Anda di halaman 1dari 20

PEMBAHASAN MATERI

PENGAUDITAN SALDO KAS

1.1 SIFAT DAN TUJUAN SIKLUS KAS


Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif kelima siklus transaksi yang telah
dibahas sebelumnya. Kelima siklus tersebut adalah siklus pendapatan, siklus
pengeluaran,siklus pendanaan,siklus investasi, dan siklus jasa personalia. Penerimaan kas
merupakan realisasi pendapatan. Apabila terjadi pendapatan melalui penjualan kredit,
maka perusahaan akan mendebit piutang dagang. Apabila pelanggan membayar piutang
dagang, maka perusahaan akan menerima aset yang pada umumnya berupa kas.
Perusahaan yang menjual saham atau utang obligasi (siklus pendanaan) akan
memperoleh aset tambahan yang biasanya berupa kas. Perusahaan harus mengeluarkan
kasnya untuk memperoleh berbagai sumber daya yang diperlukan perusahaan (siklus
pengeluaran). Pengeluaran kas meliputi pengeluaran untuk memperoleh sumber daya
manusia (siklus jasa personalia).
Siklus investasi juga berkaitan erat dengan kas. Perusahaan yang menanamkan
investasi harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk membeli saham atau surat berharga
lain. Investasi akan dapat menghasilkan pendapatan yang pada akhirnya akan menambah
kas perusahaan. Sedangkan siklus produksi tidak mempunyai kaitan langsung dengan kas.
Saldo kas meliputi cash on hand (kas ditangan atau disimpan dalam perusahaan), kas di
bank, dan dana tertentu yang disisihkan seperti dana kas kecil. Di samping itu perusahaan
kadang menyelenggarakan rekening khusus perusahaan di bank yang hanya digunakan
untuk membayar gaji dan upah.
Dalam audit kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi klien
pada saldo bank dan saldo buku besar, dan verifikasi kas yang tercatat dalam buku besar
merefleksikan seluruh transaksi kas yang terjadi selama tahun tersebut. Sebenarnya
mudah untuk memverifikasi saldo bank pada buku besar, tetapi bagian yang penting
adalah keseluruhan audit pada perusahaan melibatkan verifikasi saat transaksi kas tercatat
dengan benar. Contohnya, setiap salah saji merupakan hasil dari pembayaran yang keliru
dan kealahan pada penerimaan kas, tetapi tidak semua merupakan kesalahan pada
rekonsiliasi:
 Kesalahan pada tagihan kepelanggan.
 Penggelapan kas dengan menahan penerimaan kas dari pelanggan sebelum dicatat.
 Duplikasi pembayaran dari faktur pemasok.
 Kesalahan pembayaran dari pengeluaran untuk personil kantor.
 Pembayaran untuk bahan baku yang tidak diterima.
 Pembayaran pada karyawan untuk waktu kerja yang sebenarnya mereka tidak
melakukan pekerjaan apa pun.
 Pembayaran bunga yang berkaitan dengan bagian dari jumlah yang melebihi tingkat
bunga.

 TUJUAN AUDIT
Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-
masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan
audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang
dinyatakan oleh manajemen.
 Asersi Keberadaan dan Keterjadian
 Saldo kas tercatat benar-benar ada pada tanggal neraca.
 Asersi Kelengkapan
 Saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua transaksi kas yang telah terjadi.
 Transfer kas antar bank pada akhir tahun, telah dicatat pada periode yang tepat.
 Asesi Hak dan Kewajiban
 Klien mempunyai hak legal atas seluruh saldo kas yang tampak pada tanggal
neraca.
 Asersi Penilaian dan Pengalokasian
 Saldo kas tercatat dapat direalisasi pada jumlah yang dinyatakan dalam neraca,
dan sesuai dengan skedul pedukungnya.
 Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
 Saldo kas telah diidentifikasi dan dikelompokan dengan tepat dalam neraca.
 Identifikasi dan pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan
sehubungan dengan adanya pembatasan penggunaan kas tertentu
 Kewajiban kontijensi (belum pasti), compensating balances, dan lines of credit
dengan bank telah diungkapkan secara memadai.
Keterangan :
Compensating balance adalah saldo minimum yang harus disisihkan atau disimpan
dibank apabila perusahaan meminjam uang dari bank tersebut.
Lines of credit adalah berbagai ketentuan yang harus dijalankan, misalnya harus adanya
penyisihan  dana untukcompensating.
1.2 MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT
Volume transaksi kas pada kebanyakan perusahaan adalah sangat tinggi. Hal ini
tidak terlepas dari keterkaitan siklus kas dengan kelima siklus yang telah disebutkan
sebelumnya. Tingginya volume transaksi menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus
kas. Ada beberapa faktor penyebab tingginya risiko bawaan siklus kas, antara lain:
1. Tingginya potensi salah saji akibat volume transaksi yang tinggi,
2. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati),
3. Kesempatan menipulasi dalam bentuk kitting maupun window dressing.
Tingginya risiko bawaan siklus ini menyebabkan banyak perusahaan
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus kas untuk
mencegah dan mendeteksi salah saji. Perluasan struktur pengendalian intern signifikan
mengurangi risiko pengendalian siklus kas. Meskipun demikian, penentuan risiko
pengendalian siklus kas tetap mencakup pertimbangan kelima elemen SPI serta kelima
siklus lainnya.
Frekuensi transaksi kas sangat tinggi, oleh karea itu auditor akan menghemat biaya
kalau melakukan pengujian pengendalian untuk menghimpun bukti yang
mendukunglower assessed level of control risk. Meskipun demikian, auditor tetap harus
melaksanakan pengujian substantif. Oleh karena itu, strategi audit yang digunakan adalah
kombinasi strategi pengutamaan pengujian substantif (primarily substantive approach)
dan lower assessed level of control risk.

1.3 PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN


Pemahaman struktur pengendalian intern siklus kas meliputi pertimbangan
lingkungan pengendalian, informasi dan komunikasi (sistem akuntansi), penaksiran risiko,
pemantauan dan aktivitas pengendalian.

 Lingkungan Pengendalian
Titik tolak pemahaman struktur pengendalian internsiklus kas adalah
pemahaman lingkungan pengendalian atas kas. Lingkungan pengendalian sangat
penting untuk mewujudkan struktur pengendalian internkas yang baik.
Pemahaman pengendalian meliputi pemahaman pemberian kekuasaan dan
tanggung jawab atas transaksi kas. Pemahaman dapat diperoleh melalui:
1. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen,
2. Mempelajari bagan organisasi,
3. Menelaah deskripsi tugas.

Auditor juga perlu memahami metode pengendalian manajemen. Metode


pengendalian manajemen meliputi ada tidaknya perencanaan strategik atas
pengelolaan keuangan perusahaan. Pengalaman ini dapat diperoleh melalui
pengajuan pertanyaan kepada manajemen dan menelaah dokumentasi termasuk
notulen rapat direksi dan dewan komisaris. Praktik dan kebijakan personalia yang
baik meliputi kebijakan perekrutan karyawan yang jujur dan mempunyai integritas
tinggi. Pemegang kas dan pengelola kas dibank harus memiliki pengalaman dan
kompetensi yang memadai untuk mengelola kas.

 Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan
pengidentifikasian, analisis, dan pengelolaan risiko yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.Penaksiran risiko dapat ditujukan ke
bagaimana perusahaan mempertimbangkan kemungkinan transaksi dalam siklus
kas yang tidak dicatat atau mengidentifikasi dan menganalisis estimasi yang
signifikan yang dicatat dalam laporan keuangan.
Karena kas merupakan aktiva yang paling likuid, maka manajemen
perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan fungsi-fungsi yang terlibat
dalam siklus kas.

 Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)


Pemahaman informasi dan komunikasi menuntut pengetahuan auditor
tentang metode pemrosesan data, dan dokumen serta catatan pokok yang
digunakan. Pemahaman informasi dan komunikasi diperoleh melalui penelaahan
buku manual akuntansi dan flowchart system, mengajukan pertanyaan pada
personel akuntansi, dan pengalaman terdahulu dengan klien.
Akuntan harus memahami kompetensi personil akuntansi dan bagian EDP
yang bertanggung jawab atas pengolahan transaksi kas. Pemahaman tersebut
diperoleh melalui pengajuan pertanyaan, pengamatan, dan menelaah file atau arsip
personel.
Jadi kaitan nya dengan informasi dan komunikasi ini dalam siklus kas,
sistem informasi mencakup metode dan catatan yang digunakan untuk:
a. Mengidentifikasi dan mencatatan semua transaksi yang terkait dengan siklus
kas secara sah.
b. Menjelaskan pada saat yang tepat transaksi dalam siklus kas secara cukup rinci
dan memungkinkan adanya penggolongan masing-masing transaksi itu untuk
pelaporan keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi dari siklus kas dengan tepat.
d. Menyajikan transaksi dari siklus kas dengan semestinya dan pengungkapan
yang berkaitan dalam laporan keuangan.

 Aktifitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian yang relavan dengan audit atas transaksi dalam
siklus kas dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan:
1. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dari transaksi dalam siklus kas dibandingkan dengan
anggaran atau prakiraan transaksi kas periode sebelumnya.
2. Pengolahan informasi. Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian
jenis ini adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Pengendalian umum ini terkait dengan pengendalian atas operasional dari
transaksi dalam siklus kas, pengembangan, dan pemeliharaan sistem
aplikasi. Sedang pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi
secara individual untuk masing-masing transaksi. Pengendalian ini
membantu menetapkan bahwa transaksi dalam siklus kas adalah sah,
diotorisasi dengan semestinya dan diolah dengan lengkap dan akurat.
3. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang
dikelola, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi
dari akses yang tidak dikehendaki.
4. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda
untuk memberikan otorisasi transaksi dalam siklus kas, pencatatan
transaksi dalam siklu kas, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang
dikelola yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau
kesempatan orang untuk berbuat curang.
 DOKUMEN DAN CATATAN
Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi:
1. Bukti kas masuk. Dokumen ini dibuat bagian piutang sebagai tanda
terima uang yang dikirimkan kepada kreditur dan sebagai bukti dasar
pencatatan transaksi pencatatan kas dan piutang ke dalam jurnal
penerimaan kas.
2. Surat pemberitahuan. Dokumen ini diterima perusahaan dan debiturnya
sebagai pemberitahuan untuk apa pembayaran debitur tersebut dilakukan.
Formulir surat pemberitahuan umumnya berupa tembusan bukti kas keluar
yang dibuat oleh debitur.
3. Daftar surat pemberitahuan. Dokumen ini dibuat bagian sekretariat yang
berisi daftar surat pemberitahuan yang diterima dari debitur beserta jumlah
rupiah masing-masing.
4. Bukti setor. Dokumen ini dibuat bagian kasa untuk menyetorkan uang
tunai dan cek ke bank.
5. Bukti kas keluar. Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran
kas kepada bagian kasa sebesar yang tercantum di dalam dokumen
tersebut. Di samping itu, dokumen ini berfungsi sebagai surat
pemberitahuan (remittance advice) yang dikirim ke kreditur dan berfungsi
sebagai dokumen dasar bagi pencatatan berkurangnya piutang.
6. Permintaan pengeluaran kas kecil. Dokumen digunakan pemakai dana
kas kecil untuk meminta uang ke pemegang dana kas kecil. Bagi pemegang
dana kas kecil, dokumen ini berfungsi sebagai bukti telah dikeluarkannya
kas kecil olehnya. Dokumen ini diarsipkan oleh pemegang dana kas kecil
menurut pemakai dana kas kecil.
7. Bukti pengeluaran kas kecil. Dokumen dibuat pemakai kas kecil untuk
mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas kecil. Dokumen dilampiri
bukti-bukti pengeluaran kas kecil dan diserahkan pemakai dana kas kecil
kepada pemegang dana kas kecil.
8. Permintaan pengisian kembali kas kecil. Dokumen dibuat pemegang
dana kas kecil untuk meminta kepada bagian utang agar membuatkan bukti
kas keluar guna pengisian kembali dana kas kecil.
 Fungsi
Fungsi yang terkait adalah:
1. Fungsi Pencatat Piutang,
2. Fungsi Penerimaan Surat,
3. Fungsi Penyimpan Kas,
4. Fungsi pembuat Bukti Kas Keluar,
5. Fungsi Penyimpan Dana Kas Kecil,
6. Fungsi Akuntansi Biaya,
7. Fungsi Akuntansi Keuangan,
8. Fungsi Pemeriksa Intern.

 Bagian Piutang
Dalam sistem penerimaan kas bagian piutang berfungsi sebagai pencatat
berkurangnya piutang dengan diterimanya pelunasan piutang dari debitur.
 Bagian Sekretariat
Dalam sistem penerimaan kas, bagian sekretariat berfungsi sebagai penerima surat
dan debitur yang berisi surat pemberitahuan dan cek. Jika penerimaan kas dari
debitur berupa transfer uang lewat bank, bagian sekretariat ini menerima memo
kredit dan bank tentang penambahan rekening giro perusahaan akibat transfer dana
dari debitur. Bagian sekretariat berkewajiban membuat daftar surat pemberitahuan
dari debitur dan nota kredit dari bank serta menyerahkan satu lembar daftar
tersebut ke bagian piutang dan menyerahkan lembar yang lain disertai ceknya ke
bagian kasa.
 Bagian Kasa
Bagian ini berfungsi menerima uang dari pembeli dalam transaksi penjualan tunai,
menerima cek dan bagian sekretariat dalam transaksi penerimaan kas dan piutang,
memintakan endosemen atas cek dan menyetorkan cek ke bank. Dalam transaksi
pengeluaran kas, bagian kasa berfungsi mengisi cek, meminta otorisasi cek, dan
mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau membayarkan langsung kepada
kreditur.
 Bagian Utang
Dalam sistem pengeluaran kas, bagian utang berfungsi membuat bukti kas keluar
yang memberikan otorisasi kepada bagian kasa untuk mengeluarkan cek sebesar
yang tercantum didalam dokumen tersebut. Bagian ini juga berfungsi melakukan
verifikasi kelengkapan dan kesahihan dokumen pendukung yang dipakai sebagai
dasar pembuatan bukti kas keluar. Dalam metode pencatatan utang tertentu, bagian
utang berfungsi menyelenggarakan arsip bukti kas keluar yang belum dibayar
yang berfungsi sebagai catatan utang perusahaan.
 Pemegang Dana Kas Kecil
Bagian ini berfungsi menyimpan dana kas kecil, mengeluarkan dana kas kecil
sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk dan memintakan
pengisian kembali dana kas kecil.
 Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya
Bagian ini berfungsi mencatat pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan
persediaan.
 Bagian Jurnal Buku Besar dan Laporan
Bagian ini berfungsi mencatat transaksi penerimaan kas didalam jurnal
penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas didalam jurnal pengeluaran kas
atau register cek.
 Bagian Pemeriksa Intern
Didalam sistem kas, bagian pemeriksa intern berfungsi melakukan perhitungan kas
secara periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan catatan kas.
Bagian ini juga berfungsi melakukan pemeriksaan secara mendadak terhadap
saldo kas yang ada di tangan dan membuat rekonsiliasi bank secara periodik.

1.4 PENGUJIAN PENGENDALIAN SIKLUS KAS


 Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penyimpanan kas
dengan fungsi pencatatan kas
Akuntan melakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi
penyimpanan kas dengan fungsi pencatatn kas untuk memperoleh keyakinan
bahwa catatan akuntansi diselenggarakan oleh fungsi yang tidak merengkap
fungsi penyimpan kas.
 Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi
kasiir dari pencurian dan perampokan kas yang disimpannya
Untuk menjaga keamanan kas yang ada di tangan perusahaan (dana
yang belum disetor ke bank dan dana kas kecil), kasir harus dilengkapi dengan
fasilitas pengamanan yang dapat melindungi kas dari kemungkinan pencurian
dan perampokan. Ruang khusus untuk kasir, lemari besi, register kas, dan
sistem peringatan merupakan contoh beberapa fasilitas yang dicari oleh
akuntan dalam melaksanakan pengamantan ini.
 Mintalah salinan notulen rapat direksi mengenai pembukuan dan
penutupan rekening bank serta pembentukan dana kas kecil
Untuk memperoleh keyakinan bahwa semua pembukaan dan
penutupan rekening giro di bank serta pembentukan dana kas kecil diotorisasi
oleh direksi, akuntan meminta dari klien salinan notulen rapat direksi. Di
dalam notulen, akuntan akan memperoleh informasi mengenai latar belakang
yang mendasari pembukaan dan penutupan rekening giro di bank serta
pembentukan dana kas kecil.
 Mintalah salinan polis assuransi fidelity hand, cash on hand, cash in
transit
Untuk membuktikan kas yang ada di tangan dan yang dalam perjalanan
telah dilindungi dari risiko perampokan oleh pihak luar dan penggelapan oleh
kasir, akuntan meminta salinan polis asuransifidelity hand, cash on hand, dan
cash in transit.
 Ambil sampel bukti kas masuk
Untuk memperoleh keyakinan mengenai adanya unsur pengendalian
intern dalam penerimaan kas, akuntan mengambil sampel bukti kas masuk
yang disimpan didalamarsip dijurnal, buku besar dan laporan. Bukti kas masuk
diperiksa:
1) Otorisasi yang tercantum didalamnya.
2) Surat pemberitahuan dari debitur yang melampirinya.
3) Jumlah kas yang diterima menurut bukti kas masuk dengan daftar
surat pemberitahuan dan bukti setor bank yang bersangkutan.
4) Pencatatannya kedalam kartu piutang dan jurnal penerimaan kas.
 Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar
Prosedur pemeriksaanini telah dilaksanakan oleh akuntan pada
pengujiankepatuhan terhadap siklus pembelian. Bukti kas keluar diperiksa
mengenai:
1) Otorisasi yang tercantum didalamnya.
2) Nomor urut tercetaknya dan pertanggung jawaban pemakaian nomor
urut tersebut.
3) Kelengkapan dokumen pendukungnya.
4) Otorisasi yang tercantum didalam dokumen pendukungnya.
5) Cap lunas yang dibubuhi pada dokumen pendukungnya.
6) Pencatatannya kedalam register cek.
7) Pencatatanya kedalam buku pembantu yang bersangkutan.
8) Kesesuaiannya dengan jumlah cek yang tercantum didalam rekening
koran.
 Ambil berita secara penghitungan kas
Praktik yang sehat mengharuskan dilakukannya penghitungan secara
periodik kas yang ada ditangan dan pencocokan jumlah kas hasil penghitungan
tersebut dalam catatan akuntansi kas. Penghitungan kas tersebut dilakukan
oleh bagian bagian pemeriksa intern dan dicantumkan di dalam berita acara
penghitungan kas.

1.5 PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO KAS


Dalam rangka merancang pengujian substantif, akuntan pertama kali harus
menentukan tingkat risiko deteksi yang diterima untuk masing-masing asersi terkait
signifikasi. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada besarnya risiko audit
yang ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian.
Karena karakteristik kas yang spesifik, maka banyak prosedur pengujian
substantif yang dapat diterapkan untuk memperoleh bukti material beberapa asersi.
Pada kebanyakan audit, auditor terutama menekankan pada asersi keberadaan dan
keterjadian mengingat besarnya kemungkinan overstatement kas.
Tingginya risiko overstatement kas terutama disebabkan oleh adanya peluang
pencurian. Oleh karena itu, auditor perlu mengadakan perhitungan kas di tangan dan
memperoleh konfirmasi atas kas di bank dari bank. Di samping itu, manajemen dapat
memanipulasi saldo kas untuk menunjukkan posisi keuangan yang lebih baik dari
yang sebenarnya. Manajemen dapat melakukannya dengan cara menyatakan adanya
suatu penjualan yang sebenarnya fiktif atau menyembunyikan adanya suatu
pengeluaran kas.
Dari berbagai prosedur pengujian substantif yang mungkin, auditor dapat
merancang program audit untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
Bila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah untuk suatu asersi, maka
lebih banyak prosedur pengujian substantif yang perlu dilakukan, dan auditor perlu
mengintensifkan efektivitas prosedur pengujiannya, misalnya dengan melakukan
pengujian pada atau dekat dengan tanggal neraca. Pengujian yang dilakukan pada atau
dekat dengan tanggal neraca antara lain:
 Penghitungan kas ditangan.
 Pisah batas penerimaan kas.
 Pisah batas pengeluaran kas.
Prosedur Inisial
Prosedur pengujian ini merupakan titik awal pengujian substantif siklus kas.
Auditor melakukan pengusutan ke saldo awal tahun dan kertas kerja tahun lalu.
Selanjutnya, menganalisa adanya transaksi yang tidak biasa yang menuntut penelitian
khusus. Auditor harus menguji ketepatan perhitungan matematis saldo-saldo kas dalam
buku besar dan skedul kas pendukungnya yang dibuat klien. Skedul meliputi alasan
seluruh saldo kas di bank dan kas yang disimpan di berbagai tempat. Saldo kas dalam
skedul harus sesuai dengan saldo kas yang tercantum dalam buku besar. Pengujian ini
berkaitan erat dengan asersi penilaian atau pengalokasian.

Penerapan Prosedur Analitis


Saldo kas dipengaruhi secara signifikan oleh manajemenmelalui strategi dan
keputusan pembiayaan perusahaan. Saldo kas mungkin tidak menunjukkan hubungan
yang dapat diprediksi dengan data keuangan atau data operasional lainnya. Prosedur
analitis juga berguna, misalnya saldo kas dibandingkan dengan sasaran atau harapan yang
ingin dicapai dalam anggaran. Apabila pembandingan menunjukkan adanya hasil atau
hubungan yang masuk akal, maka merupakan bukti bahwa saldo kas benar-benar ada,
telah lengkap pencatatannya, dan telah dinilai secara tepat. Oleh karena itu, pengujian ini
berkaitan erat dengan siklus keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, penilaian dan
pengalokasian.

Pengujian Detail Transaksi


Melaksanakan pengujian pisah batas kas
Pengujian pisah batas kas meliputi pisah batas penentuan kas dan pengeluaran kas.
Pengujian pisah batas penerimaan kas telah dibahas dalam pembahasan siklus pendapatan.
Sedangkan pengujian pisah batas pengeluaran kas telah dibahas dalam pembahasan siklus
pengeluaran. Pengujian pisah bats yang tepat pada akhir tahun adalah sangat penting bagi
penyajian kas yang tepat pada tanggal neraca. Penyajian ini berkaitan erat dengan siklus
keberadaan atau keterjadian dan kelengkapan.

Melakukan pengujian pisah batas penerimaan kas


Pengujian ini dirancang untuk memastikan penerimaan kas dicatat dalam periode
diterimanya kas. Pengujian ini dilakukan pada tanggal neraca. Pengujian ini menghasilkan
bukti yang berhubungan dengan asersi kelengkapan, keberadaan atau keterjadian. Bukti
dapat diperoleh melalui observasi dan penelaahan dokumen.
Auditor mungkin dapat menemukan beberapa penyimpangan setelah melakukan
prosedur ini. Misalnya cek yang tidak dicantum dalam daftar cek beredar pada akhir
tahun, ternyata dicairkan dibank. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakberesan yang
berupa rating.Auditor perlu menyelidiki lebih lanjut kemungkinan penyebab hal ini
terjadi. Ada beberapa penyebeb yang mungkin, yaitu:
a) Keterlambatan pengiriman atau penyampaiancek.
b) Penyimpanan cek oleh pihak yang menerimacek.
c) Sedang diproses oleh bank.

Mengusut transfer bank


Kebanyakan perusahaan mempunyai beberapa rekning dalam beberapa bank. Hal
ini membuka kesempatan adanya kitting. Perusahaan melakukan kitting dengan 2
alternatif alasan, yaitu:
a. Karyawan yang bertugas mengelola cek melakukan pencurian uang atau korupsi, dan
ia melakukan kitting untuk menyembunyikan adanya korupsi.
b. Manajemen perusahaan igin agar akun kas dalam neraca overstated sehingga posisi
keuangan perusahaan tampak baik. Kitting sangat mungkin terjadi apabila ada
kelemahan pengendalian intern berupa tidak adanya pemisahan tugas antara karyawan
yang berwenang mengeluarkan cek, dengan yang mencatat pengeluaran cek. Kitting
dapat dilakukan oleh dua orang yang mempunyai tanggung jawab terpisah atas
pengeluaran cek dan pencatatan pengeluaran cek, tetapi mereka melakukan kolusi.

Untuk melakukan identifikasi adanya kitting auditor dapat melakukan atau


menyiapkan skedul transfer bank. Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus keberadaan
atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atau pengalokasian.
Menyiapkan proof of cash (pembuktian kas)
Proof of cash mempunyai sedikit perbedaan dengan rekonsiliasi bank. Proof of
cash merupakan rekonsiliasi simultan atas berbagai transaksi dan saldo bank dengan data
akuntansi yang terkait untuk suatu periode tertentu, misalnya satu bulan. Prosedur ini
cukup dilaksanakan apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah.
Pembuktian kas merupakan rekonsiliasi secara simultan transaksi bank dan saldo
yang berkaitan dengan data-data pembukuan selama waktu tertentu. Pelaksanaan
pengujian pembuktian kas dilaksanakan pada saat interim selang beberapa bulan sebelum
tanggal neraca. Langkah-langkah dalam pengujian pembuktian kas adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan data-data dari bank.
b. Mendapatkan data saldo awal dan saldo akhir data-data yang ada didalam rekonsiliasi.
c. Menentukan data rekonsiliasi.

Prosedur pengujian proof of cash berkaitan erat dengan siklus keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atau pengalokasian.

Pengujian Detail Saldo


Penghitungan kas yang disimpan dalam perusahaan
Penghitungan ini memungkinkan auditor untuk mengetahui keberadaan kas
tersebut. Dalam melaksanakan prosedur ini, auditor harus:
a. Mengendalikan seluruh kas yang dimiliki atau disimpan perusahaan klien, sampai
seluruh penghitungan selesai dilaksanakan.
b. Auditor harus memastikan bahwa fungsi penyimpanan kas tidak turut campur dalam
penghitungan kas. Meskipun demikian, fungsi penyimpanan kas tetap perlu melihat
dan mengawasi perhitungan kas oleh auditor. Hal ini untuk menghindari klaim dari
perusahaan tentang adanya kas yang hilang akibat pelaksanaan penghitungan kas.
c. Auditor harus meminta tanda tangan dari fungsi penyimpanan kas sebagai bukti bahwa
seluruh kas telah dikembalikan pada perusahaan.
d. Auditor harus memastikan bahwa seluruh cek yang belum dicairkan oleh perusahaan,
benar-benar dapat dicairkan oleh perusahaan.
e. Apabila perusahaanmemiliki beberapa tempat penyimpanan uang atau kas dalam
perusahaan, beberapa auditor sebaiknya diterjunkan untuk melaksanakan perhitungan
pada waktu yang bersamaan diberbagai tempat tersedia.
Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atau pengalokasian.

Konfirmasi saldo deposit dan saldo pinjaman di bank


Prosedur konfirmasi merupakan hal yang umum bagi auditor. Auditor
menghimpun konfirmasi bank atas saldo kas yang didepositkan dan saldo pinjaman pada
tanggal neraca. Konfirmasi dikirim kesemua bank meski saldo deposit klien dibankadalah
nol. Bila auditor tidak melakukan konfirmasi, ia harus mencantumkan dalam kertas kerja
mengenai alasannya dan bagaimana akuntan mengatasinya atau tindakan alternatif yang
dilakukan.
Konfirmasi harus dikirimkan ke seluruh bank dimana perusahaan mempunyi
nomor rekening. Hal ini dilakukan meskipun rekening dibank tersebut bersaldo nol
menurut catatan perusahaan. Prosedur pengujian ini berkaitan erat dengan asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta asersi penilaian atau
pengalokasian.

Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank


Perjanjian atau kontrak di sini misalnya kewajiban kontinjensi (kewajiban yang
belum pasti), compensating balance (saldo minimum yang harus tersisa di bank setiap
harinya), dan lines of credit (berbagai ketentuan kontrak dengan bank). Lines of credit
adalah berbagai ketentuan yang harus dijalankan, misalnya harus adanya penyisihan dana
untuk compensating. Compensating balance adalah saldo minimum yang harus disisihkan
atau disimpan dibank apabila perusahaan meminjam uang dari bank tersebut. Contoh
kewajiban kontinjensi adalah perusahaan klien menjamin pinjaman yang diberikan bank
kepada pihak atau perusahaan lain.
Pengujian ini menghasilkan bukti yang memadai atas asersi penyajian dan
pengungkapan. Pengujian ini juga berkaitan dengan siklus keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atau pengalokasian.

Melakukan scanning, menelaah, atau membuat rekonsiliasi bank


Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, maka auditor
cukup melakukan scanning atas rekonsiliasi bank yang disiapkan atau dibuat oleh klien
dan melakukan verifikasi atas ketepatan penghitungan matematis dan rekonsiliasi bank.
Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah moderate makaauditor tidak
cukup hanya melakukan scanning. Auditor perlu menelaah lebih mendalam atas
rekonsiliasi bank yang disiapkan atau dibuat oleh klien.
Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, maka auditor
perlu menyiapkan sendiri atau membuat rekonsiliasi bank dengan menggunakan data dari
laporan bank (bank statement) yang disampaikan ke klien dan kemudian oleh klien
diberikan pada auditor. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah sangat
rendah, maka auditor harus menghimpun laporan bank (bank statement) secara langsung
dari bank.
Prosedur ini kurang memadai untuk memverifkasi saldo kas di bank. Alasannya
karena ada ketidakpastian dalam item rekonsiliasi bank, yaitu setoran dalam perjalanan
dan cek beredar. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan prosedur pengujian substantif
yang berupa penghimpunan dan penggunaaan laporan pisah batas bank. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membandingkan saldo akhir rekening bank dengan saldo yang ada dalam laporan
bank.
b. Memverifikasi validitas deposit in transit dan check yang masih beredar.
c. Melakukan verifikasi matematis untuk menguji keakuratan rekonsiliasi.
d. Menelusuri data-data yang ada didalam rekonsiliasi.
e. Menyelidiki data-data cek beredar yang lama tidak dicairkan dan data-data yang
nampak tidak biasa.

Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus keberadaan atau keterjadian,


kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atau pengalokasian.

Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank


Pengujian ini dirancang oleh auditor untuk memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa penerimaan maupun pengeluaran kas telah dicatat dalam periode yang tepat.
Laporan pisah batas bank merupakan laporan bank yang diberikan setelah tanggal
neraca.Laporan tersebut biasanya dilampiri dengan cancelled check, duplikat slip deposit,
dan dokumen lain yang dapat menjelaskan transaksi dan saldo yang dinyatakan dalam
laporan pisah batas bank. Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban dan penilaian atau pengalokasian.
Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berterima
umum
Prosedur ini dilakukan untuk memastikan bahwa:
a. Kas dibank telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam neraca sebagai
aset lancar.
b. Dana kas yang disisihkan untuk melunasi utang obligasi (bond sinking fund) telah
diidentifikasi dan dikelompokan scara tepat dalam neraca sebagai investasi jangka.
c. Identifikasi dan pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan
dengan adanya kewajiban kontinjensi (belum pasti), compensating balances, dan lines
of credit dengan bank.

Pengujian iniberkaitan dengan asersei pelaporan dan pengungkapan. Auditor dapat


menentukan ketepatan penyajian dengancara:
a. Penelaahan atas draft laporan keuangan klien.
b. Bukti yang dihimpun dari pengujian substantif sebelumnya.
c. Penelaahan atas notulen rapat pertemuan dewan komisaris.
d. Mengajukan pertanyaan pada manajemen untuk membuktikan adanya pembatasan
dana kas.
e. Pengujian ini berkaitan erat dengan siklus penyajian dan pengungkapan.

1.6 PENGUJIAN UNTUK MENDETEKSI LAPPING


Lapping merupakan suatu ketidakberesan yang melibatkan ketidaktepatan
jumlah penerimaan kas. Lapping dapat mencakup manipulasi temporer atau
sementara, maupun permanen. Lapping sebenarnya merupakan pencatatan penerimaan
kas yang tidak lengkap dan fiktif yang disengaja. Hal ini dimaksud untuk menutupi
penggunaan kas perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Pengujian untuk mendeteksi lapping hanya perlu dilakukan apabila risiko
pengendalian transaksi penerimaan kas adalah tinggi. Prosedur yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi lapping antara lain:
a) Konfirmasi piutang dagang.
b) Melakukan perhitungan kas secara mendadak.
c) Membandingkan detail penjurnalan penerimaan kas dengan detail slip deposit
(setoran ke bank) harian yang terkait.
1.7 PENGAUDITAN DANA KAS KECIL
Dana kas kecil dibentuk dengan cara memindahkan atau menyisihkan sebagian
kecil rekening kas perusahaan ke rekening kas kecil dengan sistem dana tetap
(imprest). Pengendalian yang dapat diterapkan untuk dana kas kecil, antara lain:
a) Dana dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap.
b) Dana kas kecil hanya dipegang oleh satu orang.
c) Kas dana tersebut dikunci dan disimpan dalam kotak yang aman meski tidak
terpakai.
d) Pengeluaran kas hanya diijinkan untuk jumlah yang relatif kecil.
e) Adanya nota atau dokumen bernomor urut tercetak yang harus mendukung
setiap pembayaran.
f) Dana kas kecil tidak dicampur penggunaan dan penyimpanan dengan dana
untuk kegiatan lainnya.
g) Penggantian atau pengisian kembali dana harus berdasarkan receipts (kuitansi)
yang bernomor urut tercetak, dan menelaah dokumen pendukungnya.
h) Apabila telah dibayarkan, setiap dokumen pendukung harus distempel (dicap)
lunas (paid) untuk mencegah pemakaian kembali dokumen tersebut agar
memperoleh penggantin kembali.

Audit saldo kas kecil harus lebih merupakan pengujian atas transaksi daripada
pengujian atas saldo akhir. Apabila saldo kas kecil pada akhir tahun sangat kecil
bahkan nihil, maka masih ada kemungkinan terjadinya transaksi pengeluaran kas kecil
yang tidak semestinya. Apabila risiko deteksi tinggi, maka auditor cukup penguji
sejumlah kecil transaksi penggantian atau pengisian kembali dana kas kecil. Pengujian
pengendalian meliputi:
a) Penelaahan terhadap dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas kecil.
b) Penggunaan dokumen bernomor urut tercetak.
c) Penentuan bahwa cek yang diberikan untuk mengisi kembali dana kas kecil
adalah tepat jumlahnya sesuai dengan dana kas kecil yang terpakai.

Pengujian substantif dapat dipakai adalah pengujian detail transaksi dan detail
saldo kas. Luasnya pegujian sangat bervariasi tergantung pada spesifikasi risiko deteksi
yang direncanakan oleh auditor. Bila risiko deteksi tinggi, auditor cukup melakukan
pengujian dengan luas terbatas. Pengujian ini meliputi telaah dokumen pendukung,
akuntansi untuk semua penerimaan, dan data-data yang tercantum di dalam cek adalah
jumlah yang benar.

1.8 PENGAUDITAN REKENING DI BANK YANG KHUSUS DIPAKAI UNTUK


MEMBAYAR GAJI DAN UPAH
Pembayaran gaji dan upah kepada karyawan dapat dilakukan dengan jasa
perbankan. Perusahaan dapat memberitahukan rekening di bank yang digunakan
khusus untuk membayar gaji dan upah karyawan. Pembayaran gaji dan upah dapat
dilakukan dengan cek yang dibebankan atas rekening tersebut. Dalam hal ini, rekening
di bank dikendalikan sedemikian rupa dengan sistem imprest. Di samping itu,
rekening tersebut harus terpisah dengan rekening lain perusahaan yang ada dibank.
Pertimbangan Pengendalian Intern
Rekening gaji dan upah di bank dibentuk dengan menyetorkan sejumlah uang
dengan pengisian kembali secara periodik agar dananya selalu tetap jymlahnya.
Pengendalian intern atas rekening tersebut meliputi:
a) Hanya seorang karyawan sebagai petugas pembayaran atau asisten bendahara
mempunyai otorisasi.
b) Rekening tersebut khusus digunakan hanya untuk kegiatan pembayaran gaji dan
upah.
c) Rekening gaji dan upah dibank harus direkonsiliasi setiap bulan secara
independen.
d) Saldo rekening dijaga dan dikelola pada tingkat jumlah yang tetap.

Pengujian Substantif
Pada umumnya risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah untuk
rekening gaji dan upah di bank. Dengan demikian tingkat risiko yang dapat diterima
adalah tinggi. Oleh karena itu, auditor sangat sedikit menggunakan pengujian substantif,
tetapi lebih menitikberatkan pada pengujian pengendalian. Pengujian substantif meliputi:
a. Konfirmasi saldo rekening dibank.
b. Menelaah rekonsiliasi yang dilakukan klien.
c. Penggunaan laporan pisah batas bank.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan Totok Budi Santoso.Auditing II: Dasar-dasar Prosedur Pengauditan Laporan
Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Anda mungkin juga menyukai