Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air bersih dan sanitasi layak adalah kebutuhan dasar manusia. Salah satu
poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development
goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan masyarakat
mencapai akses universal air bersih dan sanitasi (Bappenas, 2017).
Sekjen PBB menetapkan 27 Panel Tingkat Tinggi pada bulan Juli 2012.
Panel Tingkat Tinggi merupakan kemitraan global yang bertujuan untuk
memberantas kemiskinan dan mengubah perekonomian melalui pembangunan
berkelanjutan (Bappenas, 2017).
Fokus utama ada pada ketersediaan pangan, air bersih, dan energi yang
merupakan dasar dari kehidupan. Perubahan yang paling penting dalam
konsumsi berkelanjutan dan produksi akan didorong oleh teknologi, inovasi,
desain produk , pedoman kebijakan yang terperinci, pendidikan, dan
perubahan perilaku. Panel mengusulkan dua belas Universal Goals dan
Nasional Target. Target tersebut menyerukan pada negara-negara untuk
"Mencapai universal akses dalam sektor air minum dan sanitasi" yang
diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030 (Bappenas, 2017).
Bank Dunia pada 2014 mengingatkan 780 juta orang tidak memiliki akses
air bersih dan lebih dari 2 miliar penduduk bumi tidak memiliki akses
terhadap sanitasi. Akibatnya ribuan nyawa melayang tiap hari dan kerugian
materi hingga 7 persen dari PDB dunia (Bappenas, 2017).
Sanitasi, begitu juga air bersih, secara khusus dibahas pada tujuan enam
SDGs, walaupun tetap perlu menjadi catatan bahwa tujuan-tujuan yang ada ini
sesungguhnya merupakan suatu kesatuan (Bappenas, 2017).
Untuk mencapai Tujuan 6 yaitu menjamin pengelolaan air bersih dan
sanitasi, Negara-Negara telah sepakat untuk (UNICEF):
1. Memastikan semua orang memiliki akses ke air yang aman.
2. Memastikan semua orang memiliki akses ke sanitasi (pembuangan limbah
yang aman dan pengelolaan limbah yang baik) dan pendidikan masyarakat
dalam hal kebiasaan higiene yang sehat.
3. Memantau kualitas air untuk mengurangi kontaminasi. Mencegah
pembuangan bahan kimia atau kontaminan ke dalam air.

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 1


4. Meningkatkan pemakaian air, mengembangkan lebih banyak sumber daya
untuk pemanfaatan ulang.
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memastikan mereka
memainkan peran aktif dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi
mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana isi 17 goals SDGs?
2. Bagaimana target dari memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan
sanitasi yang berkelanjutan (goals ke-6 SDGs)?
3. Bagaimana fenomena atau issue strategis tentang memastikan ketersediaan
dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan (goals ke-6 SDGs)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui isi 17 goals SDGs.
2. Untuk mengetahui target dari memastikan ketersediaan dan pengelolaan
air dan sanitasi yang berkelanjutan (goals ke-6 SDGs).
3. Untuk mengetahui fenomena atau issue strategis tentang memastikan
ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan (goals
ke-6 SDGs).
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui isi 17 goals SDGs.
2. Dapat mengetahui target dari memastikan ketersediaan dan pengelolaan air
dan sanitasi yang berkelanjutan (goals ke-6 SDGs).
3. Dapat mengetahui dan memahami fenomena atau issue strategis tentang
memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang
berkelanjutan (goals ke-6 SDGs).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sustainable Development Goals (SDGs)


Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17
tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan
oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia
dan planet bumi. Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas
pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015
sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. Tujuan ini

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 2


merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium
yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai
Deklarasi Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku
lagi sejak akhir 2015.
Saat ini tlah ditetapkanlah sebuah sistem pembangunan baru yang dikenal
dengan SDGs yang memiliki 17 Goals dan 169 Target. Adapun 17 Goals
SDGs adalah sebagai berikut:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun [7 target]
2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan
gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan [8 target]
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia [13 target]
4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang [10 target]
5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan
perempuan [9 target]
6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang [8 target]
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan
modern bagi semua orang [5 target]
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan
berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan
yang layak bagi semua orang [11 target]
9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi
yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi [8 target]
10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara [10 target]
11. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan
dan berkelanjutan [10 target]
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan [11 target]
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya [5 target]
14. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut
secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan [10 target]
15. Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem
daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan,

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 3


memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah,
serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati [12 target]
16. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh
tingkatan [12 target]
17. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of
implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan [19 target]
B. Memastikan Ketersediaan dan Pengelolaan Air dan Sanitasi yang
Berkelanjutan (Goals ke-6 SDGs)
1. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang [8 target]
Sanitasi, begitu juga air bersih, secara khusus dibahas pada tujuan
enam SDGs, walaupun tetap perlu menjadi catatan bahwa tujuan-tujuan
yang ada ini sesungguhnya merupakan suatu kesatuan. Dalam penjelasan
mengenai tujuan enam, ditetapkan target atau sasaran capaian sebagai
berikut:
a. Pada tahun 2030, mencapai akses air minum universal dan layak yang
aman dan terjangkau bagi semua;
b. Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang
memadai dan layak untuk semua, dan mengakhiri buang air besar
sembarangan (BABS), memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
perempuan dan anak perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan;
c. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi
polusi, menghilangkan timbulan sampah serta mengurangi
pembuangan bahan kimia berbahaya, dan mengurangi hingga separuh
proporsi air limbah yang tidak ditangani serta meningkatkan guna
ulang dan daur ulang aman secara global;
d. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi
penggunaan air di semua sektor dan memastikan keberlangsungan
pengambilan dan pasokan air tawar untuk mengatasi kelangkaan air
dan secara substansial menurunkan jumlah masyarakat yang menderita
kelangkaan air;

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 4


e. Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumberdaya air terpadu di
semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai;
f. Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem yang terkait
air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan
danau.
g. Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pengembangan kapasitas
dukungan internasional untuk negara-negara berkembang dalam
kegiatan ataupun program yang berhubungan dengan air bersih dan
sanitasi, termasuk pemeliharaan sumber air, desalinasi, efisiensi air,
pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan guna ulang;
h. Pada tahun 2030, mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat
lokal dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.
Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang [2 Target Kesehatan], yaitu:
a. Mencapai akses air minum aman yang universal dan merata;
b. Mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi
semua orang serta mengakhiri defekasi terbuka, memberi perhatian
khusus pada kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang yang
berada pada situasi rentan.
2. Sasaran Global Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi
Sasaran global pengelolaan air bersih dan sanitasi adalah (Bappenas,
2017):
a. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air
minum yang aman dan terjangkau bagi semua.
b. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan
yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik
buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada
kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat.
c. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi
polusi, menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan
material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air
limbah yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan daur

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 5


ulang, serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara
global.
d. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan
air di semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar
yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara
signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita akibat kelangkaan
air.
e. Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan
air di semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar
yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara
signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita akibat kelangkaan
air.
f. Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di
semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang tepat.
g. Pada tahun 2020, melindungi dan merestorasi ekosistem terkait sumber
daya air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, air tanah,
dan danau.
C. Fenomena Atau Issue Strategis Tentang Memastikan Ketersediaan Dan
Pengelolaan Air Dan Sanitasi Yang Berkelanjutan (Goals ke-6 SDGs)
Isu strategis merupakan permasalahan pembangunan yang memiliki
kriteria yaitu:
1. Berdampak besar bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional;
2. Merupakan akar permasalahan pembangunan di daerah;
3. Mengakibatkan dampak buruk berantai pada pencapaian sasaran
pembangunan yang lain jika tidak segera diperbaiki.
Isu strategis terkait air bersih dan di Indonesia adalah sebagai berikut
(POKJA-AMPL):
1. Daya Dukung Lingkungan Semakin Terbebani oleh Pertumbuhan
Penduduk dan Urbanisasi
a. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai
245,7 juta jiwa, yang semuanya berhak mendapatkan akses air minum.
b. Pada tahun 2015, jumlah penduduk perkotaan menjadi lebih besar
dibandingkan dengan perkotaan dengan perbandingan 53% ke 47%.
Pergeseran ini mengindikasikan semakin meningkatnya kebutuhan

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 6


akan air minum per kapita, karena konsumsi air masyarakat perkotaan
lebih besar daripada masyarakat perdesaan.
c. Pertumbuhan penduduk terutarna diperkotaan lebih tinggi daripada
pertumbuhan sarana penyediaan air minum yang ada. Sementara itu
penduduk di pulau Jawa akan meningkat dengan cepat, sementara
ketersediaan airnya sangat terbatas.
d. Penggundulan hutan telah tidak terkendali sehingga semakin
mengganggu ketersediaan air baku. Sedangkan sumber air baku
terutarna air permukaan mengalarni pencemaran yang semakin
meningkat akibat domestik, industri dan pertanian. Sehingga
ketersediaan air baku semakin tidak bisa dijamin, baik kuantitas dan
kualitas.
e. Air baku di sebagian besar wilayah Indonesia sebenarnya tersedia
dengan cukup, tetapi terancam keberadaannya akibat pengelolaan yang
buruk, baik oleh pencemaran maupun kerusakan alam yang
menyebabkan terhambatnya konservasi air.
f. Di sebagian wilayah Indonesia seperti Kalimantan dan sebagian
Sumatera air baku sulit diperoleh karena kondisi alamnya sehingga
masyarakat harus mengandalkan air hujan atau air permukaan yang
tidak sehat.
g. Akibat kerusakan alam, semakin banyak wilayah yang rawan bencana
air, kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
2. Interpretasi UU No. 22 Tahun 2004 Tidak Mendorong Pengembangan dan
Kerjasama Antar Daerah Dalarn Penyediaan Air Minum
a. UU No 7/2004 tentang Sumber Daya Air telah mengamanatkan
dibentuknya Dewan Air untuk manajemen air secara terpadu dan
Badan Pengatur untuk mengurusi air minum. Tetapi hingga saat ini
lembaga lembaga tersebut belum terbentuk. Belum adanya lembaga
yang mengatur tata guna air secara terpadu menyebabkan persoalan air
di Indonesia ditangani secara sektorat sehingga tidak terarah dan tidak
terintegrasi.
b. Dengan otonomi daerah, kewenangan penyediaan air adatah pada
pemerintah daerah. Tetapi kebanyakan pemerintah daerah belum
memandang air sebagai persoalan prioritas.

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 7


c. Pemekaran wilayah yang berdampak pada pemekaran PDAM,
sehingga terbentuk PDAM berukuran kecil dan cenderung tidak
efisien, ditambah lagi permasalahan sumber air baku terletak diluar
batas administrasi pengelola PDAM, sehingga menjadi kendala untuk
peningkatan pelayanan.
3. Kebijakan Yang Memihak Kepada Masyarakat Miskin Masih Belum
Berkembang
a. Pada dasarnya negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan
air bagi kebutuhan pokok minimal sehari hari guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih dan produktif (UU No 7 tahun 2004,
pasal 10). Namun pada kenyataannya presentase penduduk miskin
masih tinggi, sehingga kemampuan untuk mendapat akses kesarana
penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih terbatas.
b. Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar
untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal
ini menunjukkan ketidak adilan dalam mendapatkan akses pada air
minum.
c. Walaupun sudah terdapat program program air minum dan sanitasi
untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air
minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan
kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum
bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. PDAM Tidak Dikelola Dengan Prinsip Kepengusahaan
a. Air minum perpipaan sebagai sistem pelayanan air minum yang paling
ideal hingga saat ini baru dapat dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat Indonesia. Secara nasional, cakupan air perpipaan baru
sekitar 17%, meliputi 32% di perkotaan dan 6,4% di perdesaan.
b. Pada umumnya PDAM secara rata rata nasional mempunyai kinerja
yang belum memenuhi harapan. Seperti tingkat pelayanan yang rendah
(32%), kehilangan air tinggi (41%), konsumsi air yang rendah (14
m3/bulan/RT).
c. Biaya produksi tergantung dari sumber air baku yang digunakan oleh
PDAM. Namun secara umum biaya produksi untuk sernua jenis air
baku ternyata lebih tinggi daripada tarif. PDAM yang menggunakan

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 8


mata air sebagai sumber air baku, biaya produksi rata rata Rp 787/m3,
sedangkan tarif rata-rata Rp 61 8/m3. PDAM yang menggunakan mata
air, sumur dalam dan sungai sekaligus, biaya produksi rata rata Rp
1.188/m3 , dan tarif rata rata Rp 1.112/m3. Sedangkan PDAM yang
mengandalkan sungai sebagai sumber air baku, biaya produksi rata rata
Rp 1.665/m3 , dan tarif rata rata Rp 1.175/m3.
d. PDAM belum mandiri karena campur tangan pemilik (Pemda) dalam
manajemen dan keuangan, cukup membebani PDAM. Sumber daya
manusia pengelola PDAM umumnya kurang profesional sehingga
menimbulkan inefisiensi dalam manajemen.
e. Dari segi keuangan, tarif air saat ini tidak bisa menutup biaya operasi
PDAM, sehingga PDAM mengalami defisit kas, dan tidak mampu lagi
menyelesaikan kewajibannya. PDAM masih mempunyai hutang
jangka panjang yang cukup besar dan tidak terdapat penyelesaian yang
memuaskan.
f. Banyak PDAM yang mengabaikan pelayanan dan kepentingan
pelanggan, keluhan pelanggan sering tidak ditanggapi dengan baik
oleh PDAM, pelanggan merasa tidak berdaya. Hal ini menandakan
kedudukan antara konsumen dan produsen tidak setara.
Walaupun dibeberapa PDAM sudah terbentuk forum
pelanggan/konsumen, namun perannya belum maksimal, belum
dianggap mitra kerja PDAM yang potensial.
g. Pengawasan/akuntabititas terhadap pengelolaan penyedia air minum
masih lemah, belum ada sanksi untuk penyelenggara air minum yang
tidak memberikan pelayanan sesuai dengan syarat yang ditentukan.
Badan pengawas masih lemah/kurang berfungsi.
h. Berdasarkan uraian diatas, dari 300 lebih PDAM yang ada di
Indonesia, sebagian besar mengalami kendala dalam memberikan
pelayanan yang baik akibat berbagai persoalan, baik aspek teknis (air
baku, unit pengolah dan jaringan distribusi yang sudah tua, tingkat
kebocoran, dan lain lain) maupun aspek non teknis (status
kelembagaan PDAM, utang, sulitnya menarik investasi swasta,

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 9


pengelolaan yang tidak berprinsip kepengusahaan, tarif tidak full cost
recovery, dan lain lain).
5. Kualitas Air Belum Memenuhi Syarat Air Minum
a. Kualitas yang diterima pelanggan dari PDAM masih berkualitas air
bersih, belum memenuhi syarat kualitas air minum. Padahal didalam
peraturan sudah diisyaratkan bahwa yang dimaksud dengan air minum
adalah air yang bisa dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu.
b. Masyarakat tidak memahami akan hak haknya untuk memperoleh air
yang sesuai dengan persyaratan air minum yang ada, sehingga
masyarakat sering menerima saja apa yang diterima dari penyedia air
minum. Sedangkan PDAM tidak pernah menginformasikan kualitas air
minum yang mereka sediakan kepada masyarakat.
c. Apabila masyarakat bisa memperoleh air dengan kualitas air minum,
diperkirakan angka penyakit yang ditularkan atau yang berhubungan
dengan air akan bisa berkurang 80%.
6. Keterbatasan Pembiayaan Mengakibatkan Rendahnya Investasi Dalam
Penyediaan Air Minum
a. Sampai tahun 1996 masih terdapat investasi yang cukup berarti dalam
penyediaan air minum, yang meliputi hibah pemerintah (pusat dan
daerah), dan pinjaman dalam dan luar negeri. Sejak itu kemampuan
pemerintah semakin terbatas dalam membiayai investasi sarana
penyediaan air minum, termasuk pula pinjaman baik dari dalam
maupun luar negeri.
b. Investasi dalam bidang air minum sangat tergantung dari pinjaman dari
dalam negeri dan terutama dari luar negeri. Sementara sumber sumber
keuangan untuk investasi melalui pinjaman semakin terbatas, dan akan
semakin terhambat oleh hutang PDAM, apabila tidak terdapat
penyelesaian yang mernuaskan.
c. Apabila untuk sektor perumahan terdapat pembiayaan yang murah
untuk pembangunannya, bahkan dimasa yang lalu pernah didanai
melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia, sektor air minum yang
merupakan hajat hidup orang banyak tidak terdapat sumber dana
murah yang bisa diakses oleh PDAM.

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 10


d. Sumber pembiayaan sampai saat ini masih mengandalkan pinjaman
dan hibah yang semakin terbatas jumlahnya, dan belum berkembang
sumber pendanaan alternatif seperti obligasi. Dilain pihak terdapat
Pemerintah Kota/Kabupaten yang mempunyai pendapatan yang tinggi
dari PAD atau Bagi Hasil (PPn, PPh, dan PBB), namun kurang
mempunyai perhatian terhadap pengembangan sektor air minum.
7. Kelembagaan Pengelolaan Air Minum Yang Ada Sudah Tidak Memadai
Lagi Dengan Perkembangan Saat Ini
a. Fungsi PDAM sampai saat ini operator penyedia air minum dan
sekaligus sebagai pengatur kebijakan air minum didaerah. Disamping
itu terdapat ambiguitas misi PDAM, karena ketidakjelasan antara misi
sosial dan misi komersial.
b. Sementara itu dalam UU No 7 tahun 2004 (SDA) telah
mengamanatkan pembentukan badan pengatur yang bertujuan untuk
pengembangan sistem penyediaan air minum dan sanitasi, yang sampai
saat ini belum terbentuk.
c. Didalam UU No 7 tahun 2004 (SDA) diamanatkan bahwa
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum diatur
datam Peraturan Pemerintah, saat ini sedang dalam penyusunan.
d. Dari lebih 300 PDAM yang ada, hanya sebagian kecil (3%) yang
mempunyai pelanggan diatas 100.000 sebagian besar (49%) PDAM
berukuran kecil dengan pelanggan dibawah 10.000 sehingga skala
ekonominya kurang atau tidak menguntungkan.
8. Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Air Minum Kurang
Berkembang
a. Belum terdapat kesamaan persepsi dan kesepakatan tentang
keterlibatan swasta dalam penyediaan air minum, dikalangan
pemerintah Kota/Kabupaten. Akibatnya pengelola penyediaan air
minum dan atau pemerintah daerah belum siap dalam bermitra dengan
swasta.
b. Belum terdapat aturan yang cukup mantap dan komprehensip bagi
kemitraan pemerintah swasta dalam penyediaan air minum. Proses
penyediaan ijin kepada swasta yang berminat jadi penyedia air minum

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 11


belurn optimal. Sehingga swasta merasa investasi tidak aman dan tidak
terjamin pengembaliannya.
c. Belum terdapat skema pembiayaan yang mendukung keterlibatan
swasta datam penyediaan air minum. Umumnya swasta mendapat
pembiayaan dari bank dengan bunga komersial, sehingga biaya
keuangan yang tinggi mengakibatkan tarif yang tinggi dan membebani
petanggan.
d. Ketentuan pengaturan tarif air minum yang saat ini berlaku, harus
mendapat persetujuan oleh DPRD. Ketentuan ini mengakibatkan
swasta merasa kepentingannya kurang terlindungi.
9. Kemitraan Pernerintah dan Masyarakat Dalam Penyediaan Air Minum
Kurang Berkembang
a. Peran serta masyarakat datam penyelenggaraan penyediaan air minum
masih terbatas.
b. Kelembagaan masyarakat yang tertibat dan berkecimpung dalam
penyediaan air minum tidak berkembang.
10. Pemahaman Masyarakat Tentang Air Minum Tidak Mendukung
Pengembangan Air Minum
a. Sebagian besar masyarakat Indonesia, menyediakan air minum secara
mandiri, tetapi tidak tersedia cukup informasi tepat guna hal hal yang
terkait dengan persoalan air, terutama tentang konservasi dan
pentingnya menggunakan air secara bijak. Masyarakat masih
menganggap air sebagai benda sosial.
b. Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip pertindungan
sumber air minum tingkat rumah tangga, maupun untuk skala
lingkungan. Sedangkan sumber air baku (sungai), difungsikan berbagai
macam kegiatan sehari hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci
dan pembuangan kotoran/sampah.
c. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan
pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi
masalah air minum secara bersama.
d. Belum ada kesepahaman dari semua stakeholders termasuk
stakeholders didaerah dan masayarakat, tentang tujuan dan target target
MDG, khususnya di bidang air minum, serta peran strategis

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 12


pencapaian target MDG tersebut bagi kemajuan pembangunan air
minum di Indonesia.
e. Keterlibatan perempuan sebagai pengguna utama dan pengelota air
minum dalam skala rumah tangga, pada setiap tahapan pengembangan
penyediaan air minum masih sangat kurang.
f. Ditingkat pemerintah pusat telah cukup banyak NSPM tentang
penyediaan air minum masih yang dihasilkan, namun kurang dan tidak
tersebar luas pada tingkat pemerintah daerah maupun masyarakat.
11. Sanitasi Berkelanjutan untuk Semua
a. Berkaca dari pengalaman berbagai negara mencapai tujuan MDGs,
sanitasi termasuk sektor yang sulit sekali merangkak mencapai target.
Data terakhir di tahun 2014 menyebutkan capaian akses sanitasi di
Indonesia telah mencapai 59,71% dan optimis bahwa di tahun 2015
target 62,41% tercapai.
b. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang
melibatkan berbagai Kementerian dan menyasar berbagai lini
pemerintahan secara intensif mengawal perencanaan dan
pembangunan sanitasi di Indonesia sejak 2009 hingga saat ini. Percaya
diri dengan modalitas yang telah terbangun dalam lima tahun kerjanya,
Program PPSP telah menetapkan target capaian yang lebih tinggi untuk
2019. Sesuai amanat RPJMN 2015-2019, yang juga mengacu pada
SDGs 6, target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses
sanitasi di akhir tahun 2019 telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17
tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan
oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan
manusia dan planet bumi.
2. Dalam penjelasan mengenai tujuan enam, ditetapkan target atau sasaran
capaian sebagai berikut:

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 13


a. Pada tahun 2030, mencapai akses air minum universal dan layak yang
aman dan terjangkau bagi semua;
b. Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang
memadai dan layak untuk semua, dan mengakhiri buang air besar
sembarangan (BABS), memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
perempuan dan anak perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan;
c. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi
polusi, menghilangkan timbulan sampah serta mengurangi
pembuangan bahan kimia berbahaya, dan mengurangi hingga separuh
proporsi air limbah yang tidak ditangani serta meningkatkan guna
ulang dan daur ulang aman secara global;
d. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi
penggunaan air di semua sektor dan memastikan keberlangsungan
pengambilan dan pasokan air tawar untuk mengatasi kelangkaan air
dan secara substansial menurunkan jumlah masyarakat yang menderita
kelangkaan air;
e. Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumberdaya air terpadu di
semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai;
f. Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem yang terkait
air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan
danau.
g. Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pengembangan kapasitas
dukungan internasional untuk negara-negara berkembang dalam
kegiatan ataupun program yang berhubungan dengan air bersih dan
sanitasi, termasuk pemeliharaan sumber air, desalinasi, efisiensi air,
pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan guna ulang;
h. Pada tahun 2030, mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat
lokal dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.
3. Fenomena atau Issu goals ke-6 SDGs:
a. Daya Dukung Lingkungan Semakin Terbebani oleh Pertumbuhan
Penduduk dan Urbanisasi
b. Kebijakan Yang Memihak Kepada Masyarakat Miskin Masih Belum
Berkembang
c. PDAM Tidak Dikelola Dengan Prinsip Kepengusahaan
d. Kualitas Air Belum Memenuhi Syarat Air Minum

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 14


e. Keterbatasan Pembiayaan Mengakibatkan Rendahnya Investasi Dalam
Penyediaan Air Minum
f. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang
melibatkan berbagai Kementerian dan menyasar berbagai lini
pemerintahan secara intensif mengawal perencanaan dan
pembangunan sanitasi di Indonesia sejak 2009 hingga saat ini. Percaya
diri dengan modalitas yang telah terbangun dalam lima tahun kerjanya,
Program PPSP telah menetapkan target capaian yang lebih tinggi untuk
2019. Sesuai amanat RPJMN 2015-2019, yang juga mengacu pada
SDGs 6, target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses
sanitasi di akhir tahun 2019 telah ditetapkan.
B. Saran
1. Warga Indonesia seharusnya mengetahui bagaimana pengelolaan sanitasi
dan pengelolaan sampah yang baik karena hal tersebut akan memberikan
banyak manfaat, sehingga masyarakat dapat terhindar dari berbagai
macam penyakit.
2. Pemerintah harus lebih mensosialisasikan tentang pengelolaan air dan
sanitasi.
3. Mari bersama-sama mensukseskan tujuan SDGs dan menjawab semua
issue yang ditargetkan.

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 15


DAFTAR PUSTAKA

http://National Urban Forum Towards Indonesia New Urban Agenda _


Infomoneter.htm
http://Water Sanitation and City.htm
http://Sanitasi dan Sustainable Development Goals (SDGs) _ Portal Sanitasi
Indonesia.htm
http://Goals (Tujuan) dan Target SDGs Kesehatan ~ Mitra Kesmas.htm
http://Sustainable Development Goals (SDGs) _ Indecon.htm
http://17 Goals SDGs (Tujuan SDGs) Pengganti MDGs ~ Mitra Kesmas.htm

Current Issue Kesehatan Masyarakat | 16

Anda mungkin juga menyukai