Anda di halaman 1dari 18

Angkasa yang bergemuru

Selasa, 02 Juni 2015

makalah dasar-dasar perpindahan kalor

DASAR-DASAR PERPINDAHAN KALOR

OLEH

KELOMPOK V

ST ZAHRA MULYANTI NATSIR

JAYANTI JABIR

MARZUKI

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Dasar-Dasar Perpindahan Kalor.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Kalor dan
Peerpindahannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga selesai tepat
waktu.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun untuk makalah ini.

Makassar, Desember 2014

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kata Pengantar

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri
proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran
kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu
proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada
suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau
pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan
endoterm. Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga
merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian, Pada pengembunan dan
penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada
umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam
menyatakan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi.

Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses
ini disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir
biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan
sejumlah panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas,
mesin pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas
yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada
kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-
komponen peralatan, seperti misalnya sudut-sudut turbin atau dinding ruang
bakar, tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan
membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu
permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik,
transformator dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk
menghindari konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang
berlebihan dan merusakan peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa
dalam hampir tiap cabang keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang
tidak dapat dipecahkan dengan penalaran termodinamika saja, tetapi
memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu perpindahan panas.

Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan


lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi
(pengandaian) dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik
secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang
dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa pengira-iraan
(approximation).

Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam
ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan
mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan
dalam jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk
mengatasi kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga jenis
perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi,
dan radiasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari perpindahan panas?

2. Apa saja jenis dan pengertian dari perpindahan kalor?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian perpindahan kalor

2. Mengetahui jenis-jenis dan pengertian kalor

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perpindahan Panas

Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi


dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara
benda atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada
kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju
perpindahan panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk
meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpindahnya suatu
energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan
temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan
panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

B. Macam-macam Perpindahan Panas

1. Perpindahan panas konduksi


Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang
bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum.

Gambar 1. Perpindahan panas konduksi pada dinding

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut

Persamaan Dasar Konduksi :

......................................... (1)

Keterangan :

q = Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)

k = Konduktifitas Termal (W/m.C)

A = Luas Penampang (m)

dT = Perbedaan Temperatur ( C, F )

dX = Perbedaan Jarak (m / det)

T = Perubahan Suhu ( C, F )

dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor.konstanta positif k


disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus
disisipkan agar memenuhi hokum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor
mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala temperatur.

Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara laju
aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat
pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada
setiap titik dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan hukum
fourier.

Dalam penerapan hokum Fourier (persamaan 1) pada suatu dinding datar, jika
persamaan tersebut diintegrasikan maka akan didapatkan :

qk = (T2-T1) ....(2)

Bilamana konduktivitas termal (thermal conductivity) dianggap tetap. Tebal


dinding adalah x, sedangkan T1 dan T2 adalah temperatur muka dinding. Jika
konduktivitas berubah menurut hubungan linear dengan temperatur, seperti K =
K0(1 + T), maka persamaan aliran kalor menjadi:

qk = ..............(3)
tetapan kesetimbangan (K) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas termal. Persamaan (1) merupakan persamaan dasar tentang
konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan
pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktivitas termal. Berbagai
bahan pada umumnya, konduktivitas termal itu sangat bergantung pada suhu.

Daftar tabel konduktivitas termal berbagai bahan pada 0 oC

Konduktivitas Termal

Bahan

W/m.oC

Btu/h.ft.oF

Logam

Perak (murni)

410

237

Tembaga (murni)

285

223

Nikel (murni)

202
117

Besi (murni)

93

54

Baja karbon, 1% C

73

42

Timbal (murni)

43

25

Baja karbon- nikel (18% cr, 8% ni

35

20,3

Bukan logam

Kuarsa (sejajar sumbu)


41,6

24

Magnesit

4,15

2,4

Marmar

2,08 2,94

1,2- 1,7

Batu pasir

1,83

1,06

Kaca, jendela

0,78

0,45

Sayu maple atau ek

0,17
0,096

Serbuk gergaji

0,059

0,034

Wol kaca

0,038

0,022

Zat cair

Air-raksa

8,21

4,74

Air

0,556

0,327

Amonia
0,540

0,312

Minyal humas, SAE 50

0,147

0,085

Freon 12, 22FCCI

0,073

0,042

Gas

Hidrogen

0,175

0,101

Helium

0,141

0,081
Udara

0,024

0,0139

Uap air (jenuh)

0,0206

0,0119

karbondioksida

0,0146

0,008844

2. Perpindahan panas konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/ aliran/


pencampuran dari bagian panasa ke bagian yang dingin. Contohnya adalah
kehilangan pana dari radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi, dan lain-
lain. Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi
diklasifikasikan menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan
konveksi paksa (forced convection).

Gambar 2. Perpindahan panas konveksi

Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam saluran


tertutup seperti pada gambar 2 merupakan contoh proses perpindahan panas.
Laju perpindahan panas pada beda suhu tertentu dapat dihitung dengan
persamaan

q = - hA ..(4)

keterangan:
q = laju perpindahan panas (Kj/det atau W)

h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.oC)

A = luas bidangg permukaan perpindahan panas (ft2, m2)

Tw = temperature dinding (oC, K)

Ttak hingga = temperature sekeliling (oC, K)

Tanda minus (-) digunakan untuk memenuhi hukum II termodinamika, sedangkan


panas yang dipimdahkan selalu mempunyai tanda positif (+).

Persamaan (4) mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien


pindah panas permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan
besarnya laju pindah panas di daerah dekat pada permukaan itu.

Menurut keadaan alirannya perpindahan panas secara konveksi dikategorikan


menjadi 2 yaitu:

1. Konveksi bebas

Yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya perbedaan temperature


dalam fluida.

2. Konveksi paksa

Yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang berasal dari luar. Misalnya
dari fan, pompa, ataupun itupann angina. Konveks paksa dalam pipa merupakan
persoalan perpindahan konveksi untuk aliran dalam atau yang disebut dengan
internal flow. Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang dibatasi
oleh suatu permukaan , sehingga lapisan batas tidak dapat berkembang secara
bebas seperti halnya pada aliran luar. Perpindahan panas konveksi paksa dalam
kenyataannya sering dijumpai, karena dapat meningkatkan efisien pemanasan
maupun pendinginan satu fluida dengan fluida yang lain.

Perpindahan panas konveksi sebagai perpindahan energi terjadi dalam


fluida akibat efek kombinasi dari konduksi dan pergerakan kasar fluida. Adapaun
energi yang dipindahkan adalah energi dalam fluida. Begitu pula dengan
konveksi sebagai pertukaran panas latent yang dihubungkan dengan perubahan
fase antara keadaan cairan dan uap fluida. Dengan memperhatikan kondisi aliran
fluida tanpa melihat cara perpindahan panas konveksi.

Dalam menentukan nilai dari koefisien perpindahan kalor konveksi perlu


diperhatikan beberapa parameter tak berdimensi dimana:

Sejumlah besar parameter dibutuhkan untuk menjelaskan perpindahan kalor

Parameter tersebut dalam dikelompokkan bersama untuk membentuk suatu


nilai kecil parameter tak berdimensi
Dalam hal ini ,emberikan persamaan umum menjadi lebih sederhana dimana
koefisien perpindahan kalor dapat dihitung. Adapun parameter tak berdimensi
seperti bilang Reynolds, bilangan Nusselt, dan bilangan Prandtl biasa digunakan
dalam menentukan nilai dari koefisien perpindahan kalor.

a) Bilangan Reynolds

Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi.


Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminar dan
turbulen di satu pihak dan dilain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
mengetahui jenis-jenis aliran yang belangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada
suatu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk aliran yang satu
menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya tidaklah
terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu, yakni suatu waktu yang
relative pendek dengan diketahuinya kecepatan kritis dari suatu aliran.
Kecepatan kirtis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh usayaran pipa. Jenis
zat cair yang lewat dalam pipa tersebut.

Terdapat empat besaran yang menentukan apakah aliran tersebut


digolongkan alira laminar ataukah aliran turbulen. Keempat besaran tersebut
adalah massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan dan diameter pipa.
Kombinasi dari keempatnya akan menunjukkan besarnya bilangan Reynold.
Untuk menentukan nilai dari Reynold number (Re) untuk aliran dalam pipa
digunakan:

Re = ............................................................... (5)

Dimana:

Re : bilangan Reynold

G : kecepatan aliran masssa (kg/m2s)

D : diameter pipa (m)

: viskositas dinamik fluida (Ns/m2)

b) Bilangan Nusselt

Bilangan Nusselt (Nu) didefenisikan sebagai rasio perpindahan kalor


konveksi fluida dengan perpindahan kalor konduksi fluida dalam kondisi yang
sama. Bilangan Nusselt untuk aliran dalam pipa dapat dituliskan:

Nu = (6)

Dimana:

Nu : bilangan Nusselt

h : koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m2. K)

D : diameter pipa
Kf : konduktivitas kalor fluida (W/m.K)

c) Bilangan Prandtl

Bilangan prandtl merupakan rasio kinematic viskoditas (v) fluida dengan


difusivitas kalor (), dimana bilangan Prantdl nerupakan propertis termodinamika
dari fluida. Adapun persamaannya yaitu:

Pr = = .(7)

Dimana:

Pr : bilangan parndtl

v : viskositas kinematic fluida (m2/s)

: thermal diffusivity (m2/s)

cp : kalor spesifik (J/kg.oK)

k : konduktivita kalor fluida (W/m.K)

3. Perpindahan panas radiasi

Perpindahan kalor secara radiasi merupakan perpindahan kalor yang tidak


memerlukan perantara apapun, misalnya ketika kita sedang duduk dekat dengan
api maka kita akan merasakan hangat walaupun tanpa bersentuhan langsung
dengan api tersebut. Atau perpindahan panas radiasi adalah proses dimana
panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah
bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang hampa diantara benda-benda
tersebut.

Gambar 3. Perpindahan panas radiasi

Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperature, yang dipindahkan


melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bila energi
radiasi menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan, sebagian
diserap dan sebagian diteruskan seperti pada gambar (2.3), sedangkan besarnya
energi:

Qpancaran = AT4 (8)

Dimana: Qpancaran = laju perpindahan panas (W)

= konstanta Boltzman (5,669.10-8 W/m2 K4)

A = luas permukaan benda (m2)

T = suhu absolut benda (oC)


Radiasi biasanya dalam bentuk gelombang elektromagnetik (GEM) yang berasal
dari matahari. Matahari merupakan sumber cahaya di bumi yang sinarnya masuk
ke bumi melewati filter yang disebut atmosfer, sehingga cahaya yang masuk ke
bumi adalah cahaya yang tidak berbahaya. Sinar gelombang elektromagnetik
tersebut dibedakan berdasarkan frekuensi dan panjang gelombang. Dimana
semakin besar panjang gelombang maka semakin kecil frekuensinya. Energi
radiasinya tergantung dari besarnya frekuensi dalam artian semakin besar
frekuensi maka semakin energi radiasinya.

Dalam kasus tersebut maka terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam yang
memaparkan bahwa semakin hutam benda maka semakin tersebut maka energi
radiasi yang dikenai juga semakin besar. Oleh karena itu warna hitam dikatakan
sempurna menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas
atau cahaya dengan sempuurna. Sehingga emisivitas bahan untuk warna hitam
e=1 dan putih e = 0.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang Perpindahan kalor merupakan suatu proses berpindahnya suatu energi


(kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur
pada daerah tersebut. Terdapat 3 jeni sperpindahan kalor yaitu perpindahan
kalor konduksi, konveksi dan radiasi.

B. Saran

Kami sadar bahwa pada makalah yang kami buat ini terdapat banyak
kekurangan, maka diperlukan kritik dari dosen pembimbing dan pembaca agar
memberikan kritikan yang bersifat membangun agar makalah ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Halli, Ahlu. 2012. Koefesien perpindahan panas Menggunakan Profil Kotak pada
Alat Penukar Kalor. FT Universitas Indonesia. Depok

Rizal. 2008. Perancangan Thermal dan Elektrikal. FT Universitas Indonesia.


Jakarta.

Rokhman, Taufiq. 2012. Perpindahan Panas.


http://taufiqrokhman.com/2012/09/04/perpindahan-panas/. Diakses pada tanggal
23 November 2014.

Diposkan oleh jayanti jabir di 05.03 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke


TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Foto Saya

jayanti jabir

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

2014 (1)
2015 (3)

Juni (3)

makalah dasar-dasar perpindahan kalor

filsafat rasionalisme

filsafat empirisme

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai