Anda di halaman 1dari 10

Makalah Teknologi Sediaan Farmasi

Salep (Unguenta)

Disusun Oleh :
1. Depi Yuliana ( 050109a008 )
2. Evi Larasati ( 050109a020 )
3. I Dewa Nyoman
4. Mustika Atun ( 050109a040 )
5. Rossy Fitriana ( 050109a054 )
6. Winda Nurdinasari( 050109a063)
7. Nurul Khabibah ( 050601034 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO


PROGRAM STUDI FARMASI
UNGARAN 2010
Pendahuluan
Salep (unguenta) adalah sediaan stengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok
(F.I.ed.III). salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%.
Salep pada pokoknya digunakan untuk terapi lokal. Salep penutup dan salep pelindung dipakai
untuk melindungi kulit dari pengaruh yang merusak. Salep luka digunakan untuk mengobati
penyakit kulit yang akut atau kronis. Pada sediaan semacam itu, diharapkan adanya penetrasi
kedalam lapisan kulit teratas agar dapat memberikan efek penyembuhan. Sebaliknya resorpsi
bahan obat yang berasal dari salep resorpsi khas, seperti salep rematik dan salep bronchitis, tidak
diharapkan. Hal itu dikarenakan kemampuannya untuk menimbulkan keracunan jika digunakan
dalam bidang yang luas. Kasus keracunan seperti itu kebanyakan berakhir dengan kematian.
Seperti yang telah dikenal pada pemakaian salep asam salisilat, asam borat, asam air raksa.
Tipe tipe Salep
Salep Berlemak dibuat dengan melelehkan bagian lemak lemak diatas tangas air dan
tambahkan larutan borak dalam air pada suhu 70o C campur dan diaduk sampai dingin.
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Sebagai
bahan dasar salep digunakan vaselin, paraffin cair. Bahan tidak berlemak seperti glycerinum,
mucilage atau sabun dan digunakan sebagai antiseptic atau pelindung kulit.
Pasta kering merupakan suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat (serbuk).
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan
salep tiga dara.
Salep sejuk suatu salep yang mengandung tetes air yang relative besar. Pada pemakaian pada
kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang mengakibatkan rasa sejuk.
Krim (CREMORIS) adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air
minyak (A/M) dank rim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi,
umunnya digunakan surfaktan-serfaktan anionic, kationik, nonionic.
Mikstur gojog suatu bentuk susupensi dari zat padat dalam cairan, biasanya terdiri dari air,
glicerinum dan alcohol. Mistur gojog biasanya mangandung 60% cairan. Wadah yang digunakan
adalah botol mulut lebar, sebelum dipakai digojog dulu. Sebagai pesuspensi digunakan bentonit.
Cara melarutkan bentonit yaitu ditaburkan dalam air dan dibiarkan selama sehari semalam agar
mengembang merupakan larutan viskes. Untuk pembuatan cara cepat diaduk dalam air panas.

Bahan-bahan baku pembuatan salep


1. Hidrokarbon
Petrolatum adalah suatu campuran kompleks dari sediaan hidrokarbon semi padat yang
terdiri dari zat-zat alifatis, siklis, jenuh, tidak jenuh, bercabang, dan tidak bercabang
dalam bermacam-macam perbandingan. Petrolatum ini tetap memiliki spesifikasi fisika
dan kimia yang luas dalam USP. Kisaran kerapatan dan titik leleh yang lebar, juga pariasi
komposisi kimianya, diterima dalam compendia resmi di seluruh dunia.
Petrolatum tersedia dalam serat panjang maupun serat pendek. Jenis serat yang panjang
cenderung membentuk lapisan tipis bening yang tidak terputus atau benang yang
menghubungkan jari dengan sample. Jenis serat yang pendek mudah putus dan tidak
membentuk lapisan seperti serat panjang. Petrolatum dengan serat panjang lebih disukai
untuk pembalut oklusif, karena lapisan tipis kontinyu yang dibentuk di seluruh
permukaan kulit.

2. Lilin Hidrokarbon
Lilin hidrokarbon sering kali digunakan dalam pembuatan krim dan salep-salep untuk
meningkatkan viskositas minyak mineral dalam usaha mancegah pemisahannnya dari
suatu salep. Ozokerit adalah sejenis lilin hasil tambang dengan titik leleh brkisar dari
65oC 75oC, dan terdiri dari suatu campuran hidrokarbon jenuh yang memiliki kadar
karbon C35 C55. Lilin paraffin diperoleh dari minyak tanah. Lilin lainnnya yang sering
digunakan adalah seresin, yang mempunyai campuran dari ozokerit dan lilin parafin.
3. Zat yang bersifat minyak
Minyak nabati seperti minyak kacang, minyak amandel, minyak wijen dan minyak zaitun
merupakan mono, di, dan trigliserida dari campuran asam lemak tidak jeenuh dan asam
lemak jenuh.
Antioksidan dapat menimbulkan masalah pencampuran obat atau kepekaan kulit pada
beberapa pasien. Komposisi kimia yang tepat dari minyak nabati berbeda-beda, karena
diperoleh dari sumber-sumber yang berbeda. Komposisi tersebut tergantung pada kondisi
iklim, tanah, curah hujan selama pertumbuhan tanaman budidaya dan kondisi
penyimpana hasil panen serta minyaknya

4. Asam lemak dan alkohol


Asam stearat dan asam palmitat terdapat dalam bagian terbesar dalam asam stearat yang
telah mengalami penekanan tiga kali, bersama dengan asam lemak lainnya yang berbeda
jumlahnya.
Asat atearat digunakan dalam krim yang basisnya dapat dicuci dengn air, sebagai zat
pangemulsi untuk memperoleh konsistensi krim tertentu serta untuk memperoleh efek
yang tidak menyilaukan pada kulit. Krim ini bersifat lunak dan menjadi mengkilat serta
waktu penyimpanannya disebabkan oleh adanya pembentukan Kristal-kristal asam
stearat. Krim yang dibuat dengan natrium stearat mempunyai konsistensi yang jauh lebih
keras.
Stearil alcohol dan setil olkohol (palmitil alcohol) digunakan sebagai pembantu
pengemulsi dan emolien di dalam krim. Dalam jumlah yang cukup, stearil alcohol
menghasilkan krim keras yang dapat di[erlunak dengan setil alcohol.
5. Zat pengemulsi
Kekentalan krim atau salep mencegah bergabungnya fase teremulsi dan membantu
menstabilkan emulsi tersebut. Penambahan zat-zat polar yang bersifat lemak seperti setil
alcohol dan gliseril monostearat cenderung menstabilkan emulsi minyak dalam air dari
sediaan semi padat.
6. Poliol
Gliserin, propilenglikol, sorditol 70% dan polietilenglikol dengan berat molekul yang
lebih rendah digunakan sebagai bahan pelembab (humektan) di dalam krim. Bahan-bahan
tersebut mencegah krim menjadi kering, dan mencegah pembentukan krak bila krim
dikemas di dalam botol serta untuk memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu
krim jika digunakan pada kulit, sehingga memungkinkan krim dapat digunakan tanpa
digosok.
Jenis bahan pembawa
Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan farmasetik berbeda dengan bahan pembawa yang
digunakan untuk kosmetik, karena didalam kosmetik adanya penetrasi ke dalam tidak di
inginkan. Penetrasi atau pelindungan diinginkan dalam suatu sediaan farmasetik semi padat,
sedangkan efek kosmetik atau penampilannya pada kulit tidak begitu penting.
Ada 4 jenis bahan pembawa :
1. Basis Hidrokarbon
Basis ini sukar dicuci, dan dapat digunakan sebagai penutup oklusif yang menghambat
penguapan kelembapan secara normal dari kulit. Suatu lapisan tipis petrolatum
menghasilkan rasa hangat pada kulit, karena kelembapan yang tidak terasa tidak
menguap. Sedikit sekali air yang dapat dimasukkan kedalam basis berminyak ini tanpa
penambahan zat-zat lainnya.

2. Basis Serap
Basis serap dibentuk dengan penambahan zat-zat yang dapat bercampur dengan
hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar seperti surfat, sulfonat, karboksil,
hidroksil, atau suatu ikatan eter.
Basis serap ada dua jenis bentuk anhidrat dan bentuk emulsi. Lanolin anhidrat dan
pertrolatum yang hidrofilik merupakan contoh pembawaan anhidrat yang menyerap air
untuk membentuk emulsi air di dalam minyak.

3. Basis yang dapat dicuci dengan air


Basis Vanishing Cream termasuk dalam golongan ini. Vanishing Cream, diberi istilah
demikian, karena waktu cream ini digunakan dan digosokkan pada kulit, hanya sedikit
atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya cream yang sebelumnya.
4. Basis yang larut dalam air
Basis yang larut dalam air juga dikenal sebagai basis salep yang tidak mengandung
lemak. Dapat tercampurnya basis ini dengan bahan obat dan laju penglepasan obatnya
harus di evaluasi dahulu untuk masing-masing golongan obat.

Proses Pembuatan Salep


Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum :
1. Pencampuran
2. Peleburan
Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara
sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan,
ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah
alu atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep ( gelas yang besar atau porselen )
untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa lempeng salep dari gelas adalah gelas
penggiling supaya dapat lebih hancur pada proses penggerusan. Dapat memanfaatkan kertas
perkamen yang tidak mengabsorbsi yang cukup besar untuk menutupi permukaan tempat kerja
dan memiliki kelebiihan dalam pembuatan sampah, mengurangi tambahan waktu pekerjaan
membersihkan lempeng salep tersebut.
Ada dua jenis pencampuran yaitu :
1. Pencampuran bahan padat
Salep yang dibuat dengan cara menggeros atau menggosokkannya pada permukaan yang
kasar dengan spatula sampai hasilnya lembut dan rata. Lalu sebagian dari serbuk
dicamour dengan sebagian dasar salep sampai merata dan proses ini diulang sampai
semua bagian dari serbuk dan dasar salep bercampur.
Untuk mengurangi ukuran partikel dari bahan padat sebelum dicampurkan kedalam dasar
salep sehingga hasil akhirnya tidak akan seperti pasir. Hal ini dapat dilakukan dengan
penggerusan serbuk dengan cara menvcampurnya dalam pembawa dimana ia tidak larut,
untuk membuat penyebaran bahan halus.
2. Pencampuran cairan
Dasar salep yang dapat menyerap air atau hidrofilik akan lebih sesuai untuk absorbs atau
pencampuran dari larutan berair. Dasar salep yang hidrofilik mempunyai batas
kemampuan, penambahan sejumlah air menjadikan hasilnya lebih lunak atau setengah
cair. Larutan beralkohol dalam volume yang larut biasanya dapat ditambahkan dengan
mudah kepada pembawaberlemak atau dasar salep emulsi.

Peleburan
Pada metode ini, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur
bersama dan di dinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-
komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang
mengental setelah di dinginkan dan diaduk. Bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan
terakhir bila temperature dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau
penguapan dari komponen.

Pengujian salep
1. Daya menyerap air
Daya meyerap air, di ukur sebagai bilangan air, yang di gunakan untuk
mengkarakterisasi basis absorpsi.
Daya menyerap air akan berubah, jika larutan turut di gabungkan di dalamnya.
Umumnya dapat menurunkan bilangan airnya. Hal ini tampak sangat menonjol
pada peracikan dari larutan dengan bodi fenolik (fenol, resorsinol pirogalol.)
Bilangan air (BA) dan kandungan air (KA), yang dinyatakan dalam prosen tidak
identik. Sebagai basis acuan untuk bilangan air digunakan basis bilangan air,
sedangkan kandungan air mengacu pada salep emulsi yang menandung air, kedua
bilangan ukur tersebut dapat di hitung satu kedalam yang lain menurut
persamaan:
BA = 100 x KA
100 - KA

KA = 100 x BA
100 BA

2. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dari salep.

1. Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan


ukuran kehilangan masa maksimal (%)yang d,hitung pada saat pengerimgan
disuhu tertentu (umumnya 100 - 110 0C) cara tersebut merupakan metode
konvesional.
2. Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan mengunakan
bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini
digunakan trikloretan, bensen, toluen atau silen yang disuling sebagai
campuran azeotrop dengan air. Campuran ini akan memisah pada saat
pendinginan sehingga jumlah air tersuling dapat dihitung volumenya.
3. Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuan berdasar atas perubahan belerang
dioksida dan iod serta air dengan adanya piridin dan methanol menurut
persamaan berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O 2HI + CH3HSO4

3.konsistensi
Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode berikut
Metode penetrometer.sebagai ukuran konsistensi digunakan penetrasi
kerucut (mm. 10 -1) artinya kedalaman penetrasi sebuah kerucut berskala
( masanya tertentu dan sudut yang tertentu pula) dengan kondisi percobaan
yang telah ditetapkan secara tepat dalam waktu tertentu.
Penentuan batas mengalir praktis.adalah tegangan geser minimal o,
yang diperlukan untuk membawa suatu bahan mulai mengalir. Untuk
menentukan batas mebgalir praktis pada sediaan sejenis salep digunakan
cara pengukuran static, seperti timbangan visko. Yang dilengkapi dengan
body ukur special yang berskala dan rheoviskometer menurut HOPPLER.

4.penyebaran
Diartikan sebagai kemampuan penyebaran pada kulit. Penentuan
dilakukan dengan Eodensometer.sebuah sempel salep dengan volume
tertentu diletakkan dipusat antara dus lempeng gelas, dimana lempeng
sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani dengan meletakkan
anak timbangan diatsnya. Permukaan penyebaran yang dihasikkan dengan
meningkatnya beban, merupakan karakteristikan daya sebarnya.

5.Termoresistensi
Tentang termoresistensi dari salep dihasilkan dari tes berayon. Hal ini
digunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep didaerah dengan
perubahan iklim (tropen) terladi secara nyata, dan terus menerus

6. ukuran partikel
Untuk menentukan ukuran partikel dalam salep suspensi dapat
digunakan cara umum yang diuraikan dalam bab lain, dengan asumsi
bahwa harga yang diperoleh dari beberapa sampel telah mewakili
seluruh sediaan. Umumnya farmakope tidak mensyaratkan pengujian
ukuran partikel dalam salep suspense, melainkan hanya membatasi
penggunaan serbuk halus atau serbuk yang sangat halus. Untuk
melakukan penelitian orentasi, maka dapat digunakan Grindometer
yang banyak di pakai dalam industry bahan pewarna.
Daftar pustaka
Lachman. Leon.dkk.2008.Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi ketiga. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia ( UI-Press)
Voigt,Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi kelima. Yogjakarta : Gadjah Mada
University Press

Anda mungkin juga menyukai