Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan
pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,
pertambangan, transportasi, dan lainnya. Namun dibalik kemajuan tersebut
ada harga yang harus dibayar masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif
yang ditimbulkannya, salah satu diantaranya adalah seperti kecelakaan,
pencemaran, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan ribuan cidera
setiap tahunnya.
Kondisi ini disebabkan karena kurang adanya manajemen risiko
(risk management) yang memadai, serta masih kurangnya kepedulian
mengenai penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Saat ini
proses pembangunan belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran
hygiene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga bahaya
dan risikonya terus meningkat.
Management risiko (risk management) sangatlah penting bagi
kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Karena jika didalam suatu
perusahaan terjadi bencana, seperti kebakaran atau kerusakan maka
perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat
menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan usaha
maupun kegiatan usaha. Management risiko (risk management)
merupakan alat yang melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan
yang merugikan.
Dalam aspek K3 kerugian berasal dari kejadian yang tidak di
ingikan yang timbul akibat aktivitas organisasi. Dan tanpa menerapkan
manajemen risiko, maka perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian.
Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam
organisasi atau perusahaannya, sehingga tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya, padahal masing-masing aktivitas memiliki risiko.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 1


Upaya pengendalian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
perlu adanya usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor bahaya ditempat
kerja dan dievaluasi risiko dan bahaya serta dilakukan upaya pengendalian
yang memadai. Dalam bidang K3 terdapat cara untuk, mengidentifikasi,
dan menganalisa serta mengevaluasi faktor-faktor bahaya di tempat kerja.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahaya adalah analisa keselamatan
kerja atau lebih dikenal dengan istilah Job Safety Analysis (Ramli, 2008).
Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya untuk mengidentifikasi
bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, beserta cara
pengendalian/penanggulangan guna mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan (Sanggar Sarana
Baja, 2000).
Pembuatan Job Safety Analysis, selain memberikan tindakan
penanganan potensi bahaya juga dapat memberikan keuntungan lain
kepada manajemen. Dengan adanya penerapan Job Safety Analysis,
seorang supervisor dapat memberikan pelatihan tersendiri secara aman
dengan prosedur yang efisien bagi pekerja, mempermudah dalam
memberikan instruksi kepada pekerja baru yang akan melaksanakan
pekerjaan dan risiko bahaya yang ada dalam pekerjaan, serta dapat
digunakan untuk mengkaji atau mempelajari ulang apabila terjadi
kecelakan. Dengan adanya Job Safety Analysis, pekerja dapat bekerja
secara aman dan efisien, mengetahui bahaya yang ada dalam pekerjaan
dan tindakan pengendaliannya, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sanggar
Sarana Baja, 2000).
Berkaitan dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis
melaksanakan observasi dan penelitian serta menyusun Laporan tentang
Job Safety Analysis di PT. Makmur Ujung Jaya (Distributor Semen
Bosowa).

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 2


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, didapatkan rumusan
masalah yaitu bagaimana Job Safety Analysis (JSA) sebagai langkah awal
dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan akibat kerja di PT.
Makmur Ujung Jaya Jalan R.E. Marthadinata, Kelurahan Kessilampe,
Kecamatan Kendari, Sulawesi Tenggara?

C. Tujuan Observasi
1. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan langsung pada setiap
tahapan pekerjaan di PT. Makmur Ujung Jaya.
2. Mahasiswa mampu menilai dan menganalisis kondisi pekerjaan yang
dapat menimbulkan potensi bahaya bagi pekerja di PT. Makmur Ujung
Jaya.

3. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi perbaikan kondisi


pekerja di tempat kerja dengan cara pengendalian hazard yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja di PT. Makmur Ujung
Jaya.

D. Manfaat Observasi

Manfaat dari observasi Job Safety ini adalah Mahasiswa(i) bisa


mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang dapat menimbulkan potensi bahaya
bagi pekerja. Selain itu, juga bisa belajar untuk menangani dan
mengendalikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerja di
tempat kerja.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Job Safety Analysis


JSA (Job Safety Analysis) merupakan suatu prosedur yang
digunakan untuk mengkaji ulang metode dan mengidentifikasi pekerjaan
yang tidak selamat, dan dilakukan koreksi sebelum terjadinya kecelakaan.
JSA merupakan langkah awal dalam analisa bahaya dan kecelakaan dalam
usaha menciptakan keselamatan kerja. JSA atau sering disebut Analisa
Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu sistem penilaian risiko dan
identifikasi bahaya yang dalam pelaksanaan ditekankan pada identifikasi
bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang
dilakukan tenaga kerja atau analisa keselamatan pekerjaan merupakan
suatu cara/metode yang digunakan untuk memeriksa dan menemukan
bahaya-bahaya sebelumnya diabaikan dalam merancang tempat kerja,
fasilitas/alat kerja, mesin yang digunakan dan proses kerja. (PT. Caltex
Pasific Indonesia, 1999).
Menurut NOSA (1999), JSA merupakan salah satu usaha dalam
menganalisa tugas dan prosedur yang ada di suatu industri. JSA
didefinisikansebag ai metode mempelajari suatu pekerjaan untuk
mengidentifikasi bahaya dan potensi insiden yang berhubungan dengan
setiap langkah, mengembangkan solusi yang dapat menghilangkan dan
mengkontrol bahaya serta incident. Bila bahaya telah dikenali maka dapat
dilakukan tindakan pengendalian yang berupa perubahan fisik atau
perbaikan prosedur kerja yang dapat mereduksi bahaya kerja. Dalam
pelaksanaannya, prosedur analisa keselamatan kerja memerlukan latihan,
pengawasan dan penulisan uraian kerja yang dikenal sebagai JSA untuk
mempermudah pengertian prosedur kerja pada karyawan.
Hal-hal positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan JSA, adalah :

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 4


1. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan
2. Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
3. Melakukan review pada Job prosedur setelah terjadi kecelakaan
4. Memberikan pre job intruction pada pekerjaan yang baru
5. Memberikan pelatihan secara pribadi kepada karyawan
6. Dapat Meninjau ulang SOP
Dalam pembuatan JSA, terdapat teknik yang dapat memudahkan
pengerjaannya, yaitu :
1. Memilih orang yang tepat untuk melakukan pengamatan, misalnya
orang yang berpengalaman dalam pengerjaan, mampu dan mau bekerja
sama dan saling tukar pikiran dan gagasan.
2. Apabila orang tersebut tidak paham akan perannya dalam pembuatan
JSA, maka diberi pengarahan dahulu tentang maksud dan tujuan
pembuatan JSA.
3. Bersama orang tersebut melakukan pengamatan/pengawasan terhadap
pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memecahkan pekerjaan
tersebut menjadi beberapa langkah dasar.
4. Mencatat pekerjaan tersebut setelah membagi pekerjaan tersebut.
5. Memeriksa dengan seksama dan mendiskusikan hasil tersebut ke
bagian section head yang diamati.

B. Tujuan Job Safety Analysis


Pelaksanaan JSA secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi bahaya di setiap aktivitas pekerjaan sehingga tenaga kerja
diharapkan mampu mengenali bahaya tersebut sebelum terjadi kecelakaan
atau penyakit akibat kerja. Tujuan jangka panjang dari program JSA ini
diharapkan tenaga kerja dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanan JSA,
sehingga dapat menanamkan kepedulian tenaga kerja terhadap kondisi
lingkungan kerjanya guna menciptakan kondisi lingkungan kerja yang
aman dan meminimalisasi kondisi tidak aman (unsafe condition) dan
perilaku tidak aman (unsafe action).

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 5


C. Manfaat Job Safety Analysis
Pelaksanaan JSA mempunyai manfaat dan keuntungan sebagai
berikut :
1. Dapat digunakan untuk memberikan pelatihan atau training mengenai
prosedur kerja dengan lebih aman dan efisien.
2. Memberikan training kepada tenaga kerja/karyawan baru.
3. Memberikan Pre-job instruction pada pekerjaan yang tidak tetap.
4. Melakukan review pada job prosedur setelah terjadi kecelakaan.
5. Melakukan studi terhadap pekerjaan untuk memungkinan dilakukan
improvement metode kerja.
6. Identifikasi pengaman apa saja yang perlu dipakai saat bekerja.
7. Meningkatkan produktifitas kerja dan tingkah laku positif mengenai
safety.
Analisa keselamatan pekerjaan terdiri dari 5 fase antara lain :
1. Memilih Jenis Pekerjaan
Ketika membuat suatu Analisa Keselamatan Pekerjaan, suatu
pekerjaan adalah urutan langkah-langkah atau aktivitas untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dianalisa biasanya
dipilih berdasarkan prioritas. Pekerjaan dengan pengalaman
kecelakaan terburuk atau potensi bahaya yang tertinggi harus lebih
dahulu dianalisa. Ketika memilih pekerjaan, pertimbangkan faktor-
faktor berikut ini :
a. Frekuensi dari kecelakaan atau yang berpotensi celaka.
b. Potensi keparahan dalam beberapa situasi harus ditinjau kembali
dan diberikan prioritas tertinggi jika terdapat potensi untuk
terjadinya luka- luka yang lebih parah. Hal ini termasuk :
1) Pekerjaan yang tidak biasa, tidak rutin.
2) Sumber-sumber energi yang tinggi (listrik dan tekanan).

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 6


3) Beberapa situasi konstruksi (tempat kerja tinggi, alat berat yang
bergerak, tingkat aktivitas yang tinggi dalam daerah yang
sempit/kecil).
4) Jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena pegawai sering
dihadapkan kepada bahaya apa saja.
5) Hasil dari masukan-masukan pegawai dimana pekerjaan yang
menurut mereka mempunyai potensi bahaya.
6) Pekerjaan yang baru atau pekerjaan yang tidak rutin dilakukan.
Proses analisa Keselamatan Pekerjaan harus termasuk suatu cara
untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan yang tidak sering
dilakukan (misal : mematikan unit) .
2. Membentuk Tim Analisa Keselamatan Pekerjaan
Pekerjaan yang membuat JSA harus berpengalaman dan
berpengetahuan tentang pekerjaan, mempunyai kredibilitas dalam
group pekerjaan dan mengerti proses analisa keselamatan pekerjaan.
Syarat penting lainnya adalah suportif, tidak menghakimi, dan mau
mendengarkan ide-ide, dan akan menemukan jawaban untuk membuat
suatu tempat kerja yang selamat. Tim yang dibentuk tergantung dari
organisasi dan ukuran dari group pekerja. Sebagai tambahan terhadap
orang yang mengerjakan pekerjaan tersebut, anggota tim harus dipilih
dari pekerjaan lainnya, supervisor, dan spesialis keselamatan.
3. Menguraikan Suatu Pekerjaan
Sebelum memulai pencarian bahaya yang potensial, pekerjaan
harus dijabarkan dalam urutan langkah-langkah, yang setiap langkah
tersebut menerangkan apa yang sedang terjadi. Ada suatu
keseimbangan antara terlalu terperinci, akan berakibat terlalu banyak
langkah dan penjabaran yang terlalu umum akan mengakibatkan
langkah-langkah utama tidak tertulis/tertuang.
4. Mengidentifikasi Bahaya yang Berpotensi
Dari proses pembuatan tahapan pekerjaan, secara tidak
langsung akan dapat menganalisa/mengidentifikasi dampak/bahaya apa

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 7


saja yang disebabkan atau ada dari setiap langkah kerja tersebut. Dari
proses yang diharapkan kondisi resiko bagaimanapun diharapkan dapat
dihilangkan atau minimalkan sampai batas yang dapat diterima dan
ditoleransikan baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan
standart/hukum. Bahaya disini dapat diartikan sebagai suatu benda,
bahan atau kondisi yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau
kerugian (kecelakaan). Identifikasi potensi bahaya merupakan alat
manajemen untuk mengendalikan kerugian dan bersifat proaktif dalam
upaya pengendalian bahaya di lapangan/tempat kerja. Dalam hal ini
tidak ada seorang pun yang dapat meramalkan seberapa parah atau
seberapa besar akibat/kerugian yang akan terjadi jika suatu
incident/accident terjadi, namun identifikasi bahaya ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya incident/accident dengan melakukan
upaya-upaya tertentu.
5. Membuat Penyelesaian
Langkah terakhir dalam suatu Analisa Keselamatan Pekerjaan
adalah membuat rekomendasi perubahan untuk menghilangkan
bahaya-bahaya yang berpotensi. Selama fase ini, biasanya lebih baik
dimulai dari langkah awal dan bekerja selanjutnya untuk langkah-
langkah berikutnya. Lanjutkan langkah berikutnya hanya setelah
seluruh bahaya-bahaya yang berpotensi dihilangkan dan semua kondisi
adalah selamat dari langkah-langkah sebelumnya, karena adanya
sebagian perubahan akan mengakibatkan pada langkah-langkah
berikutnya. Jika diperlukan, mulailah pada formulir analisa
keselamatan pekerjaan yang baru menerangkan tentang langkah-
langkah pekerjaan yang dimodifikasi. Prinsip penyelesaiannya adalah :
a. Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya, mengubah
perkakas, material, peralatan, tata letak atau lokasi. Hal ini adalah
pendekatan yang lebih disukai hingga adanya persetujuan umum
bahwa kondisi kerja adalah selamat.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 8


b. Mengubah prosedur kerja. Menanyakan apa yang seharusnya
pegawai lakukan, atau tidak dilakukan untuk menghilangkan
bahaya-bahaya yang tertentu atau mencegah potensi kecelakaan.
c. Temukan cara lain yang baru untuk mengerjakan pekerjaan. Jika
langkah diatas tidak menuju selamat, dan cara yang efisien untuk
menyelesaikan pekerjaan, maka tim harus melihat terhadap
pekerjaan itu sendiri. Tentukan tujuan dari pekerjaan tersebut, dan
kemudian menganalisa untuk cara lain supaya mencapai tujuan
tersebut untuk menentukan mana yang paling selamat.

D. Job Safety Analysis dan Kecelakaan Kerja


Bahaya dapat dihilangkan, tetapi risiko yang terkait dengan bahaya
tersebut tidak akan dapat hilang. Perusahaan perlu mengadakan pengaturan
juga pengendalian terhadap produksi, kegiatan dan jasa yang dapat
menimbulkan suatu resiko bagi tenaga kerjanya. Hal ini dapat dicapai
dengan menerapkan kebijakan, standart untuk lingkungan kerja, prosedur
dan instruksi kerja untuk mengelola dan mengendalikan setiap pekerjaan,
produk dan juga jasa.
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam
perundangan dalam pengendalian kecelakaan adalah dengan menggunakan
hirarki pengendalian, yaitu sebagai berikut :
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau
menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan
bahaya secara keseluruhan (nol). Efektifitas dari eliminasi ini adalah
100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2. Substitusi
Subtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai resiko yang tinggi dengan yang mempunyai nilai
resiko lebih kecil.
3. Administrasi

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 9


Pengendalian administratif dengan mengurangi atau
menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau
instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja, atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
4. Training
Pelatihan atau training dapat meningkatkan kemampuan
karyawan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan aman dan benar.
5. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung
terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat
mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian
ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri,
artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar.
Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka
dapat ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan
mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika
tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat
pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian
risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. Akan
tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari
pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian resiko
yang diinginkan.

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan diperlukan suatu
unsure pengaturan terhadap seluruh unsur di perusahaan yang terintregrasi
oleh seluruh pihak perusahaan yang melibatkan keterkaitan unsur tersebut
dalam menimbulkan suatu kondisi dengan potensi yang dapat

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 10


menimbulkan kecelakaan. Pengaturan tersebut merupakan wujud dari
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus menjadi
komitmen setiap perusahaan. Untuk mendorong agar perusahaan
menerapkan program K3 tersebut maka pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III
pasal 3 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja yang menyatakan bahwa
dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja,
antara lain :
1. (POINT A) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. (POINT M) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat,
lingkungan, cara kerja dan prosedur kerja.
3. (POINT R) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Bab V Tentang pembinaan, pasal 9 point 1.d bahwa pengurus wajib
menunjukkan dan menjelaskan pada pekerja tentang cara-cara dan sikap
yang aman dalam melaksanakan pekerjaan, serta point 3 mengenai
kewajiban manajemen untuk melakukan Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang berlaku di tempat kerja.
Undang-undang tersebut ditambah dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI, No. PER.05/MEN/1996, point 2 tentang perencanaan
yang menyatakan bahwa identifikasi bahaya, penilaian resiko dari kegiatan
produksi barang dan jasa harus dipertimbangkan saat merumuskan rencana
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya.

F. Prinsip Pencegahan Kecelakaan


Menurut ILO (dalam Dasar-Dasar K3, 2007), langkah-langkah
penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
1. Peraturan perundang-undangan
Ketentuan dan syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi; penerapan ketentuan dan syarat K3

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 11


sejak tahap rekayasa; penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan K3.

2. Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan K3.
3. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja
masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
4. Riset teknis, medis, psikologis dan statistic
Riset/penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi.
5. Pendidikan dan latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan ketrampilan
K3 bagi tenaga kerja.
6. Persuasi
Cara penyuluhan dan pendekatan di bidang K3, bukan melalui
penerapan dan pemaksaan melalui sanksi-sanksi.
7. Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan
yang memenuhi syarat K3.
8. Penerapan K3 di tempat kerja
Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 12


BAB III
METODOLOGI OBSERVASI

A. Metode Observasi
Metode observasi yang dilakukan adalah secara deskriptif yaitu
suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai bagaimana
implementasi Job Safety Analysis yang dilakukan dari pihak PT. Makmur
Ujung Jaya sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja.

B. Lokasi Observasi
Observasi ini dilakukan di :
Nama perusahaan : PT. Makmur Ujung Jaya
Alamat : Jalan R.E. Marthadinata, Kelurahan Kessilampe,
Kecamatan Kendari, Sulawesi Tenggara.

C. Obyek Pengamatan
Observasi ini mengambil objek penelitian dari proses pemindahan
semen, pengemasan hingga pengangkutan dan pendistribusian semen
bosowa PT. Makmur Ujung Jaya.

D. Teknik Pengambilan Data


1. Observasi Lapangan
Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap proses kerja distributor semen
bosowa.
2. Wawancara
Wawancara dengan penanggung jawab yaitu dengan foreman
dan operator, selain itu juga dengan beberapa karyawan di PT. Makmur

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 13


Ujung Jaya untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan
program pelaksanaan JSA.

E. Sumber Data
Data primer diperoleh dari melakukan observasi langsung ke
tempat kerja/lapangan dan wawancara atau tanya jawab dengan tenaga
kerja.

F. Waktu Pelaksanaan
Observasi dilaksanakan selama satu hari yaitu pada tanggal 24
September 2016.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 14


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, maka hasil observasi
adalah sebagai berikut :
No Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya
1.
Pengontrolan Alat Gangguan fungsi tubuh
2. Pemindahan semen dari kapal ke
Ganguan pendengaran
pabrik

Gangguan pernapasan
3. Pengemasan semen Gangguan pernapasan dari
material debu semen
Gangguan pendengaran dari
mesin pengepak semen
Gangguan pada sendi
Gangguan pada penglihatan
akibat material debu semen
Gangguan kulit
Kelelahan otot
4. Pengangkutan semen Terjepit
Nyeri pada tulang belakang
Gangguan pernapasan
Kelelahan otot
5. Pendistribusian semen Gangguan pernapasan
Kecelakaan kerja
Kelelahan kerja

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 15


B. Pembahasan
Tahapan proses pekerjaan :
1. Pengontrolan Alat
Pada tahap ini dilakukan proses pengontrolan alat. Potensi
bahaya yang timbul pada proses pengontrolan ini pekerja akan
mengalami gangguan fungsi tubuh.
2. Pemindahan Semen dari Kapal ke Pabrik
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memindahkan semen dari
kapal ke pabrik dengan menggunakan alat seperti pipa yang berbahan
dasar besi dan karet. Dalam proses ini potensi bahaya yang dapat
terjadi adalah gangguan pendengaran dan gangguan pernapasan.
3. Pengemasan Semen
Pada tahap ini dilakukan pengemasan semen dengan bantuan
mesin. Dimana potensi bahaya pada pekerja yang mengemas semen
adalah gangguan pernapasan dari material debu semen, gangguan
pendengaran dari mesin pengemas semen dan gangguan pada sendi
serta gangguan pada penglihatan akibat material debu semen dan
gangguan pada kulit serta kelelahan otot.
4. Pengangkutan Semen
Pada tahap ini semen yang telah selesai di kemas akan di
angkut ke dalam sebuah mobil truck dengan bantuan mesin dimana
telah siap pekerja yang menunggu di bak truck untuk menyusun dan
merapikan semen. Potensi bahaya yang dapat timbul adalah terjepit,
nyeri pada tulang belakang, gangguan pernapasan serta kelelahan otot.
5. Pendistribusian Semen
Pada tahap ini semen di distribusikan dengan menggunakan
mobil truck. Adapun potensi bahaya yang dapat timbul adalah
gangguan pernapasan, kecelakaan kerja dan kelelahan kerja

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 16


Dari data dan mengetahui potensi bahaya di atas, maka sangat
penting untuk membentuk Job Safety Analysis sebagai upaya pencegahan
kecelakaan di tempat kerja.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 17


Tabel Job Safety Analysis

JOB SAFETY ANALYSIS

Jenis Pekerjaan : Pengemasan dan Tanggal : 24 September 2016


Pendistribusian Semen Bosowa

Unit/Seksi : Ahli K3 :

No . Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian

1. Pengontrolan Alat Gangguan fungsi tubuh Mengontrol jam kerja


pekerja atau pergantian
shift kerja

Meningkatkan
kewaspadaan pekerja
Pemindahan semen dari
2. Ganguan pendengaran Meningkatkan
kapal ke pabrik
kewaspadaan pekerja
Gangguan pernapasan
Penggunaan ear muff

Penggunaan APD (masker


khusus)
Pengemasan semen Gangguan pernapasan
3. Mengontrol jam kerja
dari material debu semen
pekerja atau pergantian
Gangguan pendengaran
shift kerja
dari mesin pengepak
semen
Meningkatkan
Gangguan pada sendi
kewaspadaan pekerja
Gangguan pada

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 18


penglihatan akibat
Penggunaan sarung tangan
material debu semen
Kelelahan otot
Penggunaan APD (masker
khusus)

Penggunaan APD
(kacamata khusus)

Pengangkutan semen Terjepit


4. Mengontrol jam kerja
Nyeri pada tulang
pekerja atau pergantian
belakang
shift kerja
Gangguan pernapasan

Meningkatkan
kewaspadaan pekerja

Penggunaan APD (masker


khusus)
Pendistribusian semen Gangguan pernapasan
5. Meningkatkan
Kecelakaan kerja
kewaspadaan pekerja
Kelelahan kerja

Mengontrol jam kerja


pekerja atau pergantian
shift kerja

1. Pengendalian Bahaya

Pengendalian bahaya bertujuan untuk mengurangi bahkan


mencegah terjadinya kecelakaan kerja hingga menjadi zero accident.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diterapkan

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 19


beberapa pengendalian bahaya pada PT. Makmur Ujung Jaya
(Distributor Semen Bosowa).

a. Rekayasa/Engineering

Tindakan yang dilakukan adalah dengan memasang exhaust


fan ventilation system untuk bagian pekerjaan yang menghasilkan
partikulat dari debu semen.

b. Pengendalian Administratif

Pengendalian ini seperti mencegah pekerja dari kejenuhan,


kelelahan dan kehilangan konsentrasi dengan cara mengontrol jam
kerja pekerja atau pergantian shift kerja, memeriksa mesin serta
memberi rambu peringatan untuk memakai alat pelindung diri
(APD).

c. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri untuk jenis risiko tertimpa bahan


material dapat berupa penggunaan helm untuk melindungi kepala
dan safety boot untuk melindungi kaki yang tertimpa material.
Risiko tersayat peralatan kerja seperti penggunaan sarung tangan
yang tahan terhadap irisan pisau. Jenis risiko terhirup bahan
berbahaya, selain dengan sirkulasi udara yang baik, terhirupnya
bahan berbahaya dapat dihindari dengan menggunakan masker atau
respirator yang sesuai dengan jenis, konsentrasi dan lamanya
pekerja terpapar bahan berbahaya tersebut.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 20


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan masalah yang telah ditetapkan maka


kesimpulan yang dapat ditarik dalam laporan observasi adalah:
1. Proses pendistribusian semen bosowa PT. Makmur Ujung Jaya
dilakukan secara sistematis dan beruntun.
2. PT. Makmur Ujung Jaya dalam proses pekerjaannya memiliki banyak
potensi bahaya yang tidak memiliki pengendalian terutama potensi
bahaya untuk debu semen dan bahaya gangguan pendengaran.
3. Menerapkan system Job Safety Analysis dengan memperhatikan
analisis risiko dan bahaya untuk lebih meningkatkan kesadaran pekerja
terhadap potensi bahaya yang dapat mengganggu kesehatannya.

B. Saran

1. Perlu di buat Job Safety Analysis di PT. Makmur Ujung Jaya untuk
meningkatkan kesadaran pekerja.
2. Budayakan Job Safety Analysis dan cara kerja yang aman dalam setiap
aktivitas pekerjaan dengan cara sosialisasi Job Safety Analysis ke
semua tenaga kerja.
3. Melakukan observasi untuk memastikan aplikasi Job Safety Analys
dilaksanakan dengan baik.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 21


DAFTAR PUSTAKA

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2014/10/job-safety
analysis-jsa.html. Diakses pada tanggal 25 September 2016.

Fauzi, Said Arizal. 2009. Job Safety Analysis Sebagai Langkah Awal Dalam
Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja Di Area
Attachment Fabrication Pt. Sanggar Sarana Baja Jakarta Timur.
Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diakses pada tanggal 29
September 2016.

Ihsan, taufik, dkk., 2016. Analisis Risiko K3 Dengan Metode Hirarc Pada Area
Produksi PT Cahaya Murni Andalas Permai. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Andalas, Kendari.

LAPORAN JOB SAFETY ANALYSIS |KELOMPOK IV 22

Anda mungkin juga menyukai