Anda di halaman 1dari 4

Tambang Batubara ,Inilah Parameter Lengkap

Untuk Kualitas Batubara


Pengetahuan tentang batubara dan manfaatnya, diharapkan tidak hanya dipandang
sebagai komoditas belaka saja, tapi yang lebih penting adalah batubara merupakan salah
satu sumber daya strategis bagi keamanan energi di dalam negeri.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan batubara yang besar,
yaitu sekitar 38,8 milyar ton dimana 70 persen merupakan batubara muda dan 30 persen
sisanya adalah batubara kualitas tinggi. Potensi ini hendaknya disadari oleh segenap
lapisan masyarakat sehingga pengelolaan batubara secara optimal untuk kepentingan
bangsa dapat terus dipantau dan diperhatikan bersama-sama.

Tambang Batubara ,Inilah Parameter Lengkap Untuk Kualitas


Batubara
Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah kalori, kadar
kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon, kadar sulfur, ukuran, dan
tingkat ketergerusan, di samping parameter lain seperti analisis unsur yang terdapat
dalam abu (SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dll), analisis komposisi sulfur (pyritic sulfur,
sulfate sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu (ash fusion temperature).

Mengambil contoh pembangkit listrik tenaga uap batubara (Gambar 1), pengaruh-
pengaruh parameter di atas terhadap peralatan pembangkitan listrik adalah sebagai
berikut:

1. Kalori (Calorific Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/kg)

CV sangat berpengaruh terhadap pengoperasian pulveriser/mill, pipa batubara, dan


windbox, serta burner. Semakin tinggi CV maka aliran batubara setiap jam-nya semakin
rendah sehingga kecepatan coal feederharus disesuaikan.

Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan yang sama, maka
dengan CV yang tinggi menyebabkan pulveriser akan beroperasi di bawah kapasitas
normalnya (menurut desain), atau dengan kata lain operating ratio-nya menjadi lebih
rendah.

2. Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen)

Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) daninherent moisture
(IM). Adapun jumlah dari keduanya disebut dengan total moisture (TM). Kadar
kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya. Batubara berkadar
kelembaban tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak untuk mengeringkan
batubara tersebut pada suhu yang ditetapkan oleh output pulveriser.

3. Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen)

Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Penilaian


tersebut didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed
carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio).
Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar
juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1.2, maka pengapian
akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.

4. Kadar abu (Ash content, satuan persen)

Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah
konversi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai 80 persen dan
abu dasar sebanyak 20 persen. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan
mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.

5. Kadar karbon (Fixed Carbon atau FC, satuan persen)

Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah kadar air
(kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah seiring
dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai
perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana
dijelaskan di atas.

6. Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen)

Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate sulfur, dan organic
sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan sulfur dalam batubara dinyatakan
dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin
yang terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari
pada titik embun sulfur, di samping berpengaruh terhadap efektivitas penangkapan abu
pada peralatanelectrostatic precipitator.

7. Ukuran (Coal size)

Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus (pulverized coal ataudust coal)
dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus untuk ukuran maksimum 3 milimeter,
sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 milimeter.

8. Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)

Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah,
kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya pula untuk
menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang sama

BB Sorong

Berdasarkan data BPS (2011), luas wilayah Kabupaten Sorong sekitar 7.415 km 2.
Jumlah penduduknya sekitar 73.088 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 9,86
jiwa/km2. Wilayah ini memiliki sumber daya mineral yang cukup bervariasi seperti
batugamping, tanah liat, pasir besi, nikel, pasir dan batu, tembaga, kromit dan
batubara (Distamben Papua Barat, 2012).

Batubara banyak dijumpai di wilayah ini dengan penyebaran diperkirakan cukup luas,
diantaranya di Distrik Salawati. Adapun formasi pembawa batubara tersebut
diperkirakan adalah Formasi Konglomerat Sele, namun sebagian formasi ini tertutup
oleh endapan aluvial. Dari singkapan-singkapan batubara yang dapat dijumpai dengan
ketebalan yang bervariasi mulai yang paling tipis 0,40 m sampai 2 m. Kenampakan
secara fisik diperkirakan batubara di sini tergolong batubara muda.
Berdasarkan data dari penyelidik terdahulu dan penyebaran formasi pembawa
batubara, diperkirakan sumber daya batubara ini dapat mencapai ratusan juta metrik
ton (Abdullah dkk, 2012). Secara fisik batubara yang terdapat di wilayah Kabupaten
Sorong adalah memiliki warna hitam kecoklatan, sedikit getas, relatf ringan, jadi secara
umum lapisan batubara cenderung memiliki arah timurlaut-barat daya.

Lebih lanjut Abdullah (2012) menyatakan bahwa batubara dengan nilai kalori sedang
(nilai kalori antara 5100-6100 kal/gr, adb) dijumpai sekitar daerah Klamono, dengan
sumber daya sebesar 13,00 juta ton. Formasi pembawa batubara yang berkembang
dikabupaten ini adalah formasi Klasman dan Steenkool.
Terkendala dengan infrastruktur, hingga saat ini potensi sumber daya di wilayah ini
belum diusahakan.

Pustaka :

Abdullah, S., Kusnardi, A., Haim, S., Turdjaja, D., Sarino, Turkana, D., 2012,
Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Sorong Dan
Manokwari Propinsi Papua, Subdit. Mineral Non Logam, Badan Geologi, Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.

Badan Pusat Statistik Papua Barat, 2011, Papua Barat Dalam Angka,
Manokwari.

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Barat, 2012, Data Potensi
Sumber Daya Bahan Galian Provinsi Papua Barat tahun 2010/2011.
Kabupaten Sorong memiliki potensi sumber daya alam bukan saja
minyak dan gas bumi saja, tapi aneka tambang lainnya, seperti
batubara yang baru pertama dilaunching, Rabu (11/6) hari ini, dan
dikirim ke Amurang, Sulawesi Utara, sebagai sumber energi PLN
Batubara.
Demikian dijelaskan Bupati Sorong Dr. Stepanus Malak, M.Si pada
acara pengapalan perdana bahan tambang tersebut, yang
berlangsung di Pelabuhan Container Arar, Rabu (11/6).
PT.Megapura Industri merupakan salah satu Investor yang
memenangkan tender untuk menambang batubara di daerah ini.
Meskipun hasil tambang batubara yang saat ini dalam tahap
pemuatan ke dalam tongkang dengan bobot 2.500 ton
belum memiliki kualitas super, akan tetapi sangat diyakini bahwa
batubara tersebut nantinya akan lebih bermutu lagi.
Mengingat tambang batubara tersebut jika dibor semakin dalam
maka tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan batubara
dengan kualitas yang sangat bagus.
Dengan hasil tambang tersebut akan dapat memberi masukan
pada daerah penghasil serta nantinya secara tidak langsung akan
dapat menumbuhkan perekonomian bagi masyarakat di
Kabupaten Sorong.(MC.Sorong/rim/toeb)
Sorong Kabupaten Sorong Papua menjadi salah satu penghasil tambang
Batubara yang tidak hanya diperuntukkan bagi daerah Papua sendiri, namun
hasil tambang tersebut juga dikirim keluar wilayah Papua.
Rencananya Kabupaten Sorong juga akan dijadikan sebagai daerah pemasok
batubara terbesar di kawasan timur Indonesia.
Hasil tambang tersebut akan dikirim ke Tidore, Maluku Utara, akan tetapi
waktunya diminta mundur, dan akhirnya kita alihkan ke Amurang, Sulawesi
Utara, kata Kepala Bagian Transportasi dan Pengelolaan Pelabuhan PLN
Batubara, Indra Pribadi, Rabu (11/6) seperti dilansir infopublik.
Indra menjelaskan bahwa ke depan daerah Tidore, Amurang dan Kendari
maupun daerah Indonesia lainnya tetap akan memerlukan batubara.
Selama ini batubara yang kita ambil adalah dari daerah Kalimantan Selatan.
Jika ditinjau dari sisi pembiayaan transportasi memang cukup mahal,
sambung Indra.
Lebih lanjut Indra menambahkan, dengan adanya sumber batubara dari
Kabupaten Sorong ini, maka ini akan sangat membantu termasuk lebih
efisien dari sisi transportasi.
Sementara dari sisi kualitas, rencananya kami akan mencampur kalori ini
untuk di Amurang, katanya.

Anda mungkin juga menyukai