PENDAHULUAN
Perempuan dan Sinema
Bagaimana sosok perempuan diperlihatkan di dalam sinema?
pertanyaan inilah yang melandasi lahirnya tulisan ini. Membicarakan posisi
perempuan dalam sinema tentunya tidak lepas dari bagaimana sosial dan
budaya beroperasi selama ini, cara ideologi dominan memposisikan diri
perempuan.
Dalam essay teori film feminis awal yang dirintis oleh Laura Mulvey
Visual Pleasure and Narrative Cinema, Mulvey berargumen bahwa adanya
dominasi budaya patriarki yang beroperasi pada kode-kode sinematik dalam
sinema
naratif.
Bagaimana
kode
sinematik
pada
sinema
naratif
tentunya
tidak
lepas
dari
scopophilia, kenikmatan dalam melihat yang sudah ada secara natural pada
diri manusia. Selain itu, bagaimana situasi menonton film di bioskop seperti
situasi seseorang yang sedang mengintip voyeurisme, berada di ruang
yang gelap, adanya kesan keintiman, dimana objek yang dilihat(dalam hal
ini karakter) yang ada di layar tidak menyadari kehadiran subjek yang
melihat (penonton). Beroperasinya siapa yang dilihat dan siapa yang
melihat atau dengan kata lain siapa yang menjadi subjek dan siapa yang
diobjekan oleh subjek. Bila kita kaitkan lagi dengan scopophilia, menjadi
siapa yang menikmati dan siapa yang dinikmati.
Dalam konteks posisi perempuan dalam budaya patriarki, siapa yang
menikmati dan siapa yang dinikmati dipaparkan oleh Mulvey melalui yang
1
dapat
PEMBAHASAN
2
Transformasi the look dalam diri Malena tidak lepas dari penekanan
moril yang diberikan lingkungan sosialnya. The look Malena yang
dikontruksi oleh masyarakat kota itu kaum laki-laki kota itu yang
memprimadonakan Malena hanya karena fisiknya yang cantik dan anggun
dan kaum perempuan kota itu yang men-judge Malena sesuka hati mereka,
tanpa tahu menahu pribadi Malena yang sesungguhnya. Selain penekanan
moril, faktor lain adalah kondisi perekonomian Malena dimana setelah
kematian
ayahnya,
tidak
adanya
sosok
yang
dapat
menyokong
Fisik
Penampilan
Kepribadian
Bertubuh tinggi,
berkulit putih,
berambut hitam
panjang
bergelombang,
berparas cantik nan
anggun.
Berambut pendek
sebahu dan diwarnai
merah atau blonde.
Berambut pendek
seleher dan kembali
ke warna hitam.
Mengenakan
blouse, dress atau
gaun yang tertutup
setiap berpergian.
Dengan dandanan
natural.
Mengenakan dress
atau gaun yang
lebih ketat dan
terbuka di publik.
Dandanan lebih
tebal, dengan
lipstik merah
merona.
Mengenakan
blouse yang
santun. Lebam di
matanya hanya
tertutup oleh
dandanan yang
natural.
Sosok yang
terbuka, sosok
yang seronok.
Terkesan nakal.
telah
tiada,
berita
mengenai
suaminya
yang
tiada
pengacara
yang
memanfaatkan
kelemahan
Malena
dengan
Back to the first look dimana Malena mulai kembali menjadi Malena
yang dulu. Perubahan ini terjadi semenjak suami Malena kembali ke dalam
pelukannya.
Kembalinya
Malena
yang
dulu
dapat
dilihat
melalui
sebenarnya juga hanya perempuan biasa yang ingin menjadi istri yang baik
untuk suaminya.
Voyeurisme dan Fetishisme dalam film Malena
Bagaimana voyeurisme dan fethisisme beroperasi dalam film Malena?
Keduanya beroperasi secara eksplisit di dalam film dan digerakkan secara
langsung melalui sudut pandang Renato, karakter laki-laki berusia tiga belas
tahun yang sedang mengalami pubertas. Renato jatuh hati pada pandangan
pertama dengan Malena, yang awalnya hanya mengagumi, lambat laun ia
terobsesi dan kemudian menjadikan Malena sebagai objek hasratnya
bagamana bagian tubuh Malena dari mulai belahan dadanya, betis kakinya,
parasnya selalu terngiang setiap malam di benaknya. Adanya fethisistic
scopophilia dalam diri Malena bagian tubuh yang dijadikan sumber
kenikmatan oleh Renato.
Entah mengapa ego pada diri Renato menuntut untuk memperoleh
kenikmatan tersebut secara berulang. Ia lalu memutuskan untuk mengintip
rumah Malena dan melihat apa yang Malena lakukan setiap malamnya ingin mencari tahu dunia Malena yang sifatnya pribadi. Kegiatan voyeur ini
menjadi kebiasaan rutin yang ia lakukan setiap malam.
Dua
gambar diatas merupakan salahRenato
satu shot yang menunjukkan
Malena
beroperasinya
fetishisme/voyeurism
di
dalam
film.
Kenikmatan
yang
diperoleh oleh Renato dapat kita lihat lewat bola matanya yang membesar
tiap kali melihat bagian tubuh yang intim milik Malena. Bila dikaitkan dengan
pemahaman voyeurisme dari kacamata spektator, dalam hal ini spektator
seperti merasakan yang namanya voyeurisme di dalam voyeurisme.
Sosok Malena mulai menjadi objek hasrat yang utuh setelah imaji
Malena hadir dalam mimpinya. Dengan mendengarkan Ma Lamore no yang
7
kerap diputarkan Malena setiap malam dan album poket lukisan nude
Renato melampiaskan hasrat terpendamnya dengan melakukan masturbasi.
Namun, seiring Renato tumbuh dewasa adanya perubahan dari cara
dirinya menanggapi sosok Malena. Kebiasaan mengintip Renato bukan
sekedar menghasrati diri Malena semata, tetapi ia menjadi tahu pribadi
Malena yang sesungguhnya. Bahwasanya ia istri yang cukup setia menunggu
suaminya di suatu malam Renato melihat Malena berdansa dengan foto
suaminya sambil memutarkan lagu Ma Lamore. Ia putri yang peduli dengan
ayahnya siang hari ia selalu mengunjungi rumah ayahnya di kota sekedar
membuatkannya makan siang. Hingga perubahan sosok Malena menjadi
perempuan murahan sekalipun, Renato tahu bahwa itu bukanlah Malena.
Renato menjadi satu-satunya orang yang tetap respect kepada Malena
hingga di titik terendah pada hidup Malena. Ia yang memberi tahu suami
Malena tentang diri Malena yang sesungguhnya, ia menulis bahwa yang bisa
masyarakat lihat hanyalah sisi buruk Malena tidak pernah mau tahu sisi baik
yang dimilikinya.
Di akhir, saat Renato melihat Malena telah kembali menjadi sosoknya
yang dulu sembari berjalan berdampingan dengan suaminya di tengah kota
ada perasaan lega yang dirasakan Renato. Senang mengetahui Malenanya
kembali seperti Malena yang dulu ia kagumi. Pada scene akhir, Renato
berhasil berbicara dengan Malena hanya dengan mengatakan Goodluck
Signora Malena. Ia mengharapkan kehidupan yang baik untuk Malena ke
depan, dan Malena akan menjadi wanita yang tidak pernah ia lupakan dan
dari wanita itu Renato banyak belajar tentang hidup.
iii.
KESIMPULAN
Dapat
disimpulkan
Malena
termasuk
film
yang
mampu
yang tidak punya sosok lain yang dapat dijadikan sandaran hatinya
sehingga ia menjadi sosok yang tertutup. Kehidupan perempuan yang
mendapat tekanan dari lingkup sosialnya. Bagaimana kecantikan yang
dimilikinya menjadi suatu hal yang justru membunuh dirinya her beauty is
her crime. Bagaimana seorang perempuan yang telah disiksa, dihina,
dicerca, disakiti masih bisa tabah dan memberanikan diri untuk kembali ke
tempat dimana ia disakiti.
Ada pernyataan yang mesti dibenahi lagi disini, bahwa her beauty is
her crime tidaklah cukup,