Kemudian guru membuat kelompok dan siswa di minta untuk membahas poin-
poin yang tidak diketahui.
a. Di dalam pasangan atau kelompok kecil siswa di minta untuk menuliskan
pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.
b. Siswa di minta untuk mengumpulkan pertanyaan yang telah di tulis.
c. Guru menyampaikan materi berdasarkan pertanyaan yang di tulis siswa.
3. Pembelajaran Aktif.
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa
untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan
daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan berlatih. Pendidik
adalah fasilitator, perancang suasana kelas demokratis, kedudukan pendidik
adalah pembimbing dan pemberi arah, peserta didik merupakan obyek sekaligus
subyek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan
kreatif. Disini dibutuhkan partisipasi aktif di kelas, bekerja keras dan mampu
menghargainya, suasana demokratis, saling menghargai dengan kedudukan yang
sama antar teman,serta kemandirian akademis.
Contoh berikut ini merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan
untuk pembelajaran aktif tipe The Power of Two. Kegiatan Awal (Alokasi Waktu
10 menit)
Kegiatan awal (10 menit)
1. mengelompokkan siswa secara berpasangan dengan
pengelompokkan heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya
2. Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai model
pembelajaran The Power Of Two
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Menyampaikan materi kepada siswa
5. Memberikan LKS kepada siswa
4. Pembelajaran konvensional
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya
berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya
terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat
siswa pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain
adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena
tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan
materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan
membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan
siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa
secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.
Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya atau
disuruh guru mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya
kegiatan pembelajaran masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak
berkurang.
Menurut Suyitno (dalam Sulistiyorini, 2007:16), pada umumnya pembelajaran
konvensional yang sering dilakukan oleh pendidik selama ini memiliki banyak
kelemahan antara lain sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa.
Tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima.
2. Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan.
Siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif.
3. Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan siswa.
4. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses.
5. Memacu siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu siswa bekerja
keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang
menang.