Anda di halaman 1dari 2

CoPmax F(1, 16) = 11.47, p = .004, hp2 = .418 and CoPsd F(1, 16) = 6.41, p = .022, hp2 = .

286 in (A/P)
direction. Secara statistic terdapat hasil signifikan pada grup x perbedaan waktu interaksi, ditunjukkan
oleh CoPmax F(1, 16) = 11.44, p = .004, hp2 = .417 dan CoPsd F(1, 16) = 6.78, p = .019, hp2 = .298 in M/L
direction. Pada A/P direction terdapat hasil signifikan dari nilai CoPmax F(1, 16) = 13.85, p = .002, hp2 =
.464 tetapi tidak pada CoPsd F(1, 16) = 1.58, p > .05, hp2 = .090. Post hoc paired t-tests menunjukkan
perbedaan signifikan antara 2 pengukuran grup trampoline berdasarkan nilai CoPmax (t = 3.35, df = 8, p
= .010) dan CoPsd (t = 2.85, df = 8, p = .022) di M/L direction dan pada CoPmax (t = 3.70, df = 8, p = .006)
tetapi tidak pada nilai CoPsd (t = 2.10, df = 8, p = .069) di A/P direction.

Lebih lanjut, tidak terlihat adanya perbedaan signifikan pengukuran pre-post pada kelompok kontrol
untuk setiap kemampuan keseimbangan, berbeda dengan kelompok perlakuan. Nilai rata-rata dan
standar deviasi pre dan post untuk grup pelakuan dan kontrol dapat dilihat pada tabel 2.

4. Diskusi

Penderita gangguan intelektual seringkali kurang atau tidak aktif sehingga mengakibatkan performa
keseimbangan dan seluruh fungsi motoriknya kurang (Giagazoglou et al., 2012; Horvat, Ramsey,
Amestoy, & Croce, 2003; Lin et al., 2010; Yildirim, Erbahceci, Ergun, Pitetti, & Beets, 2010). Tanpa
memperhatikan alasan utama dari pola hidup yang kurang aktif, dibutuhkan program pelatihan untuk
menyelidiki cara meningkatkan kapasitas fisik penderita. Penelitian ini menilai apakah kemampuan
motoric dan keseimbangan anak-anak dengan gangguan intelektual dapat ditingkatkan melalui pelatihan
trampoline mengingat pertama kalinya dilakukan intervensi trampoline terhadap populasi ini.

Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat peningkatan performa yang signifikan setelah subjek
melakukan program pelatihan selama 12 minggu termasuk berbagai latihan trampoline berdasarkan
kasusnya. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai peningkatan kemampuan
keseimbangan pada lansia setelah dilakukan intervensi trampoline singkat yang serupa (Aragao et al.,
2011). Sebagai tambahan, terdapat peningkatan kemampuan fungsional pada penderita gangguan
intelektual setelah dilakukan pelatihan keseimbangan dan latihan postural (Kubilay, Yildirim, Kara, &
Harutoglu-Akdur, 2011). Peningkatan performa keseimbangan disebabkan terdapat perubahan stimulasi
kompleks sensori motoric sebagai upaya subjek untuk beradaptasi dengan permukaan trampoline yang
tidak stabil dan mempertahankan keseimbangan. Walaupun hampir seluruh latihan dilakukan dengan
mata terbuka, keseimbangan subjek tanpa kontrol visual juga meningkat. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya bahwa latihan dengan menggunakan permukaan yang tidak stabil dapat
mempengaruhi sensibilitas dalam penderita gangguan intelektual (Jankowicz-Szymanska, Mikolajczyk, &
Wojtanowski, 2012).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penderita gangguan intelektual tidak bisa membedakan
tingkatan permintaan mekanik disebabkan oleh deficit refleks dan ketidak seimbangan dari system
propioseptifnya (Carvalho & Almeida, 2009). Hal ini mempengaruhi keadekuatan informasi dan reaksi
terhadap stimulus propioseptif dan visual yang mengakibatkan kemampuan keseimbangan dan
mempertahankan postur yang kurang baik (Golubovic, Maksimovic, Golubovic, & Glumbic, 2012; Hale,
Bray, & Littmann, 2007). Peningkatan performa keseimbangan pada penelitian ini kemungkinan
disebabkan penerimaan stimulasi propioseptif yang kuat selama intervensi pelatihan trampoline,
menunjukkan bahwa penderita gangguan intelektual dapat dilatih keseimbangannya melalui intervensi
berbagai macam latihan (Enkelaar et al., 2012). Didapatkannya bukti bahwa hasil uji kebugaran fisik yang
buruk pada penderita gangguan intelektual mengindikasikan aktivitas fisik yang buruk (Salaun &
Berthouze-Aranda, 2012). Pada studi ini dipilih Eurofit Test Battery untuk menilai komponen kebugaran
tubuh dikarenakan dapat digunakan pada subjek dengan atau tanpa gangguan intelektual dan mudah
untuk dilakukan (MacDonncha et al., 1999). Peningkatan signifikan pada kelenturan dan kekuatan otot
melalui program intervensi berdasarkan hasil dari penelitian menggunakan intervensi latihan diluar dari
pelatihan trampoline (Golubovic et al., 2012; Kubilay et al., 2011).

Hasil dari penelitian ini mendukung ide bahwa program aktifitas fisik yang terstruktur dapat
berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan performa motoric dan keseimbangan menjadi lebih
baik. Dapat disimpulkan bahwa program latihan trampoline durasi pendek dapat meningkatkan
kemampuan-kemampuan tersebut. Latihan trampoline pada anak-anak dapat bersifat menyenangkan
dan terapeutik. Diimplikasikan bahwa peningkatan performa motoric dipengaruhi perubahan mood
yang positif dan motivasi terhadap latihan yang mempengaruhi perilaku motoric anak dengan gangguan
intelektual (Kubilay et al., 2011). Pelatihan trampoline yang sederhana dan efektif berpotensial untuk
membangun ketertarikan peserta untuk melakukan latihan dalam jangka waktu yang lama.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motoric dan keseimbangan pada anak-
anak dengan gangguan intelektual setelah berpartisipasi dalam program pelatihan trampoline selama 12
minggu, sekaligus membuktikan bahwa latihan terpilih dapat menghasilkan keuntungan positif
berdasarkan motivasi dan ketertarikan pada suatu program. Pelatihan trampoline dapat menjadi
intervensi yang efektif untuk meningkatkan nilai fungsional serta performa keseimbangan dan motoric.

Anak-anak dengan gangguan intelektual membutuhkan program intervensi yang menarik dan
menyenangkan agar dapat membuat mereka aktif, memfasilitasi perkembangan, serta mengadopsi pola
hidup sehat. Menurut pendapat kami, program aktivitas fisik seperti intervensi trampoline pada
penelitian ini sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang sangat baik pada anak dengan gangguan
intelektual untuk tetap melakukan latihan agar kualitas hidup dan kesehatannya terus meningkat.

Anda mungkin juga menyukai