Anda di halaman 1dari 9

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR


Jl. Dr. Semeru No. 116 Bogor Barat, Kota Bogor
Kata Pengantar

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT
atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Makalah ini.
Adapun judul dari Makalah ini adalah tentang Konsep Satuan Operasional Prosedur Blader
Training. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas
Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam menyelesaikan makalah, penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa
saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang
membacanya.

Penyusun

Bogor, April 2014


Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Tujuan
C. Indikasi
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Individu dapat mengalami gangguan dalam berkemih karena adanya sumbatan atau ketidak
mampuan sfingter uretra untuk berelaksasi, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk dapat
mengeluarkan urin dari kandung kemih,salah satu tindakannya adalah dengan pemasangan
kateter.
Kateterisasi kandung kemih dilakukan dengan memasukkan selang plastik atau karet melalui
uretra ke dalam kandung kemih.Kateter memunkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada
klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan. (perry poter)
Pada saat kateter terpasang, kandung kemih tidak terisi dan berkontraksi, pada akhirnya kapasitas
kandung kemih menurun atau hilang (atonia).Apabila atonia terjadi dan kateter dilepas, otot
detrusor mungkin tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengeluarkan
urinnya,sehingga terjadi komplikasi gangguan fungsi perkemihan.Untuk itu perludilakukan
bladder training sebelum melepas kateter urinari.
Setelah kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akan dialami oleh pasien
berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya. Efek samping dari pemasangan kateter
adalah terjadinya inkontnensia urin dan retensi urine.
Inkontinensia urin ialah kehilangan kontrol berkemih. Hal ini dapat bersifat sementara atau
menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urin dapat
berlangsung ters-menerus atau sedikit-sedikit.
Denganpengelolaan yang baik,diharapkan pasien yang terpasang kateter tidak mengalami
perubahan pola berkemih sesudah kateternya dilepas. Pengelolaan yang baik disini adalah
dengan cara dilatih tehnik bladder training.
Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah tindakan yang bertujuan untuk
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengluaran air
kemih.
Tindakan ini dapat membantu klien yang menderita inkontinensia untuk memperoleh kembali
kontrol berkemihnya dan merupakan bagian dari perawatan rehabilititatif dan restorasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bladder training?
2. Apa prosedur pelaksanaan bladder training?
3. Bagaimana cara melakukan bladder training?
C. Tujuan Makalah
Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
tentang bladder training.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar penulis dapat :
a. Mampu mendeskripsikan tentang bladder training.
b. Mengetahui prosedur pelaksanaan bladder training.
c. Mengetahui cara melakukan bladder training.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Suatu latihan yang dilakukan dalam rangka melatih otot-otot kandung kemih (Eni Kusyati, 2004)
Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah tindakan yang bertujuan untuk
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengluaran
air kemih.
B. Tujuan
a. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri
b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
c. Mengembalikan tonus otot kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena pemasangan
kateter
d. Mengembalikan pola kebiasaan berkemih
C. Indikasi
Latihan ini diperuntukkan bagi:
a. Orang yang mengalami masalahdalam hal perkemihan.
b. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.
c. Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama
d. Klien dengan inkontinentia urin.
BLADDER TRAINING
1. TUJUAN
1.1 Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
1.2 Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
1.3 Mengembalikan tonus otot kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena pemasangan
kateter.
1.4 Mengembalikan pola kebiasaan berkemih
2. RUANG LINGKUP
Indikasi dilakukan pada :
1.1 Orang yang mengalami masalahdalam hal perkemihan.
1.2 Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.
1.3 Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama.
1.4 Klien dengan inkontinentia urin.
3. ACUAN
Perry, Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. 2006.
EGC: Jakarta
Kusyati, Eni. Keterampilan dan Prosedur Laboraturium. 2004. EGC: Jakarta.
Nursalam. Asuhan Kpeerawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. 2006.
Salemba Medika: Jakarta

4. DEFINISI
4.1 Bladder training (melatih kembali kandung kemih) ialah tindakan yang bertujuan untuk
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengluaran
air kemih.
5. PROSEDUR
5.1 Tanggung jawab dan wewenang.
5.1.1 Bagian akademik sebagai penanggung jawab pembelajaran {Coordinator mata pelajaran KMB 1
yang bertanggung jawab dalam pengelola ketercapaian prosedur terapi oksigen.
5.1.2 Pembimbing praktik pendidkan dan lahan yang bertanggung jawab dalam membimbing dan
menilai ketercapaian pelaksanaan.
5.1.3 Prosedur tindakan setiap peserta didik secara objektif baik di laboratorium maupun lahan
praktik.
5.2 Pelaksanaan
5.2.1 Pastikan kebutuhan klien untuk dilatih bladder training.
5.2.2 Persiapan pasien dan keluarga
5.2.2.1 Sampaikan salam (lihat SOP Komunikasi Teurapetik).
5.2.2.2 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
5.2.3 Persiapan alat
Jam
Air minum dalam tempatnya
Handscoon
Arteri Klem
Kassa
5.2.3.1 Catatan perawatan persiapan lingkungan : jaga privacy klien dan ciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman.
5.2.3.2 Perawat mencuci tangan.
5.2.3.3 Jelaskan prosedur
5.2.4 Tahap Kerja.
5.2.4.1 Tingkat masih dalam kateter :
Prosedur 1 jam :
a. Cuci tangan
b. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200cc dari jam 07.00 s.d jam 19.00. setiap kali habis
diberi minum kateter di klem
c. Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d jam 20.00 dengan cara
klem dibuka
d. Pada malam hari (setelah jam 20.00) kateter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa
ketentuan sepeti pada siang hari.
e. Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan
berhasil.
Prosedur 2 jam :
e. Cuci tangan.
f. Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d, jam 19.00. Setiap kali habis
diberi minum kateter klem.
g. Kemudian setiap 2 jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d, jam 21.00 dengan
cara klem kateter dibuka.
h. Pada malam hari (setelah jam 20.00) katete dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa
ketentuan seperti pada siang hari.
i. Prosedur tersebut diulang untuk hari beikutnya sampai program tesebut bejalan lancar dan
berhasil.
5.2.4.2 Tingkat bebas kateter prosedur ini dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah berjalan lancar selama
3-7 hari :
a. Cuci tangan
b. Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d, jam 19.00, lalu kandung
kemih dikosongkan
c. Kemudian kateter dilepas
d. Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian lakukan
penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap jam
dengan menggunakan urinal atau komode
e. Berikan minum terakhir jam 19.00, tidakboleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk
menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari
f. Beri tahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali,
apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya
5.2.5 Tahap Terminasi.
a. Alat- alat dibereskan
b. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
c. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
d. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
e. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
f. Mengakhiri kegiatan dengan salam
g. Mencuci tangan
5.2.6 Dokumentasikan hasil tindakan.
Catat urin dan atau bladder kosong.
6. Pengendalian/Pemantauan
6.1 Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditanda tangani.
6.2 Dokumentasi laporan asuhan keperawatan.
6.3 Format penilaian pemberian terapi bladder training telah ditanda tangani dan diberi nama jelas
instruktur yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan.
6.4 Pedoman penilaian kompetensi.
7. Dokumentasi
7.1 SOP No... tentang mencuci tangan.
7.2 SOP No...tentang komunikasi terapeutik.
8. Pengesahan
Disusun Oleh :
Disusun Oleh Diperiksa Disetujui dan
: Oleh: disahkan Oleh:

Tim Mata Unit Ketua


Ajaran : Akademik : Pengelola :
Tanggal : Tanggal : Tanggal :
Daftar Pustaka

Diakses rabu 2 maret 2014 dari kasa-habibi.blogspot.com posingan Rabu, 25 Februari 2009.
Kusyati, Eni. Keterampilan dan Prosedur Laboraturium. 2004. EGC: Jakarta
Nursalam. Asuhan Kpeerawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. 2006.
Salemba Medika: Jakarta
Perry, Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4.
2006. EGC: Jakarta
http://mirzariadiani.blogspot.com/2014/05/standar-operational-prosedure-
kmb.html

Anda mungkin juga menyukai