Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah tinggi (High Blood Pressure atau hipertensi)

adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan peningkatan

tekanan darah pada dinding arteri setiap kali jantung berkontraksi

yaitu 140/90 mmHg.1,2,3,4 Pada kehamilan, terdapat beberapa

gangguan hipertensi yang sering terjadi, diantaranya adalah hipertensi

gestasional dan preeklampsia.3,4 Hipertensi gestasional didefinisikan

sebagai hipertensi yang baru terjadi pada usia kehamilan di atas 20

minggu tanpa disertai proteinuria.4,5,6,7 Sedangkan preeklampsia

adalah hipertensi yang dapat mempengaruhi semua organ, terjadi

setelah usia kehamilan 20 minggu yang diawali dengan disfungsi

endotel dan penurunan perfusi organ serta seringkali ditandai dengan

adanya proteinuria. 4,8,9,10,11

World Health Organization (WHO) mencatat angka kejadian

hipertensi dalam kehamilan di seluruh dunia mencapai 5%-8%.12

Sementara untuk preeklampsia, prevalensinya di negara maju

mencapai 1,3%-6% dan 1,8%-18% di Negara berkembang.8,13 Angka

kejadian hipertensi dalam kehamilan di Indonesia tercatat mencapai

5% - 15%, sedangkan preeklampsia mencapai 128.273 kasus atau

1
sekitar 5,3% per tahun.8,9,14 Di RSKDIA Siti Fatimah Makassar pada

tahun 2015 tercatat angka kejadian hipertensi gestasional sebanyak

78 kasus dan preeklampsia sebanyak 82 kasus.15 Sedangkan di

RSKDIA Pertiwi Makassar pada tahun yang sama tercatat 83 untuk

hipertensi gestasional dan 180 kasus untuk preeklampsia 16

Angka kejadian hipertensi yang cukup tinggi juga berperan

sebagai salah satu penyebab kematian ibu. Laporan terakhir World

Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa hipertensi dalam

kehamilan menyebabkan 50.000 kematian per tahun atau 10% dari

total kematian ibu.8,17 Sedangkan preeklampsia bertanggung jawab

atas 70.000 kematian ibu pertahun. 18 Berdasar pada Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia

mencapai 359 per 100.000 kelahiran, dan hipertensi merupakan

penyumbang kedua terbesar penyebab kematian ibu yaitu 25%.19 Di

Sulawesi Selatan pada tahun 2015 tercatat sebanyak 36 kematian ibu

yang disebabkan hipertensi dalam kehamilan. 20

Tingginya angka morbiditas ibu akibat hipertensi gestasional dan

preeklampsia disebabkan beragam komplikasi yang ditimbulkan, tidak

hanya pada ibu namun juga pada bayi. Hipertensi gestasional terbukti

meningkatkan risiko penyakit jantung, penyakit ginjal dan stroke pada

ibu.5 Sedangkan pada bayi, hipertensi gestasional dapat

meningkatkan risiko Intra-uterine Growth Restriction (IUGR), Small for

2
Gestational Age (SGA) dan kelahiran prematur.13 Pada preeklampsia,

komplikasi pada ibu meliputi oliguria, anuria, solusio plasenta dan

sindrom HELLP, sedangkan untuk bayinya, meningkatkan risiko

kematian intrauterine, pertumbuhan janin terhambat, prematuritas dan

asfiksia perinatal.21

Patofisiologi terjadinya hipertensi gestasional dan preeklampsia

belum diketahui pasti. Tangeras et al dalam penelitiannya tahun 2015

mengatakan bahwa preeklapmsia terkait dengan peningkatan kadar

serum sitokin proinflamasi, seperti IL-6, IL-8, dan TNF-, disertai

dengan faktor ketidakseimbangan angiogenik (VEGF,PlGF,sFlt-1,

sEng), sedangkan hipertensi gestasional terkait dengan peningkatan

serum IL-1, IL-10, dan TNF-.22 Berbagai penelitian telah dilakukan

terkait hal ini. Tahun 2005, Maynard et al telah melakukan penelitian

dengan hasil kadar sFlt-1 pada preeklampsia jauh lebih tinggi

dibanding kehamilan normal.23 Tahun 2010 Powers et al melakukan

penelitian serupa dengan kesimpulan, peningkatan konsentrasi sFlt1

dan Seng, serta rendahnya kadar PlGF pada ibu berisiko tinggi

mengalami preeklapmsia.24 McKeeman et al tahun 2004 menunjukkan

hubungan yang pasti antara peningkatan konsentrasi sFlt-1 dan

timbulnya preeklampsia sehingga sFlt-1 dihubungkan dengan

patogenesis preeklampsia.25 Di Indonesia penelitian tentang kadar

sFlt-1 dan hubungannya dengan preeklampsia juga telah banyak

dilakukan. Salah satunya L Rahmi et al, 2016, telah melakukan

3
penelitian dengan hasil terdapat perbedaan yang sangat signifikan

antara kadar sFlt-1 serum pada kelompok early onset preeklampsia

berat/ eklampsia, late onset preeklampsia berat/ eklampsia dan

kehamilan normal.27

Peningkatan kadar serum sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, IL-8, IL-

10, TNF-) baik pada hipertensi gestasional maupun preeklampsia

pada akhirnya sama-sama mempengaruhi faktor angiogenik

(VEGF,PlGF,sFlt-1, sEng) yang menyebabkan terjadinya disfungsi

endotel. Berdasar pada uraian tersebut, peneliti bertujuan untuk

meneliti tentang kadar sFlt-1 serum pada kehamilan dengan hipertensi

gestasional dan preeklampsia serta hubungannya dengan luaran

maternal dan perinatal.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa besar kadar sFlt-1 pada hipertensi gestational dan

hubungannya dengan keluaran maternal dan perinatal?

2. Berapa besar kadar sFlt-1 pada preeklampsia dan hubungannya

dengan keluaran maternal dan perinatal?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

4
Untuk mengetahui kadar sFlt-1 pada kehamilan dengan hipertensi

gestasional dan preeklampsia serta hubungannya dengan

keluaran maternal dan perinatal

5
2. Tujuan Khusus

a. Mengukur kadar serum sFlt-1 pada kehamilan dengan

hipertensi gestasional

b. Mengukur kadar serum sFlt-1 pada kehamilan dengan

preekalmpsia

c. Menganalisis hubungan antara kadar serum sFlt-1 dengan

keluaran maternal

d. Menganalisis hubungan antara kadar serum sFlt-1 dengan

keluaran perinatal

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Dapat menjadi informasi dan data nilai kadar sFlt-1 pada hipertensi

gestasional dan preeklampsia

2. Manfaat bagi pelayanan

Sebagai dasar pencegahan / penanganan dengan memberikan

terapi yang bisa mempengaruhi protein angiogenesis

Anda mungkin juga menyukai