ABSTRACT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penyebab kinerja industri kecil menengah (IKM) di Indonesia
jauh lebih rendah dibandingkan kinerja IKM di negara maju lainnya adalah masih
rendahnya pengembangan atau penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) oleh IKM di Indonesia. Padahal di era perdagangan bebas Cina dan
ASEAN (China ASEAN Free Trade Area atau CAFTA) dan globalisasi
perekonomian dunia, penguasaan IPTEK sangatlah menentukan dalam
meningkatkan kinerja dan daya saing IKM dalam skala yang lebih luas. Untuk
dapat menguasai IPTEK maka IKM harus memiliki sumber daya manusia (SDM)
yang baik dan mumpuni. Dan SDM adalah modal manusia (human capital) yang
merupakan salah satu komponen dari intellectual capital selain structural capital
dan relational capital.
Intellectual capital (IC) sendiri merupakan modal pengetahuan yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan yang terdiri dari tiga komponen yakni
human capital (HC), structural capital (SC), dan relational capital (RC). IC
sebagai intangible assets memiliki keunggulan dibanding tangible asset karena
kemampuan IC dalam menggerakkan sumber daya fisik dan non fisik guna
mencapai tujuan perusahaan. Artinya apabila IKM memiliki IC yang baik maka
akan mampu untuk mengelola informasi dan IPTEK oleh modal manusianya (HC),
IKM juga akan memiliki struktur kerja, prosedur dan sistem kerja yang baik guna
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________
sumber daya fisik dan non fisik yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Selain itu optimalisasi peran IC terhadap IKM batik perlu dilakukan karena
beberapa hal yakni :
a. Peningkatan daya saing IKM Batik harus terus dilakukan karena melihat
potensi yang sangat besar dan juga telah diakuinya Batik sebagai warisan
budaya asli Indonesia oleh UNESCO. Maka dengan meningkatkan sumber
daya (resources), kapabilitas, dan pengetahuan (knowledge) diharapkan akan
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai human
capital pelaku IKM Batik sehingga dapat merumuskan dan memilih strategi
yang tepat guna memenangkan persaingan di CAFTA.
b. Membanjirnya batik Cina yang menyerbu pasar Indonesia juga harus
diwaspadai dengan cara meningkatkan daya saing IKM Batik. Batik Cina yang
terkenal dengan harga yang murah perlu diantisipasi dengan strategi yang
berbeda. Pilihan strategi yang tepat ini perlu didukung oleh pengelolaan
sumber daya dan juga pengetahuan yang memadai. Inilah pentingnya
optimalisasi peran IC guna meningkatkan kinerja IKM Batik dan
memenangkan persaingan di CAFTA.
c. Kontribusi IKM Batik yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Di
Sidoarjo, misalnya, rata-rata untuk satu IKM batik mampu menyerap tenaga
kerja antara 20 - 50 orang (KADIN Sidoarjo, 2009). Ini hanya tenaga kerja
yang benar-benar di industrinya belum di sektor lain yang berkaitan dengan
penjualan dan promosi IKM Batik. Maka kontribusi yang besar ini haruslah
dipertahankan dan dikembangkan agar IKM Batik ini tetap eksis dan menyerap
tenaga kerja yang besar. Maka dengan meningkatkan kualitas SDM melalui
optimalisasi peran IC diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja dan
memenangkan persaingan di CAFTA serta dapat menyerap tenaga kerja yang
pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian lokal Kabupaten Sidoarjo.
d. Untuk bisa survive di ekonomi global, maka IKM Batik haruslah
mengembangkan produk dan prosesnya dengan mengoptimalkan peran IC dan
mengembangkan jaringan kerja yang dinamis. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Corso, et al (2003) yang menyatakan to survive in the global economy small
dan medium enterprises (SMEs) have to improve their product and processes
exploiting their intellectual capital in a dynamic network of knowledge
intensive relations inside and outside their borders.
Pentingnya optimalisasi IC bagi IKM juga didukung beberapa penelitian,
diantaranya adalah penelitian Cohen dan Kaimenakis (2007) yang menyatakan
bahwa pengelolaan IC berkontribusi positif terhadap kinerja perusahaan kecil dan
menengah (Small and Medium Sized Enterprises atau SMEs) di Yunani.
Penelitian F-Jardon dan Martos (2009) tentang pengelolaan IC di Argentina
menyatakan bahwa dimensi dari IC yakni structural capital berpengaruh secara
langsung terhadap kinerja SMEs kayu yang ada di Argentina. Sedangkan dimensi
yang lain seperti human capital dan relational capital berpengaruh secara tidak
langsung yakni melalui structural capital terhadap kinerja perusahaan kayu
(SMEs) yang ada di Argentina. Hasil kedua penelitian tersebut didukung pula
oleh penelitian St-Pirre and Audet (2011) dan Steenkamp and Kashyap (2010)
yang menyatakan bahwa IC berpengaruh dan penting bagi kinerja SMEs.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________
INTELLECTUAL CAPITAL
Optimalisasi peran IC dalam meningkatkan kinerja bisnis IKM batik dan
memenangkan persaingan di CAFTA perlu terus dilakukan karena IC management
terbukti mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penciptaan nilai bagi
perusahaan. IC management berkontribusi sekitar 50% sampai 90% terhadap
value creation by the firm, sedangkan management of traditional physical assets
menyumbang 10% sampai 50% terhadap value creation by the firm. Hal ini
dijelaskan pada gambar 1.
Proportion of
50 to total value
10% created
Management of traditional
physical assets
Intellectual Capital
Management
Gambar 1. Value Created by the Firm50 to
(IFAC, 1998)
90%
Klein dan Prusak menyatakan apa yang kemudian menjadi standar
pendefinisian intellectual capital, yang kemudian dipopularisaikan oleh Stewart
(1994). Menurut Klein dan Prusak we can define intellectual capital
operationally as intellectual material that has been formalized, captured, and
leveraged to produce a higher valued asset (Stewart 1994). Menurut Sveiby
(1998) The invisible intangible part of the balance sheet can be classified as a
family of three, individual competence, internal structural, and external
structure. Sementara itu Leif Edvinsson seperti yang dikutip oleh Brinker
(2000:np) menyamakan intellectual capital sebagai jumlah dari human capital,
dan structural capital (misalnya, hubungan dengan konsumen, jaringan teknologi
informasi dan manajemen).
The Society of Management Accountants of Canada (SMAC)
mendefinisikan intellectual assets sebagai berikut: In balance sheet, intellectual
assets are those knowledge-based items, which the company owns which will
produced a future stream of benefits for the company (IFAC 1998). Sebenarnya
masih banyak definisi dari modal intelektual menurut pakar dan kalangan bisnis,
namun secara umum jika diambil suatu benang merah dari berbagai definisi
intellectual capital yang ada, maka intellectual capital dapat didefinisikan sebagai
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________
jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human capital,
structural capital, customer capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan
teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan
bersaing organisasi.
Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari
tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis, et al,
2000) yaitu:
1. Human Capital (Modal Manusia)
Human capital (HC) merupakan lifeblood dalam modal intelektual.
Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen
yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya
pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. HC mencerminkan kemampuan kolektif
perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital
akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang
dimiliki oleh karyawannya. Moon and Kym (2006) memberikan contoh yang
termasuk dalam bagian HC adalah kapabilitas karyawan, kepuasan karyawan
dan keberlanjutan karyawan. Untuk keberlanjutan karyawan ini menjadi
penting karena terkait dengan keluar masuknya karyawan. Perusahaan dengan
keberlanjutan karyawan yang tinggi akan lebih mudah mencapai tujuan
perusahaan karena tidak lagi dibingungkan dengan keluar masuknya karyawan.
Sedangkan Chen et al (2004) dan Sharabati et al (2010) menambahkan bahwa
kreativitas karyawan juga merupakan bagian yang penting dalam human
capital.
2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi)
Structural capital (SC) merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Misalnya sistem operasional
perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan
semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Atau menurut
Bontis (2001:45) adalah segala sesuatu yang akan ditinggalkan di kantor ketika
karyawan pulang. Sementara itu CIMA, 2005:2, mendefinisikan SC sebagai
pengetahuan yang berada di dalam perusahaan. Hal tersebut terdiri dari
rutinitas organisasi, prosedur, sistem, budaya dan database. Misalnya
fleksibilitas organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan pusat pengetahuan,
keberadaan pusat pengetahuan, pengunaan umum teknologi informasi, dan
kapasitas pembelajaran organisasi.
SC dapat juga dikatakan atau disamaartikan dengan Organizational
Capital (OC). IFAC adalah satu satu pihak yang menyamakan antara SC dan
OC. Menurut IFAC (1998:9), organizational capital (OC) termasuk
kapabilitas organisasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
seperti halnya paten. Dengan demikian setiap paten, merk dagang, alat
manajemen, teknik improvisasi, sistem teknologi informasi, atau usaha riset
dan pengembangan yang diimplementasikan atau akan diimplementasikan
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________
variabel dan indikator kinerja penting untuk masing-masing variabel IC, kinerja
bisnis (business performance/BP) dan keunggulan kompetitif (competitive
advantage/CA). Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
komponen atau variabel IC adalah tiga yakni human capital (HC), structural
capital (SC), dan relational capital (RC). Sedangkan untuk BP dan CA akan
terdiri dari indikator-indikator. Berikut penjelasannya.
semua pihak, misalnya aliran kas, yield, nilai pasar perusahaan, dan ekuitas atau
modal. Sehingga penggabungan atau modifikasi antara ukuran kinerja bisnis yang
dikembangkan oleh Bontis (1998) dan F-Jardon dan Martos (2009) perlu
dilakukan terutama untuk SMEs atau IKM.
Bontis (2008). Huang dan Hsueh (2007), Hsu (2006), Moon dan Kym (2006),
Chen et al (2004), Bontis et al (2000), dan F-Jardon dan Markos (2009).
performance. Penelitian Cabrita dan Bontis (2007) juga menyatakan hasil yang
sama bahwa masing-masing variabel IC berinteraksi dengan BP.
MODEL OPTIMALISASI
Hubungan antar variabel yang telah dibahas sebelumnya apabila dibuat
sebuah model akan nampak seperti gambar 2. Dengan memahami model tersebut
maka IKM Batik dapat mengetahui aliran hubungan antar variabel. Sehingga
prioritas optimalisasi komponen IC dapat dilakukan dan dikaitan dengan kinerja
bisnis dan keunggulan bersaing. Misalnya apabila IKM Batik selalu meningkatkan
dan mengoptimalisasi HC yang dimilikinya maka semua variabel yang ada akan
terpengaruh sehingga semua akan meningkat. Maka sangat perlu bagi IKM Batik
untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam IC sehingga kinerja bisnis akan
meningkat sehingga dapat memenangkan persaingan di CAFTA.
HC
RC BP CA
Saran
1. Untuk IKM Batik. Upaya untuk terus meningkatkan kinerja dan keunggulan
bersaing harus terus dilakukan. Salah satu caranya dengan mengoptimalkan IC
yang dimilikinya. Ada dua cara, pertama identifikasilah variabel dan indikator
komponen IC (HC, SC, RC), sub indikator BP dan CA. Kedua dengan
mengetahui hubungan antar variabel sehingga memudahkan untuk melakukan
optimalisasi dan pengembangan IC yang dimiliki oleh IKM Batik.
2. Untuk peneliti berikutnya. Penelitian IC di Indonesia masih sangat langka
untuk saat ini maka peluang untuk melakukan penelitian dengan tema IC ini
masih sangat terbuka. Berkaitan dengan artikel konseptual ini yang belum
dilakukan oleh penulis adalah mengkaitkan hubungan antara BP dan CA dalam
perspektif IC. Hal ini karena sampai saat ini penulis belum menemukan kajian
penelitian terdahulu tentang hal tersebut.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________
DAFTAR PUSTAKA
Bontis, Nick., William Chua Chong Keow., and Stanly Richardson. 2000.
Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries.
Journal of Intellectual Capital. Vol 1 No 1, pp 85-100
Bontis, Nick. 2001. Assessing Knowledge Assets : A Review of The Model Used
To Measure Intellectual Capital. International Journal of Management
Reviews. Volume 3, Issue 1, pp 41 60.
Bontis, Nick and Jac Fitz Enz. 2002. Intellectual Capital ROI : A Casual Map of
Human Capital Antecedents and Consequents. Journal of Intellectual
Capital. Vol 3 No 3, pp 223 247
Cabrita, Maria do Rosario, and Nick Bontis. 2008 Intellectual Capital and
Business Performance in The Portuguese Banking Industry, Int. J.
Technology Management, Vol. 43, Nos. 1-3, pp.212237.
Cabrita, Maria do Rosario., Jorge Landeiro de Vas., and Nick Bontis. 2007
Modelling The Creation of Value From Intellectual Capital : A Portuguese
Banking Perspective, Int. J. Knowledge and Learning. Vol. 3, Nos. 2/3, pp.
266 280.
Chen, Jin., Zhaohui Zhu., and Hong Yuan Xie. 2004. Measuring Intellectual
Capital : A New Model and Empirical Study. Journal of Intellectual
Capital. Vol 5 No 1, pp 195 212
Cohen, Sandra and Nikolaos Kaimenakis. 2007. Intellectual Capital and Corporate
Performance in Knowledge-Intensive SMEs. The Learning Organization.
Vol. 14 No. 3, pp. 241-262
Corso, Mariano, Antonella Martini, Emilio Paolucci, and Luisa Pellegrini. 2003.
Knowledge Management Configuration in Italian Small to Medium
Enterprise. Integrated Manufacturing Systems. 14,1; ABI/INFORM
Global, pg 46
F-Jardon, Carlos Maria and Maria Susana Martos. 2009. Intellectual Capital And
Performance in Wood Industries of Argentina. Journal of Intellectual
Capital. Vol. 10 No. 4, pp. 600-616
Fisher, J.E. 1998. Contingency Theory, Management Control Systems and Firm
Outcomes : Past Result and Future Directions. Behavioral Research in
Accounting. Vol 10, pp 48 63
Hermawan, Sigit, Rifda Abadiyah, dan Wisnu Panggah Setiyono. 2008. Studi
Komparasi Pemberian Kredit PKM Terhadap Peningkatan Daya Saing
Usaha Kecil Sepatu Dalam Menghadapi Serbuan Produk Cina di
Kabupaten Sidoarjo. EKUITAS, Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol 12
No 3, September 2008. Akreditasi No. 55a/DIKTI/Kep/2006.
Hitt, Michael A, et, al. 2001. Manajemen Strategi : Daya Saing dan Globalisasi:
Konsep. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Ireland, et al. 2009. The Management of Strategic. Concept and Cases. 8th Edition.
International Student Edition. South-Western Cengage Learning.
Marr, Bernard. 2008. Make The Invisible Visible: Identify Intellectual Capital.
http://www.cimaglobal.com. Diakses 23 Maret 2010. Jam 01.58 WIB
Moon, Yun Ji, and Hyo Gun Kym,. 2006. A Model for The Value of Intellectual
Capital. Canadian Journal of Administrative Sciences; Sep 2006; 23, 3;
ABI/INFORM Global. pg. 253
Seleim, Ahmed., Ahmed Ashour., and Nick Bontis. 2007. Human Capital and
Organizational Performance : A Study Egyptian Software Company.
Management Decision. Vol 45, No 4., pp 789 801
Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Shawqi Naji Jawad., and Nick Bontis. 2010.
Intellectual Capital and Business Performance in The Pharmaceutical
Sector of Jordan. Management Decision. Vol 48. No. 1. pp. 105 131
Shih, Kuang Hsun., Chia Jung Chang., and Binshan Lin. 2010. Assessing
Knowledge Creation and Intellectual Capital in Banking Industry. Journal
of Intellectual Capital. Vol 11, No 1, pp 74-89
St-Pierre, Josee., and Josee Audet. 2011. Intangible Assets and Performance.
Journal of Intellectual Capital. Vol 12, No 2., pp 202 223.