Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendahuluan

Dalam sebuah pementasan drama, perfilman atau lain halnya yang berhubungan dengan
suatu pementasan pasti ada yang namanya sutradara. Sutradara mempunyai tugas
mengkoordinasikan segala anasir pementasan, sejak latihan dimulai sampai dengan pementasan
selesai. Sutradara mempunyai tugas sentral yang berat dalam sebuah pementasan tidak hanya
akting para pemain yang diurusnya, tetapi juga kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan
teknis. Musik yang bagaimana yang dibutuhkan, pentas seperti apa yang harus diatur,
penyinaran, tata rias, kostum, dan sebagainya, semuanya diatur atas persetujuan sutradara. Oleh
karena itu sutradara harus menguasai semuanya.
Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai
pementasan berakhir. Sutradara mempunyai teknik sendiri dalam menjalankan tugasnya. Di
dalam makalah ini pemakalah akan memaparkan tentang teknik penyutradaraan dan peran.

B. Pembahasan
1. Teknik Penyutradaraan

Sutradara adalah seorang pemimpin dalam pementasan sebuah drama atau teater.
Sutradara merupakan sumber kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan pentas drama.
Tugas seorang sutradara adalah menentukan motif karya lakon, menentukan pemain, serta
merencanakan cara dan teknik pentas. Pemain yang tepat untuk peran tertentu akan membuat
peran menjadi lebih berkarakter. Dengan mengatur jalannya cerita, sutradara membuat drama
menjadi lebih hidup sesuai dengan yang diinginkan oleh penonton. Penonton bisa terkesan,
terbawa perasaan, tidak sabar untuk mengetahui penyelesaiannya, dan gandrung pada drama itu.

Teknik penyutradaraan adalah suatu cara seorang sutradara dalam melakonkan perannya
untuk mengangkat sebuah naskah lakon ke dalam bentuk pementasan. Ajib Hamzah berpendapat
bahwa Sutradara ketika berkehendak menyutradarai suatu naskah lakon, keberangkatan naskah
lakon itu didukung oleh konsep yang telah dimiliki sebagai hasil kontrak dengan naskah (1985:
196-197). Sementara Suyatna Anirun berpendapat bahwa setiap pagelaran drama selalu bertolak
dari pencetusnya ide-ide. Ide-ide yang telah melembaga menjadi suatu gagasan-gagasan itu
mengembang menjadi bahasa teater (1978: 19). Sutradara adalah orang yang dapat
mengaktualisasikan naskah lakon ke dalam panggung pementasan. Sutradara tidak dapat bekerja
sendiri. Dalam setiap proses pementasan, sutradara akan berhadapan dengan naskah, aktor, kru

1
panggung, serta penonton Menurut Suyatna Anirun, ada empat unsur yang mengusung
terciptanya sebuah teater yaitu, naskah, pemain, tempat pertunjukan, dan penonton.
Semua merupakan satu kesatuan yang meruang, hanya dari sana kita akan mendapat
kemungkinan terciptanya atmosfer teateral. Atmosfer tersebut hanya tercita apabila naskah
sedang dimainkan, dipertunjukkan dengan tingkat permainan yang optimal, bertenaga dan
berpengaruh, diusung oleh kondisi ruangan dan teknik akustik yang memadai sehingga secara
visual memungkinkan terjadinya komunikasi estetis maupun emosional dengan penonton
(Suyatna Anirun, 2002: 41). Seorang sutradara adalah seorang seniman, ia menyiapkan dan
merencanakan kerja dan usaha-usaha kreatif untuk dapat menyuguhkan pementasan yang baik,
namun sutradara juga menyadari bahwa seni bukan suatu dogma, apa yang diharapkan objektif
selalu menjadi subjektif. Hal ini berkaitan dengan citra seseorang terhadap keindahan masing-
masing ditentukan oleh sikap dan penalaran yang berbeda-beda.
Teknik penyutradaraan yang digunakan sutradara dalam memunculkan naskah lakon ke
atas pangung meliputi beberapa cara. Menurut Japi Tambayong, teknik yang digunakan oleh
sutradara meliputi memilih naskah, menentukan pokok penafsiran, memilih pemain, bekerja
dengan staff, melatih pemain, dan mengkoordinasi setiap bagian (1981: 68-70). Sementara
Harymawan dalam bukunya berjudul Dramaturgi menguraikan teknik dalam proses
penyutradaraan adalah menentukan nada dasar, casting, tata dan teknik pentas, menyusun miss
and scene, menguatkan dan melemahkan scene, menciptakan aspek-aspek laku,dan
mempengaruhi jiwa pemain. Adapun penjelasan dari tugas dalam proses sutradara adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan Nada Dasar
Menentukan nada dasar adalah mencari motif yang memasuki karya lakon dan
kemudian memberi ciri kejiwaan dalam suatu perwujudan naskah lakon dasar dapat bersifat
sebagaimana berikut:
1. Menentukan dan memberikan suasana khusus.
2. Membuat lakon gembira menjadi suatu banyolan.
3. Mengurangi bobot tragedi yang terlalu berlebihan.
4. Memberikan prinsip dasar pada lakon
5. Ringan
b. Menentukan Casting

2
Yang dimaksud casting ialah proses penuangan untuk menentukan pemeran
berdasarkan analisis naskah untuk diwujudkan dalam pentas. Beberapa macam casting yang
digunakan sutradara, adalah sebagai berikut:
1. Casting by ability : casting berdasarkan kecakapan yang terbaik dan terpandai sebagai
pemeran utama, serta menjadikan pemain dengan tokoh-tokoh yang penting dan sukar.
2. Casting to type : casting berdasarkan kondisi/kesesuaian fisik dengan peran tokoh.
Sutradara akan memilih pemainnya yang sesuai dalam memerankan tokoh dengan
melihat kesesuaian fisik pemain dengan tokoh yang akan dilakoninya.
3. Antitypecasting : casting yang agak bertentangan dengan keadaan watak maupun sifat
pemeran dalam memerankan tokoh yang akan dimainkannya. Proses pengcastingan
dengan model ini akan membuat pemain lebih mengeksplor dirinya.
4. Casting to emotional temperament : casting berdasarkan pada hasil observasi hidup
pribadi, adanya kesamaan/kesesuaian dengan peran yang dimainkan dalam hal emosi dan
temperamen. Pada tipe pengkastingan gaya emotional temperament, sutradara akan lebih
mudah menggarap para pemainnya karena pemain memiliki kemiripan kondisi
keseharian dengan tokoh yang dilakoninya.
5. Therapeutic casting : casting yang dikemukakan untuk seorang pelaku yang bertentangan
sekali watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau terapi mengurangi
ketakseimbangan jiwanya. Pada tipe penyutradaraan gaya therapeutic casting, sutradara
sudah mencapai tahapan suhu di mana ia mengerti betul kondisi para pemainnya dan
berusaha untuk menyeimbangkan kondisi kejiwaan para pemainnya.Dalam melakukan
casting, sutradara harus memilih pemain atau orang yang sesuai untuk memainkan tokoh
yang dimaksud. Kesesuaian itu berdasar pada fisik, karakter, warna suara, temperamen
kesehariannya, dan mungkin juga pengalaman atau jam terbang yang dimilikinya
dalam dunia panggung atau seni peran.

c. Tata dan Teknik Pentas


Tata dan teknis pentas adalah segala yang menyangkut soal tata setting, tata rias dan
busana, tata cahaya dan tata musik, kesemuanya disesuaikan dengan nada dasar. Dalam
merencanakan tata pentas, seorang sutradara mempunyai konsep mengenai tata pentas
sebuah lakon yang akan disutradarainya, yang memberikan gambaran mengenai tata setting,
tata rias danbusana, tata cahaya, dan tata musiknya.Pelaksanaan tata pentas ini dikerjakan

3
oleh pekerja panggung, seperti penata setting, perias dan penata kostum, penata lampu dan
penata musik.Hubungan sutradara dengan pekerja panggung tersebut, sutradara hanya
memberikan konsep tata pentas secara garis besarnya saja, dan pekerja panggung
mengerjakan menurut konsep tata pentas sutradara.

d. Menyusun Miss en Scene


Menyusun miss en scene adalah menyusun segala perubahan yang terjadi dan
terdapat pada daerah pemain akibat adanya perpindahan pemeran atas perlengkapan
panggung, pemberian bentuk bisa dicapai dengan hal-hal berikut :
1). Sikap pemain
2). Pengelompokan
3). Pembagian Tempat Kedudukan Para Pelaku
4). Variasi Saat Keluar dan Masuk
5). Variasi Posisi dari Dua Pemain yang Berhadap-hadapan
6). Komposisi dengan Menggunakan Garis dalam Penempatan Pelaku
7). Ekspresi Kontras dalam Pakaian Pemeran
8). Efek yang Ditimbulkan oleh Tata Sinar Lampu
9). Memperhatikan Latar Belakang Pentas
10). Keseimbangan dalam Komposisi Pentas
11). Dekorasi

Dalam menyusun miss en scene, sutradara akan menjumpai permasalahan


mengenai bahasa naskah yang diangkat ke bahasa panggung, yang lazim disebut tekstur.
Bahasa panggung atau tekstur meliputi, tata pentas, action, blocking, dan mood.
Tatapentas meliputi aksi dan reaksi yang dilakukan oleh tokoh atau pelaku di panggung;
baik dalam bentuk gesture(gerak isyarat), business(kesibukan), dan movement(gerak
berpindah tempat). Adapun blocking meliputi pengelompokkan pemain, pembagian
tempat kedudukan pemain, variasi saat keluar dan masuk panggung, keseimbangan dalam
komposisi dengan menggunakan garis dalam penempatan pelaku. Moodmerupakan
suasana jiwa yang tercipta atau diciptakan dalam setiap babak atau adegan.

4
e. Menguatkan atau Melunakkan Scene
Teknik ini adalah cara penggarapan suatu lakon yang dituangkan pada bagian-bagian
adegan lakon. Sutradara bebas menentukan tekanan pada bagian-bagian lakon menurut
pandangannya sendiri tanpa mengubah naskah. Kondisi penguatan dan pelunakan scenebisa
didukung dengan efek cahaya dan musikalitas.

f. Menciptakan Aspek-aspek Laku


Sutradara memberikan saran-saran pada para aktor agar mereka menciptakan apa
yang disebut laku simbolik atau akting kreatif, yaitu cara berperan yang biasanya tidak
terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk memperkaya permainan,sehingga
penonton lebih jelas dengan kondisi batin seorang pemeran.

g. Mempengaruhi Jiwa Pemain


Ada dua macam kedudukan sutradara sebagai penggarap cerita lakon:
1). Ciri Sutradara Teknikus
Dia akan menciptakan suatu pagelaran pentas yang menyolok dan menarik
perhatian publikdengan teknik dekor yang luar biasa, tata sinar yang mewujudkan kostum
yang menarik. Penyutradaraan teknikus terkesan mengelabuhi penonton dengan tampilan
secara visual tanpa memahami unsur keaktorannya yang notabene sebagai media
penyampai suatu maksud dari teks drama.
2). Ciri Sutradara Psikolog
Gaya sutradara psikologi memang kurang memperhatikan aspek selain keaktoran
karena dalam penggambaran watak dia akan lebih mengutamakan tekanan psikologis,
khususnya pada cara actingyang murni ketika prestasi permainan pribadi ditempatkan
dalam arti sebenarnya. Jadi aspek di luar wilayah keaktoran agak dikesampingkan.

h. Koordinasi
Sutradara memerlukan koordinasi dengan semua pihak yang berhubungan dengan
proses pementasan. Dalam sebuah proses penggarapan suatu naskah lakon, seorang sutradara

5
harus mampu memilih jalur yang akan dipilihnya untuk menjalankan penyutradaraannya.
Jalur yang dipilihnya akan menjadi pedoman kepemimpinannya dan menentukan tindakan
yang akan diambilnya dalam sebuah proses tersebut. Japi Tambayong membagi
kepemimpinan seorang sutradara, antara lain sebagai berikut :
1. Sutradara Konseptor : sutradara, tak pelak, adalah dengan sendirinya konseptor. Tetapi,
seorang sutradarakonseptor, berdiri sebagai pemegang konsep penafsiran yang ketat. Ia
menyerahkan konsep penafsirannya pada para pemain, dan dibiarkannya pemain-pemain
itu mengembangankan konsep itu secara kreatif, tetapi juga terikat.
2. Sutradara Koordinator: jika sebuah pertunjukan bersifat komersial, tentu aktor-aktor yang
dipilih bermain adalah aktor-aktor ternama, atau paling tidak aktor-aktor yang sudah jadi.
Mereka dipakai dan dibayar. Tugas sutradara disini, kuran lebih adalah pengarah. Ia
tinggal mengkoordinasi pemain-pemain itu dengan konsep penafsirannya.
3. Sutradara Diktator, sutradara di sini tidak percaya pada pemain-pemainnya. Ia menjadi
guru yang mengharapkan pemainnya dicetak persis seperti dirinya. Baginya tidak berlaku
konsep penafsiran dua arah seperti sutradara konseptor. Ia mendambakan seni sebagai
dirinya, seni adalah aku. Pemain-pemainnya tetap buta tuli, mereka hanya dibuat robot.
4. Sutradara Suhu: untuk Indonesia, barangkali pedoman sutradara sebagai suhu, amat
diperlukan bagi pembangunan jangka panjang. Sutradara adalah seorang suhu, yang
mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin anggota pemainnya. Kelompok
teaternya dibuat seperti sebuah padepokan. Ada masanya belajar bersama-sama, ada
masanya membangkang dan menyanggah guru, lalu ada masanya berdiri sendiri. Para
aktor diberi keyakinan, bahwa mereka adalah cantrik-cantrik yang kelak harus hadir
dengan dirinya sendiri, melawan secara jantan kepada pemimpinnya. Jantan di sini
berarti, ilmunya telah benar-benar mustaid. (JapiTambayong, 1981:73-74).Menurut Nano
Riantiarno, dalam dunia penyutradaraan, tercatat ada empat jenis gaya sutradara.
Semua berkaitan erat dengan perilaku atau perangainya sebagai seorang manusia.gaya
dari sutradara tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Sutradara Pemarah
Dalam dunia penggarapan, banyak sutradara yang mengikuti gaya ini. Hal ini
disebabkan karena adanya suatu pengertian bahwa seorang sutradara marah-marah untuk
menghasilkan hasil yang optimal.Sutradara pemarah sulit sekali untuk menjalin

6
komunikasi yangbaik dengan para pekerja panggung dan pemain-pemainnya. Padahal
kerja panggung dalam suatu proses merupkan suatu kerja bersama. Dunia kesenian bagi
sutradara pemarah makin lama akan makin sempit. Dia akan kehilangan banyak momen
berharga.
2. Sutradara Pendiam
Gaya jenis ini juga memiliki banyak pengikut. Sutradara jenis ini biasanya lebih
suka bekerja sendirian. Dia kurang gemar memerintah atau berpetuah, tapi lebih suka
langsung memberi contoh. Harapannya, semoga yang lain tak enak hati dan mau bekerja
lebihoptimal pada masing-masing bidangnya. Sutradara jenis ini dapat menjadi bumerang
bagi proses pementasan tersebut. Hal ini akan membuat orang yang ikut dalam proses
pementasannya akan bertindak seenaknya.
3. Sutradara Cerewet
Biasanya seorang sutradara yang cerewet menyimpan niat untuk membuat hasil
kerjanya jadi sesempurna mungkin. Dia suka menganggap para pekerjanya adalah orang-
orang yang bodoh yang harus selalu digiring dan wajib diberitahu hingga hal-hal paling
detil. Perkembangan pekerjaan harus berasal dari dirinya saja. Pertimbangan orang lain
kurang dihargai, dan semua keputusan harus atas ijinnya. Sutradara jenis ini mengatur
sampai pada hal sekecil apapun. Ia ingin semua berjalan seperti keinginannya.
4. Sutradara Romantis
Sutradara jenis ini entah mengapa selalu ingin memacari para pemainnya. Ia ingin
merasa lebih dekat dengan pemainnya. Sutradara ini merasa bahwa kedekatan antara
dirinya dengan aktor akan mempermudah dalam memberikan petunjuk maupun instruksi-
instruksi meskipun hal tersebut tentunya mempunyai benberapa kendala seperti
mengesampingkan profesionalismenya sebagai seorang sutradara. Hal yang berbeda
dikemukakan oleh Harymawan dalam bukunya, dramaturgi. Menurut Harymawan,
terdapat dua gaya sutradara, yaitu gaya Gordon Craig dan Gaya Laisez Faire. Gordon
Craig menyatakan bahwa ide dan gagasan seorang sutradara harus dilaksanakan oleh para
aktor. para aktor harus mendedikasikan dirinya pada ide-ide sutradara. Gaya Gordon
Craig ini menciptakan sesuatu yang sesuai dengan harapan sutradara, sempurna, dan
teliti, namun gaya ini akan menjadikan seorang sutradara terkesan diktator. Gaya Laisez
Faire merupakan kebalikan dari Gordon Craig. Sutradara memberikankesempatan bagi

7
para aktornya untuk lebih leluasa berekspresi. Sutradara bertindak sebagai pendamping,
namun hal ini akan menimbulkan adanya kekacauan dan kurang teratur karena tiap-tiap
aktor dibiarkan berkembang menurut kemampuannya, sehingga hanya aktor-aktor yang
berpengalaman saja yang dapat menghadirkan pementasan yang baik.

2. Teknik Berperan

Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana
ketrampilan seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan
egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan.

Dalam berperan harus diperhatikan adanya hal-hal berikut ini:

1. Kreasi yang di lakukan oleh aktor atau aktris.


2. Peran yang dibawakan harus bersifat alamiah dan wajar.
3. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan dari pementasan.
4. Peran yang dibawakan harus sesuai dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan.

Untuk berperan secara natural dan realisitis, diperlukan penghayatan untuk mendalam
tentang tokoh yang diperankan itu. Dalam kaitan itu, gaya, tipe, dan jiwa permainan
menentukan corak penghayatan peran.

a. Aktor bintang
Aktor bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan oleh
pemain-pemain kuat yng mengandalkan kecantikan, kemasyhuran, ketampanan atau
kecantikan atau gaya tarik seksualnya. Jika yang dijadikan sumber gaya adalah aktor
bukan bintang, maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton.

b. Sutradara
Sutradara sebagai sumber gaya artinya dengan kemampuan sutradara diharapakan
pementasan akan berhasil. Penonton mengharap pertunjukkan drama yang bermutu.
Dalam hal ini, penonoton mempercayakan nama sutradara sebagai jaminan mutu drama.
c. Lingkungan
Lingkungan sebagai sumber gaya artinya lingkungan pementasan dapat memungkinkan
suksesnya pementasan. Jika kita mementaskan drama Ken Arok dan Ken Dedes, maka

8
kehidupan pentas oleh dekorasi dan tata pentas yang menggambarkan secara
nyatakerajaan Singasari dapat menjadi modal kesuksesan drama tersebut.
d. Penulis
Penulis sebagai sumber gaya berarti di tangan penulis yang hebat akan lahir naskah yang
hebat pula yang mempunyai kemungkinan sukses jika dipentaskan.
Di dalam berperan, imajinasi sangat penting karena dalam berperan, seorang aktor
berpura-pura menjadi orang lain. Menghadirkan kepura-puraan menjadi realitas
membutuhkan daya imajinasi. Aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan
mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan
jiwa tokoh itu sebagai jiwanya sendiri, sehingga penonton yakin yang ada dipentas bukan
diri sang aktor tetapi diri tokoh yang diperankan.
Untuk mengembangkan pribadi, diperlukan daya kreativitas (kemampuan untuk
mencipta) dan sikap fleksibel (dapat menyesuaikan diri dimana saja berada).
1. Sensitif, Mudah memahami aktor yang akan diperrankan.
2. Sensibel, Sadar akan yang baik dan yang buruk.
3. Kualitas, personal yang memadai
4. Daya imajinasi yang kuat
5. Stamina fisik dan mental yang baik.

Kelima hal tersebut harus disertai lima macam daya kepekaan yaitu sebagai berikut

Kepekaan (mudah mengerti) akan ekpresi mimik.


Kepekaan terhadap suasana pentas.
Kepekaan terhadap penonton.
Kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran yang dibawakan (tidak lebih
dan tidak kurang)

C. Kesimpulan

Sutradara adalah seorang pemimpin dalam pementasan sebuah drama atau teater.
Sutradara merupakan sumber kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan pentas drama.
Tugas seorang sutradara adalah menentukan motif karya lakon, menentukan pemain, serta
merencanakan cara dan teknik pentas. Pemain yang tepat untuk peran tertentu akan membuat
peran menjadi lebih berkarakter. Dengan mengatur jalannya cerita, sutradara membuat drama
menjadi lebih hidup sesuai dengan yang diinginkan oleh penonton. Penonton bisa terkesan,
terbawa perasaan, tidak sabar untuk mengetahui penyelesaiannya, dan gandrung pada drama
itu. Teknik penyutradaraan adalah suatu cara seorang sutradara dalam melakonkan perannya

9
untuk mengangkat sebuah naskah lakon ke dalam bentuk pementasan. Sedangkan Berperan
adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama. Sejauh mana ketrampilan
seorang aktor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri
dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakan.

Daftar Kepustakaan

file:///C:/Users/windows/Downloads/Documents/211051011201101441.pdf

http://3pilar.blogspot.com/2011/02/keaktoran-dalam-pementasan-drama-atau.html

http://shangpemberontak.blogspot.com/2013/09/penyutradaraan.html

10

Anda mungkin juga menyukai