OLEH
KELOMPOK V
JAYANTI JABIR
MARZUKI
JURUSAN FISIKA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Dasar-Dasar Perpindahan Kalor.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Kalor dan
Peerpindahannya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu
proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada
suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau
pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan
endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga
merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada pengembunan dan
penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada
umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam
menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses
ini disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir
biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan
sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas,
mesin pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas
yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada
kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-
komponen peralatan, seperti misalnya sudut-sudut turbin atau dinding ruang
bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan
membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu
permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik,
transformator dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk
menghindari konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang
berlebihan dan merusakan peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa
dalam hampir tiap cabang keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang
tidak dapat dipecahkan dengan penalaran termodinamika saja, tetapi
memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu perpindahan panas.
Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam
ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan
mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan
dalam jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk
mengatasi kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga jenis
perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi,
dan radiasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perpindahan Panas
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut
......................................... (1)
Keterangan :
dT = Perbedaan Temperatur ( C, F )
T = Perubahan Suhu ( C, F )
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara laju
aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat
pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada
setiap titik dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan hukum
fourier.
Dalam penerapan hokum Fourier (persamaan 1) pada suatu dinding datar, jika
persamaan tersebut diintegrasikan maka akan didapatkan :
qk = (T2-T1) ....(2)
qk = ..............(3)
tetapan kesetimbangan (K) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas termal. Persamaan (1) merupakan persamaan dasar tentang
konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan
pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktivitas termal. Berbagai
bahan pada umumnya, konduktivitas termal itu sangat bergantung pada suhu.
Konduktivitas Termal
Bahan
W/m.oC
Btu/h.ft.oF
Logam
Perak (murni)
410
237
Tembaga (murni)
285
223
Nikel (murni)
202
117
Besi (murni)
93
54
Baja karbon, 1% C
73
42
Timbal (murni)
43
25
35
20,3
Bukan logam
24
Magnesit
4,15
2,4
Marmar
2,08 2,94
1,2- 1,7
Batu pasir
1,83
1,06
Kaca, jendela
0,78
0,45
0,17
0,096
Serbuk gergaji
0,059
0,034
Wol kaca
0,038
0,022
Zat cair
Air-raksa
8,21
4,74
Air
0,556
0,327
Amonia
0,540
0,312
0,147
0,085
0,073
0,042
Gas
Hidrogen
0,175
0,101
Helium
0,141
0,081
Udara
0,024
0,0139
0,0206
0,0119
karbondioksida
0,0146
0,008844
q = - hA ..(4)
keterangan:
q = laju perpindahan panas (Kj/det atau W)
1. Konveksi bebas
2. Konveksi paksa
Yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang berasal dari luar. Misalnya
dari fan, pompa, ataupun itupann angina. Konveks paksa dalam pipa merupakan
persoalan perpindahan konveksi untuk aliran dalam atau yang disebut dengan
internal flow. Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang dibatasi
oleh suatu permukaan , sehingga lapisan batas tidak dapat berkembang secara
bebas seperti halnya pada aliran luar. Perpindahan panas konveksi paksa dalam
kenyataannya sering dijumpai, karena dapat meningkatkan efisien pemanasan
maupun pendinginan satu fluida dengan fluida yang lain.
a) Bilangan Reynolds
Re = ............................................................... (5)
Dimana:
Re : bilangan Reynold
b) Bilangan Nusselt
Nu = (6)
Dimana:
Nu : bilangan Nusselt
D : diameter pipa
Kf : konduktivitas kalor fluida (W/m.K)
c) Bilangan Prandtl
Pr = = .(7)
Dimana:
Pr : bilangan parndtl
Dalam kasus tersebut maka terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam yang
memaparkan bahwa semakin hutam benda maka semakin tersebut maka energi
radiasi yang dikenai juga semakin besar. Oleh karena itu warna hitam dikatakan
sempurna menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas
atau cahaya dengan sempuurna. Sehingga emisivitas bahan untuk warna hitam
e=1 dan putih e = 0.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami sadar bahwa pada makalah yang kami buat ini terdapat banyak
kekurangan, maka diperlukan kritik dari dosen pembimbing dan pembaca agar
memberikan kritikan yang bersifat membangun agar makalah ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Halli, Ahlu. 2012. Koefesien perpindahan panas Menggunakan Profil Kotak pada
Alat Penukar Kalor. FT Universitas Indonesia. Depok
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Foto Saya
jayanti jabir
Arsip Blog
2014 (1)
2015 (3)
Juni (3)
filsafat rasionalisme
filsafat empirisme