Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Takwa
a. Pengertian Takwa Menurut Istilah
Pengertian takwa menurut istilah kita dapatkan di banyak literatur, termasuk Al-Quran,
Hadits, dan pendapat sahabat serta para ulama. Semua pengertian takwa itu mengarah pada
satu konsep: yakni melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi larangannya, dan menjaga
diri agar terhindari dari api neraka atau murka Allah SWT.
Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai "takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu
mengerjakan ketaatan kepada-Nya" (Tafsir Ibn Katsir).
Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka pesan
paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa.
Rasulullah Saw bersabda:
"Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu adalah
pokok dari segala perkara." (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).
Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang bertakwa
itu adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila berbuat, berbuat
dan beramal karena Allah."
Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa adalah orang-
orang yang kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah."
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan
takwa anggota badan." (Al-Fawaid).

b. Pengertian Takwa Menurut Al-Quran dan Hadits


Pengertian takwa menurut sahabat Nabi Saw dan ulama di atas tentu saja merujuk pada
Quran dan Hadits.
Al-Quran menyebutkan, takwa itu adalah beriman kepada hal gaib (Yang Mahagaib:
Allah SWT), Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, beriman pada kitab-kitab
Allah, dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalankan hidupnya (QS.
Al-Baqarah:2-7).
Menurut hadits Nabi Saw, pengertian takwa berintikan pelaksanaan perintah Allah
SWT atau kewajiban agama.
"Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang
paling bertakwa". (HR. Ath-Thabrani).
Orang bertakwa senantiasa meluangkan waktu untuk beribadah dalam pengertian
ibadah mahdhoh --kewajiban utama seperti sholat dan zakat, serta puasa Ramadhan dan haji
bagi yang mampu.
Allah Azza Wajalla juga berfirman dala Hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan
waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku
menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan
kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah). Wallahu a'lam bish-shawab.

2. Ciri-ciri Orang yang Bertaqwa


Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa
berasal dari kata al-wiqaayah (penjagaan).
Penjagaan yang bagaimanakah yang dimaksud al-Qur'an ? Marilah kita telusuri
identifikasi dan ciri-cirinya agar menjadi jelas penafsiran kita, insyaallaah.

Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa Menurut Al-Qur'an :


a. Beriman kepada yang Ghaib, Mendirikan shalat, dan berinfaq
[yaitu] mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, [Q.S. al-Baqarah: 3].
b. Beriman kepada kitab-kitab Allah dan meyakini adanya akhirat.
dan mereka yang beriman kepada Kitab [Al Quran] yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya [kehidupan]
akhirat . (Q.S. al-Baqarah: 4).
c. Beriman kepada: Allah, Hari akhir, para malaikat, kitab-kitab, para nabi; berinfaq,
memerdekakan budak, mendirikan shalat, zakat, menepati janji dan sabar.
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir [yang memerlukan pertolongan] dan orang-orang yang
meminta-minta; dan [memerdekakan] hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar [imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S.al-Baqarah: 177).
d. Berinfaq di waktu lapang atau sempit, menahan amarah, dan pemaaf.
[yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan [kesalahan] orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali-Imran: 134)
e. Berpuasa Ramadhan
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S.al-Baqarah:183)

f. Tidak Silau Keindahan duniawi


Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka
memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih
mulia daripada mereka di hari kiamat (Q.S.al-Baqarah: 212).
g. Selalu berbuat kebajikan.
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi
[menerima pahala] nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali
Imran:115).
h. Bersegera kepada ampunan Allah.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. Ali Imran:
133)
i. Selalu mengingat Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S.Ali-Imran: 135).
j. Bersabar saat diuji harta dan dirinya.
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan [juga] kamu sungguh-
sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang
patut diutamakan. (Q.S. Ali Imran: 186).
k. Menjadikan akhirat sebagai TUJUAN hidup.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya? (Q.S. al-An'am: 32).
l. Menyebarkan da'wah.
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap
dosa mereka; akan tetapi [kewajiban mereka ialah] mengingatkan agar mereka bertakwa.
(Q.S. al-An'm: 69).
m. Menutup aurat
Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
(Q.S. Al-A'raf: 26).

n. Berdzikir manakala ditimpa kebimbangan.


Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan,
mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
(Q.S. al-A'raf: 201).
o. Menyuruh Keluarga Mendirikan shalat dan sabar mengerjakannya.
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat [yang baik] itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Q.S. Thaha: 132).
p. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di [muka] bumi. Dan kesudahan [yang baik] itu adalah bagi orang-
orang yang bertakwa. (Q.S. al-Qashash: 83).
q. Muslimah hendaklah menjaga pandangan dan kata-kata dalam berbicara.
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya , dan ucapkanlah perkataan yang baik, (Q.S. al-Ahzab:
r. Membawa kebenaran dan membenarkannya.
Dan orang yang membawa kebenaran [Muhammad] dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Az-Zumar: 33).
s. Menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji.
[Yaitu] orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-
kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih
mengetahui [tentang keadaan]mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu
masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang
paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Q.S. An-Najm: 32).
t. Selalu mengambil pelajaran dari al-Qur'an.
Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa. (Q.S. al-Haaqqa: 48).

3. Contoh Prilaku Taqwa


Kisah Atha bin Yasar
Suatu ketika Atha bin Yasar dan Sulaiman bin Yasar keluar dari kota Madinah untuk
menunaikan ibadah Haji bersama sahabat-sahabat mereka. Sehingga ketika mereka telah berada
di Abwa mereka singgah ditempat persinggahan mereka. Sulaiman bin Yasar dan para
sahabatnya pergi untuk memnuhi kebutuhan mereka, dan tinggallah Atha sendirian
melaksanakan shalat. Ketika itu masuklah ke tempat persinggahan Atha seorang wanita Arab
yang cantik. Ketika Atha merasakan kehadiran wanita itu, Atha mengira bahwa wanita itu
punya keperluan, maka Atha pun memperingan shalatnya.

Ketika Atha telah selesai shalat, Atha bertanya kepada wanita itu :

Apakah engkau punya keperluan

Wanita itu menjawab :

Ya

Atha bertanya lagi :

Apa keperluanmu itu ?

Wanita itu berkata :

Berdirilah, lalu curahkanlah kasih sayangmu kepadaku ! sesungguhnya aku seorang


wanita yangtelah menyukai laki-laki dan saya tidak punya suami.

Atha berkata :

Menjauhlah engkau dariku ! Janganlah engkau membakar aku dan dirimu dengan api
neraka !
Lalu wanita itu berusaha merayu dan menggoda Atha dan tetap bersiteguh untuk memenuhi
apa yang diinginkannya. Maka mulailah Atha menangis seraya berkata :

Menjauhlah engkau dariku ! Menjauhlah engkau dariku !

Tangisan Atha makin lama makin keras. Ketika wanita cantik itu melihat Atha dan
melihat tangisan serta kecemasan yang menimpa Atha, menangislah wanita itu mengiringi
tangisan Atha. Di saat Atha dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Sulaiman bin Yasar pulang
memenuhi keperluannya.

Ketika Sulaiman melihat Atha sedang menangis, dan seorang wanita dihadapannya sedang
menangis disudut rumah, Sulaiman pun menangis mengikuti tangisan keduanya padahal
Sulaiman tidak tahu apa yang menyebabkan keduanya menangis.

Setelah itu datanglah sahabat-sahabat Atha dan Sulaiman satu persatu. setiap kali seorang
sahabat itu datang ke tempat persinggahan mereka lalu melihat mereka sedang menangis,
maka sahabat itu pun duduk sambil menangis karena mendengar tangisan mereka tanpa
menanyakan tentang urusan mereka, sehingga tangisan pun meluas dan suara tangisan
terdengar keras.

Ketika wanita Arab itu menyaksikan keadaan seperti itu, ia pun berdiri lalu pergi keluar dan
berdirilah para sahabat Atha lalu masuk ke dalam. Sulaiman terdiam setelah itu dan dia
tidak menanyakan apa-apa kepada saudaranya (Atha) tentang kisah wanita itu karena
merasa hormat dan segan.

Kemudian keduanya datang ke Mesir untuk memenuhi sebagian kebutuhan mereka.


Keduanya tinggal di Mesir sepanjang waktu selama waktu yang dikehendaki oleh Allah
Subhanahu wa Taala.

Pada suatu malam Atha terbangun dalam keadaan menangis. Sulaiman bertanya kepadanya,

Apa yang membuatmu menangis, wahai saudaraku?

Berkata Atha,

Aku telah bermimpi tadi malam.

Sulaiman berkata,

(Mimpi) apakah itu?

Berkata Atha,

Syaratnya, jangan engkau ceritakan mimpi ini kepada siapapun selama aku masih hidup.

Berkata Sulaiman,

Akan kupenuhi syaratmu.

Berkata Atha,

Aku melihat Nabi Yusuf alaihissalaam di dalam mimpi. Maka aku pun mendatangi
beliau untuk melihatnya, maka aku (kagum) melihat ketampanan beliau maka aku pun
menangis. Maka beliau melihatku di tengah kerumunan orang banyak lalu beliau berkata,
Mengapa engkau menangis wahai laki-laki?

Aku (Atha) berkata,


Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu wahai Nabiyallaah. Aku teringat (kisah) engkau
dengan istri Al-Aziz dan ujian yang menimpa anda dari perkara wanita tersebut. Dan apa
yang anda jumpai di penjara. Dan perpisahanmu dengan ayahanda Yaqub yang sudah
berusia lanjut. Aku menangis karena mengingat akan hal itu dan itulah yang membuatku
kagum.

Berkata Nabi Yusuf alaihissalaam,

Mengapa engkau tidak kagum terhadap pemilik (kisah dengan) seorang wanita badui di
Abwa? Aku mengerti maksud beliau (Nabi Yusuf alaihissalaam). Oleh sebab itu aku
menangis dan terbangun dalam keadaan menangis.

Berkata Sulaiman,

Wahai saudaraku, apakah yang sebenarnya terjadi antara engkau dengan wanita itu?

Maka Atha pun menceritakan kisahnya dengan wanita itu, kisah itu pun tidak pernah
diberitahukan kepada seorangpun sampai Atha wafat. Setelah Atha wafat barulah salah
satu dari keluarganya menceritakan kisah itu kepada orang lain.

(kisah ini bisa dilihat pada kitab Al-Atqiyaa wa Fitanun Nisaa)

Tambahan, nama lengkap Atha adalah Atha bin Yasar Al-Hilali Abu Muhammad Al-
Madani Al-Qadhi. Seorang mantan budak Maimunah, seorang yang faqih dan banyak
meriwayatkan hadits, wafat tahun 103 H dalam usia 84 tahun di Mesir.

Anda mungkin juga menyukai