan mood dimana pasien merasa
senang, nyanyi-nyanyi, ketawa sendiri; suka marah-marah, tersinggung,
mengamuk dan memukul orang (irritable); tidak bisa diam atau suka keluyuran
(peningkatan aktifitas), kurangnya tidur, banyak bicara dan bicara kacau yang
terjadi selama lebih dari 1 minggu. Selain itu ditemukan pergerakan kaki secara
terus menerus (akatisia) pada pasien ini. Gejala psikotik yang dialami pasien
sudah memenuhi kriteria diagnosis gangguan psikotik. Selain itu, gejala yang
dialami pasien menunjukkan adanya keadaan manik dan EPS, sehingga dapat
didiagnosis sebagai skizoafektif tipe manik.
21
psikotik seperti halusinasi, waham, dan lain-lain. Pada pasien ini diberikan
Risperidon.4
Pada pasien ini juga langsung diberikan dosis terapeutik dalam fase
stabilisasi, yaitu Risperidon tablet 2 x 2 mg. Pada pengaturan dosis pemberian
antipsikotik, setelah 4-8 minggu pengobatan pasien akan memasuki tahap
stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak teratasi sehingga membuat
pasien berhenti minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps masih tinggi
terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba. Dosis optimal pada tahap
stabilisasi ini dipertahankan selama 8-12 minggu baru kemudian diturunkan
secara perlahan tiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance. Dosis
maintenance pada serangan sindrom psikosis yang akut pertama kali maka
terapi diberikan selama 2 tahun, sedangkan sindrom psikosis yang berjalan
kronis atau multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun sehingga
dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan
tappering off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.4,5 Tujuan pemberian
Asam Valproat pada pasien ialah untuk mengatasi gejala manik pada pasien ini
yang bekerja sebagai mood stabilizer.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada
pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku
yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien
merasa aman, diterima, dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan
pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam
penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam
melakukan hubungan dengan orang lain.
Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary
care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan
penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
24
I. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
25