Oleh :
Kartika Anggakusuma, S.Ked
I1A008061
Pembimbing :
Dr. Hardyan Sauqi, Sp.OG(K)
Agustus, 2015
Perbandingan Regimen Magnesium Sulfat Intramuskular dan Intravena
pada Manajemen Preeklamsi Berat dan Eklamsi.
Abstrak.
Latar belakang : tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan efikasi, efek
samping, serta prognosis terhadap ibu dan bayi antara regimen magnesium sulfat
dan IV, setiap kelompok terdiri dari 17 pasien eklamsi dan 24 pasien PEB.
yang terdiri dari 4 mg dosis awal, yang diberikan lebih dari 15 menit diikuti
pasien eklamsi dan 1/17 (5,88%) pada kelompok IM, yang tidak signifikan secara
statistik (P=1). Tidak terjadinya kejang pada kasus PEB manapun dari kedua
secara statistik (IM = 1/41 (2,43%) dan tidak terdapat mortalitas pada kelompok
hilangnya refleks patella di masa yang akan datang, terjadi pada kelompok IM
oliguria dan depresi laju pernapasan lebih terlihat pada kelompok IM, secara
statistik insignifikan.
selama masa persalinan dan nifas. Eklamsia sendiri menyumbang sekitar 50000
kematian ibu di dunia setiap tahunnya.1 Angka kejadian eklamsi pada negara maju
adalah satu dalam 2000 persalinan dan satu dalam 50-500 persalinan di negara
(preeklamsi dan eklamsi) adalah salah satu penyebab utama dari kematian ibu
harus ditatalaksana meskipun dalam koma yang dalam setelah kejang berulang di
rumah. Diantara prinsip manajemen tata laksana eklamsi, hal yang paling pertama
dan paling penting adalah mengkontrol konvulsi. Hasil dari banyak penelitian
dan Sibai Baha, keduanya telah mengajukan protokol yang terdiri dari infus
MgSO4 dapat dikontrol dan komplikasi akibat toksisitas MgSO4 dapat dicegah.
tidak diperlukan. Penelitian ini menyarankan estimasi serum dibatasi untuk kasus
kurang menyakitkan bagi pasien, dan rata-rata level magnesium yang dapat
tidak tersedianya alat set infus dan petugas perawat yang terlalu sibuk mengambil
contoh tingkat serum magnesium dengan jarak waktu yang terlalu sering, tidak
METODE.
sakit ini merupakan pusat rujukan daerah dan menyajikan populasi miskin dari
kondisi sosio-ekonomi yang buruk. Tujuan utama dari penelitian inni adaalah
meliputi cara persalinan. Prognosis perinatal meliputi skor APGAR, berat lahir
Kriteria inklusi yaitu wanita dengan hipertensi dan proteinuria berat yang akan
melahirkan, atau kurang dari 24 jam postpartum, atau kedua kriteria tersebut: 1.
didiagnosis dengan melihat riwayat kejang umum tonik klonik dengan atau tanpa
peningkatan tekanan darah dan proteinuria (metode dipstik) dan tidak adanya
penyakit yang mendasari terjadinya gangguan kejang setelah umur kehamilan 20
minggu.
dan eklamsi yang mempunyai penyakit gagal ginjal, edema pulmonal berat
MgSO4 dalam 100 ml cairan Ringer Laktat habis dalam waktu 20 menit, diikuti
MgSO4 IV dan 10 mg IM (5 mg bokong kiri dan kanan) sebagai dosis awal diikuti
setiap 4 jam. Kedua kelompok diberikan MgSO4 selama 24 jam setelah persalinan
atau 24 jam setelah kejang yang paling terakhir. Jika konvulsi terjadi diantara 4
jam setelah pemberian dosis awal dan masih terjadi kejang selanjutnya, maka
dosis tambahan 2mg magnesium sulfat IV diberikan secara pelan dan jadwal dosis
tanda dari toksisitas dengan mengobservasi refleks spontan patella, urine output,
dan laju pernapasan. Dengan melihat kondisi pasien, parameter klinis lainnya
Dosis pemeliharaan ditangguhkan jika refleks spontan patella tidak ada, atau
urine output <100 ml dalam 4 jam, atau laju pernapasan <16 kali/menit. Pada
semua kasus, riwayat yang lengkap terkait tekanan darah tinggi dan obat-obatan
yang diminum, sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri epigastrium, jumlah kejang,
harus dicatat.
pelvis dan skor bishop telah dilakukan. Penilaian laboratorium dinilai dengan
mengamati jenis darah dan tipe Rh, hemogram, hitung platelet, uji fungsi hati, uji
fungsi ginjal, serum elektrolit, profil koagulasi dan dan pemeriksaan fundus, dan
pemeriksaan protein urin. Setelah pasien stabil, induksi persalinan pada semua
kasus antepartum dan intrapartum dapat dilakukan.. Jika tekanan diastolik lebih
dari 110 mmHg, nifedipin oral 10 mg dapat diberikan pada preeklamsi berat dan
obstetrik. Berat lahir bayi, skor APGAR, dan prognosis neonatal harus dicatat.
Level serum magnesium tidak dapat dinilai karena tidak efektif dari segi biaya.
Statistik.
Sebuah analisis komparatif dibuat antara dua kelompok ini. Data dianalisis
ditampilkan sebagai angka dan persentase, data parametrik sebagai rata-rata, dan
Chi square untuk proporsi dan contoh independen dari Tes T, Batas angka
kepercayaan pada penelitian ini samapai 95%, nilai P 0,05 sebagai tingkat
HASIL
Angka eklamsi di rumah sakit kami sebesar 1,24% dan preeklamsi berat sebesar
1,75%. Angka insidensi yang cukup tinggi dikarenakan rumah sakit kami sebagai
distribusi umur, tipe eklamsi, pencatatan selama antenatal dan status gravid,
periode gestasi, IMT, status tekanan darah sistolik dan diastolik, semua
dibandingkan pada kedua kelompok. Gejala dan tanda premonitor yang paling
umum pada pasien preeklamsi berat adalah penglihatan kabur sebesar 12,5% pada
kelompok IV dan 16,66% pasien pada kelompok IM. Interval waktu dari mulai
masuk rumah sakit hingga waktu persalinan kira-kira 13,375 7 jam pada
kelompok IM dan 13,06 5,9 jam pada kelompok IV. Dosis rata-rata magnesium
sulfat untuk kelompok IV dan IM adalah 63,27 16,62 mg dan 65,93 18,12 mg,
secara respektif (secara statistik tidak signifikan). Seperti yang terlampir di Tabel
penelitian pada kelompok IM dan hanya 3/41 (7,31%) pada kelompok IV dan
pasien pada kelompok IM. Setiap episode diobati dengan penambahan 2 gram
magnesium sulfat. Pada penelitian ini, tidak ada pasien preeklamsi berat yang
Tabel 3 selama persalinan dan kelahiran (seperti atonia HAP dan abrupsi dan RD),
sekitar 14,63% dan 17,07% pada kelompok IV dan IM secara respektif (secara
sebesar 9,75% dan 17,07% pada kelompok IV dan IM secara respektif. 1/41
kelompok IV. Tabel 5 menunjukkan angka mortalitas yang lebih tinggi pada
hampir sama pada kedua kelompok, 2,34 6 kg pada kelompok IV dan 2.31
0,75 kg pada kelompok IM. Skor APGAR dan banyaknya jumlah bayi yang
DISKUSI.
preeklamsi ringan tidak pernah didukung karena belum terbukti. Telah ditemukan
dan mortalitas maternal dapat terjadi karena kelebihan dosis dan toksisitas dari
dosis yang terkontrol dan monitoring pasien yang ketat. Hal ini dapat dicapai
MgSO4 secara berkala karena dianggap pemberian jalur IV lebih memiliki banyak
manfaat dibandingkan jalur IM. Namun, di India kebanyakan pusat kesehatan
karena kebanyakan persiapan memiliki alat-alat yang tidak baik dan memberikan
MgSO4 IV tidak praktis akibat tidak tersedianya set alat infus, perawat yang terlalu
sibuk, dan mengabil level serum magnesium dengan interval waktu yang sering
tidak efektif dari segi biaya. Pada penelitian kedua jalur pemberian MgSO 4
umur 20-30 tahun. Pada kelompok IV 36/41 (87,80%) dan kelompok IM 39/41
(95,12%) merupakan kelompok umur ini. Pasien yang paling muda berumur 19
tahun dan yang tertua berumur 40 tahun. Rata-rata umur pada kelompok IV adalah
26,03 3,984 tahun dan kelompok IM 25,4 3,969 tahun (P=0,525). Tidak
pada penelitian mereka didapatkan 80 pasien eklamsi rentang umur 15-40 tahun
dengan rata-rata umur 26,5 tahun. Sibai melaporkan rata-rata umur 18,5 tahun. 9 33
yang bertempat tinggal di pedesaan. Terdapat 7 (17,07%) kasus yang dicatat pada
kelompok IV dan 5 (12,19%) kasus pada kelompok IM. Kebanyakan kasus yang
tidak tercatat (85,3%), persentase yang hampir sama dengan kasus eklamsia yang
tidak tercatat yang dilaporkan oleh Agarwal10 (1983) 92%, Sahu L11 (2012) anatar
84-92%. Secara statistik, kedua kelompok cocok dari segi paritas dan usia
kehamilan (P> 0,05). Sebanyak 26 (63,41%) nulipara dalam kelompok IV dan 24
(58,53%) dalam kelompok IM. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (P = 0,651).
adalah nullipara, Ekel7 (2005) melaporkan sebanyak 89% sementara Seth et al.2
kelompok IV dan 72,64% pasien eklamsi pada kelompok IM masuk rumah sakit
pada usia kehamilan 32-37 minggu dan pasien preeklamsi berat kebanyakan pada
bervariasi pada beberapa penelitian. Seth et al.2 menemukan (31,8%) antara 32-36
minggu.
(11,87%) pasien terjadi eklamsi postpartum. Penelitian oleh Bangal et al.12 60%
kasus terjadi eklamsi antepartum, 28% kasus terjadi eklamsi intrapartum, dan 12%
14,81 mmHg. Demikian pula, rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 110,98
10,48 dan 110,24 7,58 mmHg masing-masing pada kelompok IM dan kelompok
IV. Coetzee EJ et al.13 (822 pasien preeklamsia berat) ditemukan rata-rata tekanan
kekambuhan kejang setelah pemberian dosis awal. Terdapat perbedaan yang tidak
signifikan antara kedua kelompok secara statistik (P=1). Pritchard6 dan Sibai14
menggunakan rejimen Pritchard dilaporkan berkisar antara 5,7 dan 13,2%. Tidak
terjadi kejang pada setiap pasien dengan preeklamsia berat. Coetzee et al.13
klinis refleks spontan patella, laju pernapasan dan output urin sudah cukup untuk
memantau toksisitas magnesium pada ibu tanpa perlu menentukan tingkat serum
yang sebenarnya. Dalam penelitian ini kami juga mengevaluasi tanda-tanda klinis
dari toksisitas magnesium; hilangnya refleks patella, yang lebih tinggi pada
Tidak ada pasien dalam kelompok IV yang memiliki depresi pernafasan atau
IV (39,02% IM / 12,19% IV), tapi hal tersebut tidak signifikan secara statistik.
Chissell S17 (1994) menjelaskan toksisitas magnesium pada kelompok IV adalah
Komplikasi yang sering diamati pada pasien kami, yaitu solusio, HAP
atonia, trombositopenia, gagal ginjal akut, dan edema paru. Ada 3/41 (7,31%)
kasus pada kelompok IV dan jumlah yang sama 3/41 (7,35%) pada kelompok IM
terjadinya HAP. Abruptio ditemukan 3/41 (7,31%) kasus pada kelompok IV dan
3/41 (7,31%) pada kelompok IM. Trombositopenia terlihat sama 4/41 (9,57%)
kasus pada kedua kelompok. 3/41 (7,31%) kasus terjadi gagal ginjal akut pada
kelompok IM, tetapi tidak terjadi pada kelompok IV. 1/41 (2,43%) kasus terjadi
edema paru pada kelompok IV dan tidak ada komplikasi seperti itu hadir dalam
kelompok IM. Tak satu pun dari pasien pada kedua kelompok memiliki luka
komplikasi selama persalinan dan kelahiran yang secara statistik tidak signifikan.
Tabel 6.
pasien tersebut alih rawat ke ICU. Namun, meninggal meskipun telah diberikan
penanganan yang intensif. Tidak ditemukan kasus seperti itu pada kelompok IV.
melaporkan angka kematian ibu sebesar 5% pada kelompok IM dan 3,3% pada
kelompok IV. Cara persalinan pada sebagian besar kasus dengan melalui jalur
pervaginam 28/41 pasien (68,29%) pada kelompok IV dan 31/41 pasien (75,60%)
pada kelompok IM. Pasien eklamsia (17 pasien dari masing-masing kelompok IM
dan kelompok IV) motode persalinan yang paling sering terjadi adalah melalui
jalur vagina pada 24/34 (70,58%), seksio sesaria dilakukan pada 10 (29,41%)
kelompok IV) rute biasa melahirkan adalah rute vagina 35/48 (72,91%) dan oleh
adalah 66-72% menggunakan standar Pritchard "s rejimen. Dalam studi Chissell
S17 tingkat operasi caesar adalah 4/8 dalam kelompok IV dan 3/9 di grup IM
masing-masing.
Prognosis neonatal tergantung pada tingkat keparahan terkait terhambatnya
pertumbuhan janin intrauterin (IUGR), usia kehamilan, berat lahir dan tingkat
perbedaan yang signifikan dalam dua kelompok. Kematian perinatal sebesar 7/41
(13,95%) pada kelompok IV dan 6/43 (17,07%) pada kelompok IM. Secara
rejimen dosis standar mengemukakan bahwa angka kematian perinatal sebesar 24-
26% dan terjadinya asfiksia ketika lahir sebesar 44-48% pada pasien eklamsi.
Chissell S17 menunjukkan 1/8 dan 1/9 bayi lahir dalam keadaan mati pada kedua
kelompok IV dan IM, pada ibu dengan eklampsia berat . Hal ini terlihat bahwa
subjek dalam kelompok IM terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari segi
bayi berkaitan dengan skor Apgar yang rendah dibandingkan dengan subjek di
(14,92%) pada kelompok IV dan 9 (13,43%) kelahiran hidup pada kelompok IM,
3,77% bayi dari ibu dengan eklamsi dan 10% bayi dari ibu dengan preeklamsia
berat memerlukan perawatan secara itensif. Rata-rata berat badan bayi dalam
kelompok IV, sehingga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok (P=0,839). Diantara pasien eklampsia terdapat 35,29% bayi
hidup yang berat badan lahir 2.5 kg dan terdapat 45,83% bayi hidup yang berat
KESIMPULAN.
dan pemberian infus magnesium sulfat secara berkala sama efektifnya dalam hal
magnesium (kecuali untuk hilangnya refleks patela yang lebih banyak terjadi pada
kelompok IM) hampir sama pada kedua rejimen. Secara keseluruhan untuk
kelemahan, yaitu cara menyuntik yang menyakitkan bagi pasien, tetapi memiliki
dan staf perawat yang mungkin terlalu sibuk untuk memberikan pemantauan terus
menerus. Jalur IM, dimana dosis hanya diberikan sekali; setelah refleks patella,
respirasi dan output urin telah diperiksa, mungkin menjadi pilihan yang lebih
aman. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada dua regimen ini. Dosis IM dapat
tidak praktis.
DAFTAR PUSTAKA.
12. Bangal VB, Purushottam A. Giri, Satyajit P. Gavhane. A study to compare the
efficacy of low dose magnesium sulphate regime with Pritchard regime in
eclampsia. Int J Biomed Adv Res. 2012;3(1):53-7.
15. Duley L. The Eclampsia Trial collaborative Group. Which anticonvulsant for
women with eclampsia? Evidence from the Collaborative Eclampsia trial.
Lancet. 1995;345:1455-63.
20. Shehla Noor, Mussarat Halimi, Nasreen Ruby Faiz, Fouzia Gull, Nasreen
Akbar. Magnesium sulphate in the prophylaxis and treatment of eclampsia. J
Ayub Med Coll Abbottabad. 2004 Apr-Jun;16(2):50-4.