Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Optimalisasi Intellectual Capital Guna Meningkatkan Kinerja


Bisnis IKM Batik dan Memenangkan Persaingan di CAFTA
Sigit Hermawan
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Jln. Raya Gelam No. 250 Candi Sidoarjo
Email : sigithermawan@umsida.ac.id

ABSTRACT

The purpose of writing this article is to formulate the optimization of intellectual


capital (IC) to enhance the business performance of SMEs Batik and won the
competition in the China ASEAN Free Trade Area (CAFTA). There are three
ways this can be done to optimize the first to identify the variables and indicators
of each IC component of the human capital (HC), structural capital (SC), and
relational capital (RC). Then also for the variable business performance (BP), and
variable competitive advantage (CA). Second, by knowing the relationship
between variables, both among the components of IC (HC, SC, RC), also for BP
and CA. Third, by knowing the model of IC optimization of BP and CA. Because
by knowing the model will facilitate optimization of these ICs in optimizing and
developing ICs that are owned by the SMEs Batik.

Keywords : intellectual capital, SMEs Batik, business performance, competitive


advantage, CAFTA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu penyebab kinerja industri kecil menengah (IKM) di Indonesia
jauh lebih rendah dibandingkan kinerja IKM di negara maju lainnya adalah masih
rendahnya pengembangan atau penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) oleh IKM di Indonesia. Padahal di era perdagangan bebas Cina dan
ASEAN (China ASEAN Free Trade Area atau CAFTA) dan globalisasi
perekonomian dunia, penguasaan IPTEK sangatlah menentukan dalam
meningkatkan kinerja dan daya saing IKM dalam skala yang lebih luas. Untuk
dapat menguasai IPTEK maka IKM harus memiliki sumber daya manusia (SDM)
yang baik dan mumpuni. Dan SDM adalah modal manusia (human capital) yang
merupakan salah satu komponen dari intellectual capital selain structural capital
dan relational capital.
Intellectual capital (IC) sendiri merupakan modal pengetahuan yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan yang terdiri dari tiga komponen yakni
human capital (HC), structural capital (SC), dan relational capital (RC). IC
sebagai intangible assets memiliki keunggulan dibanding tangible asset karena
kemampuan IC dalam menggerakkan sumber daya fisik dan non fisik guna
mencapai tujuan perusahaan. Artinya apabila IKM memiliki IC yang baik maka
akan mampu untuk mengelola informasi dan IPTEK oleh modal manusianya (HC),
IKM juga akan memiliki struktur kerja, prosedur dan sistem kerja yang baik guna
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

menentukan arah perusahaan dalam mencapai tujuannya dengan modal struktural


(SC), dan IKM juga akan memiliki hubungan baik dengan pihak internal dan
eksternak perusahaan dengan memiliki modal relasi (RC).
Demikian pula dengan IKM Batik yang ada di Sidoarjo. Apabila IKM Batik
Sidoarjo memiliki dan dapat mengoptimalkan IC dengan baik maka akan dapat
mengelola sumber daya fisik dan non fisik yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kinerja dan daya saing di CAFTA. Peluang untuk mengoptimalisasi
IC ini penting melihat peluang yang begitu besar bagi produk Batik yang telah
ditetapkan sebagai produk asli Indonesia oleh UNESCO. Tetapi selain peluang
juga menjadi tantangan yang cukup berat karena dengan membanjirnya produk
Batik Cina dengan harga murah dan konsumen sulit untuk membedakannya akan
menjadikan produk Batik lokal (Sidoarjo) tidak laku dipasaran dan akan
mematikan IKM Batik Sidoarjo.
Artikel ini akan membahas optimalisasi peran IC dalam meningkatkan
kinerja IKM Batik Sidoarjo dan memenangkan persaingan di CAFTA. Pada awal
artikel akan dibahas tentang pentingnya optimalisasi IC guna meningkatkan
kinerja IKM Batik dan daya saing di CAFTA. Berikutnya akan dibahas tentang IC
secara umum, yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang
variabel dan indikator IC, business performance (BP), dan competitive advantage
(CA). Pembahasan berikutnya adalah hubungan antar variabel, dan model
optimalisasi IC guna meningkatkan kinerja bisnis IKM Batik dan memenangkan
persaingan di CAFTA. Dan pada akhir pembahasan akan diberikan simpulan dan
saran.

PENTINGNYA OPTIMALISASI INTELLECTUAL CAPITAL GUNA


MENINGKATKAN KINERJA IKM BATIK DAN DAYA SAING DI CAFTA
CAFTA bagi IKM Batik bagaikan dua mata pisau yang bisa membunuh
tetapi juga bisa menghidupkan. Membunuh karena belum siapnya IKM Batik
dalam menghadapi persaingan atau IKM Batik yang berdaya saing rendah,
sedangkan menghidupkan karena memang ini adalah peluang bagi IKM Batik
untuk membangun kekuatan ekonomi baru di kawasan ASEAN dan Cina. Artinya
apabila IKM Batik dapat meningkatkan kinerjanya maka akan menjadi peluang
usaha yang sangat potensial, tetapi bila tidak maka akan sebaliknya. Persaingan
tersebut sebenarnya telah ada ketika membanjirnya Batik Cina yang menyerbu
pasaran Indonesia yang sangat dirisaukan oleh perajin Batik Pekalongan
(Inilah.Com, 29/09/2008). "Harga batik printing asal China hanya ditawarkan di
bawah 50 persen dari harga batik printing Pekalongan sehingga dengan
persaingan harga yang tidak seimbang maka akan mematikan usaha perajin batik,"
keluh Furqon, salah satu perajin Batik Pekalongan. Kegelisahan atas
membanjirnya produk Cina juga dirasakan oleh Rusdy Firmansyah, salah satu
perajin Batik asal Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo. Hal tersebut sangat dipahami
karena harga Batik Cina yang sangat murah (www.poskota.co.id. Kamis, 11
Februari 2010, 20:10 WIB).
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan kinerja IKM Batik dan
memenangkan persaingan di CAFTA adalah dengan mengoptimalkan peran IC
yang dimilikinya. Hal ini disebabkan oleh peran IC yang dapat menggerakkan
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

sumber daya fisik dan non fisik yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Selain itu optimalisasi peran IC terhadap IKM batik perlu dilakukan karena
beberapa hal yakni :
a. Peningkatan daya saing IKM Batik harus terus dilakukan karena melihat
potensi yang sangat besar dan juga telah diakuinya Batik sebagai warisan
budaya asli Indonesia oleh UNESCO. Maka dengan meningkatkan sumber
daya (resources), kapabilitas, dan pengetahuan (knowledge) diharapkan akan
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai human
capital pelaku IKM Batik sehingga dapat merumuskan dan memilih strategi
yang tepat guna memenangkan persaingan di CAFTA.
b. Membanjirnya batik Cina yang menyerbu pasar Indonesia juga harus
diwaspadai dengan cara meningkatkan daya saing IKM Batik. Batik Cina yang
terkenal dengan harga yang murah perlu diantisipasi dengan strategi yang
berbeda. Pilihan strategi yang tepat ini perlu didukung oleh pengelolaan
sumber daya dan juga pengetahuan yang memadai. Inilah pentingnya
optimalisasi peran IC guna meningkatkan kinerja IKM Batik dan
memenangkan persaingan di CAFTA.
c. Kontribusi IKM Batik yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja. Di
Sidoarjo, misalnya, rata-rata untuk satu IKM batik mampu menyerap tenaga
kerja antara 20 - 50 orang (KADIN Sidoarjo, 2009). Ini hanya tenaga kerja
yang benar-benar di industrinya belum di sektor lain yang berkaitan dengan
penjualan dan promosi IKM Batik. Maka kontribusi yang besar ini haruslah
dipertahankan dan dikembangkan agar IKM Batik ini tetap eksis dan menyerap
tenaga kerja yang besar. Maka dengan meningkatkan kualitas SDM melalui
optimalisasi peran IC diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja dan
memenangkan persaingan di CAFTA serta dapat menyerap tenaga kerja yang
pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian lokal Kabupaten Sidoarjo.
d. Untuk bisa survive di ekonomi global, maka IKM Batik haruslah
mengembangkan produk dan prosesnya dengan mengoptimalkan peran IC dan
mengembangkan jaringan kerja yang dinamis. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Corso, et al (2003) yang menyatakan to survive in the global economy small
dan medium enterprises (SMEs) have to improve their product and processes
exploiting their intellectual capital in a dynamic network of knowledge
intensive relations inside and outside their borders.
Pentingnya optimalisasi IC bagi IKM juga didukung beberapa penelitian,
diantaranya adalah penelitian Cohen dan Kaimenakis (2007) yang menyatakan
bahwa pengelolaan IC berkontribusi positif terhadap kinerja perusahaan kecil dan
menengah (Small and Medium Sized Enterprises atau SMEs) di Yunani.
Penelitian F-Jardon dan Martos (2009) tentang pengelolaan IC di Argentina
menyatakan bahwa dimensi dari IC yakni structural capital berpengaruh secara
langsung terhadap kinerja SMEs kayu yang ada di Argentina. Sedangkan dimensi
yang lain seperti human capital dan relational capital berpengaruh secara tidak
langsung yakni melalui structural capital terhadap kinerja perusahaan kayu
(SMEs) yang ada di Argentina. Hasil kedua penelitian tersebut didukung pula
oleh penelitian St-Pirre and Audet (2011) dan Steenkamp and Kashyap (2010)
yang menyatakan bahwa IC berpengaruh dan penting bagi kinerja SMEs.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Penelitian IC yang berkaitan dengan daya saing (competitive advantage) adalah


penelitian Chen (2008) yang menghasilkan penelitian yakni seluruh komponen IC
yakni green human capital, green structural capital, dan green relational capital
berpengaruh secara signifikan terhadap competitive advantage. Selain itu
penelitian tentang daya saing IKM di Sidoarjo pernah dilakukan oleh Hermawan,
dkk (2008), yang menyatakan bahwa IKM sepatu dan sandal yang ada di Wedoro
Kabupaten Sidoarjo mampu dan yakin untuk bersaing menghadapi serbuan
produk-produk sepatu dan sandal dari Cina. Artinya bahwa sebenarnya IKM
mampu dan mau untuk bersaing dengan pihak lain tidak terkecuali di CAFTA.

INTELLECTUAL CAPITAL
Optimalisasi peran IC dalam meningkatkan kinerja bisnis IKM batik dan
memenangkan persaingan di CAFTA perlu terus dilakukan karena IC management
terbukti mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penciptaan nilai bagi
perusahaan. IC management berkontribusi sekitar 50% sampai 90% terhadap
value creation by the firm, sedangkan management of traditional physical assets
menyumbang 10% sampai 50% terhadap value creation by the firm. Hal ini
dijelaskan pada gambar 1.
Proportion of
50 to total value
10% created
Management of traditional
physical assets

Intellectual Capital
Management
Gambar 1. Value Created by the Firm50 to
(IFAC, 1998)
90%
Klein dan Prusak menyatakan apa yang kemudian menjadi standar
pendefinisian intellectual capital, yang kemudian dipopularisaikan oleh Stewart
(1994). Menurut Klein dan Prusak we can define intellectual capital
operationally as intellectual material that has been formalized, captured, and
leveraged to produce a higher valued asset (Stewart 1994). Menurut Sveiby
(1998) The invisible intangible part of the balance sheet can be classified as a
family of three, individual competence, internal structural, and external
structure. Sementara itu Leif Edvinsson seperti yang dikutip oleh Brinker
(2000:np) menyamakan intellectual capital sebagai jumlah dari human capital,
dan structural capital (misalnya, hubungan dengan konsumen, jaringan teknologi
informasi dan manajemen).
The Society of Management Accountants of Canada (SMAC)
mendefinisikan intellectual assets sebagai berikut: In balance sheet, intellectual
assets are those knowledge-based items, which the company owns which will
produced a future stream of benefits for the company (IFAC 1998). Sebenarnya
masih banyak definisi dari modal intelektual menurut pakar dan kalangan bisnis,
namun secara umum jika diambil suatu benang merah dari berbagai definisi
intellectual capital yang ada, maka intellectual capital dapat didefinisikan sebagai
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human capital,
structural capital, customer capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan
teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan
bersaing organisasi.
Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari
tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis, et al,
2000) yaitu:
1. Human Capital (Modal Manusia)
Human capital (HC) merupakan lifeblood dalam modal intelektual.
Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen
yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya
pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. HC mencerminkan kemampuan kolektif
perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital
akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang
dimiliki oleh karyawannya. Moon and Kym (2006) memberikan contoh yang
termasuk dalam bagian HC adalah kapabilitas karyawan, kepuasan karyawan
dan keberlanjutan karyawan. Untuk keberlanjutan karyawan ini menjadi
penting karena terkait dengan keluar masuknya karyawan. Perusahaan dengan
keberlanjutan karyawan yang tinggi akan lebih mudah mencapai tujuan
perusahaan karena tidak lagi dibingungkan dengan keluar masuknya karyawan.
Sedangkan Chen et al (2004) dan Sharabati et al (2010) menambahkan bahwa
kreativitas karyawan juga merupakan bagian yang penting dalam human
capital.
2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi)
Structural capital (SC) merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Misalnya sistem operasional
perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan
semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Atau menurut
Bontis (2001:45) adalah segala sesuatu yang akan ditinggalkan di kantor ketika
karyawan pulang. Sementara itu CIMA, 2005:2, mendefinisikan SC sebagai
pengetahuan yang berada di dalam perusahaan. Hal tersebut terdiri dari
rutinitas organisasi, prosedur, sistem, budaya dan database. Misalnya
fleksibilitas organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan pusat pengetahuan,
keberadaan pusat pengetahuan, pengunaan umum teknologi informasi, dan
kapasitas pembelajaran organisasi.
SC dapat juga dikatakan atau disamaartikan dengan Organizational
Capital (OC). IFAC adalah satu satu pihak yang menyamakan antara SC dan
OC. Menurut IFAC (1998:9), organizational capital (OC) termasuk
kapabilitas organisasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
seperti halnya paten. Dengan demikian setiap paten, merk dagang, alat
manajemen, teknik improvisasi, sistem teknologi informasi, atau usaha riset
dan pengembangan yang diimplementasikan atau akan diimplementasikan
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

untuk mengembangkan efektifitas dan profitabilitas perusahaan dapat


dikategorikan dalam organizational (structural) capital.
SC juga berkaitan dengan upaya untuk membangun mekanisme dan
struktur organisasi yang dapat membantu karyawan dalam upaya untuk
mengoptimalkan kinerja intelektualnya dan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Seorang individu dapat memiliki kecerdasan yang tinggi, tetapi jika
organisasinya memiliki sistem dan prosedur yang jelek maka modal intelektual
yang dimiliki secara keseluruhan tidak akan mencapai potensi sepenuhnya.
Sebuah organisasi dengan model struktural yang kuat akan memiliki budaya
yang mendukung dan memungkinkan individu untuk mencoba banyak hal, juga
untuk gagal, belajar dan untuk mencobanya lagi (Bontis, 1998:66).
3. Relational Capital atau Costumer Capital (Modal Pelanggan)
Relational capital (RC) atau customer capital (CC), termasuk
didalamnya adalah hubungan organisasi dengan pihak luar seperti loyalitas
pelanggan, goodwill, relasi supplier (IFAC, 1998:9), dan hubungan dengan
masyarakat (Moon and Kym, 2006). Sementara itu CIMA (2005:2)
mendefinisikan RC sebagai seluruh sumber daya yang terkait dengan hubungan
eksternal perusahaan dengan pelanggan, supplier, atau partner dalam riset
dan pengembangan. Hal tersebut merupakan bagian dari HC dan SC yang
berkaitan dengan hubungan perusahaan dengan stakeholders (investor, kreditor,
pelanggan, supplier), juga persepsi mereka miliki tentang perusahaan.
Misalnya adalah image, loyalitas pelanggan, kepuasan pelanggan, hubungan
dengan supplier, kekuatan komersil, kapasitas negosiasi dengan entitas
keuangan, dan aktivitas lingkungan.
Menurut Bontis (1998:67), tema pokok dari RC atau CC adalah
pengetahuan tentang chanel pemasaran dan hubungan dengan pelanggan. CC
juga mempresentasikan hal yang potensial dari organisasi yang diperoleh dari
intangible asset yang telah berlalu. Intangible assets tersebut termasuk
pengetahuan yang tertanam pada pelanggan, pemasok, pemerintah, atau
asosiasi industri terkait. Sehingga esensi dari CC adalah pengetahuan yang
tertanam terkait dengan hubungan eksternal terhadap perusahaan.
Beberapa contoh yang termasuk dalam dimensi RC atau CC adalah merk,
pelanggan, loyalitas pelanggan, nama perusahaan, backlogs order, chanel
distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak-kontrak yang
menguntungkan, perjanjian waralaba (IFAC, 1998:9), kapabilitas dasar
pemasaran, dan intensitas pasar (Chen et al, 2004), dan hubungan dengan
masyarakat (Moon and Kym, 2006). Contoh lain diberikan Marr (2008:2)
bahwa yang termasuk dalam RC atau CC adalah hubungan formal, hubungan
informal, jaringan sosial, kemitraan, aliansi, citra merk, kepercayaan, reputasi
perusahaan, loyalitas pelanggan, perjanjian dengan pelanggan, perjanjian
lisensi, perjanjian distribusi, dan joint ventures.

VARIABEL DAN INDIKATOR INTELLECTUAL CAPITAL, BUSINESS


PERFORMANCE, DAN COMPETITIVE ADVANTAGE
Untuk dapat mengoptimalisasi peran IC guna meningkatkan kinerja bisnis
IKM batik dan memenangkan persaingan di CAFTA maka harus diketahui
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

variabel dan indikator kinerja penting untuk masing-masing variabel IC, kinerja
bisnis (business performance/BP) dan keunggulan kompetitif (competitive
advantage/CA). Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
komponen atau variabel IC adalah tiga yakni human capital (HC), structural
capital (SC), dan relational capital (RC). Sedangkan untuk BP dan CA akan
terdiri dari indikator-indikator. Berikut penjelasannya.

Human capital (HC)


HC merupakan variabel untuk IC. Sedangkan indikator untuk HC dapat
berupa kapabilitas karyawan, kepuasan karyawan, keberlanjutan karyawan, dan
kreativitas karyawan. Keempat indikator tersebut merupakan indikator-indikator
untuk HC yang digunakan dalam peneitian Moon & Kym (2006); CIMA (2005);
Shih et al (2010); Bontis & Fitz-enz (2002), Chen et al (2004); Sharabati et al
(2010); Marr (2008). Sementara itu Cohen and Kaimanakis (2007) menggunakan
empat indikator HC yang ada dalam penelitiannya yakni kapabilitas dan skills,
loyalitas dan komitmen, kepuasan karyawan, nilai dan budaya. Terdapat beberapa
kesamaan antara indikator yang digunakan oleh Moon & Kym (2006); CIMA
(2005); Shih et al (2010); Bontis & Fitz-enz (2002), Chen et al (2004); Sharabati
et al (2010); Marr (2008), dan Cohen and Kaimanakis (2007). Penggabungan atau
modifikasi antara beberapa penelitian tersebut diperlukan guna merumuskan
indikator HC yang ideal untuk SMEs atau IKM.

Structural Capital (SC)


SC juga merupakan variabel dari IC. Sedangkan indikator untuk SC dapat
berupa budaya organisasi, hak intelektual, proses dan rutinitas. Contoh untuk
budaya organisasi adalah nilai-nilai perusahaan, modal sosial, dan filosofi
manajemen. Contoh untuk hak intelektual adalah nama baik, data dan informasi,
pengetahuan yang dikodifikasi, paten atau hak cipta, dan rahasia perdagangan.
Contoh untuk proses dan rutinitas adalah proses formal, rutinitas informal dan
tacit, dan proses manajemen.
Penelitian Moon & Kym (2006); Chen et al (2004); Sharabati et al (2010)
Shih et al (2010) menggunakan indikator sistem informasi, proses organisasi,
budaya organisasi dan struktur organisasi untuk variabel SC. Sementara itu Cohen
and Kaimanakis (2007) menggunakan tiga indikator untuk SC dalam
penelitiannya yakni knowledge management, budaya perusahaan, dan efisiensi
proses organisasi. Penggabungan atau modifikasi antara beberapa penelitian
tersebut diperlukan guna merumuskan indikator SC yang ideal untuk SMEs atau
IKM.

Relational Capital (RC)


RC juga merupakan variabel dari IC. Sedangkan beberapa indikator untuk
RC misalnya adalah merk, pelanggan, loyalitas pelanggan, nama perusahaan,
backlogs order, chanel distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak-
kontrak yang menguntungkan, perjanjian waralaba (IFAC, 1998:9), kapabilitas
dasar pemasaran, dan intensitas pasar (Chen et al, 2004), dan hubungan dengan
masyarakat (Moon and Kym, 2006). Contoh lain diberikan Marr (2008:2) bahwa
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

yang termasuk dalam RC atau CC adalah hubungan formal, hubungan informal,


jaringan sosial, kemitraan, aliansi, citra merk, kepercayaan, reputasi perusahaan,
loyalitas pelanggan, perjanjian dengan pelanggan, perjanjian lisensi, perjanjian
distribusi, dan joint ventures.
Penelitian Chen et al (2004); Shih et al (2010); IFAC (1998); Marr (2008);
Bontis (1998); dan Moon & Kym (2006) menggunakan indikator kapabilitas dasar
pemasaran, loyalitas pelanggan, intensitas pasar, dan hubungan dengan
masyarakat sebagai indikator untuk variabel RC. Sementara itu Cohen dan
Kaimenakis (2007) menggunakan dua indikator untuk RC yakni ketepatan dalam
membidik pelanggan, dan kepuasan pelanggan (dan orientasi pasar).
Penggabungan atau modifikasi antara beberapa penelitian tersebut diperlukan
guna merumuskan indikator RC yang ideal untuk SMEs atau IKM.

Business Performance (BP)


Ukuran kinerja perusahaan dapat dibagi menjadi dua yakni ukuran kinerja
financial dan non financial (Fisher, 1998). Ukuran kinerja financial sebenarnya
menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan (bidang
operasional). Peningkatan financial return akibat berbagai kinerja operasional
yakni meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang
digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk dan meningkatnya
produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi dan Setyawan, 2001).
Bontis (1998) mengembangkan pengukuran BP yang terdiri dari sepuluh
item performance yang dirasakan oleh responden dibandingkan dengan pesaing
perusahaan dalam industri yang sama beberapa tahun terakhir. Sepuluh item
tersebut adalah 1) kepemimpinan industri, 2) prospek masa depan, 3) laba, 4)
pertumbuhan laba, 5) pertumbuhan penjualan, 6) return on assets setelah pajak, 7)
return on sales setelah pajak, 8) respon secara keseluruhan terhadap persaingan, 9)
tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, 10) kinerja kesuksesan
perusahaan secara keseluruhan. Penggunaan pengukuran business performance
yang dikembangkan oleh Bontis (1998) telah banyak dirujuk dan digunakan oleh
peneliti lain baik secara keseluruhan ataupun dengan berbagai modifikasi, antara
lain Sharabati, et al (2010), Cabrita dan Bontis (2008), Cabrita et al (2007), Hsu
(2006), Bontis et al (2000).
Sementara itu F-Jardon dan Martos (2009) menggunakan 13 indikator
untuk mengukur kinerja (performance) dalam penelitiannya tentang IC dan
kinerja SMEs di Argentina, yakni 1) output, 2) aliran kas, 3) laba, 4) yield, 5)
nilai pasar perusahaan, 6) ekuitas atau modal, 7) keunggulan bersaing perusahaan,
8) profesionalisme karyawan, 9) produktivitas, 10) pengurangan biaya, 11)
modernisasi fasilitas, 12) kapasitas inovasi, 13) transfer teknologi baru. Apabila
diperhatikan tentang ukuran kinerja bisnis yang dikembangkan oleh F-Jardon dan
Martos (2009) nampak adanya kesesuaian dengan karakteristik SMEs atau IKM
yakni profesionalisme karyawan, modernisasi fasilitas, kapasitas inovasi, dan
transfer teknologi. Tetapi menurut penulis ukuran kinerja bisnis yang
dikembangkan oleh F-Jardon dan Martos (2009) juga memiliki kelemahan yakni
banyak hal yang terlalu teknis ke bidang keuangan yang kadang tidak diketahui
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

semua pihak, misalnya aliran kas, yield, nilai pasar perusahaan, dan ekuitas atau
modal. Sehingga penggabungan atau modifikasi antara ukuran kinerja bisnis yang
dikembangkan oleh Bontis (1998) dan F-Jardon dan Martos (2009) perlu
dilakukan terutama untuk SMEs atau IKM.

Competitive Advantage (CA)


Chen (2008) telah mengembangkan pengukuran CA yang terdiri dari 11
items yakni 1) biaya perusahaan lebih rendah dibanding kompetitor utama, (2)
kualitas produk dan jasa lebih baik dibanding kompetitor utama, (3) perusahaan
lebih kapable dalam riset, pengembangan, dan inovasi dibanding kompetitor
utama, 4) perusahaan memiliki kapabilitas manajerial yang lebih baik dibanding
kompetitor utama, 5) perusahaan memiliki profitabilitas yang lebih baik, 6)
pertumbuhan perusahaan lebih tinggi dibanding kompetitor utama, 7) perusahaan
merupakan penggerak utama di berbagai bidang dari pada pesaing, 8) image
perusahaan lebih baik dari pada pesaing, 9) pesaing tidak dapat meniru produk
atau jasa perusahaan dengan mudah, 10) pesaing tidak dapat meniru ide-ide
kreatif perusahaan dengan mudah, 11) pesaing tidak dapat mengganti posisi
peruahaan secara mudah. Apabila dilihat dari item-item yang dikembangkan Chen
(2008) sangatlah cocok dengan karakteristik SMEs atau IKM.
Berdasarkan uraian di atas tentang variabel dan indikator untuk IC, BP, dan
CA maka dapat dirangkum seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1. Variabel dan Indikator HC, SC, RC, BP, dan CA
Variabel Indikator Sumber
Human Capital (HC) 1. Kapabilitas Karyawan Moon & Kym
2. Kepuasan Karyawan (2006); CIMA
3. Keberlanjutan Karyawan (2005); Shih et al
4. Kreativitas Karyawan (2010); Bontis &
5. Loyalitas dan Komitmen Fitz-enz (2002),
6. Nilai dan Budaya Karyawan Chen et al (2004);
Sharabati et al
(2010); Marr (2008),
dan Cohen and
Kaimanakis (2007).
Structural Capital (SC) 1. Sistem informasi, Moon & Kym
2. Proses organisasi, (2006); Chen et al
3. Budaya organisasi, (2004); Sharabati et
4. Struktur organisasi al (2010); Shih et al
5. Knowledge management, (2010); dan Cohen
and Kaimanakis
(2007).
Relational Capital (RC) 1. Kapabilitas dasar pemasaran, Chen et al (2004);
2. Loyalitas pelanggan (Orientasi Shih et al (2010);
Pasar) IFAC (1998); Marr
3. Intensitas pasar, (2008); Bontis
4. Hubungan dengan masyarakat, (1998); dan Moon &
5. Ketepatan dalam membidik Kym (2006); dan
pelanggan Cohen and
Kaimanakis (2007).
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Variabel Sub Indikator Sumber


Business Performance (BP) 1. Kepemimpinan industri, Bontis (1998); F-
2. prospek masa depan, Jardon dan Martos
3. Laba, (2009)
4. Pertumbuhan laba,
5. Pertumbuhan penjualan,
6. Return on assets setelah pajak,
7. return on sales setelah pajak,
8. Respon secara keseluruhan
terhadap persaingan,
9. Tingkat kesuksesan dalam
peluncuran produk baru,
10. Kinerja kesuksesan
perusahaan secara keseluruhan
11. Profesionalisme karyawan,
12. Modernisasi fasilitas,
13. Kapasitas inovasi,
14. Transfer teknologi
Variabel Sub Indikator Sumber
Competitive Advantage (CA) 1. Biaya perusahaan lebih rendah Chen (2008)
2. Kualitas produk dan jasa lebih
baik
3. Perusahaan lebih kapable dalam
riset, pengembangan, dan
inovasi
4. Perusahaan memiliki kapabilitas
manajerial yang lebih baik
5. Perusahaan memiliki
profitabilitas yang lebih baik
6. Pertumbuhan perusahaan lebih
tinggi
7. Perusahaan merupakan
penggerak utama di berbagai
bidang
8. Image perusahaan lebih baik
9. Pesaing tidak dapat meniru
produk atau jasa perusahaan
dengan mudah
10. Pesaing tidak dapat meniru
ide-ide kreatif perusahaan
dengan mudah
11. Pesaing tidak dapat mengganti
posisi perusahaan secara
mudah
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui indikator dan sub indikator


masing-masing variabel baik untuk IC (HC, SC, RC), BP, dan CA. Dengan
mengetahui indikator dan sub indikator tersebut akan memudahkan IKM Batik
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

dalam mengoptimalisasi IC yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan


kinerja bisnisnya (business performance) dan memenangkan persaingan
(competitive advantage) di CAFTA. Misalnya optimalisasi HC dapat dilakukan
dengan meningkatkan kapabilitas karyawan, meningkatkan kepuasan karyawan,
memperhatikan keberlanjutan karyawan, memberikan peluang baik karyawan
untuk selalu melakukan kreativitas, meningkatkan loyalitas dan komitmen
karyawan, dan selalu meningkatkan nilai dan budaya yang ada di karyawan.
Demikian pula dengan indikator-indikator yang ada di SC dan RC harus mendapat
perhatian khusus dari IKM Batik agar lebih dapat mengoptimalkan peran kedua
variabel dari IC tersebut guna meningkatkan kinerja dan memenangkan
persaingan di CAFTA.
Untuk kinerja bisnis (BP) dan keunggulan bersaing (CA) juga harus
diperhatikan tentang ukuran-ukuran yang menjadi sub indikator untuk masing-
masingnya. Untuk sub indikator kinerja bisnis ada 14 ukuran, sedangkan untuk
sub indikator keunggulan bersaing ada 11 ukuran. Dengan memperhatikan
indikator-indikator kinerja bisnis dan keunggulan bersaing maka IKM Batik akan
lebih fokus pada upaya-upaya untuk mengoptimalisasi IC yang dimilikinya ketika
dikaitkan dengan indikator-indikator yang ada di kinerja bisnis (BP) dan
memenangkan persaingan (CA) di CAFTA.

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL


Upaya untuk mengoptimalisasi IC tidak hanya berhenti pada mengetahui
variabel dan indikator untuk masing-masing HC, SC, RC, BP, dan CA tetapi juga
harus mengetahui hubungan antar variabelnya. Sehingga akan memudahkan
komponen-komponen mana yang harus dioptimalkan dan dikembangkan oleh
IKM Batik. Selain itu dengan mengetahui hubungan antar variabel yang
didasarkan pada hasil penelitian empiris akan lebih menguatkan bukti tentang
komponen mana dan hubungan yang seperti apa yang harus dikembangkan oleh
IKM Batik. Hubungan antar variabel tersebut akan terdiri atas hubungan antar
variabel IC yakni HC terhadap SC, HC terhadap RC, HC terhadap BP, dan HC
terhadap CA. Untuk SC akan terdiri dari hubungan variabel SC terhadap RC, SC
terhadap BP, dan SC terhadap CA. Untuk RC akan terdiri dari hubungan variabel
RC terhadap BP, dan RC terhadap CA. Dan yang tidak kalah pentingnya hubungan
antara IC (HC, SC, dan RC) terhadap BP, dan IC (HC, SC, dan RC) terhadap CA.

Human Capital terhadap Structural Capital


HC adalah bagian fundamental dari IC, dan elemen utama untuk melakukan
fungsi-fungsi IC. HC akan berkaitan dengan manusia yang ada di dalam
perusahaan yang memiliki kompetensi, kapabilitas, dan pengetahuan untuk
mengelola perusahaan tersebut. HC akan menjadi roh tentang bagaimana
perusahaan dikelola dengan menciptakan sistem-sistem, prosedur, mekanisme,
struktur dan proses organisasi bahkan budaya organisasi sekalipun yang
merupakan bagian dari SC. Banyak penelitian IC yang menguji pengaruh HC
terhadap SC. Penelitian Shih et al (2010), menyatakan bahwa HC berpengaruh
secara positif dan langsung terhadap SC. Demikian pula penelitian Cabrita dan
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Bontis (2008). Huang dan Hsueh (2007), Hsu (2006), Moon dan Kym (2006),
Chen et al (2004), Bontis et al (2000), dan F-Jardon dan Markos (2009).

Human Capital terhadap Relational Capital


HC sebagai elemen yang fundamental dan sebagai roh dari IC, tidak hanya
berpengaruh terhadap SC tetapi juga terhadap RC. Bagaimanapun juga untuk
dapat melakukan hubungan dengan pihak eksternal, misalnya kepada pelanggan,
supplier, kreditur, debitur, dan masyarakat, diperlukan pengetahuan, kapabilitas,
dan kompetensi karyawan yang memadai sehingga hubungan dengan pihak
eksternal dapat dijalankan dengan baik. Demikian pula berkaitan dengan
mengelola image produk dan jasa, image perusahaan, loyalitas pelanggan,
kepuasan pelanggan, kemampuan bernegosiasi, hubungan dengan masyarakat
akan sangat tergantung kepada HC yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian yang
menguji pengaruh HC terhadap RC adalah penelitian Chen et al (2004), Bontis et
al (2000), Shih et al (2010), Cabrita dan Bontis (2008), Moon dan Kym (2006),
Huang dan Hsueh (2007), dan F-Jardon dan Markos (2009). Hasil pengujian
penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa HC berpengaruh signifikan
terhadap RC.

Human Capital terhadap Business Performance


HC yang diartikan sebagai seperangkat sumber daya tak berwujud yang tertanam
pada masing-masing individu organisasi (Bontis, 1999), haruslah dikombinasikan
antara satu dengan yang lainnya. Kombinasi antara kapabilitas, kompetensi,
kepuasan, keberlanjutan karyawan akan menciptakan produktivitas human capital.
Seorang manajer perusahaan haruslah dapat mengkombinasikan seluruh human
capital yang ada sehingga dapat memotivasi karyawan guna mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan yang akhirnya akan berdampak pada BP. Penelitian
Huang dan Hsueh (2007) menyatakan bahwa HC berhubungan secara positif
dengan BP. Demikian pula dengan penelitian Seleim et al (2007), dan F-Jardon
dan Markos (2009).

Structural Capital terhadap Relational Capital


SC terdiri dari sistem, prosedur, mekanisme kerja, struktur organisasi, proses
organisasi, dan budaya organisasi. Organisasi yang memiliki SC yang kuat akan
memiliki budaya yang menjadikan karyawan perusahaan untuk mencoba hal-hal
baru, inovatif, kreatif, dan tidak takut gagal (Bontis, 1998). Sedangkan aktivitas
RC banyak berkaitan dengan inovasi produk, image produk, inovasi layanan,
kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, dan juga berhubungan dengan
masyarakat. Sehingga dengan SC yang mengijinkan karyawan untuk berkreasi,
berinovasi, dan mencoba hal-hal baru maka akan menjadikan kinerja RC menjadi
meningkat atau berhubungan secara positif. Atau dengan kata lain bahwa apabila
SC-nya baik maka RC-nya juga baik. Penelitian yang menguji pengaruh SC
terhadap RC adalah penelitian Cabrita dan Bontis (2008), Cabrita et al (2007),
Bontis dan Fitz-Enz (2002), F-Jardon dan Markos (2009).. Hasil penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan bahwa SC berpengaruh terhadap RC secara
positif dan signifikan.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Structural Capital terhadap Business Performance


Jika suatu organisasi mampu untuk mengkodifikasikan pengetahuan perusahaan
dan mengembangkan SC misalnya menciptakan rutinitas dan tata kerja yang baik,
maka kesuksesan BP akan mudah untuk dicapai. SC ini penting bagi perusahaan
karena akan berisikan mekanisme dan struktur organisasi yang dapat membantu
karyawan untuk mencapai kinerja intelektual yang optimal dan kinerja bisnis
secara keseluruhan (Bontis, 1998:66). Organisasi dengan SC yang kuat akan
mendukung upaya individu-individu untuk mencoba hal-hal baru, untuk belajar,
untuk gagal dan mencoba lagi. Inilah yang memungkinkan perusahaan untuk
menciptakan peluang-peluang baru, kreasi dan inovatif. Sebuah organisasi yang
penuh dengan IC tetapi tanpa adanya SC, maka hal itu hanyalah HC (Bontis,
1998:66). Penelitian yang menguji pengaruh SC dan BP adalah penelitian Bontis
(1998) yang menyatakan bahwa SC berpengaruh secara langsung dan signifikan
terhadap BP. Penelitian Bontis et al (2000), Cabrita dan Bontis (2008), Cabrita et
al (2007), dan F-Jardon dan Markos (2009) juga menghasilkan hal yang sama.

Relational Capital terhadap Business Performance


RC berkenaan dengan masalah hubungan dengan pihak eksternal, yakni konsumen,
pelanggan, supplier, masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya. Termasuk dalam
wilayah RC ini adalah mengelola image produk, image jasa dan perusahaan,
kepuasan konsumen dan loyalitas pelanggan. Dan apabila perusahaan mampu
mengelola RC dengan baik, misalnya dengan memberikan kepuasan pada
konsumen sehingga konsumen menjadi loyal terhadap produk atau jasa
perusahaan maka BP dapat meningkat. Demikian pula dengan terciptanya
hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga perusahaan memiliki citra yang
baik di mata masyarakat maka BP akan mudah untuk ditingkatkan dan menjadi
keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Adanya pengaruh positif dan signifikan
antara RC dengan BP ditunjukkan dengan hasil penelitian Bontis (1998), Bontis et
al (2000), Cabrita dan Bontis (2008), Sharabati et al (2010), Huang dan Hsueh
(2007), Wang dan Chang (2005), F-Jardon dan Markos (2009).

Intellectual Capital yang Terdiri Dari Human Capital, Structural Capital,


Relational Capital terhadap Business Performance
Integrasi atau gabungan antara HC, SC, dan RC akan membentuk IC. Apabila
perusahaan memiliki karyawan dengan kapabilitas tinggi, kompetensi yang bagus,
karyawan yang terpuaskan, kemudian perusahaan memiliki organisasi yang bagus
seperti struktur dan proses organisasi yang jelas, budaya organisasi yang baik, dan
ditambah dengan kemampuan yang berkaitan dengan pemasaran, pelanggan yang
terpuaskan, intensitas pasarnya bagus, serta hubungan dengan masyarakat yang
baik maka hal tersebut dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan. Penelitian
Sharabati, et al (2010), menunjukkan bahwa variabel-variabel IC berpengaruh
signifikan dan positif dengan BP. Hasil dalam penelitian tersebut menyatakan
bahwa RC memiliki nilai signifikansi yang paling besar dibandingkan dengan
variabel yang lain yakni HC dan SC. Demikian pula dengan penelitian Chen et al
(2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara IC dan enterprise
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

performance. Penelitian Cabrita dan Bontis (2007) juga menyatakan hasil yang
sama bahwa masing-masing variabel IC berinteraksi dengan BP.

Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital, Relational Capital)


terhadap Competitive Advantage
Chen (2008) telah melakukan penelitian tentang IC kaitannya dengan CA.
Penelitian Chen (2008) berjudul The Positive Effect of Green Intellectual Capital
on Competitive Advantages of Firms. Hasilnya penelitian menunjukkan ada
pengaruh positif, artinya bahwa IC yang terdiri dari HC, SC, dan RC memiliki
pengaruh signifikan terhadap CA. Sampel penelitian dipilih secara acak dari 2005
Business Directory of Taiwan dengan responden manajer produksi, manajer
pemasaran, manajer riset dan pengembangan, atau departeman perlindungan
lingkungan.

MODEL OPTIMALISASI
Hubungan antar variabel yang telah dibahas sebelumnya apabila dibuat
sebuah model akan nampak seperti gambar 2. Dengan memahami model tersebut
maka IKM Batik dapat mengetahui aliran hubungan antar variabel. Sehingga
prioritas optimalisasi komponen IC dapat dilakukan dan dikaitan dengan kinerja
bisnis dan keunggulan bersaing. Misalnya apabila IKM Batik selalu meningkatkan
dan mengoptimalisasi HC yang dimilikinya maka semua variabel yang ada akan
terpengaruh sehingga semua akan meningkat. Maka sangat perlu bagi IKM Batik
untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam IC sehingga kinerja bisnis akan
meningkat sehingga dapat memenangkan persaingan di CAFTA.

HC

RC BP CA

Gambar 2. Model Optimalisasi IC Guna Meningkatkan Kinerja Bisnis (BP) dan


Memenangkan Persaingan (CA) dai CAFTA
SC
Seperti nampak pada gambar 2, bahwa lingkaran pipih menunjukkan
variabel laten yang berarti harus ada variabel terukur dalam bentuk indikator atau
sub indikator. Kelima variabel laten di atas akan diikuti oleh variabel terukur
untuk masing-masing variabel seperti yang ada di tabel 1. Sehingga HC akan
memiliki enam variabel terukur (indikator), SC akan memiliki lima variabel
terukur (indikator), RC akan memiliki lima variabel terukur (indikator), BP akan
memiliki 14 variabel terukur (sub indikator), dan CA akan memiliki 11 variabel
terukur (sub indikator). Sedangkan tanda panah menunjukkan pengaruh atau
hubungan antar variabel. Artinya dengan mengikuti tanda panah tersebut maka
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

IKM Batik dapat memahami aliran pengembangan optimalisasi IC guna


meningkatkan kinerja bisnis dan memenangkan persaingan di CAFTA.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Optimalisasi IC sangat penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan
kinerja bisnis IKM Batik dan memenangkan persaingan di CAFTA. Hal ini
disebabkan oleh terbukanya peluang bagi pengembangan IKM Batik karena
telah diakuinya produk batik sebagai kekayaan asli Indonesia oleh UNESCO.
Selain itu juga kontribusi IKM Batik dalam penyerapan tenaga kerja juga besar
sehingga sangat layak untuk dikembangkan dengan mengoptimalkan IC yang
dimiliknya.
2. Optimalisasi IC oleh IKM Batik dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
variabel dan indikator pembentuk komponen IC (HC, SC, RC), variabel kinerja
bisnis (BP), dan keunggulan bersaing (CA). Adapun hasilnya adalah HC
memiliki enam variabel terukur (indikator), SC memiliki lima variabel terukur
(indikator), RC memiliki lima variabel terukur (indikator), BP memiliki 14
varibel terukur (sub indikator), dan CA akan memiliki 11 variabel terukur (sub
indikator). Dengan mengetahui masing-masing indikator keberhasilan masing-
masing variabel akan memudahkan IKM Batik untuk mengoptimalkan IC guna
meningkatkan kinerja dan memenangkan persaingan di CAFTA.
3. Cara berikutnya untuk mengoptimalisasi IC adalah dengan melihat hubungan
antar variabel IC (HC, SC, RC). Hasilnya menunjukkan sebuah model
optimalisasi yang ditunjukkan dengan anak panah yang berarti pengaruh
variabel satu dengan variabel yang lain. Dengan mengikuti tanda panah
tersebut maka IKM Batik dapat memahami aliran pengembangan optimalisasi
IC guna meningkatkan kinerja bisnis dan memenangkan persaingan di CAFTA.

Saran
1. Untuk IKM Batik. Upaya untuk terus meningkatkan kinerja dan keunggulan
bersaing harus terus dilakukan. Salah satu caranya dengan mengoptimalkan IC
yang dimilikinya. Ada dua cara, pertama identifikasilah variabel dan indikator
komponen IC (HC, SC, RC), sub indikator BP dan CA. Kedua dengan
mengetahui hubungan antar variabel sehingga memudahkan untuk melakukan
optimalisasi dan pengembangan IC yang dimiliki oleh IKM Batik.
2. Untuk peneliti berikutnya. Penelitian IC di Indonesia masih sangat langka
untuk saat ini maka peluang untuk melakukan penelitian dengan tema IC ini
masih sangat terbuka. Berkaitan dengan artikel konseptual ini yang belum
dilakukan oleh penulis adalah mengkaitkan hubungan antara BP dan CA dalam
perspektif IC. Hal ini karena sampai saat ini penulis belum menemukan kajian
penelitian terdahulu tentang hal tersebut.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

DAFTAR PUSTAKA

Barney, J. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal


of Management. Vol 17, pp 99 120

Bontis, Nick. 1998. Intellectual Capital : An Exploratory Study That Develops


Measures and Models. Management Decision. Vol 36 No 2, pp 63-76

Bontis, Nick., William Chua Chong Keow., and Stanly Richardson. 2000.
Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries.
Journal of Intellectual Capital. Vol 1 No 1, pp 85-100

Bontis, Nick. 2001. Assessing Knowledge Assets : A Review of The Model Used
To Measure Intellectual Capital. International Journal of Management
Reviews. Volume 3, Issue 1, pp 41 60.

Bontis, Nick and Jac Fitz Enz. 2002. Intellectual Capital ROI : A Casual Map of
Human Capital Antecedents and Consequents. Journal of Intellectual
Capital. Vol 3 No 3, pp 223 247

Cabrita, Maria do Rosario, and Nick Bontis. 2008 Intellectual Capital and
Business Performance in The Portuguese Banking Industry, Int. J.
Technology Management, Vol. 43, Nos. 1-3, pp.212237.

Cabrita, Maria do Rosario., Jorge Landeiro de Vas., and Nick Bontis. 2007
Modelling The Creation of Value From Intellectual Capital : A Portuguese
Banking Perspective, Int. J. Knowledge and Learning. Vol. 3, Nos. 2/3, pp.
266 280.

Chartered Institute of Management Accountants (CIMA). 2005. Understanding


Corporate Value : Managing dan Reporting Intellectual Capital.
www.cimaglobal.com. Diakses 8 Januari 2011. Jam 21.30 WIB.

Chen, Jin., Zhaohui Zhu., and Hong Yuan Xie. 2004. Measuring Intellectual
Capital : A New Model and Empirical Study. Journal of Intellectual
Capital. Vol 5 No 1, pp 195 212

Chen, Yu-Shan. 2008. The Positive Effect of Green Intellectual Capital on


Competitive Advantages of Firms. Journal of Business Ethics. Vol 77, pp
271286.

Chen, Ming-Cin. 2004. Intellectual Capital and Competitive Advantages: The


Case of TTY. Journal of Business Chemistry, Vol. 1 No. 1, pp. 14-20.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Cohen, Sandra and Nikolaos Kaimenakis. 2007. Intellectual Capital and Corporate
Performance in Knowledge-Intensive SMEs. The Learning Organization.
Vol. 14 No. 3, pp. 241-262

Collis, David J, and Cynthia A Montgomery. 2005. Corporate Strategy. A


Resources-Based Approach. Second Edition. The Mc Graw-Hill
Companies, Inc. New York.

Corso, Mariano, Antonella Martini, Emilio Paolucci, and Luisa Pellegrini. 2003.
Knowledge Management Configuration in Italian Small to Medium
Enterprise. Integrated Manufacturing Systems. 14,1; ABI/INFORM
Global, pg 46

Edvinsson, L., and M. Malone. 1997. Intellectual Capital : Realizing Your


Companys True Value by Finding Its Hidden Brainpower. NewYork :
Harper Collins Publishers Inc.

F-Jardon, Carlos Maria and Maria Susana Martos. 2009. Intellectual Capital And
Performance in Wood Industries of Argentina. Journal of Intellectual
Capital. Vol. 10 No. 4, pp. 600-616

Fisher, J.E. 1998. Contingency Theory, Management Control Systems and Firm
Outcomes : Past Result and Future Directions. Behavioral Research in
Accounting. Vol 10, pp 48 63

Hermawan, Sigit, Rifda Abadiyah, dan Wisnu Panggah Setiyono. 2008. Studi
Komparasi Pemberian Kredit PKM Terhadap Peningkatan Daya Saing
Usaha Kecil Sepatu Dalam Menghadapi Serbuan Produk Cina di
Kabupaten Sidoarjo. EKUITAS, Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol 12
No 3, September 2008. Akreditasi No. 55a/DIKTI/Kep/2006.

Hitt, Michael A, et, al. 2001. Manajemen Strategi : Daya Saing dan Globalisasi:
Konsep. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Huang, Chung-Fah and Sung-Lin Hsueh. 2007. A Study On The Relationship


Between Intellectual Capital And Business Performance In The
Engineering Consulting Industry: A Path Analysis. Journal of Civil
Engineering and Management. Vol 13, No 4, 265271

International Federation of Accountants (IFAC). 1998. The Measurement And


Management Of Intellectual Capital : An Introduction. New York. USA.
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

Ireland, et al. 2009. The Management of Strategic. Concept and Cases. 8th Edition.
International Student Edition. South-Western Cengage Learning.

KADIN Sidoarjo. 2009. Katalog Pengusaha Besar, Menengah dan Kecil di


Kabupaten Sidoarjo. Diterbitkan oleh KADINDA Sidoarjo.

Marr, Bernard. 2008. Make The Invisible Visible: Identify Intellectual Capital.
http://www.cimaglobal.com. Diakses 23 Maret 2010. Jam 01.58 WIB

Moon, Yun Ji, and Hyo Gun Kym,. 2006. A Model for The Value of Intellectual
Capital. Canadian Journal of Administrative Sciences; Sep 2006; 23, 3;
ABI/INFORM Global. pg. 253

Seleim, Ahmed., Ahmed Ashour., and Nick Bontis. 2007. Human Capital and
Organizational Performance : A Study Egyptian Software Company.
Management Decision. Vol 45, No 4., pp 789 801

Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Shawqi Naji Jawad., and Nick Bontis. 2010.
Intellectual Capital and Business Performance in The Pharmaceutical
Sector of Jordan. Management Decision. Vol 48. No. 1. pp. 105 131

Shih, Kuang Hsun., Chia Jung Chang., and Binshan Lin. 2010. Assessing
Knowledge Creation and Intellectual Capital in Banking Industry. Journal
of Intellectual Capital. Vol 11, No 1, pp 74-89

Steenkamp, Natasja., and Varsha Kashyap. 2010. Importance and Contribution of


Intangible Assets: SME Managers Perceptions. Journal of Intellectual
Capital. Vol 11 No 3., pp 368 390.

St-Pierre, Josee., and Josee Audet. 2011. Intangible Assets and Performance.
Journal of Intellectual Capital. Vol 12, No 2., pp 202 223.

Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital The New Wealth of Organization.


London : Nicholas Brealey.

Wernerfelt, Birger. 1984. A Resource-based View of the Firm. Strategic


Management Journal, Vol.5, 171-180. John Wiley & Sons, Ltd.

www.poskota.co.id. 2010. Batik China Serbu Pasaran, Pengrajin Resah. Kamis, 11


Februari 2010 - 20:31 WIB. Diakses tanggal 14 Februari 2010, Jam 19.40
WIB

www.inilah.com. 2008. Batik Cina Kian Mengancam. 29/09/2008 - 01:21. Diakses


14 Februari 2010, Jam 17.15 WIB
Jurnal Strategi dan Bisnis, Vol 1 No 2, Oktober 2013 (Hlm 98 - 115)___________

www.jawapos.co.id. 2010. Ubah Sistem TI untuk Hadapi ACFTA. Kamis, 11 Feb


2010. Diakses 13 Februari 2010. Jam 20.30 WIB.

Wang, Wen-Ying., and Chingfu Chang. 2005. Intellectual Capital and


Performance In Casual Models. Evidence from The Informational
Technology Industry in Taiwan. Journal of Intellectual Capital. Vol 6 No
2, pp 222 236

Anda mungkin juga menyukai