Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI MANAJEMEN KAS YANG KREATIF DAN INOVATIF PADA

SUB BAGIAN KEUANGAN BALITBANG PROVINSI JAWA TIMUR


(Makalah dibuat untuk memenuhi persyaratan Ujian Dinas Tk. I)

Disusun oleh :
Nama
: HARIYADI, SE
NIP
: 19711105 198903 1 001
Instansi : BALITBANG Provinsi Jawa Timur

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


TAHUN 2015

Strategi Manajemen Kas Yang Kreatif Dan Inovatif Pada Sub Bagian
Keuangan Balitbang Provinsi Jawa Timur

1. Latar Belakang
Pada suatu entitas, termasuk didalamnya adalah instansi pemerintah,
khususnya di Balitbang Prov.Jatim, dimana pengelolaan kas harus dilakukan
dengan memperhatikan sistem pengendalian interen yang sangat ketat. Hal ini
mengingat bahwa kas merupakan bentuk aset lancar yang sangat sensitif
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan. Namun demikian, hal ini tidak
berarti mengabaikan sistem pengendalian interen bagi aset-aset lainnya. Hanya
saja, kas harus mendapat perhatian ekstra dibandingkan aset-aset lain tersebut
dalam pengelolaannya. Laporan keuangan yang dijadikan penentu kinerja dan posisi
keuangan tetap berperan penting bagi kelangsungan hidup instansi pemerintah
tersebut. Meski demikian, tidak jarang instansi/ badan belum memiliki sistem
perencanaan penyusunan laporan keuangan yang sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Kas adalah salah satu komponen dari aktiva yang sangat vital bagi
kelangsungan hidup organisasi, baik organisasi pemerintah maupun perusahaan
swasta. Kas merupakan elemen kunci dalam perencanaan atas seluruh aspek
operasional perusahaan.Tanpa adanya manajemen kas yang baik, suatu organisasi
mungkin dapat kehilangan reputasinya dan sulit untuk bertransaksi dengan pihak
lain karena organisasi tersebut tidak dapat membayar tagihannya yangsudah jatuh
tempo. Oleh karena itu manajemen kas merupakan suatu keharusan bagi seluruh
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Kas dalam neraca
merupakan aktiva yang paling likuid, karena hampir setiap transaksi yang dilakukan
oleh bagian yang berwenang atau yang terkait di dalam perusahaan maupun
dengan pihak luar sebagian besar akan mempengaruhi kas. Zaki Baridwan
(2004:83) juga menjelaskan, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti
paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu
mempengaruhi kas. Selain itu kas bersifat mudah dipindahtangankan sehingga kas
merupakan aktiva yang rawan, karena mudah digelapkan dan dimanipulasi.
Keadaan ini akan mendorong perusahaan untuk melakukan penataan pada sistem
akuntansi penerimaan kas yang meliputi beberapa aspek yang saling berkaitan.

Penyimpangan yang dilakukan biasanya berasal dari hasil penjualan tunai,


pelunasan piutang dari pelanggan dan sebagainya. Karena jenis penerimaan kas
yang diterima cukup besar maka perusahaan perlu menerapkan suatu sistem agar
penerimaan kas tersebut dapat terkontrol dengan baik. Elemen-elemen kas dapat
berupa uang tunai (uang kertas dan logam), cek, pos wesel dan simpanan di bank
serta hal-hal lain yang dapat disamakan dengan uang dalam suatu perusahaan
misalnya surat-surat berharga seperti saham dan obligasi.
Secara umum, organisasi yang dapat memperbaiki metode dalam menerima
dan mengeluarkan kas akan menjadi lebih sukses. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa kekurangan uang dalam organisasi dapat menimbulkan biaya yang
seharusnya dapat dihindari manakala terdapat manajemen kas yang baik.
Kekurangan kas akan menyebabkan suatu organisasi harus mencari pinjaman dana
dalam

rangka

menutupi

kekurangan

kas

untuk

melaksanakan

kegiatan

operasionalnya. Namun, pinjaman yang didapatkan dapat menimbulkan resiko


berupa biaya baru seperti biaya bunga dan denda atas keterlambatan pembayaran.
Di sisi lain, dengan adanya manajemen kas yang baik suatu organisasi dapat
menyediakan berbagai sumber daya lainnya tepat pada waktunya ketika dibutuhkan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan,pengertian dari kas meliputi saldo kas
(cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang
sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.

Proses ini merupakan bagian dari proses operasional (operating cycle).


Proses operasional terdiri dari empat komponen, yaitu periode pesediaan, periode
utang, periode piutang dan siklus kas.
Manajemen kas adalah pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi.
Manajemen kas memberikan kepada manajemen alat untuk berfungsinya suatu
organisasi dengan menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya
dengan cara yang tepat. Mengingat sangat pentingnya sistem penerimaan kas
dalam perusahaan maka sistem penerimaan kas dalam perusahaan perlu diatur
sedemikian rupa. Proses penerimaan kas sangat rawan terjadi kesalahan sehingga
diperlukan prosedur-prosedur pengendalian intern terhadap kas. Prosedur yang baik
dalam penerimaan kas sangat bermanfaat untuk kemajuan dan kepentingan
perusahaan pada umumnya, juga berguna untuk mengetahui laba yang diperoleh
perusahaan secara keseluruhaan. Untuk itulah diperlukan pengendalian interen
terhadap kas dengan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksanaan, dan
pencatatan. Selain itu perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap fungsi-fungsi
tersebut
Diharapkan dengan pengelolaan kas yang baik, kreatif dan inovatif dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang umumnya ada pada bagian keuangan
instansi pemerintah khususnya Balitbang Prov.Jawa Timur.
2. Permasalahan
Kesalahan pengelolaan keuangan menimbulkan persoalan besar. Kasuskasus besar korupsi dan kebangkuratan usaha sangat berkaitan dengan
pengelolaan keuangan, walaupun lebih sering bukan karena kesalahan kebijakan
bendahara tetapi justru kesalahan kebijakan pihak yang berkuasa.
Perlu dibedakan penentu keputusan dalam pengelolaan akuntansi dan
tanggung jawab pemanfaatan harta benda (uang). Keputusan pengelolaan akuntansi
menjadi tanggung-jawab bendahara tetapi tanggung jawab pemanfaatan harta
benda menjadi tanggung-jawab pimpinan atau pengelola. Maka, persoalanpersoalan keuangan titik berat tanggung-jawabnya lebih pada pimpinan atau
pengelola. Kasus-kasus keuangan dapat diminimalisir jika dilakukan kerjasama yang
baik antar seluruh karyawan yang terlibat di dalam organisasi atau unit kerja .

Hal-hal yang akan menimbulkan masalah keuangan antara lain:


a. Catatan-catatan peristiwa keuangan yang tidak jelas, kurang paham siklus
akuntansi, yang mengakibatkan penyusun laporan keuangan terjebak dalam
memilah dan menganalisis.
b. Tidak adanya prosedur penerimaan dan pengeluaran uang. Laporan
keuangan tidak relevan bagi pemakainya, tidak berupa informasi sehingga
tidak layak untuk dipublikasikan.
c. Tidak ada bukti penerimaan dan pengeluaran yang jelas (kwitansi, nota,
perintah bayar, vocher, dan lain-lain).
d. Catatan keuangan yang hanya mengandalkan perangkat elektronik saja.
Masih banyak penyusun laporan keuangan yang mengandalkan pencatatan
secara manual. Teknologi modern membawa akuntansi ke pencatatan yang
otomatis. Jadikan pencatatan manual hanya sebagai cadangan, pengendali,
dan pembanding.
e. Bendahara tidak segara membuat laporan keuangan. Pebisnis atau penyusun
laporan

keuangan

kurang

memperhatikan

pengaruh

lingkungan

dan

karakteristik usahanya. Padahal ini yang diperlukan untuk menganalisis


laporan dan kinerja keuangan suatu perusahaan.
f. Bendahara tidak melaporkan dan tidak diminta melaporkan keuangannya
secara rutin. Laporan keuangan tidak mengandung konsep-konsep dasar dan
asumsi-asumsi akuntansi sehingga komponen penyusunnya sering tidak
terstruktur. Semisal mencampuradukkan keuangan rumah tangga dan
perusahaan (konsep kesatuan usaha).
g. Pengurus atau pimpinan tidak pernah memeriksa pekerjaan bendahara.
h. Peminta dana tidak membuat atau tidak segera membuat laporan
pemanfaatannya.
i. Dan yang paling besar resiko persoalannya adalah keuangan dipegang
pimpinan organisasi sendiri tanpa ada yang boleh tahu dan tidak pernah
membuat laporan.
3. Pembahasan
Terdapat tiga motif dalam menyimpan kas yaitu motif bertransaksi dengan
melihat kas secara sempit yaitu sebagi media untuk pertukaran dalam rangka
membiayai transaksi normal yang terjadi seperti pembayaran gaji, motif berjaga-jaga

yaitu yang difokuskan pada kemampuan kas untuk menunjang daya beli pada saat
timbul kejadian tidak diharapkan atau peluang yang tidak diperkirakan sebelumnya,
motif spekulasi yang timbul seiring dengan keinginan manajemen untuk memiliki
sejumlah kas yang dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan
yang timbul secara tidak terduga.
Ada empat laporan keuangan yang merupakan laporan keuangan dasar yang
mesti

dimiliki

perusahaan.

Semuanya

saling

terkait

dan

mengisi

hingga

penggunanya dapat untuk menganalisis dan mengambil keputusan keuangan. Tidak


jarang bagian keuangan perusahaan atau instansi pemerintah kurang cermat
membukukan keuangannya sehingga banyak kesalahan fatal terjadi. Empat laporan
keuangan itu adalah :
1. Laporan Laba Rugi, yakni ikhtisar bagian pendapatan dan beban selama
tempo/periode tertentu, setiap bulan atau setahun. Dalam laporan inilah kita
bisa melihat kinerja perusahaan.
2. Laporan Ekuitas, yakni ikhtisar atas perubahan modal/ekuitas selama periode
tertentu.
3. Neraca, yakni laporan sistematis mengenai harta, kewajiban, dan modal/
ekuitas selama periode tertentu. Laporan ini untuk melihat posisi keuangan
perusahaan.
4. Laporan Arus Kas, yakni ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas selama
periode tertentu.
Out-put atau kinerja bendahara dapat menghasilkan informasi yang penting
dan menarik jika mampu mengelola keuangan dengan prinsip-prinsip tertentu dan
pemahaman akan kepentingan organisasi atau unit kerja itu diadakan (didirikan),
antara lain:
1. Pemahaman tujuan dan maksud organisasi atau unit kerja didirikan
Organisasi atau unit kerja didirikan tentu telah dipikirkan tujuan dan
maksudnya. Out-put atau produk apa yang diharapkan dari suatu organisasi atau
unit kerja sudah semestinya menjadi alasan pokok keberadaan organisasi. Atau
dengan kata lain, cita-cita apa yang mau dicapai oleh organisasi atau unit kerja
yang dibentuk dirumuskan dengan jelas. Dengan mengetahui alasan atau visimisi organisasi yang didirikan, dirancang suatu kerangka prinsip-prinsip dasar

pengelolaan

keuangan,

misalnya:

pertanggungjawaban,

prinsip-prinsip

pengendalian: peraturan dan ketentuan penerimaan dan pengeluaran dana,


pemanfaatan asset, dan lain sebagainya.
2. Merancang format keuangan
Secara sederhana format keuangan merancang keterangan-keterangan
pokok apa yang harus tampak dalam laporan keuangan, sehingga dapat
memberi informasi keberadaan organisasi jika dilihat dari kacamata keuangan.
Dengan kata lain rancangan format laporan keuangan yang dibuat sudah
semestinya mampu menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan: pos-pos
(rekening) pengeluaran rutin, jenis kegiatan atau program, sarana dan prasarana,
asset dan lain sebagainya.
3. Menentukan jenis laporan keuangan
Pada prinsipnya laporan keuangan terdiri dari 2 jenis: 1) Laporan asset:
jumlah uang di kas, bank, nilai harta benda lainnya, termasuk tanah dan
bangunan, tagihan dan kewajiban dan lain sebagainya. Laporan asset ini
biasanya disebut Neraca; 2) Laporan penerimaan dan pengeluaran: berbagai
jenis penerimaan dan pengeluaran: rutin, program, dan pengeluaran lainnya.
Laporan ini ada yang menyebut Laporan Aktivitas (dalam bisnis disebut Laporan
rugi-laba). Tentu masih dapat ditambah laporan-laporan lain sesuai kebutuhan.
4. Perlengkapan atau peralatan yang diperlukan
Untuk dapat menyusun laporan keuangan yang memadai diperlukan bahanbahan yang tersedia. Hal yang utama adanya peristiwa keuangan atau biasa
disebut transaksi yang

akan mempengaruhi asset organisasi: jual-beli,

penerimaan-pengeluaran, perpindahan asset, dan lain sebagainya yang pada


umumnya akan banyak jenis dan karakternya. Dibutuhkan bukti-bukti transaksi
yang dapat dipercaya: kwitansi, dokumen, dan lain sebagainya.
5. Informasi Penting
Keuangan (akuntansi) yang dikelola dengan baik tentu menghasilkan data
atau informasi yang berguna bagi organisasi atau unit kerjanya. Informasi yang
ditunjukkan oleh keuangan, antara lain:

a. Organisasi sehat atau tidak


Dari segi financial kesehatan organisasi terlihat dari lancarnya aliran
dana masuk atau keluar. Dalam organisasi profit (organisasi berorientasi pada
laba) kesehatan organisasi terlihat dari kemampuan menghasilkan laba,
kecepatan perputaran modal, kemampuan membayar utang, dan lain
sebagainya. Dalam organisasi non-profit kesehatan keuangan terlihat pada
kemampuan membiayai kegiatannya, kelancaran membayar kewajibankewajibannya, termasuk juga menggali sumber-sumber pemasukan.
b. Data asset organisasi
Jumlah asset (harta benda) yang dimiliki organisasi akan terbaca
dengan jelas: jumlah uang kas dan bank, jenis dan nilai barang-barang (tanah
dan bangunan, meubelair, elektronik, infrastruktur, dll), tagihan yang harus
diterima dan kewajiban yang harus dibayar, serta jumlah seluruh asetnya.
c. Karakter atau kegiatan organisasi
Dari mana saja penerimaan diperoleh dan berapa besar penerimaan
dapat ditelusuri dari laporan keuangan yang baik. Jenis-jenis pengeluaran
yang dapat dibaca di laporan keuangan dapat menunjukkan kegiatan apa
yang dilakukan oleh organisasi. Mungkin sekali banyak dana hanya
dikeluarkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan berbagai sarana
prasarana tanpa membuat kegiatan apa pun. Sebagai bahan refleksi, sejauh
mana pengelolaan kebendaharaan di organisasi, apakah sungguh-sungguh
memiliki arti sebagai landasan dalam menentukan kebijakan-kebijakan
organisasi. Apakah informasi keuangan juga mampu menunjukkan bahwa
organisasi dapat dikatakan sebagai organisasi yang transparan, kredible, dan
akuntabel.
Penyusun laporan keuangan setidaknya mengerti jenis usaha dan
karakteristiknya. Karakteristik lingkungan paling menonjol terlihat pada
pengaruh ekonomi, struktur harta (aktiva), risiko usaha, dan margin
(keuntungan). Dari karakteristik tersebut, penyusun laporan keuangan harus
memiliki pengetahuan dalam menganalisis laporan keuangan itu dan tidak
hanya sekadar menjurnal, memposting, dan menyamakan laporan keuangan
lalu beres sudah. Analisis laporan keuangan begitu penting bagi melakukan
perencanaan keuangan di kemudian hari. Tanpa adanya analisis sudah

barang tentu perusahaan tidak akan bisa membuat proyeksi profit dan grafik
tren di masa mendatang.
Akuntansi berperan sebagai penyedia data untuk penyusunan laporan
keuangan. Terdapat beberapa konsep yang terlahir dari asumsi dasar dan
kesepakatan praktik akuntansi yang laporan keuangan harus mengikuti
konsep-konsep yang dimaksud. Secara garis besar konsep tersebut meliputi
konsep kesatuan usaha, konsep keberlangsungan hidup perusahaan, konsep
satuan pengukuran, konsep harga pokok, konsep realisasi, konsep nilai uang
stabil, konsep periode waktu, konsep objektivitas, konsep keterbukaan,
konsep konsistensi, konsep konservatisme, dan konsep perbandingan
revenue-cost.
Penyusun laporan kuangan harus memiliki jiwa teknologi, kreativitas,
dan ketelitian dalam menyusun laporan keuangan. Sistem Akuntansi sangat
tepat diterapkan pada zaman modern. Tidak ada lagi istilah gaptek (gagap
teknologi), karena hampir sebagian besar pekerjaan didukung penuh dengan
teknologi informasi, tak terkecuali pencatatan akuntansi hingga laporan
keuangan.Teknologi modern bisa menghemat penggunaan waktu dan
mempercepat dalam mengambil keputusan ekonomi. Tidak ada salahnya jika
mencari sesuatu yang modern namun tetap menyandarkan diri pada Standar
Akuntansi Keuangan. Peranti lunak akuntansi contohnya, sudah berkontribusi
dalam penyusunan laporan keuangan. Menjamurnya peranti lunak akuntansi
membuktikan bahwa telah teruji dan tepercayanya pencatatan akuntansi
berbasis sistem di berbagai bidang usaha. Walau demikian, penyusun laporan
keuangan wajib memiliki salinan pencatatan sebagai pembanding.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a.

Kas merupakan elemen kunci dalam perencanaan atas seluruh aspek


operasional perusahaan. Tanpa adanya manajemen kas yang baik,
suatu organisasi dapat kehilangan reputasinya

dan sulit untuk

bertransakasi dengan pihak lain karena organisasi tersebut tidak dapat


membayar tagihannya yang sudah jatuh tempo.
b.

Pengertian kas meliputi saldo kas (cash on hand), saldo simpanan di


bank yang setiap saat dapat digunakan serta instrumen investasi yang
sangat likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan.

c.

Analisis laporan keuangan begitu penting bagi melakukan perencanaan


keuangan di kemudian hari. Tanpa adanya analisis sudah barang tentu
perusahaan tidak akan bisa membuat proyeksi profit dan grafik tren di
masa mendatang.

2. Saran
a. Laporan Keuangan haruslah komunikatif dan informatif. Merupakan
cermin segala macam transaksi yang terkumpul dalam buku besar dan
tersaji dalam bentuk laporan sebagai hasil operasional perusahaan.
Komunikatif berarti dapat dipahami dari dua arah, bagi para pihak yang
berkepentingan seperti manajemen, pemilik modal, kreditur, investor,
penyalur, pegawai, lembaga pemerintahan, dan juga khalayak. Informasi
yang ada dapat dipercayai, kuantitatif, mengemukakan perubahan dalam
harta, kewajiban, dan modal, dan memenuhi keperluan pemakainya dalam
mengambil keputusan-keputusan ekonomi.
b. Penyusun laporan kuangan harus memiliki jiwa teknologi, kreativitas, dan

ketelitian dalam menyusun laporan keuangan. Sistem Akuntansi sangat


tepat diterapkan pada zaman modern. Tidak ada lagi istilah gaptek (gagap
teknologi), karena hampir sebagian besar pekerjaan didukung penuh
dengan teknologi informasi, tak terkecuali pencatatan akuntansi hingga

laporan keuangan.Teknologi modern bisa menghemat penggunaan waktu


dan mempercepat dalam mengambil keputusan ekono mi

Daftar Pustaka
1.

Indra, Rolly, and Adam, Helmy, 2013, Evaluasi Implementasi Manajemen Kas
Pemerintah Pusat (studi kasus pada Direktorat Pengelolaan Kas Negara Ditjen
Perbendaharaan).

2.

Murwanto, Rahmadi, Insyafiah, and Subkan, 2006, Manajemen Kas Sektor Publik,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

3.

Williams, Mike, 2010, Government Cash Management:Its Interaction with Other


Financial Policies, IMF Technical Notes and Manuals 19. Avaliable via Internet
http://www.imf.org/external/pubs/ft/tnm/2010/tnm.1013.pdf.

4.

Williams, Mike, 2004, Government Cash Management Good and Bad Practice,
Available

via

Internet

http://treasury.worldbank.org/bdm/pdf/CM-V2-

Aug04MikeWilliams.pdf.
5.

Williams, Mike, 2009, Government Cash Management:International Practice, Oxford


Policy

Management

Working

Paper

2009-01.

Available

via

Internet

http://www.opml.co.uk/sites/opml/files/wp2009-01_0.pdf.
6.

Storkey, Ian, 2001, International Government Cash Management Practices, Available


via Internet http://www.storkeyandco.com/Library/International_Cash_Management

7.

Handbook

Perencanaan

Perbendaharaan.

Kas,

Direktorat

Pengelolaan

Kas

Negara

Ditjen

Anda mungkin juga menyukai