Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah tinggi (High Blood Pressure atau hipertensi)

adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah pada dinding arteri setiap kali jantung berkontraksi yaitu 140/90

mmHg (American Heart Association, PubMed Healt Glossary,

Prawirohardjo, 2012., Sibai, 2002). Pada kehamilan, terdapat beberapa

gangguan hipertensi yang sering terjadi, diantaranya adalah hipertensi

gestasional dan preeklampsia (Prawirohardjo, 2012., Sibai, 2002).

Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologis

(2014), Hofmeyr and Belfort (2009) dan Wagner (2004), hipertensi

gestasional adalah hipertensi yang baru terjadi pada usia kehamilan di

atas 20 minggu tanpa disertai proteinuria. Sedangkan preeklampsia

adalah hipertensi yang dapat mempengaruhi semua organ, terjadi setelah

usia kehamilan 20 minggu yang diawali dengan disfungsi endotel dan

penurunan perfusi organ serta seringkali ditandai dengan adanya

proteinuria (Airoldi and Weinsten, 2007., Poon and Niolaides, 2014.,

Myrta, 2015).

World Health Organization (WHO) mencatat angka kejadian hipertensi

dalam kehamilan di seluruh dunia mencapai 5%-8%. Sementara untuk


2

preeklampsia, prevalensinya mencapai 1,3%-6% di negara maju dan

1,8%-18% di negara berkembang (Monica et al.,2015). Angka prevalensi

yang tinggi menjadikan hipertensi dalam kehamilan menempati urutan ke

dua penyebab kematian ibu dan bayi. Sajith et al (2014) menuliskan,

hipertensi dalam kehamilan menyebabkan 50.000 kematian per tahun

atau 10% dari total kematian ibu. Sedangkan preeklampsia bertanggung

jawab atas 70.000 kematian.

Dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) diagnosis

dan tata laksana preeklampsia (2016), angka kejadian hipertensi dalam

kehamilan di Indonesia tercatat mencapai 5% - 15%, sedangkan

preeklampsia mencapai 128.273 kasus atau sekitar 5,3% per tahun. Di

Sulawesi Selatan pada tahun 2015 tercatat 36 kematian ibu yang

disebabkan hipertensi dalam kehamilan. Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu

dan Anak (RSKDIA) Siti Fatimah Makassar pada tahun 2015 tercatat

angka kejadian hipertensi gestasional sebanyak 78 kasus dan

preeklampsia sebanyak 82 kasus. Sedangkan di RSKDIA Pertiwi

Makassar pada tahun yang sama ada sebanyak 83 kasus untuk hipertensi

gestasional dan 180 kasus untuk preeklampsia.

Tingginya angka kematian yang dikarenakan hipertensi gestasional

dan preeklampsia berkaitan dengan komplikasi yang disebabkannya. Muti

(2015) membuktikan peran serta hipertensi gestasional dalam

meningkatkan risiko penyakit jantung, penyakit ginjal dan stroke pada ibu.

Pada preeklampsia, komplikasi pada ibu meliputi oliguria, anuria, solusio


3

plasenta dan sindrom hemolysis, elevated liver enzyme, low

platelets (HELLP). Pada bayi, hipertensi gestasional dapat meningkatkan

risiko Intra-uterine Growth Restriction (IUGR), Small for Gestational Age

(SGA) dan kelahiran prematur, sedangkan preeklampsia, meningkatkan

risiko kematian intrauterine, pertumbuhan janin terhambat, prematuritas

dan asfiksia perinatal (Sivakumar, 2007).

Hingga saat ini belum ditemukan cara ideal untuk dapat memprediksi

secara dini terjadinya hipertensi gestasional dan preeklampsia karena

etiologi dan patogenensisnya yang belum pasti. Beberapa penelitian telah

dikembangkan dengan menggunakan berbagai marker laboratorium untuk

memprediksi terjadinya hipertensi gestasional dan preeklampsia. Salah

satu marker yang diteliti terkait faktor anti angiogenesis yaitu peningkatan

kadar soluble Fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1).

Peningkatan kadar sFlt-1 pada hipertensi gestasional dikarenakan

terjadinya stres oksidatif, terutama di pembuluh darah, yang berkontribusi

pada disfungsi vaskular dan hipertensi. Pada preeklampsia, peningkatan

kadar sFlt-1 disebabkan iskemia plasenta. Peningkatan kadar sFlt-1 pada

hipertensi gestasional dan preeklampsia menyebabkan disfungsi endotel

yang mengakibatkan terjadinya systemic inflammatory response sehingga

terjadi gangguan organ baik pada ibu maupun bayi. Hal inilah yang

memperburuk luaran perinatal ibu hipertensi gestasional dan

preeklampsia sehingga meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas

(Lam, 2005).
4

Pada kehamilan normal tingkat sFlt-1 rendah sampai dengan akhir

trimester II. Konsentrasi mulai meningkat mendekati akhir trimester II

pada wanita yang nantinya mengalami preeklampsia, 4 sampai 5 minggu

sebelum manifestasi klinis terdeteksi pertama kali. Pengukuran sFlt-1

pada kehamilan dapat menolong memprediksi onset awal preeklampsia

dengan sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 96% (Maynard et al,

2011).

Penelitian mengenai kadar sFlt-1 pada preeklampsia telah dilakukan

dibeberapa tempat dengan menggunakan berbagai metode penelitian.

Penelitian yang dilakukan sejauh ini memiliki kesimpulan yang sama

bahwa kadar sFlt-1 pada preeklampsia jauh lebih tinggi dibanding

kehamilan normal dan dihubungkan dengan patogenesis preeklampsia

(Mc Keeman et al 2004, Maynard et al 2005, Powers et al 2010, L Rahmi

et al 2016). Untuk penelitian tentang kadar sFlt-1 pada hipertensi

gestasional, sepengetahuan peneliti masih sangat kurang dilakukan di

Indonesia sehingga data mengenai kadar sFlt-1 pada hipertensi

gestasional masih minim, karena itu perlu dilakukan penelitian terkait

kadar sFlt-1 pada hipertensi gestasional yang nantinya akan dibandingkan

dengan kadar sflt-1 pada preeklampsia sehingga didapatkan nilai cut off

point dari masing-masing kategori.

Berdasar pada uraian tersebut, peneliti bertujuan untuk meneliti

tentang kadar sFlt-1 serum pada hipertensi gestasional dan preeklampsia

serta hubungannya dengan luaran perinatal.


5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Berapa besar kadar sFlt-1 pada hipertensi gestational dan

hubungannya dengan luaran perinatal?


2. Berapa besar kadar sFlt-1 pada preeklampsia dan hubungannya

dengan luaran perinatal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi atas 2, yaitu :

1. Tujuan umum
Untuk menganalisis kadar sFlt-1 pada hipertensi gestasional dan

preeklampsia serta hubungannya dengan luaran perinatal


2. Tujuan khusus
a. Mengukur kadar sFlt-1 pada hipertensi gestasional
b. Mengukur kadar sFlt-1 pada preeklampsia
c. Menganalisis hubungan antara kadar sFlt-1 dengan luaran

perinatal
6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi :

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan


Dapat menjadi informasi dan data nilai kadar sFlt-1 pada hipertensi

gestasional dan preeklampsia.


2. Manfaat bagi pelayanan
Sebagai dasar pencegahan dan penanganan hipertensi gestasional

dan preeklampsia.

Anda mungkin juga menyukai