Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS: KAMPUNG

SIAGA BENCANA DAN DESA/KELURAHAN TANGGUH BENCANA


POLICY OF COMMUNITY BASE DISASTER MANAGEMENT: KAMPUNG SIAGA
BENCANA AND DESA/KELURAHAN TANGGUH BENCANA

Habibullah
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III Jakarta Timur
Email:habibullah@kemsos.go.id

Diterima: 22 April 2013, Disetujui: 29 Juli 2013

Abstrak
Bencana alam sering terjadi di Indonesia, Kementerian Sosial membuat kebijakan program
kampung siaga bencana dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana membuat kebijakan program
desa/kelurahan tangguh bencana. Keduanya, merupakan kebijakan pemerintah dalam penanggulangan
bencana berbasis komunitas. Sehingga terkesan terjadi tumpang tindih program. Oleh karena itu penelitian
ini membandingkan kebijakan program kampung siaga bencana dan desa tangguh bencana dilihat dari
lembaga pembuat kebijakan, tujuan, konsep desa/kelurahan dan kampung, organisasi pelaksana, pelaksana,
mitra organisasi, konteks ekologikal, protokol intervensi, populasi target.
Hasil penelitian menunjukkan berbeda dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
Kementerian Sosial RI tidak hanya sebagai pembuat kebijakan akan tetapi juga melaksanakan fasilitasi
langsung pembentukan kelembagaan kampung siaga bencana. Konsep kampung pada kampung siaga
bencana cenderung pada merek program bukan kampung sebagai wilayah sedangkan pada desa/
kelurahan merupakan konsep kewilayahan desa/kelurahan itu sendiri. Tujuan dari kampung siaga bencana
cenderung lebih kompleks yaitu memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat, membentuk jejaring
dan memperkuat interaksi sosial, mengorganisasikan, menjamin kesinambungan, mengoptimalkan potensi
dan sumber daya sedangkan pada desa/kelurahan tangguh bencana lebih cenderung sebagai upaya
peningkatan penanggulangan berbasis komunitas

Kata kunci: bencana, penanggulangan bencana berbasis komunitas, kebijakan, model tindakan.

Abstract
Natural disasters often occur in Indonesia, Ministry of Social Affairs to make policy kampung
siaga bencana program and the National Disaster Management Agency program policy making desa/
kelurahan tangguh bencana. Both of them, a government policy in community-based disaster management.
So impressed overlapping programs. Therefore this study compared program policies of the kampung siaga
bencana and desa/kelurahan tangguh bencana views of policy-making institutions, the purpose, the concept
of rural/urban and village, implementing organizations, executor, partner organizations, ecological context,
intervention protocols, the target population.
The results showed different with National Disaster Management Agency, Ministry of Social
Affairs is not just as policy makers but also carry out direct facilitation of the establishment of kampung
siaga bencana. The concept of kampung in kampung siaga bencana is brand program not concept village
is teritory. The concept of the desa/kelurahan in desa/kelurahan tangguh bencana village is a concept of
regional/sub itself. The purpose of the kampung siaga bencana tends to be more complex that provides an
understanding and awareness, establish and strengthen networks of social interaction, organize, ensure
continuity, and optimize resource potential. Desa/kelurahan tangguh bencana are more likely an effort to
improve community base disaster manajemen program.

Keywords: disaster, community base disaster manajemen, policy, action model.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 133


PENDAHULUAN menciptakan perdamaian dalam kehidupan
Bencana alam sering terjadi di Indonesia, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
berdasarkan rekapitulasi data kejadian tahun Pada tahap pra bencana yaitu pada
2012 dari Direktorat Perlindungan Sosial situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat
Korban Bencana Alam Kementerian Sosial RI potensi bencana terdapat berbagai upaya yaitu:
tercatat sebanyak 718 kejadian bencana alam
a. Pencegahan yaitu serangkaian kegiatan
dengan jenis bencana banjir, angin puting
yang dilakukan sebagai upaya untuk
beliung, gempa bumi, longsor, gunung api,
menghilangkan dan/atau mengurangi
kekeringan dan abrasi pantai.
ancaman bencana.
Bencana tersebut mengakibatkan b. Mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk
gangguan dalam kehidupan manusia. mengurangi resiko bencana, baik melalui
Berdasarkan data Badan Nasional pembangunan sik (mitigasi struktural)
Penanggulangan Bencana (BNPB) diketahui maupun penyadaran dan peningkatan
bahwa selama tahun 2012 bencana alam kemampuan menghadapi ancaman bencana
mengakibatkan 487 orang meninggal, 675.798 (mitigasi non struktural).
orang mengungsi/menderita dan 33.847 rumah c. Kesiapsiagaan, yaitu serangkaian kegiatan
rusak dengan rincian 7.891 rusak berat, 4.587 yang dilakukan untuk mengantisipasi
rusak sedang dan 21.369 rusak ringan. bencana alam melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan adalah
Berbagai program telah dilaksanakan sekumpulan tindakan yang memungkinkan
oleh pemerintah untuk mengurangi risiko pemerintah, organisasi, masyarakat dan
bencana baik preventif, tanggap darurat dan perorangan untuk melakukan tindakan
mitigasi bencana hingga rehabilitasi dan dalam menghadapi situasi bencana secara
rekonstruksi pasca-bencana. Program-program cepat dan efektif.
tersebut ditetapkan sebagai upaya untuk Bentuk-bentuk kegiatan kesiapsiagaan
mencapai tujuan penanggulangan bencana bencana tersebut dapat berupa:
sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor a. Penyusunan dan uji coba rencana
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan penanggulangan kedaruratan bencana.
Bencana, yaitu untuk:
b. Pengorganisasian, pemasangan, dan
a. Memberikan perlindungan kepada pengujian sistem peringatan dini penyediaan
masyarakat dari ancaman bencana. dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
b. Menyelaraskan peraturan perundang- kebutuhan dasar.
undangan yang sudah ada. c. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan,
c. Menjamin terselenggaranya dan gladi tentang mekanisme tanggap
penanggulangan bencana secara terencana, darurat.
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. d. Penyiapan lokasi evakuasi.
d. Menghargai budaya lokal. e. Penyusunan data akurat, informasi, dan
e. Membangun partisipasi dan kemitraan pemutakhiran prosedur tetap tanggap
publik serta swasta. darurat bencana.

f. Mendorong semangat gotong royong, f. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang,


kesetiakawanan, dan kedermawanan dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan
prasarana dan sarana.

134 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Pada tahap kesiapsiagaan pilihan kebijakan penanggulangan bencana
menghadapi bencana, Kementerian Sosial RI berbasis komunitas yang sesuai dengan kondisi
mengembangkan seuah konsep yang disebut setempat.
Kampung Siaga Bencana yang dilandasi oleh Penanggulangan bencana berbasis
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia komunitas (community-based disaster
Nomor 128 tahun 2011 tentang Kampung manajement) menurut Paripurno adalah sebuah
Siaga Bencana. Sedangkan BNPB membentuk pendekatan yang mendorong komunitas akar
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana berdasarkan rumput dalam mengelola resiko bencana di
Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 tahun 2012 tingkat lokal. Upaya tersebut memerlukan
tentang Pedoman Umum Desa/kelurahan serangkaian upaya yang meliputi melakukan
Tangguh Bencana. inteprestasi sendiri atas ancaman dan resiko
Terkesan terjadi tumpang tindih bencana yang dihadapinya, mengurangi serta
program/kegiatan antara Kementerian memantau dan mengevaluasi kinerjanya sendiri
Sosial RI dengan BNPB, sehingga menarik dalam upaya pengurangan bencana (Anonim,
untuk dilakukan penelitian atas kebijakan 2012, hal. 17).
penanggulangan bencana berbasis komunitas Masyarakat lokal dengan ancaman
ini sebagaimana tercantum dalam Peraturan bencana bukanlah pihak yang tidak berdaya,
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 128 apabila agenda pengurangan risiko bencana
tahun 2011 tentang Kampung Siaga Bencana bukan lahir dari kesadaran atas kapasitas
dan Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 tahun komunitas lokal serta prioritas yang dimiliki
2012 tentang Pedoman Umum Desa/kelurahan oleh komunitas maka upaya tersebut tidak
Tangguh Bencana. mungkin berkelanjutan (Anonim, 2012, hal.
Oleh karena itu permasalahan penelitian 18). Namun seringkali pemerintah cenderung
ini yaitu Bagaimana perbandingan kebijakan menerapkan pendekatan atas ke bawah (top-
penanggulangan bencana berbasis komunitas down) dalam perencanaan manajemen bencana
antara Peraturan Menteri Sosial Republik di mana kelompok sasaran diberi solusi yang
Indonesia Nomor 128 tahun 2011 tentang dirancang untuk mereka oleh para perencana
Kampung Siaga Bencana dengan Peraturan dan bukannya dipilih oleh masyarakat sendiri.
Kepala BNPB Nomor 1 tahun 2012 tentang Pendekatan seperti itu cenderung mendekatkan
Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh tindakan-tindakan manajemen bencana sik
Bencana. dibandingkan perubahan-perubahan sosial
Tujuan dari penelitian ini menghasilkan untuk membangun sumber daya dari kelompok
perbandingan kebijakan penanggulangan yang rentan (Handayani, 2011).
bencana berbasis masyarakat antara Kampung Salah satu pendekatan alternatif adalah
Siaga Bencana dan Desa/Kelurahan Tangguh mengembangkan kebijakan manajemen
Bencana. Dengan adanya perbandingan bencana lewat konsultasi dengan kelompok-
kebijakan ini diharapkan menjadi sumber kelompok setempat dan menggunakan tehnik
rujukan bagi pemangku kepentingan khususnya serta tindakan di mana masyarakat dapat
BAPPENAS untuk sinkronisasi program mengorganisisasi diri secara mandiri dengan
penanggulangan bencana pada tingkat pusat. bantuan teknis terbatas dari luar. Program
Pada tingkat provinsi dan kota/kabupaten dapat manajemen bencana berbasis masyarakat
menjadi sumber rujukan dalam menentukan tersebut dianggap lebih memungkinkan untuk

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 135


melahirkan tindakan yang responsive terhadap dan tujuan program, penelitian ini juga
kebutuhan komunitas, dan untuk mengambil menggunakan teori program, menurut Huey
bagian dalam pembangunan komunitas. Tsyh Chen teori program merupakan spesikasi
Pendekatan ini juga cenderung memaksimalkan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
penggunaan sumberdaya lokal, termasuk tujuan-tujuan yang diharapkan, pengaruh
tenaga kerja, material dan organisasi. Praktek penting yang diantisipasi dan bagaimana
manajemen bencana yang berhasil harus tujuan dan pengaruh tersebut akan ditimbulkan
melibatkan kerjasama antara komunitas dengan (Wirawan, 2011, hal. 72). Huey Tsyh Chen
instansi yang terkait. Komunitas lokal harus menambahkan teori program terdiri dari dua
sadar akan risiko dan peduli untuk melakukan model yaitu model perubahan dan model
tindakan untuk menghadapi risikonya. tindakan. Model perubahan menunjukan proses
Masyarakat mungkin memerlukan bantuan sebab dan akibat yang ditimbulkan program
tehnis, bantuan materi dan bantuan dalam sedangkan model tindakan melukiskan rencana
membangun kapabilitas-kapabilitas mereka sistematik untuk mengatur staf, sumber-sumber,
sendiri (Handayani, 2011). altar dan dukungan organisasi agar dapat
mencapai populasi target dan menyediakan
Selain menganalisis lembaga pembuat
layanan-layanan intervensi (Wirawan, 2011,
kebijakan, konsep desa/kelurahan dan kampung,
hal. 73).

Gambar 2.
Kerangka Konseptual Model Tindakan Huey Tsyh Chen
Sumber: Wirawan, 2011, hal 73

Pada penelitian ini menggunakan model b. Pelaksana Program


tindakan, model tindakan terdiri dari enam Para pelaksana program adalah orang-orang
komponen, yaitu: yang bertanggung jawab untuk menyajikan
a. Organisasi Pelaksana layanan kepada klien seperti para manajer
kasus, para pekerja pencapai klien, guru
Organisasi pelaksana bertanggung jawab
sekolah, konselor kesehatan dan pekerja
atas mengorganisasi staf, mengalokasikan
sosial.
sumber-sumber dan mengkoordinasikan
aktivitas untuk melaksanakan suatu program. c. Mitra Organisasi dan Mitra Masyarakat
Kapabilitas organisasi mempengaruhi Program sharing benet dari atau
kualitas implementasi. memerlukan kerjasama atau kolaborasi

136 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


antara organisasi pelaksana dan mitra Kementerian Sosial RI dan desa/tangguh
organisasi dan mitra masyarakat. bencana oleh BNPB merupakan pelaksanaan
d. Konteks Ekologikal kegiatan kesiapsiagaan bencana dan secara
Konteks ekologikal adalah bagian kelembagaan baik teknis maupun admistratif
dari lingkungan yang secara langsung dapat dilaksanakan oleh Kementerian Sosial RI
berinteraksi dengan program. Program maupun BNPB. Namun tetap dikoodinasikan
memerlukan dukungan dari lingkungan oleh BNPB.
seperti dukungan sosial dan norma sosial
Secara kelembagaan Kementerian
untuk memfasilitasi kesuksesan program.
Sosial RI diatur berdasarkan Peraturan
e. Protokol Intervensi dan Deliveri Layanan-
Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang
layanan
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Suatu protokol intervensi merupakan suatu Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan
kurikulum atau prospektus yang menyatakan
Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Uraian
sifat yang tepat, isi, dan aktivitas dari
mengenai kelembagaan sebagai berikut:
intervensi. Protokol deliveri layanan
menunjukkan langkah-langkah khusus a. Kedudukan
untuk melaksanakan intervensi di lapangan. Kementerian Sosial RI dipimpin oleh
f. Populasi Target Menteri Sosial dan bertanggung berada
Populasi target adalah kelompok orang yang di bawah dan bertanggung jawab kepada
akan dilayani program. Kesuksesan suatu Presiden. Sedangkan BNPB dipimpin oleh
program dipengaruhi oleh faktor-faktor seorang Kepala BNPB dan berada di bawah
berikut: adanya kreteria mengenai mereka dan bertanggung jawab langsung kepada
yang berhak, kemungkinan mencapai orang Presiden.
yang berhak dan secara efektif melayani b. Tugas
mereka dan kemauan klien potensial Kementerian Sosial RI mempunyai tugas
berkomitmen atau kooperatif dengan menyelenggarakan urusan di bidang sosial
program. dalam pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan
PEMBAHASAN pemerintahan negara. Urusan di bidang sosial
Lembaga Pembuat Kebijakan meliputi rehabilitasi sosial, perlindungan
Pada tahap pra bencana yaitu pada dan jaminan sosial dan pemberdayaan sosial
situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat serta penanggulangan kemiskinan. Dalam
potensi bencana, pemerintah melaksanakan upaya penanggulangan bencana di Indonesia
kesiapsiagaan. Berdasarkan Peraturan Kementerian Sosial mempunyai tugas pokok
mengkoordinasikan dan mengendalikan
Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
kegiatan pencegahan dan mitigasi,
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
kesiapsiagaan, penyelamatan dan pemulihan
pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan dilakukan
serta penguatan sosial bagi korban bencana
oleh instansi/lembaga yang berwenang, baik
alam (Anonim, 2012, hal. 16).
secara teknis maupun administratif, yang
dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau BPBD. Dengan demikian upaya penanggulangan
bencana oleh Kementerian Sosial RI sebagai
Dengan demikian penyelenggaraan upaya memberikan perlindungan sosial bagi
kegiatan kampung siaga bencana oleh korban bencana.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 137


Perlindungan sosial itu sendiri diartikan Dengan demikian pembuatan kebijakan
sebagai upaya yang diarahkan untuk mencegah desa/kelurahan tangguh bencana oleh BNPB
dan menangani resiko dari guncangan dan pelaksanaan tugas sebagai memberikan
kerentanan sosial (Anonim, 2012, hal. 7) dan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
pembuatan kebijakan kampung siaga bencana penanggulangan bencana yang mencakup
oleh Kemensos adalah pelaksanaan tugas untuk pencegahan bencana, penanganan tanggap
mencegah dan menangani resiko dari guncangan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara
dan kerentanan sosial yang disebabkan oleh adil dan setara.
bencana alam.
c. Fungsi
Sedangkan Badan Nasional Kementerian Sosial RI mempuyai
Penanggulangan Bencan diatur dengan fungsi:
Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2008
Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
tentang Badan Nasional Penanggulangan
kebijakan di bidang sosial,
Bencana Nasional. Sedangkan BNPB
mempunyai tugas: Pengelolaan barang milik/kekayaan
negara yang menjadi tanggung jawab
Memberikan pedoman dan pengarahan Kementerian Sosial,
terhadap usaha penanggulangan bencana
Pengawasan atas pelaksanaan tugas di
yang mencakup pencegahan bencana,
lingkungan Kementerian Sosial,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi,
dan rekonstruksi secara adil dan setara, Pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi atas pelaksanaan urusan
Menetapkan standardisasi dan kebutuhan
Kementerian Sosial di daerah,
penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan perundang- Pelaksanaan kegiatan teknis yang
undangan. berskala nasional.
Menyampaikan informasi kegiatan Jika dikaitkan dengan kebijakan
penanggulangan bencana kepada kampung siaga bencana maka kampung siaga
masyarakat. bencana. sebagai upaya menjalankan fungsi
Melaporkan penyelenggaraan Kementerian Sosial RI sebagai perumusan,
penanggulangan bencana kepada Presiden penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal sosial serta pelaksanaan kegiatan teknis yang
dan setiap saat dalam kondisi darurat berskala nasional.
bencana.
BNPB mempunyai fungsi:
Menggunakan dan mempertanggung
jawabkan sumbangan/bantuan nasional dan Perumusan dan penetapan kebijakan
internasional. penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak
Mempertanggung jawabkan penggunaan
cepat dan tepat serta efektif dan esien.
anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana secara
Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
terencana, terpadu, dan menyeluruh.
peraturan perundang-undangan.
Menyusun pedoman pembentukan Badan Jika dilihat dari fungsi BNPB maka
Penanggulangan Bencana Daerah. terlihat jelas pembuatan kebijakan desa/

138 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


kelurahan tangguh bencana sebagai pelaksanaan Bencana terdiri dari: 10 (sepuluh) Pejabat
fungsi perumusan dan penetapan kebijakan Pemerintah Eselon I atau yang setingkat, yang
penanggulangan bencana dan mempunyai diusulkan oleh Pimpinan Lembaga Pemerintah
fungsi koordinasi pelaksanaan kegiatan bukan dan 9 (sembilan) Anggota masyarakat
sebagai pelaksana kegiatan. profesional. Pejabat Pemerintah mewakili:
d. Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Bidang
Struktur organisasi tingkat eselon I Kesejahteraan Rakyat
Kementerian Sosial RI terdiri dari: Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Sosial
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Kementerian Perhubungan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Energi dan Sumber Daya
Inspektorat Jenderal Mineral
Badan Pendidikan dan Penelitian Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kesejahteraan Sosial Tentara Nasional Republik Indonesia
Staf Ahli Bidang Otonomi Daerah
Jika melihat fungsi unsur pengarah BNPB
Staf Ahli Bidang Hubungan Antar
maka Kementerian Sosial RI mempunyai fungsi
Lembaga
perumusan konsep kebijakan penanggulangan
Staf Ahli Bidang Potensi dan Sumber
bencana nasional. Sedangkan pembuatan
Kesejahteraan Sosial;
kebijakan penanggulangan bencana nasional
Staf Ahli Bidang Dampak
dilaksanakan unsur pelaksana penanggulangan
Kegiatan penanggulangan bencana bencana nasional.
alam, khususnya Kampung Siaga Bencana
dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan Unsur pelaksana BNPB tingkat eselon I
Sosial Korban Bencana Alam berada di terdiri dari:
Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sekretariat Utama
Sosial. Jadi pelaksanaan penanggulangan Deputi Bidang Pencegahan dan
bencana Kementerian Sosial RI dilaksanakan Kesiapsiagaan
secara teknis pada tingkat eselon II dan Deputi Bidang Penanganan Darurat
Kampung Siaga Bencana merupakan salah Deputi Bidang Rehabilitasi dan
satu kegiatan perlindungan sosial bagi korban Rekonstruksi
bencana alam. Deputi Bidang Logistik dan Peralatan
Sedangkan struktur organisasi BNPB Inspektorat Utama
terdiri dari unsur pengarah dan pelaksana. Unsur Kegiatan desa/kelurahan tangguh
pengarah menyelenggarakan fungsi perumusan bencana dilaksanakan oleh Deputi Bidang
konsep kebijakan penanggulangan bencana Pencegahan dan Kesiapsiagaan (eselon I)
nasional, pemantauan dan evaluasi dalam sedangkan secara teknis dilaksanakan oleh
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
Anggota Unsur Pengarah Penanggulangan (eselon II).

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 139


Tabel 1.
Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kementerian Sosial RI dan Badan
Penanggulangan Bencana Sosial.
Variabel Kementerian Sosial RI BNPB
Kedudukan Dipimpin oleh Menteri Sosial dan Dipimpin oleh seorang Kepala BNPB dan berada di
berada di bawah dan bertanggung bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden
jawab kepada Presiden
Tugas Menyelenggarakan urusan di Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
bidang sosial dalam pemerintahan penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan
untuk membantu Presiden dalam bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan
menyelenggarakan pemerintahan rekonstruksi secara adil dan setara
negara. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan
penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan
peraturan perundangundangan
Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan
bencana kepada masyarakat
Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana
kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi
normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana
Menggunakan dan mempertanggung jawabkan
sumbangan/bantuan nasional dan internasional
Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran
yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Menyusun pedoman pembentukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
Fungsi Perumusan, penetapan, dan Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan
pelaksanaan kebijakan di bidang bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak
sosial cepat dan tepat, serta efektif dan esien
Pengelolaan barang milik/ Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
kekayaan negara yang menjadi penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
tanggung jawab Kementerian dan menyeluruh.
Sosial
Pengawasan atas pelaksanaan
tugas di lingkungan Kementerian
Sosial
Pelaksanaan bimbingan teknis
dan supervisi atas pelaksanaan
urusan Kementerian Sosial di
daerah
Pelaksanaan kegiatan teknis yang
berskala nasional
Struktur Sekretariat Jenderal. Sekretariat Utama
Organisasi Direktorat Jenderal Rehabilitasi Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Sosial. Deputi Bidang Penanganan Darurat
Direktorat Jenderal Perlindungan Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dan Jaminan Sosial. Deputi Bidang Logistik dan Peralatan
Direktorat Jenderal Inspektorat Utama
Pemberdayaan Sosial dan
Penanggulangan Kemiskinan.
Inspektorat Jenderal.
Badan Pendidikan dan Penelitian
Kesejahteraan Sosial.

140 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Variabel Kementerian Sosial RI BNPB
Staf Ahli Bidang Otonomi
Daerah.
Staf Ahli Bidang Hubungan
Antar Lembaga.
Staf Ahli Bidang Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial.
Staf Ahli Bidang Dampak Sosial.
Staf Ahli Bidang Integrasi Sosial.
Sumber: hasil penelitian, 2013 diolah dari berbagai sumber

Desa/Kelurahan dan Kampung denisi kampung. Langsung didenisikan


Pada Peraturan Kepala Badan Nasional kampung siaga bencana sebagai wadah
Penanggulangan Bencana Nomor 1 tahun penanggulangan bencana berbasis masyarakat
2012 tentang Pedoman Umum Desa/kelurahan yang dijadikan kawasan/tempat untuk program
Tangguh Bencana disebutkan pengertian Desa/ penanggulangan bencana. Kedudukan kampung
Kelurahan yang mengacu pada Undang-Undang siaga bencana berada di kecamatan/kelurahan/
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan desa/dusun.
Daerah. Desa diartikan sebagai kesatuan
Ada berbagai denisi kampung yaitu
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
suatu wilayah dimana masyarakatnya masih
wilayah, berwewenang untuk mengatur dan
mempertahankan tradisi, dimensi kebudayaan
mengurus kepentingan masyarakat setempat,
dan adat istiadat yang diwariskan turun temurun
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
dan umumnya berlokasi di sekitar pusat kota.
yang diakui dan dihormati dalam sistem
(Desy Ayu Krisna Murti). Sedangkan menurut
pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Kamus Besar Bahasa Indonesia kampung
Indonesia.
didenisikan sebagai:
Sedangkan kelurahan adalah sebuah unit Kelompok rumah yang merupakan bagian
administrasi pemerintah di bawah kecamatan kota (biasanya dihuni orang berpenghasilan
yang berada dalam sebuah kota. Kelurahan rendah).
setara dengan desa, yang merupakan bagian
Desa atau dusun.
dari kecamatan yang berada di kabupaten,
Kesatuan administrasi terkecil yang
tetapi kelurahan hanya memiliki kewenangan
menempati wilayah tertentu, terletak di
yang terbatas dan tidak memiliki otonomi luas
bawah kecamatan.
seperti yang dimiliki sebuah desa.
Terkebelakang (belum modern);
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana berhubungan dengan kebiasaan di kampung;
adalah desa/kelurahan yang memiliki kolot.
kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan Jika merujuk dari berbagai densi
menghadapi potensi ancaman bencana, serta tersebut maka disimpulkan bahwa pengertian
memulihkan diri dengan segera dari dampak- kampung suatu wilayah dimana masyarakatnya
dampakbencana yang merugikan. masih mempertahankan tradisi, dimensi
Pada Peraturan Menteri Sosial Republik kebudayaan dan adat istiadat yang diwariskan
Indonesia Nomor 128 tahun 2011 tentang turun temurun dan umumnya berlokasi di
Kampung Siaga Bencana tidak disebutkan sekitar pusat kota namun kampung juga tidak

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 141


hanya di pusat kota akan tetapi juga dapat Pengembangan Desa/Kelurahan
dimaknai sebagai desa atau dusun. Di beberapa Tangguh Bencana merupakan salah satu
wilayah kampung merupakan bagian dari desa/ upaya pengurangan risiko bencana berbasis
kelurahan dan setara dengan dusun. Mempunyai masyarakat. Pengurangan risiko bencana
karekteristik terkebelakang atau belum modern. berbasis masyarakat adalah segala bentuk
upaya untuk mengurangi ancaman bencana
Apabila dibandingkan konsep desa/ dan kerentanan masyarakat, dan meningkatkan
kelurahan tangguh bencana dengan kampung
kapasitas kesiapsiagaan, yang direncanakan
siaga bencana maka terlihat bahwa konsep
dan dilaksanakan oleh masyarakat sebagai
desa/kelurahan tangguh bencana mempunyai
pelaku utama. Dalam Desa/Kelurahan Tangguh
konsep yang jelas yaitu mengacu pada denisi
Bencana, masyarakat terlibat aktif dalam
desa sebagai wilayah admistratif. Sedangkan
mengkaji, menganalisis, menangani, memantau,
konsep kampung siaga bencana tidak mengacu
mengevaluasi dan mengurangi risiko-risiko
pada denisi kampung. Kampung hanya sebatas
bencana yang ada di wilayah mereka, terutama
merek program dan mengacu pada wadah atau
dengan memanfaatkan sumber daya lokal demi
kelembagaan penanggulangan bencana yang
menjamin keberkelanjutan.
berbasis masyarakat yang bisa berkedudukan di
kecamatan/desa/kelurahan/dusun. Tujuan pembentukan desa/tangguh
bencana adalah:
Maksud dan Tujuan
Melindungi masyarakat yang tinggal di
Kampung siaga bencana dibentuk
kawasan rawan bahaya dari dampak-
dengan maksud untuk memberikan dampak merugikan bencana,
perlindungan kepada masyarakat dari
Meningkatkan peran serta masyarakat,
ancaman dan risiko bencana dengan cara
khususnya kelompok rentan, dalam
menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan
pengelolaan sumber daya dalam rangka
penanggulangan bencana berbasis masyarakat mengurangi risiko bencana,
melalui pemanfaatan sumber daya alam dan
Meningkatkan kapasitas kelembagaan
manusia yang ada pada lingkungan setempat.
masyarakat dalam pengelolaan sumber
Tujuan dibentuknya kampung siaga daya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi
bencana adalah: pengurangan risiko bencana,
Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam
Memberikan pemahaman dan kesadaran
memberikan dukungan sumber daya dan
masyarakat tentang bahaya dan risiko
teknis bagi pengurangan risiko bencana,
bencana.
Meningkatkan kerjasama antara para
Membentuk jejaring siaga bencana berbasis
pemangku kepentingan dalam PRB, pihak
masyarakat dan memperkuat interaksi sosial
pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan
anggota masyarakat.
tinggi, LSM, organisasi masyarakat dan
Mengorganisasikan masyarakat terlatih kelompok-kelompok lainnya yang peduli.
siaga bencana.
Menjamin terlaksananya kesiapsiagaan Berdasarkan maksud dan tujuan dari
bencana berbasis masyarakat yang kegiatan kampung siaga bencana dan desa/
berkesinambungan. kelurahan tangguh bencana pada umumnya
Mengoptimalkan potensi dan sumber daya adalah sama yaitu suatu upaya penanggulangan
untuk penanggulangan bencana. bencana berbasis masyarakat. Namun dalam

142 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


perumusan tujuan kampung siaga bencana Sedangkan organisasi pelaksana desa/
cenderung lebih kompleks dengan memberikan kelurahan tangguh bencana dilaksanakan oleh
sesuatu yang baru dan upaya mengoptimalkan masyarakat melalui forum penanggulangan
pada penanggulangan bencana berbasis bencana desa/kelurahan yang berasal dari
masyarakat yaitu memberikan pemahaman unsur pemerintah dan masyarakat, kelompok/
dan kesadaran masyarakat, membentuk tim relawan penanggulangan bencana di dusun,
jejaring dan memperkuat interaksi sosial, RW dan RT serta pengembangan kerjasama
mengorganisasikan, menjamin kesinambungan, antar sektor dan pemangku kepentingan dalam
mengoptimalkan potensi dan sumber daya. mendorong upaya pengurangan resiko. Pada
Sedangkan pada tujuan desa/kelurahan tangguh desa/kelurahan tangguh bencana tidak diatur
bencana cenderung sebagai upaya peningkatan mengenai struktur organisasi. Namun kelompok
program penanggulangan bencana berbasis dapat dibentuk secara khusus atau memanfaatkan
masyarakat. dan mengembangkan kelompok yang sudah ada
di desa/kelurahan baik kelompok berbasis teritori
Organisasi Pelaksana maupun sektoral/kategorial. Tim ini bukan
Pelaksanaan kegiatan kampung siaga merupakan bagian dari struktur pemerintah
bencana dilaksanakan oleh masyarakat dalam desa, tetapi pemerintah desa terlibat didalamnya
wadah diberi nama kampung siaga bencana. bersama dengan unsur masyarakat sipil.
Kampung siaga bencana dibentuk atas usulan
masyarakat dan ditetapkan oleh Bupati/ Kampung siaga bencana dan desa/
kelurahan tangguh bencana pelaksananya
Walikota. Pada pembentukan kampung siaga
adalah berasal dari masyarakat, namun
bencana harus memenuhi syarat yaitu daerah
kelembagaan kampung siaga bencana berbeda
tersebut memiliki kerawanan terhadap jenis
dengan desa/kelurahan tangguh bencana. Pada
bencana tertentu dan adanya kesiapan dan peran
kampung siaga bencana pembentukannya atas
aktif masyarakat yang bermukim di daerah
usul dari masyarakat namun ditetapkan oleh
rawan bencana tersebut untuk membentuk
kampung siaga bencana. bupati/walikota dengan persyaratan daerah
tersebut merupakan daerah rawan bencana
Organisasi pelaksana kampung siaga sedangkan pada desa/kelurahan tangguh
bencana terdiri pengurus dan anggota. Pengurus bencana ketentuan tersebut tidak diatur.
kampung siaga bencana terdiri dari Ketua,
Pada kampung siaga bencana diatur
Sekretaris, Bendahara serta dibantu paling
masalah strutur organisasi, pembatasan,
sedikit oleh empat bagian yaitu bagian evakuasi,
persyaratan anggota sedangkan pada desa/
dapur umum, logistik dan hunian sementara.
kelurahan tangguh bencana tidak diatur
Keanggotaan Tim KSB berjumlah 30 secara khusus mengenai struktur organisasi,
(tiga puluh) sampai dengan 50 (lima puluh) orang pembatasan, persyaratan anggota namun diatur
yang berasal dari masyarakat. Keanggotaan Tim unsur-unsur terlibat dan bukan merupakan
KSB harus memenuhi syarat: bersifat sukarela, struktur pemerintah desa.
telah mengikuti pelatihan penanggulangan
Perbedaan mendasar pada organisasi
bencana atau sejenis yang dilaksanakan oleh
pelaksana kampung siaga bencana dan desa/
dinas/instansi sosial kabupaten/kota, provinsi,
kelurahan tangguh bencana adalah kampung
atau Kementerian Sosial dan bertempat tinggal
siaga bencana membentuk organisasi pelaksana/
di kawasan dimaksud.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 143


kelembagaan baru yang dinamakan Kampung Dengan demikian kewenangan Menteri
Siaga Bencana sedangkan desa/kelurahan Sosial RI tidak hanya mempunyai wewenang
tangguh bencana organisasi pelaksana/ merumuskan dan menetapkan kebijakan,
kelembagaan dapat membentuk kelembagaan akan tetapi juga memfasilitasi, pemantauan
baru atau memanfaatkan dan mengembangkan dan evaluasi, pembinaaan dan pengawasan,
kelembagaan yang sudah ada. koordinasi, menghimpun dan mengkompilasi
data KSB tingkat nasional.
Pelaksana
Pelaksana atau pengurus kampung siaga Gubernur memiliki kewenangan
bencana adalah berasal dari unsur masyarakat mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan
dan/atau Taruna Siaga Bencana (Tagana). antar kabupaten/kota di wilayahnya, melakukan
Sedangkan Desa/kelurahan bencana bersifat kerjasama dengan provinsi lain dan kabupaten/
dari, oleh dan untuk masyarakat. Keterlibatan kota lain di provinsi lain serta fasilitasi kerjasama
masyarakat dapat diatur melalui kelompok- antar kabupaten/kota diwilayahnya, melakukan
kelompok siaga bencana/PRB atau relawan kerjasama dengan pemangku kepentingan
tim relawan penanggulangan bencana berbasis lainnya, melakukan penguatan kapasitas
komunitas desa/kelurahan. Kepengurusan kelembagaan, peningkatan sumber daya
perlu dijamin adanya keterwakilan semua manusia, pendanaan, memfasilitasi pelaksanaan
unsur masyarakat dan keikutsertaan kelompok kegiatan pembentukan dan peningkatan
marginal. kapasitas serta kemampuan, menghimpun dan
mengkompilasikan data tingkat provinsi dan
Dengan demikian unsur pelaksana
melakukan pengembangan KSB.
kampung siaga bencana dan desa/kelurahan
tangguh bencana adalah sama yaitu masyarakat. Dengan demikian kewenangan Gubernur
Namun ada perbedaan pada keterlibatan lebih cenderung menjalankan fungsi koordinasi,
masyarakat yaitu kampung siaga bencana kerjasama, penguatan kapasitas kelembagaan,
cenderung yang menjadi pelaksana/pengurus peningkatan sumber dana, pendanaan dan
adalah perseorangan yaitu relawan (Tagana). fasilitasi kegiatan pada tingkat provinsi.
Sedangkan ada desa/kelurahan tangguh bencana
dapat perwakilan kelompok siaga bencana Bupati atau Walikota memiliki
atau perseorangan (relawan penanggulangan kewenangan mengoordinasikan pelaksanaan
bencana berbasis masyarakat). kebijakan, program, dan kegiatan, melakukan
kerjasama dengan kabupaten/kota lain di dalam
Mitra Organisasi dan Mitra Masyarakat dan di luar provinsi, Menguatkan kapasitas
Pada kampung siaga diatur secara khusus kelembagaan, peningkatan sumber daya
mengenai mitra organisasi dan mitra masyarakat. manusia dan pendanaan untuk pelaksanaan
Namun diatur mengenai kewenangan Menteri, pembentukan dan peningkatan kapasitas
Gubernur dan Bupati/Walikota. Menteri Sosial serta kemampuan, melaksanakan kegiatan
memiliki kewenangan: merumuskan dan pembentukan dan peningkatan kapasitas serta
menetapkan kebijakan, memfasilitasi kebijakan, kemampuan, melakukan kerjasama dengan
pemantauan dan evaluasi, pembinaan dan pemangku kepentingan lainnya, melakukan
pengawasan, koordinasi dengan instansi sosial pendataan dan melakukan pengembangan KSB.
provinsi atau kabupaten dan kota, menghimpun
Sama dengan kewenangan Gubernur
dan mengkompilasi data KSB tingkat nasional.
pada tingkat provinsi maka kewenagan

144 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Bupati/Walikota di tingkat kabupaten/kota di tingkat desa/kelurahan dan masyarakat.
menjalankan fungsi koordinasi, kerjasama, Pemerintah di tingkat kecamatan diharapkan
penguatan kapasitas kelembagaan, peningkatan membantu BPBD kabupaten/kota dalam
sumber dana, pendanaan dan fasilitasi kegiatan memantau dan memberi bantuan teknis bagi
pada tingkat kabupaten/kota. pelaksana program. Ditingkat masyarakat,
para pemimpin masyarakat, tokoh adat dan
Kewenangan tersebut membawa
tokoh agama akan bekerjasama dengan
konsekuensi pada sumber pendanaan program
aparat pemerintah memobilisasi warga untuk
meliputi Anggaran Pendapatan Belanja
mengadopsi pendekatan ini. Pendanaan rencana
Negara, Anggaran pendapatan belanja daerah
mobilisasi dana dan sumber daya dari APBD
provinsi, Anggaran pendapatan belanja daerah
Kabupaten/kota, APBDes/ADD, dana mandiri
kabupaten/kota, sumbangan masyarakat, dana
masyarankat dan sektor swasta atau pihak-
yang disisihkan dari badan usaha sebagai
pihak lain bila dibutuhkan.
kewajiban dan tanggung jawab sosial, bantuan
asing sesuai dengan kebijakan pemerintah dan Dengan demikian ada perbedaan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan/ mengenai mitra organisasi antara Kampung
atau sumber pendanaan yang sah sesuai dengan siaga bencana dengan desa/kelurahan
ketentuan peraturan perundang-undangan. tangguh bencana, pada kampung siaga
bencana Kementerian Sosial RI tidak hanya
Pada strategi desa/kelurahan tangguh
merumuskan dan menetapkan kebijakan,
bencana dijelaskan bahwa program melakukan
akan tetapi juga memfasilitasi, pemantauan
sinergi dengan seluruh pelaku (kementerian,
dan evaluasi, pembinaaan dan pengawasan,
lembaga negara, organisasi sosial, lembaga usaha
koordinasi, menghimpun dan mengkompilasi
dan perguruan tinggi) untuk memberdayakan
data KSB tingkat nasional sedangkan pada
masyarakat desa/kelurahan. Sinergi kerja lintas
desa/kelurahan tangguh bencana tidak diatur
sektor ini juga dapat menghindari tumpang
kewenangan Badan Nasional Penanggulangan
tindih program/kegiatan yang dapat berakibat
Bencana jika merujuk pada fungsi BNPB
pada in-esiensi pendanaan. Program akan
sebagai pembuatan kebijakan dan koordinasi
mengutamakan kemitraan dan kerjasama antara
sedangkan pelaksanaan teknis dilaksanakan
individu, kelompok atau organisasi-organisasi
oleh BPBD.
untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai
tujuan bersama. Pada pendanaan program KSB
bersumber dari pemerintah berasal dari
Peran pemerintah, BPBD di tingkat
APBN, APBD Provinsi/Kabupaten/Kota
provinsi dapat mendorong BPBD di tingkat
sedangkan pada Desa/Kelurahan Tangguh
kabupaten/kota untuk mengembangkan
Bencana bersumber dari APBD Kabupaten/
program Desa/Kelurahan tangguh bencana.
Kota dan APBDes/ADD. Sehingga intervensi
Pada tahap awal BPBD kabupaten/kota
pemerintah terhadap KSB lebih banyak
perlu berperan aktif dalam mendorong dan
dibandingkan dengan desa/kelurahan tangguh
memfasilitasi desa-desa/kelurahan untuk
bencana. Intervensi berlebih tersebut pada satu
merencanakan dan melaksanakan program
sisi program berbasis masyarakat lebih siap
ini. Selain bantuan teknis, BPBD kabupaten/
namun pada sisi lain intervensi yang berlebihan
kota diharapkan turut memberikan dukungan
tersebut mematikan kreativitas masyarakat.
sumber daya untuk pengembangan program

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 145


Konteks Ekologikal Pendataan dan pemetaan daerah rawan
Konteks ekologikal pada KSB tidak bencana lokal termasuk jalur evakuasi.
diatur secara khusus akan tetapi hanya Menginventarisasi potensi dan sumber daya
disebutkan pada ketentuan umum. Kearifan yang ada di wilayah rawan bencana.
lokal adalah cara-cara dan praktik-praktik yang Membuat lumbung bencana sebagai
dikembangkan oleh sekelompok masyarakat, kesiapan logistik lokal.
yang berasal dari pemahaman mendalam akan Melaksanakan pelatihan tenaga bencana di
lingkungan setempat, yang terbentuk dan tinggal tingkat lokal bekerjasama dengan instansi
di tempat tersebut secara turun-temurun yang atau pihak terkait.
berkaitan dengan penanggulangan bencana. Melaksanakan simulasi (gladi bencana)
Sedangkan pada desa/kelurahan sesuai jenis dan kerawanan bencana secara
periodik sesuai kebutuhan.
tangguh bencana konteks ecological termasuk
salah satu prinsip desa/kelurahan tangguh Membentuk jejaring kerja dengan pihak
bencana yaitu Mobilisasi Sumber Daya Lokal. terkait.
Mobilisasi Sumber Daya Lokal merupakan Melaksanakan apel lokal siaga bencana
prakarsa pengurangan risiko bencana juga pada waktu tertentu.
merupakan upaya pengerahan segenap aset, Melakukan pendataan korban bencana dan
baik modal material maupun modal sosial. tindakan awal penanggulangan bencana
Termasuk kearifan lokal masyarakat sebagai apabila terjadi bencana.
modal utama. Kemampuan untuk memobilisasi Melaksanakan upaya-upaya pengurangan
sumber daya menjadi salah satu ukuran resiko lain dalam menghadapi kemungkinan
untuk melihat ketangguhan desa. Mobilisasi terjadi bencana.
sumber daya mengandung prinsip pengelolaan Membantu seluruh pihak dalam upaya
sumber daya secara berkelanjutan sekaligus pemulihan sosial.
meningkatkan daya dukung lingkungan
Sedangkan kegiatan desa/kelurahan
terhadap berbagai risiko bencana dengan
tangguh bencana berupa:
mengacu pada kebutuhan masyarakat dan
hak-haknya. Masyarakat dapat membangun Pengkajian Risiko Desa/Kelurahan meliputi
kerjasama yang saling menguntungkan dengan menilai ancaman, menilai kerentanan,
lembaga swadaya masyarakat, lembaga usaha, Menilai kapasitas, menganalisis risiko
maupun lembaga-lembaga lainnya dari luar bencana.
komunitas untuk bersama-sama mengurangi Perencanaan PB dan Perencanaan
risiko bencana. Kontinjensi Desa/Kelurahan meliputi,
Rencana Penanggulangan Bencana Desa/
Protokol Intervensi dan Pengiriman Kelurahan, Rencana Kontinjensi Desa/
Pelayanan Kelurahan.
Kegiatan KSB meliputi: Pembentukan Forum PRB Desa/Kelurahan.
Peningkatan Kapasitas Warga dan Aparat
Sosialisasi, penyuluhan, atau kegiatan dalam PB.
penyadaran masyarakat tentang bahaya Pemaduan PRB ke dalam Rencana
bencana. Pembangunan Desa dan Legalisasi.
Menyiapkan sistem peringatan dini lokal. Pelaksanaan PRB di Desa/Kelurahan.

146 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan bencana berbasis komunitas tanpa terlalu
Program di tingkat Desa/Kelurahan. banyak intervensi dari pemerintah.
Berbagai kegiatan KSB merupakan
serangkaian kegiatan sebagai upaya Populasi Target
penanggulangan bencana berbasis komunitas Target populasi KSB sesuai dengan
namun terkesan intervensi pemerintah lebih maksud dari pembentukan KSB adalah
dominan dibanding komunitas lokal itu sendiri masyarakat yang potensial terkena ancaman
mulai dari fasilitasi kegiatan sosialisasi, dan resiko bencana alam. Berdasarkan
penyuluhan, penyiapan sistem peringatan kedudukan kampung siaga bencana yaitu pada
dini lokal, pembuatan lumbung bencana tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dusun.
sebagai kesiapan logistik lokal, simulasi Dengan demikian target populasi KSB adalah
(gladi bencana) dan apel lokal siaga bencana. masyarakat yang potensial terkena ancaman
dan resiko bencana alam baik pada tingkat
Banyaknya fasilitasi oleh pemerintah tersebut
kecamatan/desa/kelurahan maupun dusun.
dikuatirkan program yang dirancang berbasis
komunitas tersebut cenderung menerapkan Sedangkan desa/kelurahan tangguh
pendekatan atas ke bawah (top down) dalam bencana populasi targetnya adalah masyarakat
penanggulangan bencana dimana kelompok yang tinggal di kawasan rawan bencana dan
sasaran diberi solusi-solusi yang bukan menjadi secara jelas kedudukan desa/kelurahan tangguh
pilihan masyarakat sendiri. Sedangkan pada bencana adalah di desa dengan demikian
desa/kelurahan tangguh bencana rangkaian target populasi desa tangguh bencana adalah
kegiatan lebih cenderung memberi pedoman masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
langkah-langkah kegiatan penanggulangan bencana di tingkat desa.
Tabel 2.
Perbandingan Kampung Siaga Bencana dan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
Variabel Kampung Siaga Bencana Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
Konsep Desa/ Kampung hanya sebatas merek dan mengacu konsep yang jelas yaitu mengacu pada denisi
Kelurahan dan pada kelembagaan penanggulangan bencana desa sebagai wilayah admistratif
Kampung yang berbasis masyarakat yang bisa
berkedudukan di kecamatan/desa/kelurahan/
dusun
Maksud dan Upaya penanggulangan bencana berbasis Upaya penanggulangan bencana berbasis
Tujuan komunitas, tujuan memberikan pemahaman komunitas, tujuan cenderung sebagai upaya
dan kesadaran masyarakat, membentuk peningkatan program penanggulangan bencana
jejaring dan memperkuat interaksi berbasis masyarakat
sosial, mengorganisasikan, menjamin
kesinambungan, mengoptimalkan potensi dan
sumber daya
Organisasi Membentuk organisasi pelaksana/kelembagaan Dapat membentuk kelembagaan baru
Pelaksana baru yang dinamakan Kampung Siaga atau memanfaatkan dan mengembangkan
Bencana kelembagaan yang sudah ada
Pelaksana Perseorangan yaitu relawan (Tagana) dan Perwakilan kelompok siaga bencana atau
unsur masyarakat perseorangan (relawan penanggulangan
bencana berbasis masyarakat)
Mitra Lebih cenderung pemerintah sebagai mitra Mengutamakan kemitraan dan kerjasama
Masyarakat organisasi antara individu, kelompok atau organisasi-
dan Mitra organisasi untuk melaksanakan kegiatan dan
Organisasi mencapai tujuan bersama.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 147


Variabel Kampung Siaga Bencana Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
Konteks Disebutkan pada ketentuan umum tanpa diatur Salah satu prinsip desa/kelurahan tangguh
ecological lebih lanjut yaitu denisi kearifan lokal bencana yaitu mobilisasi sumber daya lokal
Protokol Terkesan intervensi pemerintah lebih dominan Cenderung memberi pedoman langkah-langkah
Intervensi dibanding komunitas lokal itu sendiri mulai kegiatan penanggulangan bencana berbasis
dan Deliveri dari fasilitasi kegiatan sosialisasi, penyuluhan, komunitas tanpa terlalu banyak intervensi dari
Layanan- penyiapan sistem peringatan dini lokal, pemerintah
Layanan pembuatan lumbung bencana sebagai kesiapan
logistik lokal, simulasi (gladi bencana) dan
apel lokal siaga bencana
Populasi Target Masyarakat yang potensial terkena ancaman Masyarakat yang potensial terkena ancaman
dan resiko bencana alam baik pada tingkat dan resiko bencana alam baik pada tingkat
kecamatan/desa/kelurahan maupun dusun desa/kelurahan

Sumber: Hasil penelitian, 2013

KESIMPULAN Desa/Kelurahan Tangguh Bencana bisa


Kampung Siaga Bencana dan Desa/ dibentuk lembaga baru atau mengembangkan
Kelurahan Tangguh Bencana merupakan dan memanfaatkan lembaga yang sudah
kebijakan pemerintah dalam penanggulangan ada. Pada Kampung Siaga Bencana terdapat
bencana berbasis komunitas. Berbeda dengan berbagai intervensi dari pemerintah. Sedangkan
kebijakan BNPB, Kementerian Sosial RI pada Desa/Kelurahan Tangguh Bencana lebih
tidak di samping sebagai kebijakan tetapi cenderung memobilisasi sumberdaya lokal.
juga melaksanakan fasilitasi langsung dalam
Berdasarkan hasil penelitian ini
hal pembentukan kelembagaan Kampung
maka direkomendasikan pilihan pelaksanaan
Siaga Bencana. Konsep kampung dalam
penanggulangan berbasis komunitas apakah
Kampung Siaga Bencana lebih menekankan
melaksanakan Kampung Siaga Bencana
pada branding program dan bukan sebuah
dan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana
konsep kampung sebagai wilayah; sedang
bagi pemerintah daerah disesuaikan dengan
pada Desa/Kelurahan menekankan pada
kondisi dan kemampuan daerah dengan
konsep kewilayahan tentang desa/kelurahan itu
mempertimbangkan hasil penelitian ini.
sendiri. Tujuan dari Kampung Siaga Bencana
lebih kompleks karena ada unsur pemberian
pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk
membentuk jejaring dan memperkuat interaksi DAFTAR PUSTAKA
sosial di antara warga komunitas kampung, Direktorat Perlindungan Sosial Korban
mengorganisasikan, menjamin kesinambungan, Bencana Alam Kementerian Sosial RI.
mengoptimalkan potensi dan sumberdaya. (2012). Pedoman Umum Perlindungan
Sedangkan pada Desa/Kelurahan Tangguh Sosial Korban Bencana Alam. Jakarta:
Bencana lebih menekankan pada upaya Penulis.
peningkatan penanggulangan bencana berbasis
komunitas. Desy Ayu Krisna Murti, d. (n.d). Pengantar
Kajian Perkotaan dan Permukiman.
Hal ini terbukti pada organisasi pelaksana https://wiki.uii.ac.id: https://wiki.uii.
Kampung Siaga Bencana yang cenderung ac.id/images/5/58/Tugas_diskusi.pdf.
membentuk kelembagaan baru sedangkan

148 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013


Handayani, R. (2011). Analisis Partisipasi ..........., (2008). Peraturan Presiden Nomor 8
Masyarakat Dan Peran Pemerintah Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Daerah Dalam Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Nasional.
Manajemen Bencana Di Kabupaten Jakarta: BNPB.
Serang Provinsi Banten. Proceeding
..........., (2010). Peraturan Presiden Nomor 24
Simposium Nasional Otonomi Daerah.
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Serang, Jawa Barat.
Kementerian Negara serta Susunan
Wirawan. (2011). Evaluasi: Teori, Model, organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta: Kementerian Negara. Jakarta.
Rajawali Press.
..........., (2011). Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia. (2004). Undang-undang RI Nomor 128 Tahun 2011 tentang
RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kampung Siaga Bencana. Jakarta:
Pemerintahan Daerah. Jakarta: Kementerian Sosial RI
Direktorat Jendral Otonomi Daerah.
..........., (2011). Peraturan Kepala Badan
..........., (2007). Undang-undang RI Nomor 24 Nasional Penanggulangan Bencana
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Nomor 1 tahun 2012 tentang Pedoman
Bencana. Jakarta: BNPB. Umum Desa/kelurahan Tangguh
Bencana. Jakarta: BNPB.
..........., (2008). Peraturan Pemerintahan
RI Nomor21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggara Penanggulangan
Bencana. Jakarta: BNPB.

Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013 149


150 Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai