Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS HASIL UJI AIR PERMUKAAN

Chris Octavianus
H2061161008

A. Data Sampel Uji


Lokasi Pengambilan : QQ Antam (PT Indonesia Chemical Alumina)
Tanggal pengambilan : 22 24 Juli 2016
Tanggal Pengujian : 28 Juli 29 Agustus 2016
Pelanggan : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Tanjungpura
Acuan Kadar Maksimum : PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
Acuan Kelas Mutu Air : PP RI No. 82 Tahun 2001

B. Keterangan Lokasi Pengambilan Sampel


PT Indonesia Chemical Alumina
Terletak di Tayan Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat dan merupakan perusahaan yang
bergerak di bidak penambangan mineral bauksit dan di produksi menjadi Chemical Grade
Alumina (CGA). Chemical Grade Alumina (CGA) pada umumnya merujuk pada produk kimia
dalam bentuk hidroksida alumunium dan alumina yang digunakan untuk berbagai aplikasi
industri. Alumunium hidroksida adalah produk setengah jadi yang dapat digunakan untuk
pemurnian air. Sementara alumina dapat digunakan untuk memproduksi komponen pendukung
elektronik. Beberapa produk yang menggunakan CGA di antaranya adalah refractoriness (bahan
tanpa panas), abrassive, produk rakitan, Integrated Circuit (IC), serta bahan dasar untuk layar
LCD.
Proses Produksi
Aluminium merupakan satu unsur dari banyak batuan, mineral dan bijih mineral dan harus
diekstrak dan diubah menjadi logam melalui kombinasi proses kimia dan elektrolitik. Bahan
pembentuk logam aluminium secara normal adalah aluminium oksida (alumina) dengan teknik
atau proses Bayer.
Adapun mekanisme dari pengolahan bijih bauksit menjadi alumina pada proses Bayer adalah
sebagai berikut :
1. Mereduksi ukuran bijih bauksit yang akan dijadikan umpan dengan cara digerus. Hal ini
bertujuan untuk mempercepat proses pelarutan. Hasil atau produk dari proses
penggerusan ini umumnya yang dipakai sebagai umpan pada proses Bayer, yaitu bijih yang
berukuran lolos dari 35 mesh.
2. Melarutkan alumina yang terdapat dalam bijih bauksit dengan larutan soda api (caustic
soda) dengan konsentrasi dan temperatur tertentu, dengan menggunakan media uap
sebagai pemanas di dalam suatu tabung yang dibuat dari baja yang tahan terhadap tekanan
yang timbul akibat proses pemanasan selama berlangsungnya proses pelarutan. Suhu
pelarutan sekitar 108 sampai 250C dengan konsentrasi soda api 250 sapai 400 gr/liter.
Reaksi yang terjadi pada prosespelarutan adalah:
Bauksit + NaOH NaAlO2 + H2O
Atau
Al2O3.3H2O + 2NaOH 2NaAlO2 + 4H2O
Sesuai dengan reaksi diatas, diperkirakan sekitar 90% alumina yang ada dalam bijih beuksit
akan larut menjadi NaAlO2. sedangkan rekasi sampingan yang terjadi sebagai akibat adanya
unsur silica reaktif dalam bijih bauksit adalah:
SiO2 + 2NaOH Na2SiO2
5SiO2 + 6NaAlO2 + 5H2O 3Na2O.3Al2O3.5SiO2.5H2O
3. Proses memisahkan larutan natrium aluminat (NaAlO2) dari padatan yang tidak larut dan
produk dari reaksi disilikasi. Pemisahan dilakukan dengan cara pengendapan, suhu
pengendapan dikontrol sekitar 100C, di mana alumina masih dalam kondisi kelarutannya.
Dari proses pengendapan ini akan didapat suatu produk berupa larutan natrium aluminat
yang bening.
4. Larutan bening yang didapat, kemudian diproses lagi dengan proses pengendapan
(presipitasi) dengan cara menambahkan serbuk Al2O3 sebagai inti pengendapan (seed).
Endapan yang terbentuk merupakan kristal-kristal dari alumina hidrat dan sebagian
teraglomerasi membentuk gumpalan-gumpalan alumina yang lebih besar dan tidak mudah
pecah. Hasil dari proses pengendapan (presipitasi) yang ukurannya besar dikembalikan lagi
ke dalam proses presipitasi sebagai inti pengendapan. Larutan sisa presipitasi (spent liquor),
dimanfaatkan kembali dengan cara mengembalikannya ke dalam proses pelarutan dengan
terlebih dahulu diuapkan kemudian ditambahkan soda api.
5. Alumina hidrat yang didapat dari proses presipitasi dan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan, selajutnya akan mengalami proses pemanggangan (kalsinasi) pada suhu sekitar
1.200C yang bertujuan untuk mengeluarkan juga mengurangi kadar air dan air kristal yang
terikat dalam gumpalan-gumpalan alumina.
Sejumlah residu bauksit yang dihasilkan oleh pabrik atau kilang alumina terutama tergantung
pada sumber bauksit lalu kemudian pada kondisi ekstraksi yang digunakan oleh pabrik. Dalam
tingkat ekstrem, residu yang dihasilkan bervariasi dari 0,3 ton hingga mencapai 2,5 ton per ton
alumina yang dihasilkan, meskipun pada umumnya hanya berkisar antara 0,7 dan 2 ton residu
per ton alumina yang dihasilkan.
Karakteristik Kandungan Limbah
Komposisi utama residu bauksit terdiri dari oksida besi, titanium oksida, silikon oksida dan
alumina tak larut bersama-sama dengan berbagai oksida lain yang bervariasi sesuai dengan
negara asal bauksit. Senyawa besi di bauksit dengan konsentrasi tinggi memberikan karakteristik
warna merah pada produk sampingannya, dan dikenal dengan istilah lumpur merah (red
mud). Berbagai komponen lainnya juga terdapat dalam jumlah yang sangat kecil didalam
bauksit, khususnya oksida-oksida logam seperti arsenik, berilium, kadmium, kromium, tembaga,
galium, timah, mangan, merkuri, nikel, kalium, thorium, uranium, vanadium, seng. Sebagian dari
unsur-unsur tersebut tetap tidak terlarut sehingga terbuang bersama dengan residu bauksit,
sementara sebagian lainnya terlarut didalam proses Bayer, baik yang menumpuk didalam Bayer
liquor, maupun terpresipitasi bersama-sama dengan aluminium hidroksida. Unsur-unsur non-
logam yang mungkin dihasilkan dalam residu bauksit adalah fosfor dan sulfur. Berbagai macam
senyawa organik juga bisa timbul, ini berasal dari bahan nabati dan organik dalam bauksit dan
termasuk diantaranya karbohidrat, alkohol, fenol, dan garam-garam natrium dari polibasa dan
hydoxyacids seperti asam humat, fulvat, suksinat, asetat atau oksalat.

C. Hasil dan Analisis Pengujian Air Permukaan


Sampel uji air yang digunakan adalah air permukaan, yang dapat diambil dari air sungai, danau,
dan rawa yang berhubungan dengan limbah proses produksi PT Indonesia Chemical Alumina.
Secara umum nilai acuan setiap parameter terdiri dari kadar maksimal yang mengacu pada
PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 dan kelas mutu air yang mengacu pada PP RI
No. 82 Tahun 2001.
Penetapan kadar maksimal bertujuan agar kualitas air yang digunakan masyarakat harus
memenuhi syarat kesehatan agar terhindar dari gangguan kesehatan, sehingga jika nilai hasil uji
sampel air permukaan melampaui nilai kadar maksimal dapat disimpulkan bahwa air
permukaan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Dari 37 parameter yang dipersyaratkan
terdapat 5 parameter yang melampaui kadar maksimal yaitu: warna, pH, fenol, faecal coliform
dan total coliform.
Jika dikaitkan dengan proses produksi PT Indonesia Chemical Alumina, nilai beberapa parameter
yang melampaui kadar maksimal dapat dijelaskan sebagai berikut:
Warna yang ditimbulan dapat berasal dari lumpur merah (red mud) hasil ekstraksi bauksit
yang mengandung besi.
pH yang sedikit dibawah kadar maksimal dapat berasal dari karbon dioksida yang banyak
terbentuk baik dari proses pembakaran bauksit maupun proses kalsinasi yang terlarut
dalam air permukaan
Fenol yang tinggi berasal dari senyawa organik yang banyak terdapat dalam bauksit
Faecal coliform dan total coliform tidak terkait dengan proses produksi tapi bisa terjadi
akibat kurang dikelolanya pengelolaan limbah kotoran manusia yang masuk ke badan air.
Karena terdapat beberapa nilai hasil uji sampel air permukaan yang melampaui kadar
maksimal menurut PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, maka disimpulkan air
permukaan yang diuji berbahaya bagi kesehatan manusia.
Bila mengacu pada PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang kelas mutu air maka air dibagi dalam 4
kelas yaitu:
Kelas I : Air untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas II : Air untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, mengairi pertanaman
Kelas III : Air untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman
Kelas IV : Air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama
Nilai hasil uji air permukaan yang melebihi nilai mutu air kelas I adalah warna dan kandungan
fenol, untuk air kelas II adalah warna, DO dan fenol, untuk air kelas III adalah warna, DO dan
fenol sedangkan untuk air kelas IV hanya parameter warna saja.
Keberadaan senyawa fenol pada air permukaan dapat berbahaya bagi kesehatan manusia
karena kontaminasi fenol pada manusia dapat menyebabkan berbagai penyakit mulai dari
iritasi, gangguan saraf, kerusakan hati dan ginjal hingga penyakit kronis yang bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker) dan teratogenik (menyebabkan cacat kelahiran). Fenol juga
memiliki toksisitas yang tinggi terhadap biota aquatik di perairan dengan tingkat toksisitas yang
berbeda-beda terhadap berbagai jenis biota aquatik. Toksisitas ini sangat dipengaruhi oleh
faktor fisika dan kimia air itu sendiri. Pada keadaan temperatur yang tinggi dan kelarutan
oksigen (Disolved Oxygen/DO) dalam air rendah, maka toksisitas terhadap biota aquatik akan
bertambah tinggi. Jika pH air asam, maka laju degradasi senyawa ini akan menjadi rendah pula,
karena pada pH rendah aktivitas mikroorganisme akan terhambat dan di samping itu oksigen
tidak dapat larut pada pH air yang rendah, sehingga akan mengurangi persediaan oksigen yang
diperlukan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa fenol dalam air.
Karena Pada ketiga pembagian kelas air (I,II dan III) kadar fenol melebihi nilai semua kelas mutu
air dan melebihi kadar maksimal yang ditetapkan serta mengingat bahaya toksik fenol bagi
kehidupan akuatik dan manusia, maka hasil uji air permukaan tidak dapat digunakan untuk kelas
I, II dan III, tapi bisa digunakan untuk kelas IV yakni mengairi pertanaman.

D. Saran
Pengelolaan limbah oleh PT Indonesia Chemical Alumina hendaknya dapat menurunkan
kadar fenol
Alternatif pengelolaan limbah fenol antara lain dengan pengelolaan kombinasi lagoon,
lumpur aktif ditambah aerasi. Lumpur aktif yang mengandung banyak mikroorganisme
dapat mengurai senyawa organik seperti fenol, kombinasi lagoon yang terbuka dan aerasi
selain dapat menjaga lumpur aktif tetap tersuspensi dalam laggon dan tidak mengendap
juga dapat membantu menyediakan oksigen bagi mikroorganisme dekomposer.

Anda mungkin juga menyukai