Oleh:
A.M. Echa Dwi Reswari, S.Ked
NIM: 70 2010 030
Pembimbing :
dr. Abdullah Shahab, Sp.KJ
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Tn. M
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Alamat : Desa Suka Maju, Kecamatan Babat Supat, Musi
Banyuasin
Datang ke RS : Kamis, 5 Desember 2015
Cara ke RS : Diantar Keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat
RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang
1
4 tahun yang lalu, pasien semakin sering melamun, berbicara
sendiri, tertawa sendiri. Pasien mulai suka melempar barang-barang dan
marah tanpa sebab. Pasien juga ingat makan dan minum. Pasien makan
dan minum apabila diingatkan oleh keluarganya. Pasien juga tidak mau
mandi, hanya mau mandi apabila hujan turun. Karena menurut keluarga
pasien, pasien takut dengan air, sedangkan menurut pasien, ada yang
memerintahkan pasien untuk hanya mandi saat hujan. Pasien juga mulai
sering keluyuran keluar rumah tanpa tujuan. Pasien tidak pernah dibawa
berobat ke dokter, hanya dibawa berobat ke ustadz untuk diruqyah.
Namun, tidak ada perubahan.
6 bulan yang lalu, pasien makin sering berbicara sendiri, marah
tanpa sebab, membanting HP, kipas angin. Pasien masih tidak mau
mandi, makan minum harus diingatkan, dan pasien tidak memakai
pakaian sewajarnya, hanya memakai sarung sebatas paha.
2
3. Remaja : Menurut keluarga, Pasien punya teman, namun sedikit
tertutup
4. Dewasa : Keluhan sekarang
C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.
: Penderita, 58 tahun
D. Riwayat pendidikan
Pasien tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), sempat melanjutkan
kuliah S1, namun tidak tamat.
E. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah menjadi guru pesantren di Bengkuluu, Kalimantan.
F. Riwayat pernikahan
Pasien belum pernah menikah.
G. Agama
Pasien beragama Islam.
3
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang pria, berpenampilan kusut, datang dengan
menggunakan kaos dan sarung selutut, sedikit kotor, rambut hitam
panjang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Penderita tampak terganggu secara perilaku dan aktivitas
psikomotor.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak (+), cukup kooperatif
B. Mood dan Afek
1. Mood : hipotimik
2. Afek : innapropriate
3. Keserasian : serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku
C. Pembicaraan
Koheren
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi : halusinasi auditori (+)
2. Depersonalisasi dan derealisasi : (-)
E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : koheren
- Produktivitas : baik
- Kontinuitas : kontinu
- Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikiran :
- Preokupasi : (-)
- Gangguan pikiran : Waham (+)
4
6. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan cara perjalanan
dari rumahnya sampai tiba ke RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang
7. Kemampuan menolong diri sendiri : terganggu, pasien tidak mau
mandi, makan dan minum dipaksa.
G. Pengendalian Impuls
Impulsivitas masih terkendali
H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian realita : RTA terganggu dalam hal pikiran, perasaan,
perbuatan, dan perilaku.
4. Tilikan : Derajat 4 : sadar dirinya sakit akibat sesuatu yang tak
diketahui dalam dirinya
5
N N
N N5 5
Ekstrapiramidal sindrom :
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-), bradikinesia (-),
dan rigiditas (-).
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan reflex patologis
6
Pada pemeriksaan status internus tidak ditemukan adanya kelainan.
Tidak ditemukan adanya riwayat kejang, riwayat demam tinggi dan riwayat
trauma kapitis. Selain itu, penderita tidak ditemukan riwayat hipertensi dan
diabetes melitus. Status neurologi juga tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologi dapat
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan kejiwaan yang
diderita selama ini. Dengan demikian, gangguan mental oganik (F00 F09)
dapat disingkirkan.
Pada wawancara psikiatri tidak ditemukan penderita memiliki riwayat
minum-minuman beralkohol serta penderita tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan terlarang sehingga kemungkinan gangguan mental akibat zat
psikoaktif (F10 F19) juga dapat disingkirkan.
Pada diagnosis multiaksial aksis I ditemukan adanya halusinasi visual
yaitu merasa terdapat banyak darah di celana serta gejala negatif yaitu
aktivitas menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan tidak ada inisiatif,
jarang berbicara dan komunikasi non verbal yang buruk. Pada kasus ini
gelisah, bingung, diam, pandangan kosong, mondar-mandir di dalam rumah,
tidak tidur, tidak mandi dan makan minum harus dipaksa. Pada pasien ini
sudah berulang kali di rawat di RSJ Dr. Ernaldi Bahar karena keluhan
berulang sejak tahun 2000. Menurut kakak pasien, pasien dirawat pada
tahun 2013 dan 2014 sebanyak 7 kali, terakhir pada tanggal 2 Desember
2014 dengan diagnosa skizofrenia paranoid. Maka, diagnosis pada penderita
ini termasuk dalam F.20.5 Skizofrenia Residual.
Pada diagnosis multiaksial aksis II tidak ada diagnosis.
Pada aksis III tidak terdapat diagnosis gangguan medik.
Pada aksis IV tidak terdapat masalah dalam kehidupannya
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
Scale 60-51.
Diagnosis Banding Episode depresif.
Berdasarkan PPDGJ-III untuk menegakkan diagnosa skizofrenia
paranoid harus memenuhi persyaratan berikut ini:
(a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka,
7
kontak makan, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa
lampauyang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dan
skizonfrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Penderita mengalami halusinasi visual.
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Penderita tinggal dengan kakak kandungnya.
XI. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam : Dubia ad malam
B. Quo ad functionam : Dubia ad malam
C. Quo ad sanasionam : Dubia ad malam
8
B. Psikoterapi
1. Terhadap penderita
a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar minum obat teratur
dan memberitatu kalau obat tersebut bukan racun.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa
percaya diri individu, dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
c. Memotivasi penderita agar semangat dalam menjalani hidup.
2. Terhadap keluarga
a. Menggunakan metode psiko-edukasi dengan menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang
dapat dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi penderita serta membantu penderita dalam
hal minum obat serta kontrol secara teratur dan mengenali
gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada
dokter.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit dan proses penyembuhan
penyakit pada penderita.
BAB II
DISKUSI
Pada kondisi penderita ditemukan halusinasi visual. Selama wawancara
psikiatri, terdapat kontak yang kurang dari penderita, sikap penderita kooperatif,
ekspresi wajah datar, artikulasi jelas, dan volume suara datar dan terkadang,
penderita menghadap ke arah lain.
Pada penderita dipilih terapi lodomer 2 x 5 mg IM dengan zat aktif
haloperidol sebagai terapi pada pasien yang putus obat dengan injeksi yang
bersifat long acting. Chlorpromazine 2 x 100 mg sebagai anti psikotik dan juga
mempunyai efek sedatif. Chlorpromazine dipakai jika perlu apabila pasien sulit
tidur karena efek sedatif yang tinggi. Haloperidol dan Chlorpromazine termasuk
ke dalam anti psikotik golongan tipikal. Mekanisme kerja anti psikotik golongan
tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
9
khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor
antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif. Penderita juga diberikan obat
anti psikotik golongan atipikal berupa Risperidon 2 x 3 mg dengan mekanisme
kerja berafinitas terhadap (Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga serotonin
5 HT2 Receptors (Serotonin dopamin antagonists) sehingga efektif juga untuk
gejala negatif. Penderita diberikan Trihexyphenidyl 2 x 2mg untuk mengurangi
efek ekstra piramidal yang ditimbulkan oleh penggunaan obat antipsikotik.
Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam
perspektif dalam bahasa kata psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa
dan hati. Sedangkan dalam bahasa Inggris bermakna pengobatan dan
penyembuhan.
Dalam hal ini diberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek samping
yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum
obat. Penderita memahami edukasi yang diberikan namun terkadang tidak mau
menuruti apa yang sudah disampaikan karena merasa sudah sehat.
Keluarga penderita juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psiko-
edukasi dengan menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dapat
dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi penderita
serta membantu penderita dalam hal minum obat serta kontrol secara teratur dan
mengenali gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada dokter.
Prognosis penderita ini adalah dubia ad malam karena gangguan ini sudah
masuk dalam kategori kronik yaitu lebih dari 2 tahun dan sering berulang,
sehingga pasien dituntut untuk minum obat terus menerus, apabila pasien tidak
minum obat maka keluhan akan terulang kembali.
10
TABEL FOLLOW UP
1 Januari 2015 S: gelisah, sulit tidur, diam, tidak mandi, makan dan minum
Bangsal dipaksa.
Cempaka I
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), halusinasi visual (+). TD:
130/80 mmhg, N: 86 x/menit Temp: afebris.
11
A: F.20.5 Skizofrenia Residual
2 Januari 2014 S: gelisah, sulit tidur, diam, tidak mandi, makan dan minum
Bangsal dipaksa.
Cempaka I
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), halusinasi visual (+). TD:
150/90 mmhg, N: 90 x/menit Temp: afebris.
3 Januari 2014 S: gelisah, diam, tidak mandi, sudah bisa tidur, makan dan
Bangsal minum.
Cempaka I
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), TD: 140/80 mmhg, N: 86
x/menit Temp: afebris.
4 Januari 2014 S: sangat gelisah, diam, tidak mandi, sudah bisa tidur, makan
Bangsal dan minum.
Cempaka I
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), TD: 120/80 mmhg, N: 82
x/menit Temp: 38,5
12
5 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan buah
Bangsal dan minum susu saja.
Cempaka I
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), TD: 120/80 mmhg, N: 80
x/menit Temp: 36,7.
6 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan dan
Bangsal minum sedikit sedikit.
Cempaka VIP
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-),TD: 130/80 mmhg, N: 78
x/menit Temp: 36,1
7 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan dan
Bangsal minum dipaksa, susah minum obat.
Cempaka VIP
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-),TD: 140/100 mmhg, N: 80
x/menit Temp: 36,7
8 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan dan
Bangsal minum dipaksa, susah minum obat.
Cempaka VIP
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), TD: 130/100 mmhg, N: 82
x/menit Temp: 36,9
13
P: Observasi keadaan umum dan tanda vital, Lodomer 2x5mg
IM (Haloperidol), Trihexyphenidyl 2x2mg, Risperidon 2x3
mg, Chlorpromazine 2x100mg (jika perlu)
9 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan dan
Bangsal minum dipaksa, susah minum obat.
Cempaka VIP
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-),TD: 130/90 mmhg, N: 80
x/menit Temp: 37,0
10 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan dan
Bangsal minum dipaksa, susah minum obat.
Cempaka VIP
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
kurang kooperatif, impulsifitas (-), TD: 130/80 mmhg, N: 88
x/menit Temp: 36,4
12 Januari 2014 S: gelisah, sudah bisa tidur, diam, tidak mandi, makan dan
Bangsal minum dipaksa, susah minum obat.
Cempaka VIP
O: mood hipotimik, afek datar, emosi stabil, kontak (+),
14
kurang kooperatif, impulsifitas (-), TD: 130/90 mmhg, N: 76
x/menit Temp: 36,4
15