Anda di halaman 1dari 105

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIFITAS LATIHAN KEKUATAN OTOT TERHADAP


KEMAMPUAN MOBILISASI KLIEN DENGAN FRAKTUR
DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN
RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


(KIA-N)

NICKY ANELIA, S.Kep


0806334161

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIFITAS LATIHAN KEKUATAN OTOT TERHADAP


KEMAMPUAN MOBILISASI KLIEN DENGAN FRAKTUR
DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN
RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


(KIA-N)
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners pada
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

NICKY ANELIA, S.Kep


0806334161

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan Judul Efektifitas
Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi Klien dengan Fraktur di
Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan ini tepat pada waktunya.

Penyelesaian dan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Atas bantuan, dorongan dan
bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapakan terima kasih dan
penghormatan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed, selaku Ketua program studi S1 dan
profesi Keperawatan.
3. Ibu Riri Maria, S.Kp., MN, selaku koordinator Karya Ilmiah Akhir Ners
ini.
4. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., MN selaku pembimbing dalam pembuatan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dan juga selaku pembimbing KKMP di
Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan.
5. Ibu Ns. Nuraini, S.Kep, selaku penguji dalam sidang Karya Ilmiah Akhir
Ners dan pembimbing ruangan mata kuliah KKMP di Ruang Anggrek
Tengah Kanan RSUP Persahabatan yang telah memberikan masukan
untuk pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
6. Ibu Hening Pujasari S.Kp., M.Biomed., MANP selaku pembimbing
akademis penulis.
7. Bapak/Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan yang telah
banyak membantu penulis selama waktu perkuliahan.

iv

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


8. Teristimewa kepada mama Desmeri dan papa Munawar yang tak pernah
lelah mendoakan dan memberikan dorongan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
9. Kakak Silvi dan adik Ivan tercinta yang telah memberikan dorongan
semangat, pengertian, dan doanya untuk penulis.
10. Rekan-rekan satu kelompok KKMP yang OMOESTA Herlia Yuliantini,
Esti Giatrininggar, Fitri Mulyana, Mujiati Alifah, Puspa Utami dan Kak
Monika Rini yang selalu saling menyemangati dan memberikan masukan
selama proses KKMP dan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
11. Kakak-kakak perawat dan pegawai di Ruang Anggrek Tengah Kanan
RSUP Persahabatan yang telah membantu dan memberikan semangat
kepada penulis selama menjalankan praktik KKMP.
12. Teman-teman profesi (angkatan 2008) yang seperjuangan yang selalu
saling menyemangati dalam selama menjalani praktik profesi dan
penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
13. Sahabat-sahabat Hesperos Carney (Karin, Vina, Muthma, Randy, Iqbal,
Irsyad, dan Edo) yang memberikan semangat dan nasehat kepada penulis
dalam menjalani praktik profesi.
14. Keluarga Griya Aisha (Sonya, Ni Ofi, Kiki, Yesa, Ipi, Dina, Tia, Mega,
dan teman-teman kosan lainnya) yang selalu memberikan semangat dalam
menjalani masa-masa profesi dan penulisan Karya Ilmiah ini.
15. Junior di Fakultas Ilmu Keperawatan serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini,
semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT.

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis
mengharapkan beberapa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini kedepannya.
Depok, Juli 2013
Penulis

NICKY ANELIA, S.Kep

vi

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Nicky Anelia, S.Kep


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan
Mobilisasi Klien dengan Fraktur di Ruang Rawat Anggrek Tengah
Kanan RSUP Persahabatan

Fraktur merupakan salah satu kejadian cedera yang paling sering terjadi pada
masyarakat perkotaan. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diberikan untuk
mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik pada klien dengan fraktur adalah
latihan kekuatan otot. Latihan kekuatan otot bertujuan untuk mencegah atropi
otot, memelihara kekuatan otot sebelum operasi dan mempersiapkan ambulasi
dini pasca operasi. Pada kasus fraktur di ruangan Anggrek Tenggah Kanan RSUP
Persahabatan telah diterapkan penggunaaan latihan kekuatan otot dan dapat dilihat
adanya perkembangan kemampuan mobilisasi klien. Rekomendasi dari tulisan ini
adalah penggunaan latihan kekuatan otot dapat dijadikan sebagai latihan wajib
yang diterapkan di rumah sakit untuk klien dengan masalah fraktur agar dapat
meningkatkan kemampuan mobilisasi klien.

Kata kunci : asuhan keperawatan, fraktur, latihan kekuatan otot,


mobilisasi, masyarakat perkotaan
60 + xiv halaman : 2 gambar ; 2 tabel
Daftar Pustaka : 29 (2002-2012)

viii Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Nicky Anelia, S.Kep


Study Program: Nursing Science
Title : Effectiveness muscle strength exercise for mobilization abilities
client with fracture at Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan

Fracture is one of the most common injury events occurred in urban communities.
One form of intervention that can be provided to overcome barriers to physical
mobility problems in clients with fracture is muscle strength exercise. Muscle
strength exercise have function to prevent muscle atrophy, maintain muscle
strength before surgery and preparing for early ambulation postoperative. From
the case of fracture in the room Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan has
implemented the use of muscle strength exercise and can be seen the development
of the ability to mobilize the client. Recommendation of this paper is the use of
muscle strength exercise can be applied as a mandatory practice in the hospital for
a client with a fracture problems in order to improve the client's ability to
mobilize.

Key word : nursing care, fracture, muscle strength exercise, mobilitation,


urban community
xiv + 60 pages : 2 pictures + 2 tables
Bibliography : 29 (2002-2012)

ix Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 6
1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan ................................ 6
1.4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan .......................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............ 8
2.2 Konsep Fraktur Humerus ........................................................... 10
2.2.1 Definisi ............................................................................ 10
2.2.2 Etiologi ............................................................................ 10
2.2.3 Manifestasi Klinik .......................................................... 11
2.2.4 Jenis Fraktur .................................................................... 12
2.2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur ......................................... 14
2.2.6 Komplikasi ...................................................................... 15
2.2.7 Prinsip Penatalaksanaan Fraktur ..................................... 17
2.3 Konsep Keperawatan Perioperatif & ORIF ................................ 17
2.3.1 Konsep Keperawatan Perioperatif .................................. 17
2.3.2 Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)............... 19
2.4 Latihan Kekuatan Otot ................................................................ 20

x Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN CLOSED
FRAKTUR HUMERUS DEXTRA DI RUANG RAWAT ANGGREK
TENGAH KANAN RSUP PERSAHABATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Pre operatif............................................... 24
3.1.1 Pengkajian ....................................................................... 24
3.1.2 Analisa Data .................................................................... 34
3.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan ....................................... 36
3.1.4 Catatan Perkembangan Keperawatan.............................. 37
3.2 Asuhan Keperawatan Inta operatif.............................................. 41
3.2.1 Pengkajian ....................................................................... 41
3.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................... 42
3.2.3 Tindakan yang Dilakukan ............................................... 42
3.3 Asuhan Keperawatan Pasca operatif .......................................... 43
3.3.1 Catatan Perkembangan Keperawatan Pasca operatif ...... 43
3.3.2 Pertimbangan Rencana Pulang (Discharge Planning).... 45

BAB 4 ANALISIS SITUASI


4.1 Profil RSUP Persahabatan Jakarta ............................................. 47
4.2 Analisis Kasus dengan Konsep Keperawatan ............................ 48
4.3 Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan
Mobilisasi .................................................................................... 53

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 56
5.2 Saran ........................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Obat .................................................................................... 32


Tabel 3.2 Analisis Data ................................................................................. 34

xii Universitas indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Fraktur Berdasarkan bentuk Patahan ................................. 14


Gambar 2.2 Isotonik Exercise (Aktif ROM) .................................................... 23

xiii Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan Ny. S


Lampiran 2 Catatan Perkembangan Keperawatan Ny. S
Lampiran 3 Discharge Planning
Lampiran 4 Latihan Kekuatan Otot Pre Operasi
Lampiran 5 Latihan Tangan Post ORIF
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

xiv Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

Pendahuluan diperlukan untuk memberikan gambaran awal mengenai penulisan


yang dilakukan. Adapun komponen yang akan diuraikan dalam bab ini meliputi
latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan. Bab
ini akan mempermudah penulis dalam melakukan penulisan secara sistematis.

1.1 Latar Belakang

Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting, karena tingkat


perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah
kesehatan di perkotaan merupakan resultan dari berbagai faktor, antara lain
tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan karena
kemisikinan, pengangguran yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan
sosial, serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi. Kehidupan
masyarakat yang semakin modern ini ditandai dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju
terutama di daerah perkotaan. Tingkat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi di daerah perkotaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Hal ini menyebabkan terjadinya arus urbanisasi dari desa ke kota
sehingga meningkatkan jumlah penduduk di daerah perkotaan dan hal ini memicu
semakin padatnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah perkotaan


dapat dilihat dengan adanya industri-industri baru yang didukung dengan
teknologi yang serba canggih. Hasil dari adanya perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi ini adalah terjadinya peningkatan jumlah alat
transportasi. Dengan adanya peningkatan jumlah alat transportasi menyebabkan
terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. Selain peningkatan junlah alat
transportasi, pertumbuhan penduduk yang cukup padat mengakibatkan timbulnya
permasalahan lingkungan dan kesehatan. Meningkatnya jumlah penduduk

1 Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


2
membuat terjadinya peningkatan pembangunan rumah tinggal yang
mengakibatkan lahan di wilayah perkotaan menjadi semakin sempit
(www.thejakartapost.com, 2010).

Semakin sempitnya lahan yang dapat dijadikan pemukiman penduduk di wilayah


perkotaan membuat masyarakat cenderung untuk membuat rumah tinggal terdiri
dari beberapa lantai (www.thejakartapost.com, 2010). Hal ini juga dapat menjadi
salah satu pemicu terjadi kecelakaan di dalam rumah tangga, dimana masyarakat
harus melakukan mobilisasi naik turun tangga untuk melakukan aktivitas dan
mengakibatkan kejadian jatuh. Selain itu juga pembangunan gedung-gedung
bertingkat menjadi semakin banyak dan hal ini dapat berdampak munculnya
kecelakaan kerja. Kejadian kecelakaan biasanya akan mengakibatkan berbagai
macam cedera, mulai dari cedera yang sifatnya ringan sampai dengan berat
bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang.

Berdasarkan pada laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Depkes RI tahun


2007 diketahui bahwa urutan penyebab cedera terbanyak adalah jatuh, kecelakaan
transportasi darat dan terluka benda tajam/tumpul. Sedangkan untuk penyebab
cedera yang lain bervariasi tetapi prevalensinya rata-rata kecil atau sedikit.
Prevalensi kejadian cedera karena jatuh terjadi sekitar 58.0% dimana paling besar
terdapat di Provinsi DKI Jakarta yang merupakan wilayah perkotaan (Riskesdas
Depkes RI, 2007). Trauma yang terjadi pada kecelakaan memiliki banyak bentuk,
tergantung dari organ apa yang dikenai. Fraktur (patah tulang) merupakan salah
satu bentuk trauma yang paling sering terjadi akibat adanya kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja maupun kecelakaan dalam rumah tangga (Amrizal, 2007).
Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena stres akibat tahanan yang
datang lebih besar dari daya tahan yang dimiliki oleh tulang (Black & Hawks,
2009).

Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di dunia


kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008 dengan angka prevalensi sebesar
2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


3
fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta
orang dengan angka prevalensi 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk
didalamnya insiden kecelakaan, cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana
alam dan lain sebagainya (Mardiono, 2010 dalam Novita, 2012).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian


dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh mengalami fraktur sebanyak
1,775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami
fraktur adalah sebanyak 1.770 orang (8,5%), da dari 14.127 trauma benda
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (Riskesdas
Depkes RI, 2007). Survey Kesehatan Nasional mencatat bahwa kasus fraktur pada
tahun 2008 menunjukkan prevalensi fraktur secara nasional sekitar 27,7%
(Depkes, 2010).

Dari semua jenis fraktur, fraktur ekstrimitas memiliki insiden yang cukup tinggi
(Amrizal,2007). Dengan banyaknya kasus fraktur, peran Rumah Sakit juga sangat
diperlukan untuk menangani kasus tersebut. Pasien dengan fraktur perlu
mendapatkan pertolongan dan pelayanan kesehatan untuk meminimalkan resiko
ataupun komplikasi lanjut dari fraktur. Menurut Handayani (1998 dalam Hariana,
2007) fraktur memerlukan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.
Asuhan terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien yang
terganggu dan mencegah/mengurangi komplikasi terutama immobilisasi.
Pendidikan kesehatan juga dapat diberikan untuk mencegah cedera lebih lanjut
sehingga klien secara bertahap dapat mengoptimalkan fungsi bio-psikososio-
spiritualnya.

Dalam tatanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit ada dua cara penanganan
fraktur, yaitu dengan pembedahan (operatif) atau tanpa pembedahan yang
meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Metode operatif dilakukan dengan
reduksi terbuka. Reduksi merupakan prosedur yang sering dilakukan untuk

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


4
mengoreksi fraktur, salah satunya adalah dengan pemasangan fiksasi internal dan
fiksasi eksternal melalui proses operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Open reduction
and internal fixation (ORIF) merupakan salah satu jenis pembedahan yang
biasanya dilakukan untuk kondisi fraktur yang tidak stabil dengan melakukan
pemasangan plate, skrup ataupun kombinasi keduanya.

Sebelum dilakukan operasi atau pembedahan perlu dilakukan latihan sebelum


operasi. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan pasien melakukan
ambulasi dini pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Disamping itu latihan
sebelum operasi juga untuk meningkatkan atau menentukan hasil pasca operasi
yang lebih baik, meminimalkan komplikasi, bahkan hari rawat menjadi lebih
singkat, maka fungsi fisik sebelum operasi harus dioptimalkan (Valkenet, et al,
2010 dalam Eldawati, 2011). Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai
fungsi fisik yang optimal sebelum operasi, adalah dengan memberikan intervensi
berupa latihan pergerakan sendi (range of motion/ROM) sebelum operasi pada
ekstremitas. Manfaat dari latihan ROM sebelum operasi adalah agar kekuatan otot
tetap terjaga, sehingga atropi otot dapat dihindari, dan pasien akan lebih siap
untuk melakukan ambulasi dini pasca operasi (Smeltzer & Bare, 2009). Selain itu,
latihan pre operasi dapat menurunkan stres serta dapat meningkatkan motivasi dan
gambaran diri, bahkan dapat memberikan keuntungan pada kesehatan fisik dan
mental.

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa latihan kekuatan


otot sebelum operasi memberikan manfaat pasca operasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Wang (2002) tentang latihan/rehabilitasi preoperasi dan berlanjut
hingga terapi fisik pada pasien Total Hip Arthoplasty (THA) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan fungsi mobilitas pada kelompok yang diberikan latihan
kekuatan otot. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gilbey et al (2003) juga
mendapatkan hasil yang signifikan yaitu peningkatan kekuatan otot dan rentang
gerak sendi pasca operasi pada klien yang diberikan latihan kekuatan otot
(Eldawati, 2011).

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


5

Latihan pre operasi ini perlu dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan di
rumah sakit. Rumah Sakit Persahabatan sebagai salah satu rumah sakit umum
pusat pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada klien. Selain itu, Rumah Sakit Persahabatan
juga merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki jumlah pasien
melebihi rumah sakit lainnya. Data rumah sakit terutama ruang Bedah Kelas
Anggrek Tengah Kanan menunjukkan bahwa kasus fraktur merupakan kasus
dengan presentase terbanyak kedua yang ditangani di ruangan Bedah Kelas
setelah kasus kanker setiap bulannya. Berdasarkan permasalahan diatas, maka
penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah mengenai penerapan latihan
kekuatan otot pada Ny. S dengan closed fraktur humerus dextra di RSUP
Persahabatan. Hal ini didasarkan pada fakta, bahwa masih tingginya tingkat
ketergantungan pasien dengan fraktur, ketidaksiapan pasien untuk segera
melakukan ambulasi dini, karena kelemahan pada otot akibat immobilisasi yang
lama, atau ketakutan pasien untuk melakukan pergerakkan setelah operasi, karena
kurang pengetahuan tentang cara melakukan latihan sebelum operasi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi penulis saat praktik dan juga diskusi dengan perawat
ruanngan didapatkan data bahwa latihan kekuatan otot jarang dilakukan oleh
perawat dan belum menjadi prioritas karena perawat masih berfokus pada
persiapan pengosongan saluran pencernaan dan juga kelengkapan administrasi
pasien sebelum operasi. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk mempelajari
mengenai penerapan latihan kekuatan otot terhadap kemampuan mobilisasi
sebagai bentuk asuhan keperawatan pada Ny. S yang mengalami closed fraktur
humerus dextra di ruangan Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


6

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui asuhan keperawatan yang pada Ny. S dengan closed fraktur humerus
proximal dextra di ruang rawat Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan.

1.3.2 Tujuan khusus


1.3.2.1 Menjelaskan hubungan konsep keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan dengan kejadian fraktur di wilayah perkotaan.
1.3.2.2 Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberika kepada klien dengan
masalah fraktur, terutama asuhan keperawatan pada Ny. S dengan closed
fraktur humerus proximal dextra di ruang rawat Anggrek Tengah Kanan
RSUP Persahabatan.
1.3.2.3 Menganalisis tentang penerapan latihan kekuatan otot terhadap
kemampuan mobilisasi pada klien dengan fraktur humerus dextra.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis


Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan para
pembaca terutama mengenai penerapan latihan kekuatan otot sebagai salah satu
asuhan keperawatan preoperasi yang dapat diterapkan pada klien fraktur.

1.4.1 Manfaat Praktis


1.4.1.1 Institusi pendidikan
Karya ilmiah ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi institusi pendidikan
dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan, khususnya keperawatan
medikal bedah dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


7
1.4.1.2 Pelayanan keperawatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar bagi pelayanan
keperawatan dalam memberikan intervensi latihan kekuatan otot pada klien
fraktur yang akan menjalani pembedahan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
atau mencegah komplikasi fraktur dan menghasilkan peningkatan pemulihan
pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan kajian kepustakaan yang melandasi penulisan karya
ilmiah ini, sebagai bahan rujukan dalam melakukan bahasan meliputi konsep
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, konsep fraktur, keperawatan
perioperatif dan Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) dan latihan
kekuatan otot.

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya. Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan proses keperawatan
yang digunakan untuk dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal yang
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan rososialitatif.
Perawatan kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal
agar dapat menjalankan fungsi-fungsi kehidupan yang sesuai dengan kapasitas
yang mereka miliki (Depkes, 1996).

Pada tahun 2004, American Nurses Association (ANA) mendefinisikan


keperawatan kesehatan masyarakat sebagai tindakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat
(Makhfudli & Efendi, 2009). Keperawatan kesehatan masyarakat juga mencakup
masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal
di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan
kota. Jumlah masyarakat perkotaan bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh
jalur urbanisasi.

8 Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


9

Urban community sering disebut sebagai istilah di masyarakat perkotaan.


Masyarakat perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lain.
Mereka memiliki ciri dan karakter tersendiri yang membuat mereka memerlukan
ruang lingkup area tersendiri dalam bidang keperawatan. Menurut Prof. Bintarto
pengertian kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial dan ekonomi yang
heterogen, dan materialistis (Depkes, 1996).

Masyarakat urban adalah massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Perawatan kesehatan masyarakat
ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang
mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh
terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan masyarakat perkotaan
memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan
praktik (Allender, 2001) yaitu:
a. Merupakan lahan keperawatan
b. Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik
c. Berfokus pada populasi
d. Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi
kesehatan dan kesejahteraan diri
e. Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care
f. Menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa
g. Menggunakan prinsip teori organisasi
h. Melibatkan kolaborasi interprofesional

Menurut Depkes RI (2006), pelayanan keperawatan masyarakat perkotaan dapat


diberikan langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yang terdiri dari:
a. Unit pelayanan kesehatan yang mempunyai layanan rawat jalan dan rawat
inap ( Rumah sakit, Puskesmas)

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


10

b. Rumah (Homecare), dalam hal ini perawat mempunyai tugas untuk


meningkatkan fungsi keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit
ataupun berisiko.
c. Sekolah
d. Unit kerja atau industri
e. Puskesmas keliling
f. Panti
g. Pelayanan pada kelompok/komunitas.

2.2 Konsep Fraktur Humerus


2.2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan lunak disekitarnya
(Brunner & Suddarth, 2009), sedangkan menurut Black & Hawks (2009) fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang karena stress akibat tahanan yang datang lebih
besar dari daya tahan yang dimiliki oleh tulang. Fraktur adalah patah tulang, yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price & Wilson, 2006).
Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur humerus
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan disekitar humerus, karena stres
atau tahanan yang berlebihan pada tulang, yang mengakibatkan dislokasi sendi,
kerusakan jaringan lunak, saraf dan pembuluh darah.

2.2.2 Etiologi
Fraktur merupakan hasil dari terjadinya gerakan mekanis yang keras pada tulang.
Kekuatan yang terjadi menyebabkan fraktur yang besarnya bervariasi tergantung
pada bagian dan karakteristik tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh kekuatan
langsung atau tidak langsung. Kekuatan langsung (direct force), diantaranya
disebabkan oleh trauma baik kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari tempat
ketinggian, serta kekuatan tidak langsung (indirect force) contohnya adalah
penyakit metabolik seperti osteoporosis yang dapat menyebabkan fraktur
patologis dan adanya keletihan (fatique) pada tulang akibat aktivitas yang
berlebihan (Waher, Salmond & Pellino, 2002).

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


11

Menurut Rasjad (2007), etiologi dari fraktur adalah sebagai berikut:


a. Fraktur traumatik, terjadi karena tiba-tiba. Trauma dapat bersifat langsung
atau tidak langsung. Trauma langsung merupakan trauma yang dapat
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
yang tertekan. Sedangkan trauma tidak langsung merupakan trauma yang
dihantarkan ke tempat yang lebih jauh dari daerah yang tertekan.
b. Fraktur patologis, terjadi karena adanya kelemahan tulang akibat kelainan
patologis didalam tulang seperti kista tulang, metastasis tulang dan tumor.

2.2.3 Manifestasi klinik


Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan
lokal, dan perubahan warna. Nyeri biasanya akan terjadi terus menerus dan
bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Setelah kejadian fraktur, bagian-
bagian ekstrimitas yang terkena tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur ini terutama
pada lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot. Saat ekstremitas
diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang
teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat (Rasjad, 2007).

Eldawati (2011) menjelaskan bahwa manifestasi klinik ini dapat dikaji dengan
penggunakan metode look, feel dan move:
a. Look, melihat adanya deformitas berupa penonjolan yang abnormal, bengkak,
warna kulit merah, adanya ekimosis, angulasi,rotasi, dan pemendekan dengan
membandingkan ukuran ekstremitas dengan yang sehat dan adanya perubahan
warna pada ekstremitas seperti pucat atau sianosis. Perubahan warna ini,

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


12

kemungkinan bisa disebabkan oleh aliran darah ke bagian distal yang tidak
lancar, karena adanya pembengkakan.
b. Feel, adanya nyeri yang dirasakan oleh pasien atau spasme/ketegangan otot
dan temperatur bagian sekitar yang terkena fraktur.
c. Move, saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitus dan terasa nyeri bila fraktur digerakkan, gangguan
fungsi pergerakan, range of motion (ROM) terbatas, dan kekuatan otot
berkurang.

2.2.4 Jenis Fraktur


The Orthopedic Trauma Association (OTA), secara umum fraktur diklasifikasi
berdasarkan lima hal, yaitu berdasarkan nama tulang yang terkena, lokasi fraktur,
tipe fraktur dan hubungan dengan dunia luar, bentuk atau pola patahan, dan juga
kerusakan lainnya seperti stabilitas (OTA, 2010). Adapun klasifikasi fraktur
berdasarkan dengan nama tulang yang terkena contohnya adalah fraktur humerus,
fraktur femur, fraktur radius/ulnaris dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan
hubungan dengan dunia luar, fraktur dapat dibagi atas fraktur tertutup dan fraktur
terbuka.
a. Fraktur Tertutup (simple/close fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, tetapi
terjadi pergeseran tulang didalamnya. Pasien dengan fraktur tertutup harus
diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin. Pasien
diajarkan bagaimana cara mengontrol pembengkakan dan nyeri yaitu dengan
meninggikan ekstremitas yang cedera, dan mulai melakukan latihan kekuatan
otot yang dibutuhkan untuk pemindahan atau menggunakan alat bantu jalan
(Smeltzer & Bare, 2009)
b. Fraktur Terbuka (complicated/open fracture)
Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang. Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo
Anderson (Smeltzer & Bare, 2009) adalah:

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


13

1) Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya, kerusakan


jaringan lunak minimal, biasanya tipe fraktur simple transverse dan fraktur
obliq pendek.
2) Grade II : luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif, fraktur komunitif sedang dan ada kontaminasi.
3) Grade III : yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif, kerusakan meliputi otot, kulit dan struktur
neurovascular.
4) Grade III ini dibagi lagi kedalam : III A : fraktur grade III, tapi tidak
membutuhkan kulit untuk penutup lukanya. III B : fraktur grade III,
hilangnya jaringan lunak, sehingga tampak jaringan tulang, dan
membutuhkan kulit untuk penutup (skin graft). III C : fraktur grade III,
dengan kerusakan arteri yang harus diperbaiki, dan beresiko untuk
dilakukannya amputasi.

Fraktur juga dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan pola patahannya


(Smeltzer & Bare, 2009), yaitu:
a. Fraktur transversal: Fraktur yang terjadi karena benturan langsung pada titik
fraktur dengan bentuk patahan fraktur adalah lurus melintang pada batang
tulang. Fraktur ini pada umumnya menjadi stabil kembali setelah direduksi.
b. Fraktur oblik: Fraktur ini terjadi karena benturan tak langsung ketika suatu
kekuatan pada jarak tertentu menyebabkan tulang patah pada bagian yang
paling lemah. Fraktur ini berbentuk diagonal sepanjang tulang dan biasanya
terjadi karena pemelintiran pada ekstremitas.
c. Fraktur spiral: Fraktur spiral terjadi ketika sebuah anggota gerak terpuntir
dengan kuat dan biasanya disertai dengan kerusakan pada jaringan lunak.
Bentuk patahan dari fraktur spiral hampir sama dengan fraktur obilk, akan
tetapi pada fraktur spiral patahannya mengelilingi tulang sehingga seolah-olah
terpilin seperti spiral.
d. Fraktur komunitiva: Fraktur komunitiva merupakan kondisi di mana tulang
yang patah pecah menjdai dua bagian atau lebih.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


14

e. Fraktur kompresi: Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk (akibat
tubrukan) tulang ketiga yang berada di antaranya, contoh fraktur jenis ini
adalah tumbukan antara tulang belakang dengan tulang belakang lainnya.
f. Fraktur greenstick: Fraktur di mana garis fraktur pada tulang tersebut hanya
parsial (tidak lengkap) pada sisi konveks bagian tulang yang tertekuk, seperti
ranting pohon yang lentur. Fraktur jenis ini hanya terjadi pada anak-anak.\
g. Fraktur patologik: Fraktur yang terjadi pada tulang yang sudah mengalami
kelainan misalnya metastase tumor.

Gambar 2.1 Jenis fraktur berdasarkan bentuk patahan

2.2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur


Black & Hawks (2009) menyebutkan bahwa tulang yang fraktur akan melewati
beberapa tahap penyembuhan diantaranya :
a. Fase Inflamasi, yaitu terjadi respons tubuh terhadap cedera yang ditandai oleh
adanya perdarahan dan pembentukan hematoma pada tempat patah
tulang.Ujung fragmen tulang mengalami divitalisasi karena terputusnya aliran
darah, lalu terjadi pembengkakan dan nyeri, tahap inflamasi berlangsung
beberapa hari.
b. Fase Proliferasi, pada fase ini hematoma akan mengalami organisasi dengan
membentuk benang-benang fibrin, membentuk revaskularisasi dan invasi
fibroblast dan osteoblast. Kemudian menghasilkan kolagen dan proteoglikan

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


15

sebagai matriks kolagen pada patahan tulang, terbentuk jaringan ikat fibrus
dan tulang rawan (osteoid) berlangsung setelah hari ke lima.
c. Fase Pembentukan Kalus, Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubungkan.Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Waktu yang dibutuhkan agar fragmen
tulang tergabung adalah 3-4 minggu. Pada fase ini, penting sekali
dilakukannya pelurusan tulang secara tepat.
d. Fase penulangan kalus/Ossifikasi, adalah pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses
penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang
benar-benar bersatu. Selama minggu ketiga sampai kesepuluh, kalus berubah
menjadi tulang dan menyatukan patahan tulang dengan sempurna sehingga
tahap ini sering disebut tahap penyatuan Pada patah tulang panjang orang
dewasa normal,penulangan tersebut memerlukan waktu 3-4 bulan.
e. Fase Remodeling/konsolidasi, merupakan tahap akhir perbaikan patah tulang
meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan
struktural sebelumnya. Pada tahap ini osifikasi terus berlanjut dan jarak antara
patahan tulang semakin hilang dan akhirnya menutup. Bersamaan dengan
terbentuknya tulang sejati melalui osifikasi, terjadi remodeling kalus oleh
aktivitas osteoblas dan osteoklas. Jaringan tulang berlebih akan direabsorpsi
dari kalus. Jumlah dan jangka waktu remodeling tulang tergantung pada
tekanan yang dialami tulang, beban tulang, dan usia penderita. Pasien dapat
mulai untuk mengangkat beban pada tahap ini.

2.2.6 Komplikasi
Komplikasi fraktur terbagi menjadi dua tahap yaitu komplikasi tahap awal dan
komplikasi tahap lanjut. Adapun komlikasi tahap awal adalah sebagai berikut:
a. Syok hipovolemik, Tulang merupakan organ yang sangat vaskuler sehingga
kehilangan darah dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya syok
hipovolemik dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak (Smeltzer
& Bare, 2002).

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


16

b. Sindrom emboli lemak, hal ini dapat terjadi pada fraktur tulang panjang.
Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dalam beberapa sampai satu
minggu setelah cedera. Pada saat terjadi fraktur, globula lemakdapat masuk
aliran darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler
atau karena katekolamin yang dilepas akibat stres, globula lemak dalam aliran
darah akan bergabung dengan trombosit untuk membentuk emboli yang dapat
menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah kecil. Gejala yang muncul
berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari kebutuhan jaringan karena edema atau perdarahan.
Pasien dapat mengeluh nyeri dalam, berdenyut dan tidak dapat diatasi dengan
opioid. Palpasi pada otot akan terasa pembengkakan dan keras. Parestesia
(mati rasa dan geli) timbul sebelum terjadi paralisis (Smeltzer & Bare, 2002)
d. Komplikasi lainnya yang mungkin muncul seperti tromboemboli, infeksi, dan
koagulopati intravaskuler diseminata (KID).

Komplikasi tahap lanjut pada klien fraktur dapat berupa malunion,yaitu suatu
keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak
seharusnya, membentuk sudut, atau miring; delayed union , yaitu proses
penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal; nonunion merupakan kegagalan fragmen tulang yang patah
untuk menyatu kembali yang dapat terjadi karena reduksi yang tidak benar,
imobilisasi yang kurang tepat, cedera jaringan lunak yang sangat berat, infeksi
(Price & Wilson, 2006). Selain itu nekrosis avaskuler tulang juga dapat terjadi bila
tulang kehilangan asupan darah dan mati. Pasien mengalami nyeri dan
keterbatasan gerak.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


17

2.2.7 Prinsip penatalaksanaan fraktur


Prinsip penanganan fraktur menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam buku ajar
keperawatan medikal bedah adalah sebagai berikut:
2.2.7.1 Closed reduction (reduksi tertutup)
Dilakukan melalui manipulasi dan traksi manual untuk menggerakkan
fragmen fraktur dan mempertahankan kesejajaran tulang. Closed reduction
harus dilakukan sesegera mungkin setelah trauma guna mengurangi resiko
hilangnya fungsi tulang, untuk mencegah/menghambat degenerasi sendi
(traumatic arthritis) dan untuk meminimalkan efek kerusakan akibat
trauma.
2.2.7.2 ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Open reduction adalah salah satu metode reduksi pada fraktur selain
closed reduction, melalui proses pembedahan.
2.2.7.3 External fixation (fiksasi eksternal), merupakan peralatan mekanik yang
terdiri dari pin dan metal yang dimasukkan ke tulang dan disambungkan
ke kerangka eksternal untuk menstabilkan fraktur selama proses
penyembuhan. Cara ini digunakan jika penanganan fraktur lain sudah tidak
bisa menangani fraktur.
2.2.7.4 Traksi, adalah sebuah aplikasi yang memberikan gaya tarik pada bagian
tubuh untuk meminimalkan spasme otot, mengurangi, meluruskan dan
mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas.

2.3 Konsep Keperawatan Perioperatif dan Open Reduction and Internal


Fixation (ORIF)
2.3.1 Konsep Keperawatan Perioperatif
Pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal umumnya harus menjalani
pembedahan untuk mengkoreksi masalahnya (Smeltzer & Bare, 2002). Operasi
(perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang
mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif), yang
pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi
individu yang bersangkutan (Yenichrist, 2008). Keperawatan perioperatif

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


18

merupakan bentuk tindakan yang menggambarkan keragaman fungsi keperawatan


yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada


integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun
psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan mengalami reaksi
emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan. Ketakutan dan
kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon fisiologis
tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang
sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.

Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko operasi
dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Berbagai latihan sangat diperlukan
pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien
dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lendir pada tenggorokan. Menurut Smeltzer & Bare (2009), latihan yang
diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri
setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum (Potter & Perry, 2005).

b. Latihan Batuk Efektif


Latihan batuk efektif sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anastesi general, karena klien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi tidak sadar. Hal ini akan
membuat klien mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


19

c. Latihan Gerak Sendi


Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Latihan perpindahan
posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian
seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta
melakukan secara mandiri (Smeltzer & Bare, 2009).

Setelah melewati fase praoperatif, klien kemudian akan menjalani prosedur


pembedahan atau fase intraoperatif. Perawatan yang dilakukan pada intraoperatif
ialah perawatan klien selama di ruang operasi. Secara umum anggota tim dalam
prosedur pembedahan ialah ahli bedah, dokter dan perawat anestesi, perawat
sirkulasi, perawat scrub, dan asisten. Secara umum fungsi perawat di dalam kamar
operasi disebut sebagai perawat scrub (instrumentator) dan perawat sirkulasi.
Perawat scrub berfungsi sebagai penyedia instrument bagi ahli bedah. Perawat
sirkulasi berperan mengatur ruang operasi, melindungi keselamatan dan
kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah, memeriksa
kondisi di dalam ruang operasi, dan membantu memposisikan pasien pada posisi
yang tepat (Potter & Perry, 2005).

Fase pascaoperatif dimulai saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut selama periode pascaoperatif, proses keperawatan
diarahkan untuk menstabilkan fisiologi klien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi (Smeltzer & Bare, 2009; Potter & Perry, 2005). Peran
perawat selama masa pascaoperatif berfokus pada peningkatan penyembuhan
klien, memberikan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan program rehabilitasi.

2.3.2 Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)


Prosedur pembedahan yang paling sering dilakukan untuk klien dengan masalah
fraktur adalah reduksi terbuka (Open Reduction). Indikasi dilakukannya open
reduction apabila metode closed reduction mengalami kegagalan, adanya
kerusakan saraf dan sirkulasi atau pada trauma multipel, serta bila biaya

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


20

pengobatan dapat ditekan seminimal mungkin. Kontraindikasi dilakukannya open


reduction bila terdapat infeksi, serpihan yang parah pada fragmen fraktur, dan
adanya osteoporosis yang parah. Open reduction biasanya disertai dengan internal
fixation yang bertujuan untuk menstabilisasi dan mengimobilisasi tulang sehingga
dapat memungkinkan terjadinya proses pemulihan pada tulang yang mengalami
fraktur. Internal fixation merupakan prosedur yang menggunakan alat-alat dari
logam seperti pelat, sekrup, kawat, dan paku. Pemasangan alat-alat dari logam
tersebut tergantung pada tipe fraktur, jenis reduksi yang dilakukan, dan area yang
dipengaruhi oleh fraktur. Internal fixation dilakukan pada patah tulang tertutup
yang tidak stabil, fraktur terbuka, dan fraktur yang disertai cedera jaringan lunak
atau pada korban yang mengalami trauma multipel.

Metode ORIF memiliki beberapa keuntungan diantaranya: ketelitian reposisi


fragmen-fragmen tulang yang patah, kemungkinan untuk mobilisasi lebih cepat,
kesempatan untuk mengobservasi pembuluh darah dan saraf yang berada di dekat
fraktur, mencapai stabilisasi fiksasi yang cukup memadai, tidak perlu berulangkali
menggunakan gips atau alat-alat stabilisasi lainnya, perawatan di rumah sakit
dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus tanpa komplikasi.
Namun perlu diperhatikan bahwa metode ORIF tidak mempercepat proses
penyembuhan tulang (Helfet & Kloen, 2004).

2.4 Latihan Kekuatan Otot


Latihan kekuatan otot adalah latihan penguatan penguatan/pengencangan otot
gluteal dan kuadrisep serta latihan pergerakan sendi yang dilakukan sebelum
tindakan operasi dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan
untuk berjalan (Smeltzer & Bare, 2002). Tujuan dari pengencangan otot gluteal
dan kuadrisep ini adalah agar kekuatan otot yang diimobilisasi tetap terjaga.
Range of Motion (ROM) adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran
darah perifer dan mencegah kekakuan otot / sendi. Latihan range of
motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter &

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


21

Perry, 2005). Menurut Suratun, dkk (2008) Range of motion adalah gerakan
dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.

Tujuan dilakukannya latihan kekuatan otot/Range of Motion adalah memperbaiki


dan mencegah kekakuan otot, memelihara/meningkatkan fleksibilitas sendi,
memelihara /meningkatkan pertumbuhan tulang dan mencegah kontraktur.
Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot
dan ketahanan otot (endurance) sehingga memperlancar aliran darah serta suplai
oksigen untuk jaringan sehingga akan mempercepat proses penyembuhan
(Noviestari dkk, 2006).

Ada beberapa jenis latihan kekuatan otot/latihan gerak sendi (Waher,Salmond &
Pellino, 2002 dalam Eldwati, 2011) diantaranya:
a. Aktif Asistif Range of Motion (AAROM) adalah kontraksi aktif dari otot
dengan bantuan kekuatan ekternal seperti terapis, alat mekanik atau
ekstremitas yang tidak sakit.AAROM meningkatkan fleksibilitas, kekuatan
otot, meningkatkan koordinasi otot dan mengurangi ketegangan pada otot
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
b. Aktif Resistif ROM (ARROM) kontraksi aktif dari otot melawan tahanan
yang diberikan, tahanan dari otot dapat diberikan dengan berat/beban, alat,
tahanan manual atau berat badan.Tujuannya meningkatkan kekuatan otot dan
stabilitas.
c. Isometric Exercise adalah kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan
persendian atau fungsi pergerakan. Isometrik exercise digunakan jika ROM
persendian dibatasi karena injuri atau immobilisasi.
d. Isotonic Exercise (Aktif ROM dan Pasif ROM) adalah kontraksi terjadi jika
otot dan yang lainnya memendek (konsentrik) atau memanjang (ensentrik)
melawan tahanan tertentu atau hasil dari pergerakan sendi.contoh isotonic
exercise fleksi atau ekstensi ekstremitas, Isotonic exercise tetap menyebabkan
ketegangan pada otot yang menimbulkan rasa nyeri pada otot. Cara
melakukan Aktif ROM (Black, 2005)

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


22

1) Gerakan Kepala dan Leher : fleksi, lateral fleksi, ekstensi,hiperekstensi,


rotasi.
2) Gerakan Bahu, sendi siku dan pergelangan tangan Bahu; fleksi,
hiperekstensi, abduksi, adduksi, sirkumduksi, internal rotasi, elevasi. Siku;
fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi. Pergelangan tangan ; fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, abduksi, adduksi. Tangan dan jari tangan ; fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, abduksi, adduksi.
3) Gerakan tungkai bawah (sendi pinggul, lutut dan kaki) Sendi pinggul (hip)
; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, sirkumduksi, internal dan
eksternal rotasi. Sendi lutut (knee) dan sendi kaki (ankle); fleksi, ekstensi,
hiperekstensi. Jari kaki; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi.

Ada beberapa prinsip pelaksanaan latihan kekuatan otot dan range of motion
menurut Potter & Perry (2006), yaitu:
a. Harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
b. Dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan kekuatan otot, perhatikan umur,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan adalah ekstrimitas dan
leher.
e. Range of Motion dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
f. Latihan dilakukan sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


23

Gambar 2.2 Isotonik Exercise (Aktif ROM)

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN CLOSED FRAKTUR
HUMERUS DEXTRA DI RUANG RAWAT ANGGREK TENGAH KANAN
RSUP PERSAHABATAN

Bab ini akan menguraikan asuhan keperawatan pada klien kelolaan utama sesuai
dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Bab ini juga
akan memaparkan laporan intra operasi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama klien
menjalani prosedur operasi.

3.1 Asuhan Keperawatan Pre Operatif


3.1.1 Pengkajian
3.1.1.1 Informasi Umum
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Tanggal Lahir : 19-02-1972
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Tanggal Masuk: 26 Mei 2013
Dari : IGD
Pengkajian : 28 Mei 2013, pukul 19.30 WIB
Informasi : Pasien, keluarga dan RM

3.1.1.2 Riwayat Keperawatan


a. Keluhan utama
Klien mengatakan jatuh dari tangga 8 jam sebelum masuk RS. Klien
mengatakan posisi jatuh dengan kepala terbentur tiang tangga dan tubuh
bagian kanan terbentur mengenai lantai dan menopang berat badan. Saat
pengkajian klien mengeluh nyeri pada lengan kanan jika klien melakukan

24 Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


25

pergerakan. Klien juga mengeluh kepala kadang terasa pusing serta mual dan
muntah semenjak sore hari.

b. Riwayat kesehatan sebelumnya


Klien mengatakan pernah dilakukan operasi kelenjar getah bening pada tahun
2010, klien mengatakan tidak memiliki riwayat masalah kesehatan lain seperti
hipertensi, DM, jantung, paru dan lainnya.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Klien dan keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah
mengalami fraktur dan masalah kesehatan lain seperti riwayat penyakit
jantung, hipertensi, DM, paru dan lainnya.

3.1.1.3 Pengkajian fisik


a. KU/ tingkat kesadaran : KU sedang/ kesadaran CM
b. Tanda tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,30 C
c. Kepala
Terdapat luka lecet pada frontal sinistra, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Respon pupil kanan dan kiri
baik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata).
d. Hidung
Tidak ada keluhan flu, tidak ada sumbatan, tidak ada gangguan penciuman,
klien tidak memiliki riwayat sinusitis atau penyakit hidung lainnya.
e. Telinga
Tidak ada cairan abnormal yang keluar dari lubang telinga (discharge), tidak
ada gangguan pendengaran, tidak ada nyeri pada daerah telinga. Klien tidak
menggunakan alat bantu dengar.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


26

f. Mulut
Klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada bau mulut, tidak ada sariawan,
kebiasaan membersihkan gigi dan mulut 2x/hari.
g. Leher
Tidk terlihat peningkatan JVP, tidak ada keluhan sakit menelan, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
h. Dada
- Paru-paru: dada terlihat simetris, terlihat penggunaan otot bantu
pernapasan ketika klien bernapas biasa, lapang kanan dan kiri dada klien
sama, Auskultasi : bronkhial (+), bronkovesikuler (+), vesikuler (+),
Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-.
- Jantung: BJ1 dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-)
i. Abdomen
Abdomen klien datar, BU (+) pada keempat kuadran, distensi tidak ada, tidak
ada nyeri tekan
j. Ektrimitas
Akral teraba hangan. Hasil pemeriksaan status lokalis pada lengan kanan
(Humerus dextra) menunjukkan:
Look : edema (+) pada lengan kanan, deformitas (+), sianosis/pucat (-),
ekimosis (-)
Feel : nyeri tekan (+), tidak teraba hangat
Move : nyeri (+) bila digerakkan, kemampuan ROM pada tangan kanan
menurun

3.1.1.4 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh


a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala
Klien mengatakan saat ini bekerja sebagai perawat orang sakit (POS) untuk lansia.
Aktivitas atau hobi yang dilakukan klien adalah menonton televisi. Klien
mengatakan kebiasaan tidur pada malam hari sekitar pukul 21.00 atau 22.00 WIB
dan bangun pada pukul 05.00 WIB untuk sholat subuh. Klien merasa segar saat
bangun tidur pukul 05.00. Semenjak masuk RS klien lebih banyak menghabiskan

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


27

waktunya untuk tidur. Klien kadang-kadang merasa sulit tidur apabila timbul
nyeri pada tangan kanannya. Klien mengatakan mempunya keterbatasan karena
penyakit terutama karena fraktur di tangan kanannya sehingga aktifitas yang klien
lakukan hanya di tempat tidur saja, klien sangat berhati-hati dalam melakukan
pergerakan.
Tanda
Respon terhadap aktivitas yang teramati pada saat pengkajian terlihat bahwa klien
berada pada tingkat kesadaran compos mentis, keadaan umum sedang, saat ini
tirah baring di atas tempat tidur, kegiatan lebih banyak berbaring di tempat tidur
dengan menaikkan bagian atas tempat tidur. Selain itu, tampak klien lebih banyak
melakukan aktivitas di tempat tidur termasuk makan, minum, berhias. Mobilisasi
klien masih terbatas, ia hanya mampu duduk kira-kira 15 menit. Jika terlalu lama,
maka klien merasa pusing. Pengkajian terkait muskuloskeletal diperoleh data
kekuatan otot:
43-- 5555
5555 5555
Massa dan tonus otot masih mampu menahan tahanan, tidak terdapat tremor,
rentang gerak masih terbatas pada humerus dextra, ditemukan deformitas di
sekitar fraktur.

b. Sirkulasi
Gejala
Klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat hipertensi, masalah
jantung. Tidak tampak adanya edema mata, flebitis, dan klaudikasi, namun
terdapat edema pada tangan kanan. Klien juga mengatakan tidak mengalami
kesemutan dan kebas pada ekstrimitas. Klien saat ini tidak mengalami demam.
Klien mengatakan dalam sehari klien dapat BAK 6-7 kali dalam sehari, tidak ada
perubahan frekuensi berkemih sejak sakit.
Tanda
Tanda tanda vital klien, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 x/menit, RR 20
x/menit dan suhu 37,30 C. Hasil pemeriksaan fisik dada Paru-paru: dada terlihat
simetris, terlihat penggunaan otot bantu pernapasan ketika klien bernapas biasa,

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


28

lapang kanan dan kiri dada klien sama, Auskultasi : bronkhial (+),
bronkovesikuler (+), vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi -/-. Jantung: BJ1
dan BJ 2 normal , murmur (-) gallops (-). Capillary Revil Time < 3, tidak ada
tanda homans. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bibir tampak
sedikit kering, dan tidak ada diaforesis. Turgor kulit klien normal, membran
mukosa lembab dan terdapat edema pada lengan kanan di daerah sekitar fraktur.

c. Integritas Ego
Gejala
Klien mengatakan saat ini yang menjadi pikiran adalah kondisi kesehatannya yang
membuat aktivitasnya terbatas dan tidak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa
sehingga pendapatan dalam keluarga menjadi berkurang. Klien mengatakan untuk
mengatasi beban pikiran yang dirasakan adalah dengan berdoa kepada Allah
SWT. Terkait dengan masalah finansial, klien mengatakan saat ini beliau dan
suami yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk biaya
kesehatan klien menggunakan jaminan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Klien beragama
islam dan masih rajin menjalankan sholat lima waktu.
Tanda
Status emosional klien saat pengkajian dilaksanakan adalah gelisah. Klien tidak
terlihat cemas ketika diajak berkomunikasi maupun ketika dilakukan pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatan, kooperatif dan kontak mata saat berinteraksi dengan
perawat baik. Klien tampak khawatir mengenai penyembuhan fraktur yang
dialaminya.

d. Eliminasi
Gejala
Klien mngatakan memiliki pola BAB dengan frekuensi 1x/hari. Klien mengatakan
konsistensi BAB terkadang padat dan berwarna kuning. Klien saat ini tidak
diberikan obat laksatif. Pola BAK klien adalah 6-7 kali dalam satu hari. Saat ini
BAK klien dilakukan dengan dibantu oleh keluarga ke kamar mandi. Klien
mengatakan tidak ada keluhan nyeri ketika sedang BAK.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


29

Tanda
Pengkajian fisik abdomen dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa perut klien datar. Pada palpasi ditemukan
bahwa perut klien teraba lembek terutama pada bagian kuadran kiri atas dan
bawah. Auskultasi dilakukan pada semua kuadran, terdengar bising usus. Klien
mengatakan tidak ada nyeri saat dilakukan palpasi pada abdomen.

e. Makanan dan Cairan


Tanda
Klien mengatakan saat ini makan 3x sehari sesuai dengan jadwal makan di rumah
sakit. Klien menyukai lauk ikan lele dan sayur bayam. Selama di rumah sakit
klien mendapatkan diet biasa. Pola makan sebelum sakit 3 kali/hari ditambah
dengan makanan selingan seperti biskuit, buah-buahan, gorengan, atau kue. Saat
pengkajian klien mengatakan mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Klien
mengatakan hanya mengkonsumsi makanan dari rumah sakit namun hanya habis
1/3 sampai nya saja. Gigi klien masih lengkap dam ada sedikit caries.
Gejala
Klien tidak ada alergi makanan dan nyeri ulu hati. Klien melaporkan mual dan
muntah. Masalah mangunyah/ menelan: tidak ada. Berat badan tidak mengalami
penurunan namun klien tidak mengetahui berapa pasti BB sebelumnya dan BB
sekarang dan TB juga tidak tahu. Turgor kulit elastic dan membran mukosa
lembab. Bising usus aktif pada keempat kuadran

f. Higiene
Gejala
Klien dan keluarga mengatakan sebelum sakit, aktivitas klien dilakukan secara
mandiri termasuk melakukan perawatan diri seperti mandi dan berhias. Selama
dirawat, kegaitan pemenuhan kebutuhan dasar dan perawatan diri serta berhias
dibantu oleh keluarga dengan tingkat ketergantungan minimal care. Berdasarkan
observasi saat pengkajian klien melakukan kegiatan kebersihan diridiatas tempat
tidur dengan dibantu oleh suami.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


30

Tanda
Penampilan umum klien tampak klien mempunyai rambut pendek, bersih,
terdapat lesi pada area frontal sinistra akibat benturan saat klien jatuh dari tangga.
Ketika berintraksi, tidak tercium bau badan maupun bau mulut atau bau pesing.
Kondisi kulit klien bersih dan lembab. Klien mengatakan belum mandi sejak
dirawat di RS. Kuku klien terlihat pendek dan bersih dengan lapisan kuku sedikit
tebal.

g. Neurosensori
Gejala
Klien mengatakan mengatakan pusing jika duduk terlalu lama. Karakteristik
pusing/ sakit kepala yang dirasakan adalah seperti berdenyut. Klien tidak
mengeluhkan adanya kebas pada kaki dan tangan. Klien mengatakan penglihatan
dan pendengaran tidak ada masalah.
Tanda
Status mental/ tingkat kesadaran klien adalah compos mentis.Klien masih
terorientasi waktu, tempat dan orang. Klien kooperatif ketika diajak berkomuniksi
maupun ketika pemeriksaan fisik dilakukan. Memori jangka pendek dan panjang
klien masih baik. Bicara klien jelas dan koheren. Genggaman tangan klien juga
terasa kuat pada tangan kiri namun agak lemah di tangan kanan.

h. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala
Klien mengatakan ada keluhan nyeri dengan skala 6 pada saat dilakukan palpasi
pada lengan kanan. Klien juga mengatakan nyeri juga dirasakan saat klien
berusaha melakukan mobilisasi. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan tidak
menjalar. Nyeri juga disertai dengan pusing kepala yang dialami seperti
berdenyut. Sakit kepala yang dialami terasa dengan skala 4 dan muncul jika klien
terlalu lama duduk.
Tanda
Tanda umum yang terlihat ketika klien merasakan nyeri adalah klien tampak
meringis dan menyentuh serta melindungi bagian yang sakit yaitu di daerah

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


31

lengan kanan. Klien melakukan teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan, selain istirahat sebagai salah satu alternatif yang dilakukan klien.

i. Pernapasan
Gejala
Klien mengatakan tidak ada batuk, tidak ada sesak dada. Klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit paru.
Tanda
Pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien terutama untuk frekuensi pernapasan
(respiration rate) diperoleh hasil bahwa RR klien adalah 20 kali/menit. Ketika
klien bernapas, tidak terlihat adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan
napas cuping hidung. Pemeriksaan dada juga dilakukan dengan teknik inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi terlihat bahwa dada klien simetris,
tidak terlihat salah satu sisi dada lebih besar dari sisi yang lainnya. Palpasi
dilakukan dengan meminta klien mengucapkan katatujuh-tujuh bersamaan
dengan pemeriksa meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lapang paru
klien depan maupun belakang. Hasil palpasi diperoleh bahwa getaran yang
diterima telapak tangan pada dada kiri dan kanan sadalah sama. Auskultasi
dilakukan dengan mendengarkan suara pernapasan dengan menggnakan
Stetoscope an diperoleh hasil bahwa bunyi bronkhial (+), bronkovesikuler (+),
vesikuler (+), Rh -/-, Whezing -/-, mengi-/-. Tanda sianosis tidak terlihat.

j. Keamanaan
Gejala
Klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat alergi baik makanan, debu/ asap,
maupun jenis obat-obatan. Klien terlihat lemas dan melakukan sebagian besar
aktivitasnya ditempat tidur seperti makan, minum, kebersihan diri dan berhias.
Klien mengatakan aktivitasnya terhambat dan kesulitan karena fraktur yang
dialaminya.
Tanda
Pemeriksaan TTV khususnya suhu adalah 37,3 0C, tidak ada diaforesis. Klien
terlihat masih lemas dan belum dapat beraktivitas berat termasuk berjalan dari

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


32

tempat tidur ke kamar mandi. Fraktur/ dislokasi: close fraktur humerus dextra.
Klien dan keluarga diedukasi untuk mengurangi aktivitas berpindah tempat
apabila tubuh masih lemas dan pusing, menganjurkan untuk istirahat,
menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas di tempat tidur dan memotivasi
keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien di tempat tidur.

k. Interaksi Sosial
Gejala
Keluarga mengatakan bahwa klien merupakan termasuk orang yang supel dan
mudah bergaul. Klien mengatakan bahwa klien dan keluarga tinggal di Ciracas
Jakarta Timur. Semenjak klien di rumah sakit, klien mengatakan sering dibesuk
oleh tetangga-tetangganya.
Tanda
Ketika pemeriksa melakukan kegiatan BHSP dan pengkajian, klien terlihat
mampu berinteraksi dan kooperatif dengan baik meskipun dengan orang yang
baru dikenalnya. Klien juga terlihat akrab dengan beberapa pasien yang berada
dalam satu ruangan. Klien mampu mengawali perbincangan dengan orang lain
seperti pasien yang ada dalam satu ruang dengan klien.

l. Penyuluhan dan pembelajaran


Bahasa dominan klien adalah bahasa indonesia. Klien mampu membaca dan
menulis, tingkat pendidikan terakhir klien adalah SMA. Keyakinan klien tentang
kesehatan/ yang dijalankan adalah berobat ke pelayanan kesehatan. Dalam
keluarga klien tidak ada faktor risiko penurunan penyakit keturunan. Obat yang
diresepkan adalah omeprazol 2 x 40 mg dan ketorolac 3 x 30 mg. Riwayat
keluhan terakhir dari klien adalah mengeluh nyeri pada tangan kanan jika klien
melakukan mobilisasi. Klien mengeluh mual dan muntah serta klien mengeluh
pusing jika duduk terlalu lama. Harapan pasien terhadap perawatan saat ini adalah
klien ingin sembuh dan dapat beraktifitas lagi seperti biasa.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


33

Tabel 3.1 Daftar obat klien


Jenis Obat Nama Obat Dosis Indikasi
Injeksi Omeprazole 2 x 40 mg Pengobatan jangka pendek pada tukak
usus 12 jari, lambung dan esofagitis
erosive
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg Penatalaksanaan jangka pendek terhadap
nyeri akut sedang sampai dengan berat
sebelum dan setelah prosedur bedah.
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr Antibiotic yang diberikan untuk infeksi
yang disebabkan oleh pathogen yang
sensitive pada ceftriaxon seperti infeksi
tulang, sendi.
IV Ringer Laktat 1500cc/24 jam Untuk mengatasi kehilangan cairan
ekstraseluler akut.

3.1.1.5 Situasi Pasien


Klien masuk IGD rumah sakit dengan Closed fraktur humerus dextra, diantarkan
dari klinik. 8 jam SMRS klien mengalami jatuh dari tangga sehingga
mengakibatkan fraktur pada humerus dan lesi pada kepala bagian frontalis
sinistra. Klien mulai dirawat di Ruang bedah kelas anggrek tengah sejak tanggal
26 Mei 2013 pukul 00.30 WIB. Hasil pemeriksaan laboratorium klien pada
tanggal 26 Mei 2013 adalah sebagai berikut:
Hb : 12,4 g/dL
Eritrosit : 4,08x106/L
Leukosit : 9,29 103 mm3
Ureum : 21 mg/dl
Creatinin : 0,6 mg/dl*
GDS : 83 mg/dl
Natrium : 140 mmol/L
Kalium : 3,4 mmol/L
Clorida : 109 mmol/L

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


34

Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan bahwa terjadi


fraktur pada bagian humerus proximal dextra dengan bentuk obliq.

3.1.2 Analisa Data


Setelah melakukan proses pengkajian, dilakukanlah proses analisis data untuk
menegakkan diagnosa keperawatan prioritas pada Ny. S. Berikut menunjukkan
hasil analisis data Ny. S didasarkan pada hasil pengkajian yang telah dilakukan
sebelumnya.
Tabel 3.2 Analisa data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data Subyektif: Nyeri akut berhubungan
Klien mengatakan nyeri pada tangan dengan spasme otot; edema,
kanan jika klien melakukan dan cedera pada jaringan
pergerakkan lunak; imobilisasi
Klien mengatakan sakit kepala
Data Obyektif:
Ekspersi wajah tampak meringis
kesakitan saat klien mencoba bergerak
Klien tampak melindungi area yang
sakit
Skala Nyeri 6 pada lengan kanan,
nyeri tidak menjalar dan hilang timbul
Skala sakit kepala 4, hilang timbul dan
terasa berdenyut
Hasil radiologi menunjukkan bahwa
klien mengalami closed fraktur
humerus dextra
2. Data Subyektif: Hambatan mobilitas fisik
Klien mengatakan ia kurang bergerak berhubungan dengan fraktur
dan aktifitas banyak dilakukan di
tempat tidur dan banyak dibantu.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


35

No. Data Masalah Keperawatan


Data Obyektif:
Terdapat closed fraktur humerus
dextra
Klien tampak kesulitan melakukan
pergerakan
ROM pda tangan kanan terbatas

3. Data Subyektif: Risiko ketidakseimbangan


Klien mengatakan mual dan muntah nutrisi: kurang dari
Klien mengatakan nafsu makan kebutuhan tubuh b.d mual,
menurun muntah
Data Obyektif:
Klien tampak lemah
Tampak makanan klien tidak habis
dan sisa 2/3 porsi
4. Data Subyektif: Risiko defisit perawatan diri
- Klien mengatakan belum mandi sejak b.d ketidakmampuan
berada di RS melakukan perawatan diri,
Data Obyektif: immobilisasi
- Klien tidak pernah mandi sejak berada di
RS
- Klien tidak mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri

Dari tabel diatas ada empat diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan. Dari
keempat diagnosa tersebut dilakukan pemilihan tiga diagnosa utama yang harus
diselesaikan oleh perawat yaitu nyeri akut berhubungan dengan spasme otot,
edema, dan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi; hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan fraktur; dan risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d mual, muntah.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


36

3.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Hasil analisis data menunjukkan tiga diagnosa utama yang akan diselesaikan pada
Ny. S yaitu nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, edema, dan cedera pada
jaringan lunak, imobilisasi; hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur;
dan risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah. Kemudian dilakukan penyusunan rencana keperawatan
untuk menyelesaikan ketiga masalah tersebut.

Adapun rencana intervensi untuk mengatasi masalah nyeri akut yang berhubungan
dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan
lunak, imobilisasi adalah mempertahankan imobilisasi bagian lengan yang sakit
dengan armsling; meninggikan dan dukung ekstremitas yang terkena;
menghindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah ekstrimitas yang cedera,
mengevaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan karakteristik, lokasi,
termasuk intensitasnya (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal
(perubahan tanda-tanda vital dan emosi/perilaku); membantu klien melakukan dan
mengawasi rentang gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak cedera dan aktif asistif
/pasif pada ekstrimitas yang cedera; mendorong menggunakan teknik manajemen
nyeri (relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik,
distraksi). Selain itu juga disusun rencana kolaborasi yaitu membantu memberikan
kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan, serta memberikan obat
analgesik sesuai indikasi, pada Ny. S diberikan ketorolac 30 mg.

Rencana intervensi yang disusun untuk diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan fraktur, immobilisasi adalah mengkaji derajat
imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi; mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas;
membantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang
tak sakit; mendorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang
tak sakit; memberikan bebat pergelangan/armsling yang sesuai; menempatkan

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


37

dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin; membantu/mendorong


perawatan diri/kebersihan; memberikan bantuan dalam melakukan mobilisasi;
mengawasi tekanan darah dengan melakukan aktivitas serta memperhatikan
keluhan pusing; membantu mengubah posisi klien secara periodik dan mendorong
untuk latihan batuk/napas dalam. Kemudian rencana kolaborasi yang akan
dilakukan adalah konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi
spesialis mengenai latihan pasca fraktur.

Untuk mengatasi risiko terjadinya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh yang ditandai dengan mual, muntah serta penurunan nafsu
makan, maka disusunlah rencana intervensi sebagai berikut, yaitu menimbang
berat badab setiap hari atau sesuai indikasi; menentukan program diet dan pola
makan pasien dan membandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
pasien; mengauskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung,
mual, muntah, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi; mengidentifikasi
makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik dan kultur;
melibatkan keluarga pada perencanaan makan ini; memantau pemeriksaan
laboratorium sepertt gula darah, albumin; serta melakukan konsultasi dengan ahli
diet untuk rencana diet klien.

3.1.4 Catatan Perkembangan Keperawatan


Pada tanggal 29 Mei dilakukan intervensi pada Ny. S untuk mengatasi masalah
keperawatan nyeri akut, hambatan mobilisasi dan juga risiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi yang dilakukan untuk masalah
nyeri akut adalah mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien, mengajarkan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri, menganjurkan klien
mengambil posisi yang nyaman, menganjurkan klien untuk immobilisasi lengan
yang sakit, meninggikan bagian ekstrimitas yang fraktur, menganjurkan klien
untuk istirahat dan kolaborasi pemberian analgesik: ketorolac 30 mg.

Setelah dilakukan intervensi tersebut Ny. S mengatakan masih nyeri pada lengan
kanan saat berusaha melakukan mobilisasi dan juga sakit kepala. Keadaan umum

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


38

Ny. S tampak sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 100/70 mmHg,
nadi: 80 x/menit, suhu: 37,1C, dan ekspresi klien tampak meringis saat terasa
nyeri. Skala nyeri 6-7 (0-10) dengan nyeri terasa hilang timbul dan kadang terasa
menjalar hingga ke bahu. Nyeri dirasakan berkurang jika klien istirahat di tempat
tidur dan tidak melakukan mobilisasi. Klien tampak lebih rileks setelah
melakukan relaksasi napas dalam. Untuk rencana keperawatan selanjutnya klien
terus dimotivasi dalam penggunaan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi
nyeri, monitor tanda-tanda vital dan keluhan nyeri, anjurkan klien mengambil
posisi yang nyaman dan istirahat serta immobilisasi bagian lengan yang sakit.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah risiko ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan adalah mengkaji kebiasaan makan dan makanan yang
disukai dan tidak disukai Ny. S, kemudian mendorong klien untuk makan
makanan yang disukai, medorong makan sedikit tapi sering serta berkolaborasi
memberikan obat mual: ondancentron 40 mg dan kolaborasi penentuan program
diet dan pola makan pasien. Setelah dilakukan intervensi klien mengatakan
kadang-kadang masih mual dan sampai muntah serta tidak nafsu makan, klien
juga mengatakan badan terasa lemas. Hasil observasi menunjukkan Ny. S tampak
lemas dan tidak bersemangat, tampak makanan klien tidak dihabiskan, mual dan
muntah masih ada. Perawat perlu memperhatikan asupan nutrisi klien lebih lanjut
untuk mengantisipasi terjadinya ketidakseimbangan nutrisi.

Selain yang dilakukan diatas, juga dilakukan implementasi untuk mengatasi


masalah hambatan mobilitas yaitu mendorong Ny. S untuk immobilisasi tangan
yang fraktur, mendorong partisipasi dalam melakukan aktivitas, memfasilitasi dan
mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif, membantu klien dalam
melakukan mobilisasi, dan memfasilitasi dan mendorong klien dalam melakukan
personal hygiene, serta mengkaji kekuatan otot klien. Respon Ny. S menunjukkan
bahwa ia kesulitan untuk bergerak, ia mengatakan sakit saat berusaha untuk
melakukan pergerakan dan pusing jika terlalu sering berubah posisi. Klien tampak
menghabiskan waktu di tempat tidur dan tampak takut melakukan mobilisasi.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


39

klien mampu mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang


pergerakan sendi.

Kemudian pada tanggal 31 mei 2013 intervensi dilanjutkan untuk mengatasai


masalah utama klien. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut
adalah mengkaji skala nyeri yang dirasakan oleh klien; memotivasi penggunaan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri; memonitor tanda-tanda
vital; mengajarkan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri; menganjurkan klien
untuk tetap mengimmobilisasi lengan yang fraktur; dan kolaborasi pemberian
analgesik: ketorolac 30 mg. Hasil evaluasi menunjukkan klien mengatakan nyeri
pada lengan kanan sudah berkurang, klien mengatakan sudah tidak mengalami
sakit kepala, klien mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi jika terasa nyeri.
Keadaan umum Ny. S sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 90/60
mmHg, nadi: 76 x/menit, suhu 36,8C. Skala nyeri 3-4 (0-10) dengan nyeri terasa
hilang timbul pada lengan kanan dan terasa hilang jika diberikan analgesik:
ketorolac 30 mg, dan lengan kanan sudah diimmobilisasi dengan menggunakan
armsling.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah risiko ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan adalah mendorong klien untuk makan makanan yang
disukai mendorong klien untuk makan sedikit tapi sering, kolaborasi pemberian
program diet dan pola makan pasien, serta menimbang BB klien. Evaluasi setelah
dilakukan implementasi klien mengatakan mual sudah berkurang dan sudah tidak
ada muntah, klien mengatakan nafsu makan sudah mulai membai, klien tampak
lebih segar, dan tampak makanan klien dihabiskan 2/3 porsi. Hasil observasi
menunjukkan mual masih ada namun sudah tidak muntah. Berat badan 46 kg.
Rencana yang disusun berikutnya adalah memantau adanya mual dan muntah,
memotivasi klien untuk makan sedikit tapi sering dan memberikan makanan yang
disukai oleh klien.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


40

Mendorong partisipasi klien dalam melakukan aktivitas, mengkaji kekuatan otot


klien, memfasilitasi dan mengajarkan latihan rentang gerak aktif dan aktif asistif
pada ekstrimitas yang tidak cedera dilakukan untuk menyelesaikan masalah
hambatan mobilitas fisik. Selain itu, klien juga difasilitasi untuk melakukan
latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan yang terkena
fraktur, membantu klien dalam melakukan mobilisasi, memfasilitasi dan
mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Respon klien menunjukkan
klien mengatakan sudah mulai turun dari tempat tidur, klien mengatakan masih
sakit saat berusaha untuk melakukan pergerakan, Klien tampak sudah mulai
mampu melakukan pergerakan dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan
keluarga. Klien juga tampak mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan
rentang pergerakan sendi dan berusaha melakukan latihan pergerakan pada
pergelangan tangan dan jari-jari. Kekuatan otot: 43-- 5555.
5555 5555

Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 2 hari terlihat perkembangan


klien menjadi lebih baik. Nyeri yang dirasakan klien sudah mulai berkurang dan
frekuensi juga semakin jarang. Selain itu, Ny. S juga sudah mulai melakukan
mobilisasi dengan hati-hati dan dengan bantuan dari keluarga dan perawat. Mual
dan muntah juga sudah tidak dirasakan lagi. Nafsu makan klien sudah mulai
membaik. Pada tanggal 1 Juni 2013 intervensi dilanjutkan untuk masalah nyeri
akut, yaitu memantau keluhan nyeri, memotivasi penggunaan teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri, mendorong klien untuk
mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit dan
menganjurkan klien untuk istirahat serta kolaborasi pemberian analgesic:
ketorolac 30 mg. Tampak klien sudah jarang mengeluh nyeri, klien tampak lebih
rileks, ekspresi klien tampak tenang, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi: 92
x/menit. Skala nyeri 3 (0-10) pada lengan kanan dan tidak menjalar. Nyeri hilag
timbul dan terasa hilang jika diberikan analgesik serta berkurang dengan teknik
distraksi.

Nafsu makan klien pada tanggal 1 Juni 2013 sudah membaik, klien tampak sudah
menghabiskan makanannya. Klien juga tidak lagi mengalami mual dan muntah.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


41

Klien tampak lebih segar dan bersemangat. Hal ini menunjukkan risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Sehingga
diagnosa ini sudah teratasi dan tidak perlu dilakukan intervensi lanjutan.

Intervensi untuk hambatan mobilitas fisik terus dilanjutkan sampai pada hari
ketiga, tanggal 1 Juni 2013. Seelah dilakukan intervensi, klien mengatakan sudah
melakukan mobilisasi duduk-jalan. Klien tampak mampu melakukan pergerakan
dan aktivitas dengan dibantu oleh perawat dan keluarga , klien juga tampak
mengikuti instruksi perawat dalam melakukan latihan rentang pergerakan sendi
dan berusaha melakukan latihan pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari.
Kemampuan mobilisasi klien sudah mulai meningkat, klien sudah mampu
melakukan personal hygiene secara mandi walaupun kadang masih dibantu oleh
perawat. Tingkat kemandirian klien mulai meningkat. Selain itu juga klien juga
dilatih untuk melakukan latihan isometric. Hal ini dilakukan karena Ny. S akan
menjalani prosedur operasi Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) pada
hari senin, tanggal 03 Juni 2013 untuk membantu peregangan otot-otot klien.

3.2 Asuhan Keperawatan Intra Operatif


Tanggal : 03 Juni 2013
Nama : Ny. S
Diagnosa : Closed fraktur humerus proximal dextra
Tindakan : Open Reduction and Internal Fixation (ORIF)

3.2.1 Pengkajian
Klien diantar dari ruang anggrek tengah kanan pada pukul 08.30 WIB. Sebelum
dibawa ke kamar operasi, klien tampak lebih banyak diam dan sesekali bertanya
tentang prosedur pembedahan. Sekitar pukul 09.00 WIB klien dibawa ke ruang
operasi dan dipindahkan dari tempat tidur biasa ke meja operasi. Sesaat setelah
dipindahkan, perawat memastikan posisi klien apakah sudah tepat dan aman.
Kemudian dilakukan pengecekan izin operasi, mesin anastesi, suction dan obat-
obatan. Sebelum operasi dimulai klien terpasang IVFD dengan cairan asering
500cc, TD 112/89, Nadi: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt. Klien diberikan anestesi

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


42

umum melalui intravena yaitu Meperidim, fentanyl 25 mg pada pukul 09.10


WIB. Kemudian dilakukan intubasi untuk pemasangan ventilator. Posisi klien di
meja operasi adalah supine dan lengan kanan lebih ditinggikan dibandingkan
lengan kiri. Kemudian area lengan kanan didesinfeksi dan ditutup dengan doek
steril. Klien dilakukan insisi deltopectoral dan diperdalam lapis demi lapis.
Kemudian dokter bedah mengidentifikasi kondisi fraktur dan melakukan reposisi
dan stabilisasi dengan menggunakan LPHP dengan menggunakan 7 locking
screw. Setelah dipasang stabilisasi, dokter bedah melakukan tes stabilisasi dengan
mengangkat lengan kanan yang dilakukan ORIF dan hasilnya stabil. Selama
prosedur operasi berlangsung tampak adanya perdarahan biasa. Kemudian
dilakukan pencucian luka operasi dan dilakukan penutupan luka. Kemudian luka
ditutup lapis demi lapis hingga luka selesai dihecting. Tanda-tanda vital setelah
selesai operasi adalah tekanan darah 96/67 mmHg, Nadi 99 x/menit dan napas 22
x/menit. Operasi selesai dilakukan pada pukul 11.45 WIB.

3.2.2 Diagnosa Keperawatan


3.2.2.1 Risiko cedera berhubungan dengan posisi operasi, pemakaian alat
kesehatan dan tindakan invasif
3.2.2.2 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan,
tindakan pembedahan

3.2.3 Tindakan yang dilakukan


a. Memotivasi klien untuk rileks sebelum prosedur operasi dimulai
b. Memeriksa dan memastikan identitas klien
c. Mengunci roda tempat tidur klien dan meja operasi sebelum memindahkan
klien ke meja operasi
d. Memastikan posisi klien sudah tepat di tengah meja operasi dan tidak rawan
untuk jatuh
e. Memantau pemakaian kain pada klien untuk menjaga suhu tubuh dan
menutupi area yang tidak dilakukan pembedaham
f. Memantau jumlah intake dan output selama pembedahan
g. Memantau TTV dan tanda perdarahan

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


43

3.3 Asuhan Keperawatan Pasca Operatif


3.3.1 Catatan Perkembangan Keperawatan Pasca Operatif
Setelah menjalani prosedur operasi, klien dibawa ke ruang recovery (pemulihan).
Tanda-tanda vital klien tekanan darah 103/76 mmHg, nadi 97x/menit, dan RR 22
x/menit, keadaan umum masih lemah, kesadaran compos mentis. Kemudian klien
kembali dibawa ke ruang rawat anggrek tengah kanan setelah menjalani proses
operasi pada pukul 13.00 WIB. Saat kembali ke ruang rawat klien tampak masih
lemah. Saat dilakukan pengkajian pasca operasi pukul 15.00 WIB klien
mengatakan merasa lemah dan terasa berat ekstrimitas. Klien mengatakan nyeri
pada luka post operasi dengan skala 6-7 (0-10), nyeri terasa berdenyut-denyut dan
hilang timbul. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan pergerakan. Klien lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan istirahat dan tidur.

Setelah Ny. S menjalani prosedur ORIF, maka dilakukan intervensi untuk


mengatasi permasalahan yang muncul pasca operasi. Adapun masalah yang
muncul pada Ny. S pasca operasi adalah nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik.
Untuk perencanaan tindakan keperawatan post operasi tidak jauh berbeda dengan
tindakan keperawatan yang disusun sebelumnya sehingga perawat tidak perlu
membuat rencana keperawatan lagi.

Pada tanggal 3 Juni 2013 pukul 14.50 klien mengeluh nyeri pada luka post operasi
dengan skala nyeri 6-7 (0-10) dan tampak klien meringis. Perawat melakukan
intervensi keperawatan dengan memantau keluhan nyeri, memotivasi penggunaan
teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi nyeri, mendorong
klien untuk mrngambil posisi yang nyaman dan meninggikan bagian yang sakit,
menganjurkan klien untuk istirahat dan kolaborasi pemberian analgesic: ketorolac
30 mg. setelah dilakukan intervensi tampak ekspresi klien tampak menahan sakit,
keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 90/60 mmHg,
nadi: 88 x/menit. Klien tampak berhati-hati dalam melakukan mobilisasi. Klien
mulai merasa nyeri berkurang setelah diberikan analgesic ketorolac 30 mg.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


44

Tangan kanan Ny. S yang dilakukan operasi masih dipertahankan untuk


diimobilisasi. Perawat berusahan memfasilitasi klien melakukan latihan
pergerakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan post ORIF dan
membantu klien dalam melakukan mobilisasi. Selain itu juga memfasilitasi dan
mendorong klien dalam melakukan personal hygiene. Hasil evaluasi
menunjukkan klien masih lemas dan sulit untuk bergerak, kaki masih terasa
lemas, kaku dan berat. Ny. S tampak hanya tidur dan istirahat di tempat tidur.
Tampak Ny. S dibantu oleh keluarga dalam melakukan Activity Daily Living.

Intervensi untuk nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik terus dilanjutkan selama
klien dirawat di rumah sakit sampai tanggal 5 Juni 2013. Masalah nyeri akut yang
dialami Ny. S selama dirawat terus dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
terjadi penurunan skala nyeri setelah klien diberikan intervensi keperawatan.
Klien juga melakukan sesuai dengan yang dianjurkan oleh perawat. Klien
melakukan teknik relaksasi secara mandiri untuk mengatasi nyeri yang
dialaminya. Pada tanggal 5 Juni 2013 klien mengatakan nyeri sudah jarang timbul
dan berkurang. Klien tampak tenang dan ekspresi klien tampak rileks, keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 82
x/menit.

Sedangkan untuk hambatan mobilitas fisik, klien juga mengalami perkembangan


yang signifikan. Setelah dilakukan latihan range of motion (ROM) selama
beberapa hari semenjak klien masuk sampai dengan pasca operasi, terjadi
peningkatan kemampuan klien dalam melakukan mobilisasi. Klien juga tampak
rajin melakukan latihan sendiri. Evaluasi terakhir yang dilakukan pada tanggal 5
Juni 2013 menunjukkan klien sudah mulai melakukan mobilisasi jalan dan tampak
sudah mampu melakukan aktivitas. Klien juga sudah mampu melakukan latihan
tangan post ORIF pada jari dan pergelangan tangan. Klien juga menggunakan
armsling pada lengan kanan untuk mempertahankan immobilisasi pada humerus
dextra.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


45

Selain masalah nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik yang muncul pasca
operasi, ada masalah keperawatan lain yang dialami klien yaitu hipertermi pada
tanggal 4 Juni 2013. Untuk mengatasi masalah hipertermi dilakukan tindakan
keperawatan berupa memonitor TTV, mengkaji keluhan demam dan pusing,
menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, memberikan kompres hangat,
membantu klien mengganti pakaian dan kolaborasi pemberian antipiretik:
paracetamol 150 mg. Respon yang ditunjukkan setelah diberikan intervensi adalah
demam klien mulai menurun dan klien tampak mulai membaik. Kemudian
sebelum klien pulang juga dilakukan tindakan perawatan luka dan penggantian
balutan serta memberikan klien pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka di
rumah.

3.3.2 Pertimbangan Rencana Pulang (Discarge Planning)


Sebelum klien pulang, maka klien diberikan beberapa pendidikan kesehatan
mengenai cara perawatan selama di rumah. Berikut adalah hal yang harus
dilakukan selama di rumah:
a. Kontrol ke poli bedah sesuai dengan waktu
b. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan vitamin D
c. Menjaga kebersihan luka post operasi dan lindungi dari terkena air
d. Melakukan latihan pergerakan ekstrimitas setelah operasi
e. Menggunakan penyangga tangan (armsling dalam melakukan aktivitas sampai
klien sembuh)
f. Istirahat yang cukup selama di rumah
g. Jangan melakukan aktivitas yang berat selama di rumah dan hindari membawa
beban berat denga lengan yang cedera
h. Tidak mengendari kendaraan sampai diizinkan oleh petugas kesehatan
i. Lanjutkan minum obat sesuai dengan yang telah diresepkan

Beberapa hal sangat perlu diperhatikan klien selama dirumah untuk mencegah
kejadian jatuh. Adapun hal tersebut adalah tidak mengkonsumsi obat yang dapat
menyebabkan kantuk pada saat akan melakukan aktivitas; memperhatikan kondisi
lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh saat melakukan aktivitas.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


46

Pencegahan kejadian jatuh dan fraktur berulang di rumah yang dapat dilakukan
klien adalah sebagai berikut (NPSA, 2007: NHS, 2009):
o Memastikan dan meningkatkan pencahayaan (terang)
o Menghindari berjalan di lantai yang licin, karpet yang mudah selip, kabel
o Berhati-hati dalam menuruni tangga
o Meminta bantuan jika kesulitan melakukan aktivitas

Selain hal tersebut diatas, klien diharapkan kembali segera jika demam lebih dari
38,5C, terjadi nyeri yang sangat hebat pada bagian yang patah, ekstrimitas yang
patah terasa dingin, pucat dan kaku, dan terjadi perdarahan pada luka bekas
operasi.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini akan membahas tentang profil lahan praktik, analisis masalah
keperawatan dengan konsep terkait keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
dan konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan
penelitian terkait.

4.1 Profil RSUP Persahabatan Jakarta


Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUP Persahabatan) merupakan rumah
sakit umum tipe A yang berlokasi di Jalan Persahabatan Raya No. 1Jakarta Timur
dan secara administrative adalah rumah sakit vertical di bawah Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI. RSUP Persahabatan pertama kali di
bangun pada tahun 1961 dan diresmikan tahun 1963 atas bantuan Pemerintah
Rusia kepada Pemerintah Indonesia. Penyerahan secara resmi dilaksanakan pada
tanggal 7 Npember 1963, yang kemudian dikenal sebagai hari jadi RSUP
Persahabatan.

Visi dari RSUP Persahabatan adalah menjadi rumah sakit terdepan dalam
menyehatkan dengan unggulan keseharan respirasi kelas dunia. Sedangkan
misinya adalah menyelenggarakan pelayanan keperawatan berorientasi
padakebutuhan costumer care, memfasilitasi terlaksanya pelayanan keperawatan
profesional dengan unggulan keperawatan respirasi, membina hubungan perawat
klien terapeutik, koordinasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan berkelanjutan
secara formal dan informal di dalam negri maupun diluar negri khususnya dalam
pencapaian visi RS, memfasilitasi pelaksanaan penelitian dalam bidang pelayanan
asuhan keperawatan di RSP, dan menyelenggarakan pengembangan SDM
Keperawatan melalui pelatihan in house training khususnya dalam bidang
pelayanan unggulan maupun pelatihan diluar RSP agar SDM keperawatan
mendapatkan pelatihan 20 jam sampai 40 jam setahun perorang. Motto dari RSUP
Persahabatan adalah Caring with Frienship (melayani secara bersahabat).
Adapun nilai-nilai yang dianut adalah jujur, kompeten, kerjasama tim, layanan

47 Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


48

yang tulus dan loyal. RSUP Persahabatan juga merupakan rumah sakit pendidikan
baik untuk pendidikan dokter, perawat, petugas laboratorium, rekam medis dan
tenaga kesehatan lainnya.

Ruang rawat Anggrek Tengah Kanan merupakan salah satu ruang rawat yang ada
di RSUP Persahabatan dengan kekhususan bedah, yakni bedah umum, bedah
digestif, bedah onkologi, bedah urologi, bedah ortopedi, serta bedah saraf. Ruang
Anggrek tengah kanan ini merupakan ruang kelas III untuk pasien laki-laki dan
perempuan. Ruangan tersebut memiliki 10 kamar dengan kapasitas 30 tempat
tidur dan sebuah kamar isolasi dengan kapasitas dua buah tempat tidur. Ruang
rawat dilengkapi dengan satu nurse station dan ruangan kepala ruangan, satu
ruang tindakan dan penyimpanan alat, satu kamar ganti perawat, satu kamar
dokter muda, satu ruang dapur, satu spoel hoek dan satu gudang serta kamar
mandi untuk pasien

Sebagai ruang rawat dengan kekhususan bedah, terdapat berbagai macam kasus
yang ditangani. Salah satunya adalah kasus fraktur, yan merupakan kasus
terbanyak kedua setelah kasus bedah onkologi. Selama praktik di ruang rawat
Anggrek Tengah Kanan ini, hampir setiap hari mahasiswa menemukan klien
dengan masalah fraktur. Adapun penyebab fraktur yang paling banyak terjadi
adalah akibat dari kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan dalam rumah tangga.
Selain itu, juga terdapat fraktur akibat adanya kecelakaan kerja dan juga fraktur
patologis karena penyakit.

4.2 Analisis Kasus dengan Konsep Keperawatan


Pada kasus Ny. S ditemukan fakta bahwa klien Ny. S (41 tahun) merupakan salah
satu masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan yang mengalami kondisi
kegawatan (emergency). Klien mengalami fraktur setelah terjadi kecelakaan
dalam rumah tangga berupa jatuh dari tangga. Klien mengatakan bahwa klien
jatuh pada malam hari sekitar pukul 18.30 ketika sedang melakukan pekerjaan
rumah. Kondisi klien yang tidak hati-hati menjadi faktor yang mempengaruhi
terjadinya kecelakaan pada klien. Klien jatuh dalam posisi miring ke kanan

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


49

dengan tangan kanan menahan berat tubuh. Akibat tekanan besar pada tangan
kanan klien maka klien mengalami fraktur tertutup di area humerus dextra.
Kejadian jatuh yang dialami oleh Ny. S ini merupakan salah satu masalah yang
sering terjadi dan dapat menyebabkan cedera dalam hal ini adalah fraktur.

DKI Jakarta sebagai kota dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia


merupakan salah satu wilayah perkotaan yang rentan dengan terjadinya
kecelakaan. Akibat dari peningkatan jumlah penduduk di wilayah Jakarta
mengakibatkan terjadinya peningkatan pembangunan rumah tinggal, sedangkan
lahan yang dapat dijadikan pemukiman sudah semakin jarang. Hal ini mendorong
penduduk untuk cenderung membuat rumah bertingkat. Bangunan bertingkat
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kecelakaan
berupa kejadian jatuh. Hasil laporan RISKESDAS tahun 2007 menunjukkan
bahwa angka kejadian jatuh merupakan penyebab cedera terbesar di wilayah
Indonesia yaitu sekitar 58%. Selain itu, dilaporkan bahwa dari 45.987
peristiwa/kejadian jatuh mengalami fraktur sebanyak 1,775 orang (3,8%)
(Riskesdas, 2007).

Sesaat setelah kejadian jatuh, Ny. S dilarikan ke klinik terdekat untuk dilakukan
pertolongan pertama, yaitu pemakaian armsling untuk fiksasi sementara posisi
lengan klien. Klien mengatakan bahwa setelah jatuh, tangan klien membengkak
dan terasa sangat nyeri. Setelah diberikan pertolongan pertama di klinik
kesehatan, klien diantarkan ke RSUP Persahabatan untuk ditangani lebih lanjut.
Sesampainya di RSUP Persahabatan klien dibawa ke IGD dan dilakukan
pemeriksaan awal. Klien dilakukan rekognisi dengan dilakukan anamnesa
mengenai kronologis terjadinya kecelakaan. Klien juga menjalani pemeriksaan
fisik, pengkajian nyeri untuk menentukan kadar keparahan cedera klien.
Selanjutnya klien juga menjalani pemeriksaan rontgen ekstrimitas untuk
mengetahui letak dan jenis fraktur yang dialami klien. Berdasarkan hasil rontgen,
klien mengalami fraktur pada area humerus proximal dextra. Tindakan
pertolongan pertama yang telah dilakukan pada Ny. S ini merupakan tindakan
yang sesuai dengan tahapan pertama dari empat tahapan dalam penanganan

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


50

fraktur, yaitu rekognisi menyangkut diagnosis dan penilaian fraktur, anamnesis,


pemeriksaan klinis dan radiologis (Price & Wilson, 1995; Rasjad, 2007).

Setelah dilakukan rekognisi dan mendapatkan penanganan awal di IGD, klien


dibawa ke ruang perawatan bedah kelas (Anggrek Tengah Kanan) dan
direncanakan akan menjalani operasi berupa Open Reduction and Internal
Fixation (ORIF). Tindakan ORIF ini merupakan tahap penatalaksanaan fraktur
berikutnya setelah rekognisi, yaitu reduksi dimana akan dilakukan reposisi
fragmen-fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya
(Sjamsuhidayat & Jong, 2005). Operasi dapat dilaksanakan jika alat berupa plate
dan screw sudah tersedia. Selama masa menunggu operasi, masalah utama yang
teramati dari klien ialah nyeri dan takut melakukan mobilisasi.

Hasil observasi perawat menunjukkan Ny. S tampak hanya menghabiskan waktu


di tempat tidur dan jarang melakukan perubahan posisi dan mobilisasi. Asumsi
penulis terhadap kondisi ini adalah dikarenakan mungkin saja pada klien dengan
fraktur memiliki pemikiran bahwa mereka tidak boleh melakukan pergerakan
karena akan memperparah fraktur yang telah terjadi. Padahal seharusnya klien
dengan masalah fraktur ini seharusnya terus melakukan mobilisasi atau
pergerakan agar tidak terjadi kekakuan pada ekstrimitas dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi sendiri serta dapat meminimalisir
tingkat ketergantungan klien terhadap orang lain. Hal ini sesuai dengan teori yang
dijabarkan dalam Brunner & Suddarth (2002) bahwa dengan mobilisasi dapat
mempertahankan kekuatan ekstrimitas dan fungsinya serta mencapai kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan secara maksimal.

Sebelum klien dilakukan latihan kekuatan otot dan pergerakan sendi, klien
menyatakan bahwa tangan sempat terasa kaku dan sulit digerakkan. Hal ini bisa
jadi akibat dari kurangnya mobilisasi klien. Klien mengatakan bahwa ia takut
melakukan mobilisasi karena akan menimbulkan nyeri dan takut fraktur semakin
parah. Tampak klien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Selain itu, klien mengatakan sudah tidak betah di rumah

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


51

sakit, ingin cepat pulang, dan terus menerus menanyakan kapan klien akan
dioperasi. Klien mengatakan klien tidak bisa berada lama-lama di rumah sakit
karena harus bekerja dan ada banyak hal lainnya yang perlu diurus. Dari kasus ini
terlihat bahwa dampak dari kecelakaan antara lain menurunnya produktivitas
seseorang dikarenakan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Kerugian fisik
akibat kecelakaan jelas terlihat karena sebagian aktivitas klien perlu dibantu
akibat tangan kanannya yang masih belum bisa digerakkan karena sakit.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu untuk


meminimalisir/mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi selama klien
dirawat. Hal ini sesuai konsep manajemen keperawatan untuk klien fraktur
menurut Halstead (2004) dimana salah dua fokus dari prinsip manajemen
perawatan fraktur adalah memaksimalkan kemampuan klien dan mencegah
komplikasi. Rasa nyeri yang dialami pasien, membuat pasien takut untuk
menggerakkan ekstremitas yang cedera, sehingga pasien cenderung untuk tetap
berbaring lama, membiarkan tubuh tetap kaku (Smeltzer & Bare, 2009). Individu
yang membatasi pergerakannya (immobilisasi), akan menyebabkan tidak stabilnya
pergerakan sendi, terjadinya atropi otot dalam empat sampai enam hari (Waher,
Salmond & Pellino, 2002). Oleh karena itu, agar tidak terjadi masalah kesehatan
lain yang muncul akibat dari kemampuan mobilisasi klien yang menurun maka
perlu dilakukan latihan berupa latihan kekuatan otot agar tidak muncul komplikasi
lain.

Salah satu asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny. S selama dirawat di
ruang Anggrek Tengah Kanan adalah asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah hambatan mobilitas fisik. Dalam hal ini salah satu intervensi yang
diberikan adalah berupa latihan kekuatan otot/latihan gerak sendi (Range of
Motion) dan latihan isometrik. Latihan yang diberikan ini tidak hanya diberikan
sebelum klien menjalani operasi, akan tetapi terus dilanjutkan hingga hari terakhir
klien dirawat. Berdasarkan hasil observasi perawat, klien tampak mengalami
kemajuan dalam melakukan mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(Activity Daily Living). Awal klien dirawat di rumah sakit, tampak klien masih

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


52

takut dan tidak berani untuk melakukan mobilisasi. Selain itu, klien juga sempat
mengeluh kaku pada kedua tangannya. Setelah diberikan intervensi berupa latihan
kekuatan otot / rentang gerak sendi, klien sudah tidak lagi mengeluh mengalami
kekakuan pada ekstrimitasnya.

Latihan isometrik diberikan pada ekstrimitas klien yang diimobilisasi yaitu pada
ekstrimitas atas sebelah kanan Ny. S yang mengalami fraktur humerus dextra. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan Black & Hawks (2009) bahwa latihan
isometrik merupakan kontraksi aktif dari otot tanpa menggerakan persendian atau
fungsi pergerakan dan digunakan jika ROM persendian dibatasi karena injuri atau
immobilisasi. Sedangkan untuk ektrimitas Ny. S yang tidak cedera diberikan
latihan pergerakan sendi aktif dan pasif. Latihan ini dikenal juga dengan latihan
isotonik dimana latihan yang dilakukan tetap menyebabkan ketegangan pada otot
yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot. Selama memberikan dan
mengajarkan latihan kekuatan otot ini, perawat berusaha untuk memberikan
pemahaman kepada klien bahwa latihan yang dilakukan perlu untuk
mempertahankan kekuatan otot, mencegah kekakuan otot dan mempertahankan
sirkulasi ke bagian distal ektrimitas. Latihan yang diberikan ini dapat dilihat pada
lampiran 4.

Pada saat Ny. S akan menjalani prosedur operasi, klien tampak cemas dan banyak
bertanya mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan. Sebagai seorang tenaga
keperawatan, mempunyai tanggung jawab untuk memberikan edukasi, membantu
klien mengurangi kecemasan dan mengajarkan berbagai latihan sebelum operasi.
Edukasi merupakan salah satu peran tenaga keperawatan yang sangat penting dan
dilakukan sejak 1 atau 2 hari sebelum pembedahan, karena klien akan dapat
mempelajarinya dengan baik (Potter & Perry, 2006). Edukasi yang diberikan
kepada klien terkait dengan tujuan/alasan tindakan operasi, persiapan operasi baik
fisik maupun penunjang, kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi,
prosedur operasi, dan latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan
harus dijalankan setalah operasi. Adapun latihan yang diajarkan adalah berupa
teknik relaksasi napas dalam, teknik batuk efektif, dan latihan gerak sendi..

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


53

Setelah prosedur operasi, perawat tetap harus terus memperhatikan perkembangan


kondisi klien. Ny. S terus dimotivasi untuk mulai melakukan mobilisasi dini satu
hari setelah operasi. Ny. S juga dianjurkan untuk mulai melakukan latihan gerak
sendi untuk mencegah terjadinya kekakuan. Hampir pada semua jenis
pembedahan termasuk pembedahan ortopedi, klien dianjurkan untuk segera
meninggalkan tempat tidur 24-48 jam pasca bedah untuk melakukan mobilisasi
(Kozier, 2010). Menurut Brunner & Suddarth (2002), mobilisasi dini menjadi
faktor penentu dalam kemajuan perkembangan klien di rumah sakit (Smeltzer &
Bare, 2002). Oleh karena itu, sangat penting untuk klien yang menjalani operasi
agar segera melakukan mobilisasi dini pasca tindakan pembedahan.

Pasca dilakukan pembedahan, prinsip penanganan fraktur yang ketiga dan


keempat dilanjutkan, yaitu retensi dan rehabilitasi. Pada tahapan retensi, perawat
bertugas untuk membantu klien mempertahankan fragmen-fragmen tulang selama
masa penyembuhan (Price & Wilson, 1995; Sjamsuhidayat & Jong, 2005). Dalam
tahapan ini perawat membantu klien untuk mempertahankan tangan kanan agar
tetap immobilisasi dengan menggunakan armsling. Kemudian untuk tahapan
rehabilitasi, perawat mengajarkan Ny. S untuk melakukan latihan tangan post
ORIF serta memberikan edukasi tentang cara latihan yang dapat dilakukan saat
klien dirumah.

4.3 Efektifitas Latihan Kekuatan Otot terhadap Kemampuan Mobilisasi


Latihan kekuatan otot adalah latihan penguatan penguatan/pengencangan otot
gluteal dan kuadrisep serta latihan pergerakan sendi yang dilakukan sebelum
tindakan operasi dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan
untuk berjalan. Sebelum operasi, mobilisasi klien dapat terganggu karena adanya
nyeri, pembengkakan dan imobilisasi bagian yang fraktur. Perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan harus membantu klien untuk melakukan mobilisasi
dengan memberikan latihan kekuatan otot. Manfaat dari latihan otot sebelum
operasi adalah kekuatan otot tetap terjaga, sehingga atropi otot dapat dihindari,
dan pasien akan lebih siap, untuk melakukan ambulasi dini pasca operasi
(Smeltzer & Bare, 2002). Program latihan sebelum operasi juga dipandang

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


54

sebagai program prehabilitasi dan program latihan setelah operasi merupakan


salah satu program rehabilitasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Waher, Salmod & Pellino
(2002), diketahui bahwa klien dengan masalah fraktur seringkali kemampuan
mobilisasinya mengalami penurunan karena ketidakadekuatan informasi yang
diterima oleh klien. Selain itu, beberapa klien yang pernah mengalami fraktur juga
mengatakan bahwa saat melakukan mobilisasi dapat menimbulkan nyeri. Kondisi
immoblisasi yang cukup lama, akan berdampak pada lama hari rawat/length of
stay. Immobilisasi pada klien fraktur

Menjawab kebutuhan akan pentingnya mempersiapkan otot sebelum operasi,


maka, ada beberapa hasil penelitian yang memberikan hasil yang signifikan,
diantaranya hasil penelitian Eldawati (2011) didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan rata rata kemampuan ambulasi dini yang lebih baik pada kelompok
yang diberikan latihan kekuatan otot dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan, dengan nilai p = 0.017. Menurut penelitian ini bahwa dengan
dilakukannya latihan kekuatan otot preoperasi, maka ketahanan otot (endurance)
pasien akan lebih terjaga.

Dampak dari latihan kekuatan otot adalah meningkatkan kemampuan ambulasi


dini pasien pasca operasi. Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam
perawatan pasca operasi fraktur karena jika pasien membatasi pergerakkannya di
tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi, pasien akan semakin sulit
untuk mulai berjalan (Kozier, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sheps
(2006), seorang profesor dari University of British Columbia mengatakan bahwa
klien yang mengalami fraktur ekstrimitas atas yang melakukan mobilisasi dini
baik berupa latihan gerak sendi maupun mobilisasi jalan mempunyai
kecenderungan untuk beraktivitas normal lebih cepat dibandingkan dengan klien
yang tidak melakukan mobilisasi dini. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka
perawat yang berada ditatanan praktik, harus memikirkan kondisi yang dapat
mempercepat kemampuan klien untuk melakukan mobilisasi dini pasca operasi,

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


55

dengan tidak tergantung pada bantuan orang lain. Salah satu cara yang harus
dipertimbangkan diantaranya adalah dengan melakukan latihan kekuatan otot.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


BAB 5
PENUTUP

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian penulisan
yang telah dilakukan. Penulis menyimpulkan hasil pemaparan secara keseluruhan
dan memberikan saran terkait hasil analisis. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu
kesimpulan dan saran.

5.1 Simpulan
5.1.1 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke
arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju terutama di daerah
perkotaan. Hasil dari adanya perkembangan dan kemajuan IPTEK ini
salah satunya adalah terjadi peningkatan arus urbanisasi yang
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan.
Lahan yang sempit di wilayah perkotaan mendorong masyarakat untuk
membuat bangunan tempat tinggal yang bertingkat. Hal ini merupakan
salah satu pemicu atau faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya
kecelakaan dalam rumah tangga berupa kejadian jatuh.
5.1.2 Kecelakaan atau kejadian jatuh yang terjadi seringkali menyebabkan
cedera, salah satunya adalah berupa fraktur (patah tulang). Seringkali klien
yang mengalami fraktur memiliki ketakutan untuk melakukan mobilisasi
akibat kurang pengetahuan ataupun karena takut merasa nyeri saat
bergerak. Sehingga perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif agar dapat mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi.
5.1.3 Latihan kekuatan otot perlu dilakukan agar proses penyembuhan fraktur
berlangsung baik dan tidak menimbulkan komplikasi.

56 Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


57

5.2 Saran
5.2.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan diharapkan menerapkan latihan kekuatan otot selama
melakukan praktik di lapangan guna memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif kepada klien dengan fraktur.

5.2.2 Untuk Institusi Pendidikan


Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah referensi di perpustakaan
mengenai latihan kekuatan otot agar menjadi sarana dan sumber bacaan bagi
mahasiswa sehingga dapat menerapkannya langsung saat praktik di lapangan.

5.2.3 Untuk Pelayanan Keperawatam


Pelayanan keperawatan kedepannya agar dapat menerapkan latihan kekuatan otot
sebagai salah satu bentuk intervensi yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan
kemampuan mobilisasi klien dengan fraktur serta agar dapat meningkatkan
kemampuan ambulasi dini klien pasca operasi.

Universitas Indonesia

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A & Spradley, B. W. (2001). Community health nursing concepts and


practice. Philadhelpia: Lippincott

Black, M. J. & Hawks, H.J., (2009). Medical surgical nursing: clinical


management for continuity of care, 8th ed. Philadephia: W.B. Saunders
Company

Boykin, R. E., Jawa, A., O'Brien, T., Higgins, L. D., & Warner, J. P. (2011).
Variability in operative management of proximal humerus
fractures. Shoulder & Elbow, 3(4), 197-201. Diunduh dari:
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&AN=702499
31&site=ehost-live pada 16 Juni 2013 pukul 15.18 WIB

Darracq, M. A., Vinson, D. R., & Panacek, E. A. (2008). Preservation of active


range of motion after acute elbow trauma predicts absence of elbow
fracture. The American Journal of Emergency Medicine, 26(7), 779-82.
Diunduh dari: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajem.2007.11.005 pada tanggal
2 Juli 2013 pukul 13.45 WIB

Departemen Kesehatan RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.


Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. (2006). Kesehatan kota Jakarta. Diunduh dari


http://www.depkes.go.id pada tanggal 05 Juli 2013 Pukul 18.09 WIB

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2005).


Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. (Ed 3). Jakarta: EGC.

Eldawati. (2011). Pengaruh latihan kekuatan otot pre operasi terhadap


kemampuan ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstrimitas di
RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. UI: tidak dipublikasikan

Gilbey, Lars E.O,jon.K, Inger Ekman, Christine.M (2003). Exercise improves


early functional recovery after total hip arthroplasty, Clinical
Orthopaedic and Related Research, 408, 193 200.

Halstead, A. J. (2004). Orthopedic nursing: caring patients with musculoskeletal


disorders. Western schools, Inc. Chapter 14; 147-150.

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/isometric+exercise

http://www.orthoseek.com/articles/carpalts.html

http://helid.digicollection.org/en/d/Jwho43e/7.2.1.1.html

58

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


59

Kime, R., Hamaoka, T., Sako, T., Murakami, M., Homma, T., Katsumura, T., &
Chance, B. (2003). Delayed reoxygenation after maximal isometric
handgrip exercise in high oxidative capacity muscle. European Journal of
Applied Physiology, 89(1), 34-41. Diunduh dari
http://dx.doi.org/10.1007/s00421-002-0757-3. pada tanggal 9 Juli 2013,
pukul 13.01 WIB

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Fundamental of nursing,
concept, process, and practice. 8th. California: Addison - Wesley

NANDA International. 2009. Nursing diagnoses: definition and clasification


2009-2011. Dialihbahasakan oleh Sumarwati, Made dkk. Jakarta: EGC

NHS. (2009). The Prevention of falls in the community hospital and intermediate
care setting information pack. Diunduh
darihttp://www.bhps.org.uk/falls/healthprofinfo.htm pada 11 Juli 2013.

Noviestasri, dkk. (2006). Panduan praktikum keperawatan dasar I. Depok:


Penerit FE UI

Novita, Dian. (2012). Pengaruh terapi music terhadap nyeri post operasi Open
Reduction and Internal Fixation di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi
Lampung. Tesis UI: Tidak dipublikasikan.

Potter, P.A & Perry, A. G (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses dan praktik. Alih bahasa: Komalasari, R., Evriyeni D., Novieastari,
E. Hanny, A. Kurnianingsih, S. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Price, A.S., & & Wilson, M. L. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Rasjad,Ch (2007). Pengantar ilmu bedah orthopedi. Ujung Pandang: Bintang


Lamumpatue.

Riskesdas. (2007). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Depkes


RI tahun 2007. Diunduh dari www.depkes.go.id pada tanggal 9 Juni 2013
pukul 12.50 WIB.

Sheps, Sameul. (2006). Early mobilitation of hand fractures in BC. Vancouver,


Canada: University of British Columbia

Smeltzer, S. & Bare,B.G (2002). Textbook of medical surgical nursing, 8th.


Dialihbahasakan oleh dr. Andry Hartono dkk. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. & Bare,B.G (2009). Textbook of medical surgical nursing, 9th,


Philadelphia: Lippincot.

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


60

Wilkinson, Judith M. dan Ahern, Nancy R. (2012). Buku saku diagnosis


keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. (Ed
9). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Young-Hoo, K., Sohn, K., & Jun-Shik, K. (2005). Range of motion of standard
and high-flexion posterior stabilized total knee prostheses: a prospective,
randomized study. Journal of Bone and Joint Surgery, 87(7), 1470-5.
Diunduh dari
http://search.proquest.com/docview/205180225?accountid=17242. pada
tanggal 2 Juli 2013 pukul 13.13 WIB

Yenichrist. (2008). Konsep Dasar Operasi. Diunduh dari


http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/26/konsep-dasar-operasi/ pada 01
Juli 2013 pukul 12.08 WIB.

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 1

Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Closed Fraktur Humerus Proximal Dextra
No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri berhubungan TUM: Nyeri berkurang Mandiri:
dengan spasme otot; atau terkontrol Pertahankan imobilisasi Menghilangkan nyeri dan mencegah
gerakan fragmen bagian lengan yang sakit kesalahan posisi tulang yang cedera.
tulang, edema, dan TUK : dengan armsling.
cedera pada jaringan 1. Klien menunjukkan Tinggikan dan dukung Meningkatkan aliran balik vena,
lunak; imobilisasi ekspresi wajah tenang ekstremitas yang terkena. menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
2. Klien menunjukkan Hindari penggunaan Dapat meningkatkan ketidaknyamanan
pengendalian nyeri sprei/bantal plastik di bawah karena peningkatan produksi panas.
3. Klien mampu ekstrimitas yang cedera
beraktifitas dan Tinggikan penutup tempat Mempertahankan kehangatan tubuh tanpa
istirahat dengan tepat tidur ketidaknyamanan karena tekanan pada
bagian yang sakit.
Evaluasi keluhan Mempengaruhi pilihan keefektifan
nyeri/ketidaknyamanan, intervensi. Tingkat intensitas dapat
perhatikan karakteristik, mempengaruhi persepsi reaksi terhadap
lokasi, termasuk nyeri
intensitasnya (skala 0-10).
Perhatikan petunjuk nyeri
non verbal (perubahan

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 1

No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


Keperawatan
tanda-tanda vital dan
emosi/perilaku).
Jelaskan prosedur sebelum Memungkinkan pasien siap secara mental
memulai. untuk aktifitas juga berpartisipasi dalam
mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
Lakukan dan awasi rentang Mempertahankan kekuatan/mobilitas otot
gerak aktif pada ekstrimitas yang sakit dan memudahkan resolusi
yang tidak cedera dan aktif inflamasi pada jaringan yang cedera.
asistif /pasif pada
ekstrimitas yang cedera.
Dorong menggunakan Menfokuskan kembali perhatian,
teknik manajemen nyeri meningkatkan rasa kontrol, dan dapat
(relaksasi, latihan nafas meningkatkan kemampuan koping dalam
dalam, imajinasi visualisasi, manajemen nyeri yang mungkin menetap
sentuhan terapeutik, untuk periode lebih lama.
distraksi).
Identifikasi aktivitas Dapat menandakan terjadinya komplikasi,
terapeutik yang tepat untuk contoh infeksi, iskemia jaringan, sindrom
usia pasien, kemampuan kompartemen.
fisik dan penampilan
pribadi.
Selidiki adanya keluhan Menurunkan edema/ pembentukan

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 1

No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


Keperawatan
nyeri yang tidak biasa atau hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
tidak hilang dengan
analgesik.
Kolaborasi:
Lakukan kompres dingin Diberikan untuk menurunkan nyeri
24-48 jam pertama dan dan/atau spasme otot.
sesuai keperluan.
Berikan obat analgesik
sesuai indikasi: ketorolac 30
mg

2 Hambatan mobilitas TUM: Mandiri


fisik berhubungan Meningkatkan kemampuan Kaji derajat imobilitas yang Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
dengan fraktur, mobilisasi sesuai dengan dihasilkan oleh diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik
immobilisasi tingkat maksimum klien cedera/pengobatan dan aktual, memerlukan informasi/intervensi
perhatikan persepsi pasien untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
TUK: terhadap imobilisasi.
Klien mampu: Dorong partisipasi pada Memberikan kesempatan untuk
Menunjukkan aktivitas mengeluarkan energi, memfokuskan kembali
peningkatan/ perhatian, meningkatkan rasa kontrol
mempertahankan diri/harga diri, dan membantu menurunkan
mobilitas pada tingkat isolasi sosial.
paling tinggi yang Bantu dalam rentang gerak Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang
mungkin pasien/aktif pada untuk meningkatkan tonus otot,

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 1

No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


Keperawatan
Mempertahankan posisi ekstremitas yang sakit dan mempertahankan gerak sendi, mencegah
fungsional yang tak sakit. kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium
Meningkatkan karena tidak digunakan.
kekuatan/fungsi yang Dorong penggunaan latihan Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk
sakit dan isometrik mulai dengan sendi atau menggerakkan tungkai dan
mengkompensasi tungkai yang tak sakit membantu mempertahankan kekuatan dan
bagian tubuh massa otot.
Menunjukkan teknik Berikan bebat Berguna dalam mempertahankan posisi
yang memampukan pergelangan/armsling yang fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan
melakukan aktivitas sesuai mencegah komplikasi
Tempatkan dalam posisi Menurunkan risiko kontraktur fleksi panggul
telentang secara periodik
bila mungkin
Bantu/dorong perawatan Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
diri/kebersihan (contoh: meningkatkan kontrol pasien dalam situasi,
mandi, mencukur). dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
Berikan/Bantu dalam Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah
mobilisasi baring (contoh: flebitis) dan meningkatkan
penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
Awasi tekanan darah Hipotensi postural adalah masalah umum
dengan melakukan menyertai tirah baring lama dan dapat
aktivitas. Perhatikan memerlukan intervensi khusus (kemiringan
keluhan pusing. meja dengan peninggian secara bertahap
sampai posisi tegak).
Ubah posisi secara periodik Mencegah/menurunkan insiden komplikasi
dan dorong untuk latihan kulit/pernapasan (dekubitus, pneumonia)

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 1

No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


Keperawatan
batuk/napas dalam

Kolaborasi
1. Konsul dengan ahli terapi Berguna dalam membuat aktivitas
fisik/okupasi dan/atau individual/program latihan. Pasien dapat
rehabilitasi spesialis memerlukan bantuan jangka panjang dengan
gerakan, kekuatan, dan aktivitas yang
mengandalkan berat badan, juga penggunaan
alat, contoh walker, kruk, tongkat,
meninggikan tempat duduk di toilet, tongkat
pengambil/penggapai, khususnya alat makan.

3 Risiko TUM: Nutrisi adekuat Timbang BB setiap hari atau Mengkaji pemasukan makanan yang
ketidakseimbangan TUK: sesuai indikasi adekuat
nutrisi kurang dari Klien makan sesuai Tentukan program diet dan Mengidentifikasi kekurangan dan
kebutuhan tubuh b.d dengan kebutuhan pola makan pasien dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
mual, muntah, kalori dan gizinya bandingkan dengan makanan
penurunan nafsu makan Klien menunjukkan yang dapat dihabiskan pasien
tingkat energi yang Auskultasi bising usus, catat Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan
biasanya sebelum sakit adanya nyeri abdomen/ perut cairan dan elektrolit dapat menurunkan
BB stabil/ bertambah kembung, mual, muntah, motilitas/ fungsi lambung yang akan
kearah BB normal pertahankan keadaan puasa mempengaruhi pilihan intervensi.
Tonus otot baik sesuai indikasi
Identifikasi makanan yang Jika makanan yang disukai pasien dapat

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 1

No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


Keperawatan
disukai/dikehendaki dimasukkan dalam perencanaan makan,
termasuk kebutuhan etnik kerjasama ini dapat diupayakan setelah
dan kultuer pulang.
Libatkan keluarga pada Meningkatkan rasa keterlibatannya,
perencanaan makan ini sesuai memberi informasi pada keluarga untuk
indikasi memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Observasi tanda-tanda Karena metabolisme KH mulai terjadi dan
hipoglikemi, spt: perubahan sementara tetap diberikan insulin maka
tingkat kesadaran, kulit hipoglikemi dapat terjadi
dingin, nadi cepat, lapar,
peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing, sempoyongan
Pantau pemeriksaan lab, spt: Gula darah akan menurun perlahan dengan
gula darah, albumin pergantian cairan dan terapi insulin
Lakukan konsultasi dengan terkontrol.
ahli diet Bermanfaat dalam penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Lampiran 2 Catatan Perkembangan

Pre Operasi
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 29 Mei 2013
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut Mengkaji skala nyeri yang S:
Data Subyektif: dirasakan oleh klien Klien mengatakan nyeri pada
Klien mengatakan Mengajarkan teknik lengan kanan saat klien
nyeri pada tangan relaksasi napas dalam berusaha melakukan
kanan jika klien untuk mengurangi nyeri mobilisasi
melakukan Menganjurkan klien Klien mengatakan sakit
pergerakkan mengambil posisi yang kepala
Klien mengatakan nyaman O:
sakit kepala Menganjurkan klien untuk Keadaan umum: sedang,
immobilisasi lengan yang kesadaran CM
Data Obyektif: sakit Tekanan Darah: 100/70
Ekspersi wajah Meninggikan bagian mmHg
tampak meringis ekstrimitas yang fraktur Nadi: 80 x/menit
kesakitan saat klien Menganjurkan klien untuk Suhu: 37,1C
mencoba bergerak istirahat Skala nyeri 6-7 (0-10)
Klien tampak Kolaborasi pemberian dengan nyeri terasa hilang
melindungi area analgesik: ketorolac 30 mg timbul dan kadang terasa
yang sakit menjalar hingga ke bahu.
Skala Nyeri 6 pada Nyeri dirasakan berkurang
lengan kanan, nyeri jika klien istirahat di tempat
tidak menjalar dan tidur dan tidak melakukan
hilang timbul mobilisasi.
Skala sakit kepala 4, Klien tampak lebih rileks
gilang timbul dan setelah melakukan relaksasi
terasa berdenyut napas dalam
Hasil radiologi Ekspresi klien tampak
menunjukkan bahwa meringis saat terasa nyeri
klien mengalami A:
closed fraktur masalah nyeri belum teratasi
humerus dextra P:
Motivasi penggunaan teknik
relaksasi napas dalam
Monitor tanda-tanda vital
Monitor keluhan nyeri
Anjurkan klien mengambil

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
posisi yang nyaman
Anjurkan klien untuk
istirahat dan immobilisasi
bagian lengan yang sakit
Hambatan mobilitas fisik Mendorong klien untuk S:
berhubungan dengan immobilisasi tangan yang Klien mengatakan kesulitan
fraktur fraktur untuk bergerak
Data Subyektif: Mendorong partisipasi Klien mengatakan sakit saat
Klien mengatakan klien dalam melakukan berusaha untuk melakukan
ia kurang aktivitas pergerakan
bergerak dan Memfasilitasi dan Klien mengatakan pusing
aktifitas banyak mengajarkan latihan jika terlalu sering berubah
dilakukan di rentang gerak aktif dan posisi
tempat tidur dan aktif asistif O:
banyak dibantu. Membantu klien dalam Kekuatan otot:
Data Obyektif: melakukan mobilisasi 43-- 5555
Terdapat closed Memfasilitasi dan 5555 5555
fraktur humerus mendorong klien dalam Klien tampak menghabiskan
dextra melakukan personal waktu di tempat tidur
Klien tampak hygiene. Klien tampak takut
kesulitan Mengkaji kekuatan otot melakukan mobilisasi
melakukan klien Klien tampak mengikuti
pergerakan instruksi perawat dalam
ROM pda tangan melakukan latihan rentang
kanan terbatas pergerakan sendi
A: masalah teratasi sebagian
Klien hanya mampu melakukan
kegiatan di tempat tidur dengan
bantuan perawat dan keluarga,
latigan rentang gerak minimal.
P:
Mendorong dan membantu
klien melakukan aktivitas
Membantu klien dalam
melakukan mobilisasi
Dorong dan fasilitasi klien
melakukan latihan rentang
pergerakan sendi
Bantu klien dalam memenuhi
ADL

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Risiko Mengkaji kebiasaan makan S:
ketidakseimbangan klien Klien mengatakan kadang-
nutrisi: kurang dari Mengkaji makanan yang kadang masih mual dan
kebutuhan tubuh b.d disukai dan tidak disukai sampai muntah
mual, muntah, dan klien Klien mengatakan tidak
penurunan nafsu makan Mendorong klien untuk nafsu makan
Data Subyektif: makan makanan yang Klien mengatakan badan
Klien mengatakan disukai terasa lemas
mual dan muntah Mendorong klien untuk O:
Klien mengatakan makan sedikit tapi sering Klien tampak lemas dan
nafsu makan Kolaborasi pemberian obat tidak bersemangat
menurun mual: ondancentron Tampak makanan klien tidak
Data Obyektif: Kolaborasi penentuan dihabiskan
Klien tampak program diet dan pola Mual (+), muntah (+)
lemah makan pasien dan A: masalah belum terjadi namun
Tampak makanan bandingkan dengan berisiko untuk terjadi jika tidak
klien tidak habis makanan yang dapat ditangani.
dan sisa 2/3 porsi dihabiskan pasien P:
Timbang berat badan klien
Kaji status nutrisi klien
Pantau adanya mual dan
muntah
Motivasi klien untuk makan
sedikit tapi sering
Berikan makanan yang
disukai oleh klien

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 31 Mei 2013
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut Mengkaji skala nyeri yang S:
Data Subyektif: dirasakan oleh klien Klien mengatakan nyeri pada
Klien mengatakan Motivasi penggunaan lengan kanan sudah
nyeri pada tangan teknik relaksasi napas berkurang
kanan jika klien dalam untuk mengurangi Klien mengatakan sudah
melakukan nyeri tidak mengalami sakit kepala
pergerakkan Monitor tanda-tanda vital Klien mengatakan sudah
Klien mengatakan Mengajarkan teknik melakukan teknik relaksasi
sakit kepala distraksi untuk mengurangi jika terasa nyeri
nyeri O:
Data Obyektif: Menganjurkan klien untuk Keadaan umum sedang,
Ekspersi wajah tetap mengimmobilisasi kesadaran compos mentis
tampak meringis lengan yang fraktur Tekanan darah: 90/60 mmHg
kesakitan saat klien Kolaborasi pemberian Nadi: 76 x/menit
mencoba bergerak analgesik: ketorolac 30 mg Suhu+ 36,8C
Klien tampak Skala nyeri 3-4 (0-10)
melindungi area dengan nyeri terasa hilang
yang sakit timbul pada lengan kanan
Skala Nyeri 6 pada dan terasa hilang jika
lengan kanan, nyeri diberikan analgesik:
tidak menjalar dan ketorolac 30 mg.
hilang timbul Lengan kanan sudah
Hasil radiologi diimmobilisasi dengan
menunjukkan bahwa menggunakan arm sling
klien mengalami A: masalah nyeri teratasi
closed fraktur sebagian.
humerus dextra Nyeri yang dirasakan oleh klien
hilang dengan analgesic dan
berkurang dengan tarik napas
dalam.
P:
Monitor keluhan nyeri
Monitor tanda-tanda vital
Motivasi penggunaan teknik
relaksasi napas dalam dan
distraksi untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi pemberian
analgesik: ketorolac 30 mg

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Risiko Mendorong klien untuk S:
ketidakseimbangan makan makanan yang Klien mengatakan mual
nutrisi: kurang dari disukai sudah berkurang dan sudah
kebutuhan tubuh b.d Mendorong klien untuk tidak ada muntah
mual, muntah, dan makan sedikit tapi sering Klien mengatakan nafsu
penurunan nafsu makan Kolaborasi penentuan makan sudah mulai membaik
Data Subyektif: program diet dan pola O:
Klien mengatakan makan pasien dan Klien tampak lebih segar
mual dan muntah bandingkan dengan Tampak makanan klien
Klien mengatakan makanan yang dapat dihabiskan 2/3 porsi
nafsu makan dihabiskan pasien Mual (+), muntah (-)
menurun Menimbang BB klien BB = 46 kg
Data Obyektif: A: masalah belum terjadi namun
Klien tampak berisiko untuk terjadi jika tidak
lemah ditangani.
Tampak makanan P:
klien tidak habis Pantau adanya mual dan
dan sisa 2/3 porsi muntah
Motivasi klien untuk makan
sedikit tapi sering
Berikan makanan yang
disukai oleh klien
Hambatan mobilitas fisik Mendorong partisipasi S:
berhubungan dengan klien dalam melakukan Klien mengatakan sudah
fraktur aktivitas mulai turun dari tempat tidur
Data Subyektif: Mengkaji kekuatan otot Klien mengatakan masih
Klien mengatakan klien sakit saat berusaha untuk
ia kurang Memfasilitasi dan melakukan pergerakan
bergerak dan mengajarkan latihan O:
aktifitas banyak rentang gerak aktif dan Kekuatan otot:
dilakukan di aktif asistif pada 43-- 5555
tempat tidur dan ekstrimitas yang tidak 5555 5555
banyak dibantu. cedera Klien tampak sudah mulai
Data Obyektif: Memfasilitasi klien mampu melakukan
Terdapat closed melakukan latihan pergerakan dan aktivitas
fraktur humerus pergerakan pada dengan dibantu oleh perawat
dextra pergelangan tangan dan dan keluarga
Klien tampak jari-jari tangan yang Klien tampak mengikuti
kesulitan terkena fraktur instruksi perawat dalam
melakukan Membantu klien dalam melakukan latihan rentang

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
pergerakan melakukan mobilisasi pergerakan sendi
ROM pda tangan Memfasilitasi dan Klien tampak berusaha
kanan terbatas mendorong klien dalam melakukan latihan
melakukan personal pergerakan pada pergelangan
hygiene. tangan dan jari-jari.
A: masalah teratasi sebagian,
Latihan rentang gerak sudah
mampu dilakukan dengan
bantuan perawat pada ekstrimitas
yang tidak cedera, dan klien
sudah mampu melakukan latihan
rentang gerak pada jari-jari dan
pergelangan tangan yang fraktur
P:
Membantu klien dalam
melakukan mobilisasi
Dorong dan fasilitasi klien
melakukan latihan rentang
pergerakan sendi
Bantu klien dalam memenuhi
ADL dan personal hygiene

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 01 Juni 2013
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut Memantau keluhan nyeri S:
Data Subyektif: Motivasi penggunaan Klien mengatakan nyeri
Klien mengatakan teknik relaksasi napas masih ada namun sudah
nyeri pada tangan dalam dan distraksi untuk berkurang dan jarang timbul
kanan jika klien mengatasi nyeri Klien mengatakan
melakukan Mendorong klien untuk mengurangi nyeri dengan
pergerakkan mrngambil posisi yang berbincang-bincang dengan
Klien mengatakan nyaman dan meninggikan orang lain.
sakit kepala bagian yang sakit O:
Menganjurkan klien untuk Klien tampak lebih rileks
Data Obyektif: istirahat Ekspresi klien tampak tenang
Ekspersi wajah Kolaborasi pemberian Keadaan umum baik,
tampak meringis analgesic: ketorolac 30 mg kesadaran compos mentis
kesakitan saat klien Tekanan darah: 100/80
mencoba bergerak mmHg
Klien tampak Nadi: 92 x/menit
melindungi area Suhu 36,5C
yang sakit Skala nyeri 3 (0-10) pada
Skala Nyeri 6 pada lengan kanan dan tidak
lengan kanan, nyeri menjalar. Nyeri hilag timbul
tidak menjalar dan dan terasa hilang jika
hilang timbul diberikan analgesic serta
Hasil radiologi berkurang dengan teknik
menunjukkan bahwa distraksi.
klien mengalami Klien tampak berhati-hati
closed fraktur dalam melakukan mobilisasi.
humerus dextra A: masalah teratasi sebagian
Nyeri yang dirasakan klien
berkurang dengan teknik napas
dalam dan distraksi.
P:
Pantau keluhan nyeri
Pantau tanda-tanda vital,
kesadaran dan keadaan
umum
Motivasi dan dorong
penggunaan teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi
dalam mengatasi nyeri.

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Kolaboasi pemberian
analgesic: ketorolac 30 mg
jika nyeri.
Risiko Mendorong klien untuk S:
ketidakseimbangan makan makanan yang Klien mengatakan mual dan
nutrisi: kurang dari disukai muntah sudah tidak ada
kebutuhan tubuh b.d Mendorong klien untuk Klien mengatakan nafsu
mual, muntah, dan makan sedikit tapi sering makan sudah baik dan
penurunan nafsu makan Kolaborasi pemberian kembali seperti biasanya
Data Subyektif: program diet dan pola O:
Klien mengatakan makan pasien dan Klien tampak lebih segar
mual dan muntah bandingkan dengan Tampak makanan klien
Klien mengatakan makanan yang dapat habus
nafsu makan menurun dihabiskan pasien Mual (-), muntah (-)
Data Obyektif: BB = 46 kg
Klien tampak lemah A: masalah teratasi
Tampak makanan P:
klien tidak habis dan -
sisa 2/3 porsi
Hambatan mobilitas fisik Mendorong partisipasi S:
berhubungan dengan klien dalam melakukan Klien mengatakan sudah
fraktur aktivitas melakukan mobilisasi duduk-
Data Subyektif: Mengkaji kekuatan otot jalan
Klien mengatakan klien O:
ia kurang Memfasilitasi latihan Kekuatan otot:
bergerak dan rentang gerak aktif dan 43-- 5555
aktifitas banyak aktif asistif pada 5555 5555
dilakukan di ekstrimitas yang tidak Klien tampak mampu
tempat tidur dan cedera melakukan pergerakan dan
banyak dibantu. Memfasilitasi klien aktivitas dengan dibantu oleh
Data Obyektif: melakukan latihan perawat dan keluarga
Terdapat closed pergerakan pada Klien tampak mengikuti
fraktur humerus pergelangan tangan dan instruksi perawat dalam
dextra jari-jari tangan yang melakukan latihan rentang
Klien tampak terkena fraktur pergerakan sendi
kesulitan Membantu klien dalam Klien tampak berusaha
melakukan melakukan mobilisasi melakukan latihan
pergerakan Mengajarkan klien latihan pergerakan pada pergelangan
ROM pda tangan isometrik tangan dan jari-jari.
kanan terbatas Memfasilitasi dan Klien melakukan latihan

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
mendorong klien dalam isometric sesuai instruksi
melakukan personal perawat
hygiene. A: masalah teratasi sebagian
Klien mampu melakukan
mobilisasi duduk jalan dengan
bantuan. Latihan gerak sudah
bisa dilakukan secara aktif pada
ekstrimitas yang tidak cedera,
dan latihan isometric pada
lengan yang cedera dilakukan
dengan bantuan perawat.
P:
Membantu klien dalam
melakukan mobilisasi
Dorong dan fasilitasi klien
melakukan latihan rentang
pergerakan sendi dan latihan
isometrik
Bantu klien dalam memenuhi
ADL dan personal hygiene
Dorong klien melakukan
mobilisasi jalan

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Pasca Operasi
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 03 Juni 2013
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut Memantau keluhan nyeri S:
Data Subyektif: Motivasi penggunaan Klien mengatakan nyeri pada
Klien mengatakan teknik relaksasi napas luka post operasi pada lengan
nyeri pada luka dalam dan distraksi untuk kanan.
operasi pada tangan mengatasi nyeri O:
kanan Mendorong klien untuk Klien tampak meringis
mrngambil posisi yang Ekspresi klien tampak
Data Obyektif: nyaman dan meninggikan menahan sakit
Ekspersi wajah bagian yang sakit Keadaan umum sedang,
tampak meringis Menganjurkan klien untuk kesadaran compos mentis
kesakitan istirahat Tekanan darah: 90/60 mmHg
Klien tampak Kolaborasi pemberian Nadi: 88 x/menit
melindungi area analgesic: ketorolac 30 mg Suhu 36,0 C
yang sakit Skala nyeri 6-7 (0-10) pada
Skala Nyeri 6-7 (0- luka post operasi di lengan
10) pada lengan kanan dan tidak menjalar.
kanan, nyeri tidak Nyeri hilag timbul dan terasa
menjalar, terasa berdenyut.
berdenyut dan hilang Klien tampak berhati-hati
timbul dalam melakukan mobilisasi.
Hasil radiologi A: masalah teratasi sebagian
menunjukkan bahwa Nyeri yang dirasakan hilang
klien mengalami dengan analgesic.
closed fraktur P:
humerus dextra post Pantau keluhan nyeri
ORIF Pantau tanda-tanda vital,
kesadaran dan keadaan
umum
Motivasi dan dorong
penggunaan teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi
dalam mengatasi nyeri.
Kolaboasi pemberian
analgesic: ketorolac 30 mg
jika nyeri.
Hambatan mobilitas fisik Mendorong klien untuk S:
berhubungan dengan melakukan pergerakan Klien mengatakan masih

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
fraktur sedikit demi sedikit lemas dan sulit untuk
Data Subyektif: Mengkaji kekuatan otot bergerak
Klien mengatakan klien Klien mengatakan kaki masih
masih lemas untuk Memfasilitasi klien terasa lemas, kaku dan berat
melakukan melakukan latihan O:
pergerakan pergerakan pada Kekuatan otot:
Klien mengatakan pergelangan tangan dan 43-- 5555
kaki masih terasa jari-jari tangan post ORIF 5555 5555
kaku dan berat Membantu klien dalam Klien tampak hanya tidur dan
Data Obyektif: melakukan mobilisasi istirahat di tempat tidur
Terdapat closed Memfasilitasi dan Klien tampak berusaha
fraktur humerus mendorong klien dalam melakukan latihan
dextra post ORIF melakukan personal pergerakan pada pergelangan
Klien tampak hygiene. tangan dan jari-jari.
kesulitan melakukan Klien tampak dibantu leh
pergerakan keluarga dalam melakukan
ROM pda tangan ADL
kanan terbatas A: masalah teratasi sebagian
Kemampuan mobilisasi klien
pasca operasi masih minimal.
Klien mulai melakukan latihan
pergerakan sendi pada
ekstrimitas bawah.
P:
Membantu klien dalam
melakukan mobilisasi
Dorong dan fasilitasi klien
melakukan latihan rentang
pergerakan sendi
Bantu klien dalam memenuhi
ADL dan personal hygiene
Dorong klien melakukan
mobilisasi duduk

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 04 Juni 2013

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)


Nyeri akut Memantau keluhan nyeri S:
Data Subyektif: Observasi kondisi umum Klien mengatakan masih
Klien mengatakan klien nyeri pada luka post operasi
nyeri pada luka Motivasi penggunaan pada lengan kanan namun
operasi pada tangan teknik relaksasi napas sudah berkurang.
kanan dalam dan distraksi untuk O:
mengatasi nyeri Klien tampak lebih tenang
Data Obyektif: Mendorong klien untuk Ekspresi klien tampak lebih
Ekspersi wajah mengambil posisi yang rileks
tampak meringis nyaman dan meninggikan Keadaan umum baik,
kesakitan bagian yang sakit kesadaran compos mentis
Klien tampak Tekanan darah: 90/70 mmHg
melindungi area Nadi: 72 x/menit
yang sakit Suhu 38,7 C
Skala Nyeri 6-7 (0- Skala nyeri 3-4 (0-10) pada
10) pada lengan luka post operasi di lengan
kanan, nyeri tidak kanan dan tidak menjalar.
menjalar, terasa Nyeri jarang muncul dan
berdenyut dan hilang hilang dengan distraksi dan
timbul napas dalam
Hasil radiologi Klien sudah mulai
menunjukkan bahwa melakukan mobilisasi duduk-
klien mengalami jalan.
closed fraktur A: masalah teratasi sebagian
humerus dextra post Nyari yang dirasakan klien
ORIF berkurang dengan teknik
distraksi dan napas dalam
P:
Pantau keluhan nyeri
Pantau tanda-tanda vital,
kesadaran dan keadaan
umum
Motivasi dan dorong
penggunaan teknik relaksasi
napas dalam dan distraksi
dalam mengatasi nyeri.
Hambatan mobilitas fisik Mengajarkan latihan S:
berhubungan dengan

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
fraktur ekstrimitas post ORIF klien mengatakan sudah
Data Subyektif: Mendorong klien untuk melakukan mobilisasi duduk
Klien mengatakan tidak menggunakan lengan dan kadang sudah mulai
masih lemas untuk kanan (post op) untuk jalan.
melakukan beraktifitas/immobilisasi Klien mengatakan kadang
pergerakan Mengkaji kekuatan otot terasa nyeri pada luka post op
Data Obyektif: Membantu klien saat klien berusaha merubah
Terdapat closed menggunaka armsling posisi
fraktur humerus Memotivasi klien Klien mengatakan tangan
dextra post ORIF melakukan mobilisasi jalan kanan terasa kaku
Klien tampak Memotivasi klien melakuka O:
kesulitan melakukan latihan rentang gerak aktif Latihan tangan post ORIF
pergerakan sudah mulai dilakukan pada
ROM pda tangan jari dan pergelangan tangan.
kanan terbatas Klien tampak berhati-hati
menggerakkan jari-jari dan
pergelangan tangan kanan
Klien menggunakan armsling
pada lengan kanan untuk
mempertahankan
immobilisasi pada humerus
dextra)
Kekuatan otot:
43-- 5555
5555 5555
A: masalah teratasi sebagian
Latihan RPS sudah mampu
dilakukan klien secara mandiri.
Klien sudah mampu mobilisasi
duduk jalan dengan bantuan.
Klien sudah diajarkan tentang
latihan tangan post ORIF.
P:
Bantu klien dalam
pemenuhan ADL
Motivasi klien melakukan
mobilisasi
Motivasi klien melakukan
latihan pergerakan post ORIF
dan latihan rentang gerak

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)

Hipertermi Monitor TTV S:


Data subyektif: Kaji keluhan demam dan Klien mengatakan lemas dan
Klien mengatakan pusing demam
demam dan Menganjurkan klien untuk O:
menggigil banyak minum air putih Suhu 37,6 C setelah
Data Objektif Memberikan kompres diberikan kompres hangat
Suhu Suhu 38,7 C hangat dan antipiretik
Tubuh klien teraba Membantu klien mengganti Demam mulai turun
demam pakaian Klien tampak tertidur
Kolabirasi pemberian A: masalah teratasi
antipiretik: paracetamol
150 mg P:
Motivasi klien banyak
minum dan istirahat
Pantau adanya keluhan
demam dan tanda-tanda vital

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Catatan Perkembangan Ny. S tanggal 05 Juni 2013
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut Memantau keluhan nyeri S:
Data Subyektif: Observasi kondisi umum Klien mengatakan nyeri
Klien mengatakan klien sudah jarang timbul dan
nyeri pada luka Motivasi penggunaan berkurang.
operasi pada tangan teknik relaksasi napas O:
kanan dalam dan distraksi untuk Klien tampak tenang
mengatasi nyeri Ekspresi klien tampak rileks
Data Obyektif: Mendorong klien untuk Keadaan umum baik,
Ekspersi wajah mengambil posisi yang kesadaran compos mentis
tampak meringis nyaman Tekanan darah: 90/70 mmHg
kesakitan Menganjurkan klien untuk Nadi: 82 x/menit
Klien tampak melakukan teknik relaksasi Suhu 36,4 C
melindungi area jika mengalami nyeri di Skala nyeri 1-2 (0-10) pada
yang sakit rumah luka post operasi di lengan
Skala Nyeri 6-7 (0- kanan dan tidak menjalar.
10) pada lengan Nyeri jarang muncul dan
kanan, nyeri tidak hilang dengan distraksi dan
menjalar, terasa napas dalam
berdenyut dan hilang A: masalah teratasi
timbul Nyeri yang dirasakan klien
Hasil radiologi minimal dan jarang muncul.
menunjukkan bahwa Klien sudah mempu
klien mengalami mengendalikan nyeri dengan
closed fraktur teknik manajemen nyeri.
humerus dextra post P: tidak ada perencanaan
ORIF tindakan keperawatan karena
klien pulang
Hambatan mobilitas fisik Mengajarkan latihan S:
berhubungan dengan ekstrimitas post ORIF klien mengatakan sudah
fraktur Mendorong klien untuk melakukan mobilisasi duduk
Data Subyektif: tidak menggunakan lengan dan sudah mulai jalan.
Klien mengatakan kanan (post op) untuk Klien mengatakan kadang
masih lemas untuk beraktifitas/immobilisasi terasa nyeri pada luka post op
melakukan Mengkaji kekuatan otot saat klien berusaha merubah
pergerakan Membantu klien posisi
Data Obyektif: menggunaka armsling Klien mengatakan tangan
Terdapat closed Memotivasi klien kanan terasa kaku
fraktur humerus melakukan mobilisasi jalan O:
dextra post ORIF Memotivasi klien Latihan tangan post ORIF

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


Lampiran 2
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Klien tampak melakukan latihan rentang sudah mulai dilakukan pada
kesulitan melakukan gerak aktif di rumah jari dan pergelangan tangan.
pergerakan Menganjurkan klien untuk Klien menggunakan armsling
ROM pda tangan tidak menggunakan lengan pada lengan kanan untuk
kanan terbatas kanan dalam membawa mempertahankan
beban immobilisasi pada humerus
Menganjurkan klien untuk dextra)
tidak membawa kendaraan Klien sudah mulai
Menganjurkan klien untuk melakukan mobilisasi jalan.
banyak mengkonsumsi Klien tampak sudah mampu
kalsium dan vitamin D melakukan aktivitas
Discharge planning tentang Kekuatan otot:
modifikasi lingkungan 43-- 5555
klien agarb kejadian jatuh 5555 5555
tidak terulang kembali A: masalah teratasi
Kemampuan mobilisasi klien
sudah mandiri. Tangan kanan
masih diimmobilisasi dengan
armsling dank lien telah
diajarkan latihan yang dilakukan
selama dirumah.
P: Tidak ada perencanaan
tindakan keperawatan karena
klien pulang
Risiko kerusakan Monitor TTV S: -
intergritas kulit Mengkaji kondisi luka O:
berhubungan dengan luka Melakukan perawatan dan Luka post operasi bersih,
post operasi penggantian balutan luka tidak ada pus dan tanda-tanda
Data subyektif: Memotivasi klien untuk infeksi, tidak ada rembes dan
- memperhatikan kondisi darah
Data Objektif luka Ganti balutan (+)
Tampak luka post Memberikan edukasi Klien tampak mendengarkan
operasi pada lengan tentang pentingnya penjelasan perawat
kanan menjaga kebersihan luka Klien tampak sedikit tegang
dan menganjurkan untuk saat dilakukan perawatan
mengganti balutan luka di luka
pelayanan kesehatan A: masalah teratasi
terdekat. P:
Tidak ada perencanaan tindakan
keperawatan karena klien pulang

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


PERAWATAN FRAKTUR ( PATAH TULANG) DI RUMAH

Harus dilakukan Tidak boleh dilakukan

Jangan melakukan
Banyak mengkonsumsi aktivitas yang berat
makanan yang Menjaga kebersihan luka dan hindari
mengandung kalsium dan lindungi dari terkena membawa beban
dan vitamin D air pada bagian yang
patah

Menggunakan penyangga Tidak mengendarai


Melakukan latihan tangan atau alat bantu kendaraan apapun
pergerakan berjalan dalam melakukan
sampai diizinkan
ekstrimitas setelah aktivitas sampai waktu yang
operasi (terlampir) telah ditentukan oleh dokter

Kembali jika....
Demam lebih dari 38,5 C
Lanjutkan minum obat Nyeri yang sangat hebat pada bagian yang patah
sesuai dengan yang Kaki/tangan bagian yang patah terasa dingin, pucat dan kaku
diresepkan Terjadi perdarahan pada luka operasi

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DI RUMAH

Banyak mengkonsumsi Jangan melakukan Tidak mengendarai


makanan yang aktivitas yang berat kendaraan apapun
mengandung kalsium dan hindari
sampai diizinkan oleh
dan vitamin D membawa beban
pada bagian yang dokter
patah
Menggunakan penyangga
tangan dalam melakukan
aktivitas sampai waktu yang Memperhatikan kondisi lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh saat
telah ditentukan melakukan aktivitas. Pencegahan kejadian jatuh dan fraktur berulang di
rumah (NPSA, 2007: NHS, 2009):
Memastikan dan meningkatkan pencahayaan (terang)
Tidak mengkonsumsi obat Menghindari berjalan di lantai yang licin, karpet yang mudah selip,
yang dapat menyebabkan
kantuk pada saat akan mela- kabel
kukan aktivitas Berhati-hati dalam menuruni tangga
Meminta bantuan jika kesulitan melakukan aktivitas

Sumber:
NHS. (2009). The Prevention of Falls in the Community Hospital and Intermediate Care Setting Information Pack. Diunduh dari
http://www.bhps.org.uk/falls/healthprofinfo.htm pada 11 Juli 2013.
Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI:
LATIHAN ISOMETRIK PADA TANGAN YANG FRAKTUR
Hal yang perlu diperhatikan:
Diberikan semenjak sebelum prosedur operasi diberikan
Penyangga tangan (Arm sling) harus dipakai untuk mempertahankan immobilisasi.
Selama melakukan latihan, postur tubuh harus dalam keadaan tegap.
Lakukan latihan 3 kali sehari

Gambar Latihan Isometrik

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI:
LATIHAN ISOTONIK PADA EKSTRIMITAS YANG TIDAK CEDERA
Tujuan: mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot, memelihara mo-
bilitas persendian , merangsang sirkulasi darah, Mencegah kelainan bentuk, keka-
kuan dan kontraktur


Gerakkan dagu ke leher
Angkat lengan dari sisi ke atas kepala klien dan Angkat len-
Miringkan kepala ke arah masing-masing bahu
gan ke atas kepala dengan telapak menghadap atas
Putar kepala dengan gerakan memutar Gerakkan tangan menjauhi tubuh sejauh mungkin
Posisi kepala kembali dalam posisi tegak Rotasi bahu secara internal dan eksternal dengan melakukan
fleksi siku dan menggerakkan lengan bawah sehingga telapak
tangan menyentuh tempat tidur, kemudian gerakkan sebali-
Tekuk siku sehingga lengan knya sehingga punggung tangan klien menyentuh tempat
bawah menyentuh bahu tidur
Gerakkan bahu dengan gerakkan memutar penuh

Gerakkan tangan menghadap sisi dalam lengan bawah


Tekuk permukaaan punggung tangan ke belakang
Pergelangan tangan menekuk menghadap ibu jari
Pergelangan tangan menekuk menghadap kelingking
Buat tinju dan buka jari-jari
Lebarkan jari-jari bersama-sama
Gerakkan
Nicky
Efektivitas latihan..., Anelia, FIKibu jari kearah kelingking
UI, 2013
LATIHAN KEKUATAN OTOT PRE OPERASI:
LATIHAN ISOTONIK PADA EKSTRIMITAS YANG TIDAK CEDERA

Tekuk pergelangan kaki ke atas dan bawah


Angkat kaki dan tekuk lutut menuju dada
Tekuk jari-jari ke atas dan bawah
Gerakkan kaki menjauhi tubuh dan kembali
Lebarkan jari kaki kemudian rapatkan
mendekati tubuh
Putar telapak kaki ke arah medial / tengah
Rotasi panggul secara internal dan eksternal den-
Putar telapak kaki ke arah lateral / samping
gan memutar kaki ke dalam dan keluar

Sumber gambar:
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/isometric+exercise
http://helid.digicollection.org/en/d/Jwho43e/7.2.1.1.html

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


LATIHAN EKSTRIMITAS POST ORIF TANGAN

Hal yang perlu diperhatikan:


Penyangga tangan (Arm sling) harus dipakai selama 3 minggu setelah operasi.
Setelah 3 minggu, penyangga boleh dibuka saat malam hari jika sudah terasa nyaman.
Selama melakukan latihan, postur tubuh harus dalam keadaan tegap.
Lakukan latihan 3 kali sehari

Langkah-langkah dalam melakukan latihan post orif:

1. Miringkan kepala ke arah salah 2. Tekuk dan luruskan siku tangan 3. Tekuk permukaan punggung
satu bahu sampai terasa pere- secara bergantian hingga lengan tangan kebelakang kemudian
gangan pada bagian bahu bawah bersentuhan dengan luruskan kembali dan lanjutkan
yang berlawanan. Tahan sam-
bahu. Ulangi sebanyak 10 kali dengan menekuk kearah depan.
pai 15-20 detik. Ulangi sampai
3 kali ulangi sebanyak 10 kali

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013


LATIHAN EKSTRIMITAS POST ORIF TANGAN
Langkah-langkah dalam melakukan latihan post orif:

4. Gerakkan tangan menghadap 5. Gerakkan ibu jari dari satu jari 6. Buka dan tutup pergelangan
sisi kanan dalam lengan bawah ke jari lain, ulangi sebanyak 5 tangan. Ulangi sebanyak 10 kali
dan kemudian balikkan kali
menghadap ke arah atas, ulangi
sebanyak 10 kali
7. Lakukan saat posisi duduk ataupun berdiri, tarik lengan atas
ke arah sisi tubuh dengan siku mengarah keluar sisi tubuh.
Ulangi sebanyak 10 kali. Hentikan bila terasa nyeri.

8. Lakukan saat posisi duduk ataupun berdiri bantu meng-


gerakkan tangan yang patah (fraktur) dengan tangan yang
sehat. Lakukan bila tidak terasa nyeri dan ulangi sebanyak
10 kali.

Sumber:
Babst, R., & Brunner, F. (2007). Plating in proximal humeral fractures. European
Journal of Trauma and Emergency Surgery,33(4), 345-356. doi:http://
dx.doi.org/10.1007/s00068-007-7087-4
Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013
Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Biodata

Nama : Nicky Anelia


Tempat/Tanggal Lahir : Batusangkar/24 Desember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Golongan Darah :A
Alamat : Jl. Kecapi, No. 50A RT 001/03 Kelurahan
Pondok Cina Kecamatan Beji Depok 16424
Jl. Lasykar Koto Gadis Lima Kaum Batusangkar
Kabupaten Tanah Datar 27214
Telepon/HP : 085274225085
Email : nickyanelia@rocketmail.com
nicky.anelia@alumni.ui.ac.id

II. Riwayat Pendidikan


1. TK Sejati Piliang Lima Kaum Batusangkar : 1995-1996
2. SDN 27 Dusun Tuo Lima Kaum Batusangkar : 1996-2002
3. MTsN Batusangkar : 2002-2005
4. MAN 2 Batusangkar : 2005-2008
5. S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia : 2008-2012
6. Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia :2012 - 2013

Efektivitas latihan..., Nicky Anelia, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai