Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI INTEGRASI PROGRAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV

DARI IBU KE ANAK PADA PELAYANAN KIA


Made Widhi Gunapria Darmapatni1

Abstrak

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu masalah utama


kesehatan sekaligus penyakit yang dapat mempengaruhikematian ibu dan anak.
Infeksiinidapat dicegah secara komprehensif dan efektif melaluiempat pilar (4prong)
yang diintegrasikan dalam pelayanan fasilitas kesehatan. Artikel inibertujuan
memberikan menggambarkan pengembangan program pencegahan penularan HIV
dariibu kepada anak dan implementasinya dalam pelayanan kesehatan. Artikel
inimerekomendasikan pentingnya persiapan internal, sistem rujukan, dan pemantauan
sebelum melakukan integrasikedua program sehingga setiap hambatan dapat
dipecahkan dan realisasinya akan lebih optimal.

Kata kunci : integrasi, pencegahan penularan ibu ke anak


Millennium Development Goals mencakup 28.314ibu hamil yang
(MDGs) mengisyaratkan semua negara dilakukan konseling dan tes HIV dimana
didunia untuk memerangi penularan HIV- 812 diantaranya positif, sementara ibu
AIDS. Laporan UNAIDS tahun 2012, hamil yang mendapatkan ARV berjumlah
terdapat 34juta orang dengan HIV didunia, 685 orang dan jumlah bayiyang
50% diantaranya perempuan dan 2,1 juta mendapatkan ARV profilaksis sebanyak
anak usia dibawah 15 tahun. Jumlah 752 orang.
perempuan terinfeksi HIV dari tahun ke Berkaitan dengan permasalahan
tahun semakin meningkat, seiring dengan diatas, maka program PPIA merupakan hal
meningkatnya perempuan yang yang tidak bisa ditunda lagijika kita tidak
berperilaku berisiko dan jumlah laki-laki ingin kehilangan generasikarena
yang melakukan hubungan seksual yang terinfeksiHIV. Dalam upaya meningkatkan
tidak aman kemudian menularkan pada cakupan dan pelayanan PPIA, perlu
pasangannya. Penularan dariibu ke anak dilakukan pengembangan fasilitas dan
sudah mencapai2,6 persen dariseluruh pelayanan PPIA. Integrasilayanan PPIA
kasus HIV-AIDS diIndonesia dan lebih dalam paket layanan KIA diharapkan
dari90% kasus anak terinfeksi HIV tertular mampu menurunkan jumlah infeksibaru,
dari ibunya.1 Risiko penularan HIV pada mengurangi stigma dan diskriminasi serta
ibu yang tidak mendapatkan penanganan menurunkan kematian akibat AIDS.
pencegahan saat hamil diperkirakan sekitar Tulisan ini diharapkan memberikan
15-45%. Risiko penularan 15-30% terjadi informasi terkait program PPIA
pada saat hamil dan bersalin, sedangkan terintegrasi pada layanan KIA dan review
peningkatan risiko transmisi HIV sebesar keberhasilan dari beberapa negara yang
10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan telah menerapkannya.
menyusui.1,2 Pengendalian penularan
HIV-AIDS pada perempuan, anak, dan Pembahasan
keluarga menjadi semakin penting dan PPIA merupakan bagian dari upaya
tidak dapat dipisahkan dari program pengendalian HIV-AIDS dan infeksi
penanggulangan HIV-AIDS secara umum. menular seksual sekaligus program
Strategi Nasional penanggulangan HIV Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Inovasi
2007-2010 bahkan menegaskan bahwa Layanan Komprehensif Ber
Pencegahan Penularan HIV dariIbu ke kesinambungan (LKB) HIV-AIDS dan
Bayi (PPIA) merupakan sebuah program IMS menempatkan layanan PPIA
prioritas.3 Dinegara maju risiko anak terintegrasi dalam layanan KIA, KB,
tertular HIV dariibu dapat ditekan hingga kesehatan reproduksi, dan kesehatan
kurang dari2 % karena tersedianya remaja pada setiap jenjang pelayanan
intervensi PPIA dengan layanan yang kesehatan. Integrasi PPIA dipelayanan
optimal sehingga meningkatkan tes HIV KIA tentunya akan saling mendukung,
dan konseling dilayanan antenatal dan terutama pencegahan penularan HIV
persalinan. Namun dinegara berkembang dariibu ke anak pada daerah-daerah
atau negara miskin, dengan minimnya berisiko tinggi. Melalui pelayanan PPIA
akses intervensi, risiko penularan masih terintegrasi diharapkan semua perempuan
berkisar antara 20% dan 50%. yang datang pada pelayanan KIA
DiIndonesia, sejauh inifasilitas mendapatkan informasi terkait reproduksi
pelayanan PPIA masih jauh darimemadai. sehat, penyakit IMS/ HIV, dan pencegahan
Data bulan Junitahun 2012, menunjukkan penularan HIV dari ibu ke anak baik
baru ada 94fasilitas pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan
(85 Rumah Sakit dan 9 Puskesmas) yang menyusui. Tes HIV, skrining IMS, dan tes
menyelenggarakan pelayanan PPIA. sifilis merupakan pemeriksaan yang wajib
Demikian pula untuk cakupan ditawarkan kepada semua ibu hamil pada
pelayanannya masih rendah, yaknibaru
daerah epidemic HIV meluas dan sebagaipemberiinformasipencegahan
terkonsentrasiyang datang ke layanan HIV dan IMS dan membantu klien
KIA/KB. Dilayanan KIA, tes HIV, mendapatkan akses layanan konseling
skrining IMS, dan tes sifilis ditawarkan dan tes HIV.
sebagaibagian daripaket asuhan antenatal 2)Pencegahan kehamilan yang tidak
terpadu mulaikunjungan antenatal pertama direncanakan pada perempuan HIV positif
hingga menjelang persalinan. Apabila ibu Perempuan dengan HIV berpotensi
menolak untuk dites HIV, petugas dapat menularkan virus kepada bayi yang
melaksanakan konseling pra-tes HIV atau dikandungnya selama hamil, oleh karena
merujuk ke layanan konseling dan testing itu ODHA perempuan disarankan untuk
sukarela. Konseling pasca tes HIV bagiibu mendapatkan akses layanan yang
yang hasil tesnya positif, sedapat mungkin menyediakan informasi dan sarana
dilaksanakan bersamaan (couple kontrasepsi yang aman dan efektif untuk
conselling), termasuk pemberian kondom mencegah kehamilan yang tidak
sebagaialat pencegahan penularan IMS direncanakan. Beberapa kegiatan yang
dan HIV.1,4,5 Tentunya partisipasi laki- dapat dilakukan adalah mengadakan KIE
laki, pihak swasta serta LSM sangat tentang HIV-AIDS dan perilaku seks
diharapkan dalam mendukung aman, menjalankan konseling dan tes HIV
keberhasilan PPIA.Kementrian Kesehatan untuk pasangan, melakukan upaya
mencanangkan bahwa pelaksanaan PPIA pencegahan dan pengobatan IMS,
berpegangan pada 4pilar yang dikenal melakukan promosi penggunaan kondom,
dengan 4prong, yaitu: memberikan konseling pada perempuan
dengan HIV untuk ikut KB dan
1)Pencegahan penularan HIV pada menggunakan metode kontrasepsi yang
perempuan usia reproduksi(15-49 tepat, memberikan konseling dan
tahun) memfasilitasi perempuan dengan HIV
Pencegahan primer ini bertujuan yang ingin merencanakan kehamilan.
mencegah penularan HIV dariibu ke
anak secara dini, yaitu baik sebelum
terjadinya perilaku hubungan seksual
berisiko atau bila terjadiperilaku seksual
berisiko maka penularan masih bisa
dicegah, termasuk mencegah ibu hamil
agar tidak tertular oleh pasangannya
yang terinfeksi HIV. Kegiatan yang
dapat dilakukan pada pencegahan
primer adalah mengadakan
Komunikasi, Informasi dan
Edukasi(KIE) tentang HIV-AIDS dan
Kesehatan Reproduksi, baik secara
individu maupun kelompok guna
meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang cara menghindari penularan
HIV dan IMS. Informasi tentang
pencegahan penularan HIV dariibu ke
anak juga penting disampaikan kepada
masyarakat luas sehingga dukungan
masyarakat kepada ibu dengan HIV
dan keluarganya semakin kuat.
Pelaksanaannya melibatkan petugas
lapangan
3) Pencegahan penularan HIV dariibu KIA yang telah ada akan memudahkan
hamil ke bayi yang dikandungnya dalam menjaring sasaran yang berisiko.
Strategi pencegahan penularan HIV Selain itu, sistem pencatatan dan pelaporan
pada ibu hamil yang telah terinfeksi terpadu dalam pelayanan KIA sangat
HIV ini merupakan inti dari kegiatan mendukung dalam proses mengidentifikasi
PPIA. Pelayanan KIA yang apakah sasaran termasuk kelompok
komprehensif mencakup kegiatan berisiko atau tidak. Integrasi PPIA
sebagai berikut: layanan ANC terpadu dipelayanan KIA juga dipandang efisien
termasuk penawaran dan tes HIV, dari segi tenaga dan dana. Petugas
diagnosis HIV, pemberian terapi anti pelaksana cukup oleh pemegang program
retroviral, persalinan yang aman, KIA yang sudah mendapat pelatihan PPIA
tatalaksana pemberian makanan bagi sebelumnya, menumbuhkan rasa saling
bayi dan anak, menunda dan mengatur percaya antara petugas dan pasien yang
kehamilan, pemberian profilaksis ARV berdampak pada kelanjutan intervensi.
pada anak, pemeriksaan diagnostik HIV PPIA terintegrasi dipelayanan KIA
pada anak. Kombinasi kegiatan tersebut menawarkan paket pelayanan yang
merupakan strategiyang paling efektif menyeluruh tanpa harus datang ke klinik
untuk mengidentifikasi perempuan yang lainnya sehingga pasien menjadi lebih
terinfeksiHIV serta mengurangi risiko mudah dan menghemat waktu. Melalui
penularan HIV dariibu ke anak pada program ini, koordinasi kegiatan KIA dan
periode kehamilan, persalinan dan pasca PPIA dapat dilakukan pada jejaring
kelahiran. internal pelayanan kesehatan secara lebih
4) Dukungan psikologis, sosial, dan komprehensif dengan tetap memperhatikan
perawatan kesehatan selanjutnya kepada peran pendukung seperti LSM, tokoh
ibu yang terinfeksiHIV dan bayiserta masyarakat, dan tokoh agama.
keluarganya Pengembangan pendekatan Konseling dan
Dukungan psikologis, sosial, dan tes HIV melalui Konseling dan Tes atas
perawatan sepanjang waktu dibutuhkan Inisiasi Petugas Kesehatan (KTIP) akan
mengingat adanya masalah stigma dan berkontribusi terhadap integrasi kedua
diskriminasikepada ODHA. Faktor program. Prosedur pelaksanaan tes darah
kerahasiaan status HIV ibu sangat secara KTIP dapat diawali proses
penting dijaga. Dukungan juga harus konseling prates secara singkat bahkan
diberikan kepada anak dan keluarganya, konseling tidak dianggap wajib untuk
sehingga ibu mampu bersikap optimis dilakukan. Konseling tetap diperlukan
dan bersemangat mengisikehidupannya. bagimereka yang membutuhkan dan
Bertindak bijaksana dan positif menjaga memerlukan dirujuk kepada konselor yang
kesehatan diridan anaknya, serta berpengalaman dengan tetap
berperilaku sehat agar tidak terjadi memperhatikan 3 C yaitu Counselling,
penularan HIV daridirinya ke orang Confidentiality, dan informed consent.
lain.

Keuntungan integrasi PPIA di


pelayanan KIA
Dilihat dari segi efektifitas, PPIA
dan pelayanan KIA memiliki tujuan dan
sasaran yang sama yaitu ibu dan bayi
sehingga melalui integrasi kedua program
ibu hamil dengan resiko HIV akan
terdeteksi lebih dini dan meminimalisasi
tingkat penularan dariibu ke anak.1,4,5
Potensi infrastruktur jejaring pelayanan
Serupa dengan keberhasilan
Kendala integrasi PPIA di pelayanan tersebut integrasi PPIA dipelayanan KIA
KIA di Mozambique selama 3 tahun,
Dalam kenyataannya program menunjukkan peningkatan yang signifikan
integrasi PPIA di pelayanan KIA masih dari ketersediaan fasilitas menyedia
menemukan berbagai kendala. Masih layanan test HIV dan konseling ditingkat
banyak faktor yang perlu dipersiapkan dan pelayanan dasar. ODHA yang terdaftar
ditingkatkan sehingga program inidapat dalam program HIV-AIDS dan
terealisasi secara optimal. Dilihat dari menggunakan terapiARV makin
sudut SDM, integrasi kedua program meningkat. Selain itu rata-rata waktu yang
membutuhkan tenaga kesehatan terampil dibutuhkan untuk melakukan test HIV
yang memerlukan pelatihan dan ditemukan lebih cepat yang diikuti
pembinaan yang berkelanjutan.Masih peningkatan kepatuhan dalam terapi ARV.
adanya stigmatisasi dan diskriminasi Pendekatan integrasi memungkinkan
dilingkungan pelayanan kesehatan dan sistem pelayanan dasar untuk menjaring
rendahnya monitoring menjadi hambatan lebih banyak pasien HIV dimasyarakat.
yang tidah mudah diselesaikan. Begitu Peningkatan jumlah penyedia layanan
juga dengan sarana dan prasarana, ART mampu mengurangikerugian to
terutama persiapan laboratorium dan follow up, dan dapat mencapaidaerah
media komunikasi untuk konseling pra dan geografiyang sulit dibandingkan model
pasca tes HIV harus mendapatkan vertikal. Integrasi kedua program,
perhatian khusus. Kendala lain adalah berdampak pada rehabilitasi infrastruktur
adanya peningkatan beban kerja disertai pelayanan, penguatan pengawasan dan
kegiatan pencatatan pelaporan lebih sistem rujukan. Selain itu, menumbuhkan
banyak dan kompleks tentunya hubungan yang lebih baik antara jejaring
memerlukan persiapan manajemen yang pelayanan kesehatan yang dapat
lebih matang. memperkuat sistem PHC yang lebih luas.
Penelitian lain juga menemukan bahwa
Review keberhasilan integrasi PPIA di peran manajemen dalam fasilitas
pelayanan KIA pelayanan kesehatan sangat besar. Adanya
pengaturan beban kerja yang optimal,
Dalam program Pathfinder peningkatan motivasi, sikap dan adanya
Internasional yang memperkenalkan supervise yang berkesinambungan
integrasiPPIA dipelayanan KIA diKenya, merupakan kunci keberhasilan integrasi
ditemukan adanya peningkatan PPIA dipelayanan KIA.
pemanfaatan pelayanan antenatal terpadu
termasuk penerimaan konseling dan test
HIV serta terapiARV pada ibu hamil. Ada
beberapa kunci sukses yang melatar
belakangi keberhasilan integrasi kedua
program iniantara lain promosi/kampanye
PPIA dilakukan oleh petugas dan anggota
masyarakat khususnya tokoh agama.
Pelatihan PPIA dalam pelayanan KIA
menghadirkan praktisi tidak hanya
didalam negeri namun juga luar negeri.
Selain itu pengembangan dan penguatan
sistem rujukan dua arah antara tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan
mendapatkan perhatian khusus.
Kesimpulan dan saran
Integrasi PPIA dipelayanan kesehatan
dirasakan sangat perlu segera diwujudkan
secara menyeluruh, mengingat
berdasarkan review integrasi PPIA dalam
pelayanan KIA adalah kunci sukses
menurunkan penularan HIV dariibu ke
bayi. Program ini diharapkan mampu
meningkatkan akses layanan dan cakupan
sebagai salah satu upaya mengeliminasi
penularan dari ibu ke anak menuju titik nol
(getting to zero). Kendala yang
dihadapidalam penerapan tentunya harus
diantisipasidengan mempersiapkan secara
matang faktor internal fasilitas pelayanan
(SDM, sarana prasara, dan manajemen),
sistem rujukan dan monitoring program.

Daftar Pustaka
1.Kemenkes RI. Pedoman Nasional
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA). Jakarta: Kemenkes RI;
2012.
2.Nursalam, KurniawatiDN. Asuhan
keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV /AIDS. Jakarta: Salemba Medika;
2009.
3. KomisiPenanggulangan AIDS Nasional. pencegahan penularan HIV dariibu ke
Strategipenanggulangan HIV dan AIDS anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
tahun 20072010. Jakarta: KPA; 2007. 7. Druce Nel, Nolan Anne. Seizing the big
4. Direktorat Jendral Pengendalian missed opportunity: linking HIV and
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Tes maternity care services in Sub Sahara
dan konseling HIV terintegrasidisarana Africa. Reproductive Health
kesehatan/PITC pelatihan bagipetugas Matter.2007;15(30):190-201.
kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI; 2010. 8. Pfeiffer James, et all. Integration of
5. Imelda. IntegrasiPMTCT diPelayanan HIV/AIDS services in to African primary
KIA. Kalimantan: Dinas Kesehatan health care: lesson learned for health
PropinsiKalimantan barat; 2009. system stengthening in Mozambique case
6. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Ditjen study. J Int AIDS Soc.2010;13(3).
Bina Gizidan Kesehatan Ibu dan Anak, Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor
Kementerian Kesehatan RI. Fact sheet 1 Mei 2013 : 1 - 6

Anda mungkin juga menyukai