Anda di halaman 1dari 6

Analisis Film MALENA

Judul : MALENA Pemain : Monica Bellucci, Giuseppe Sulfaro, Luciano Federico, Matilde Piana, Pietro Notarianni, Gaetano Aronica Skenario : Giuseppe Tornatore Sutradara : Giuseppe Tornatore Genre : Drama/Roma Bahasa : Italian/Latin Distributor : Miramax
1. RESENSI FILM

Film Malena Di kemas dalam bahasa Italia ini berkisah tentang dua pribadi. Kehidupan dan pribadi mereka saling mempengaruhi perjalanan hidup masing-masing. Bingkainya adalah suasana Perang Dunia II. Lalu jalinan cinta, rasa kehilangan yang dicampur dengan kisah persahabatan pun terhidang. Pelan, tapi penuh makna dan gelombang. Malena (Monica Belucci), wanita muda yang cantik dan mempesona, telah ditinggal suaminya dalam usia muda. Suaminya adalah tentara yang dikirim ke medan perang dan akhirnya dikabarkan meninggal di medan perang dan tak pernah kembali. Malena sangat anggun dan terlalu sadar akan kecantikannya. Ia gunakan kecantikannya itu untuk memikat pria saat ia melintas di kota kecil di Italia. Tak hanya pria dewasa yang memandang Malena penuh kekaguman, bahkan sekelompok 'anak baru gede' juga memandang wanita ini dengan perasaan tak menentu. Salah satu yang sangat terpengaruh adalah Renato Amaroso (Giuseppe Sulfaro), anak laki-laki berusia belasan tahun (tepatnya 12,5 tahun pada musim semi tahun 1940, bertubuh kurus dan cebol (sebutan untuk Renato) yang diam-diam selalu membuntuti Malena dengan sepedanya. Renato tak hanya mengagumi kecantikan Malena. Ia begitu terobsesi dengan kemolekan Malena. Bersama teman-temannya, ia menunggu Malena di muka pintu rumah Malena. Pertumbuhan Renato menjelang dewasa menjadi sentral kisah ini. Kebadungan kanakkanak Renato berbaur dengan reaksi hormonalnya yang sedang berangkat dewasa. Renato bersedia mengantarkan koran untuk Malena, sekadar untuk dapat bicara padanya. Setiap kali Renato bertemu dan memandang Renato selalu berfantasi dengan dunianya sendiri, entah itu mencium Malena atau yang lain. Lewat proses panjang cinta platonik, Renato berhasil mengenali Malena apa adanya. Renato bisa merasakan betapa terlukanya Malena, saat datang kabar kematian suaminya. Lama Malena

menanti, tapi di ujung penantian, ia justru harus menuai sepi dan kepedihan. Apalagi kemudian wanita kota kecil yang gemar akan rumor ini menghukum Malena hanya karena ia cantik. Sementara kaum pria di kota itu mengambil keuntungan dari kesedihan Malena. Singkat cerita akhirnya Malena menjadi bulan-bulanan masyarakat, dihakimi sendiri oleh masyarakat, karena mereka menggangap dia adalah gundik yang sangat menggangu. Malena pergi ke sebuah negeri dan akhrnya diujung cerita malena menemukan suaminya yang dikabarkan telah meninggal.Malena kembali ke daerah asal dan warga yang semula mencemooh akhirnya bersikap baik dengan Malena. 2. Plot Alur film ini mengarah pada alur mundur, karena disini Renato menceritakan kembali tentang perjalanan kisahnya mengagumi Malena. Dari mulai awal dia mengenal Malena sampai dapat menyapa Malena. Pada awal film terdapat kata-kata, waktu itu umurku baru 12,5 di musim semi tahun 1940, saat aku melihat dia. 3. Penokohan 1. Malena Sosok wanita pujaan semua laki-laki, karena kecanyikan dan keseksiannya, sayang terhadap ayahnya. Sayangnya ketika orang-orang yang di cintai pergi meninggalkan dia dan badai menerpa hidupnya, Malena tak tahan dan lebih memilih jalan pintas untuk hidupnya, yaitu menjadi seorang gundik. 2. Renato Sosok anak 12,5 tahun yang ingin segera dewasa, tidak mau dianggap remeh oleh teman-temannya. Seorang yang setia untuk orang yang dipujanya, naluri hormone yang cukup tinggi untuk usia anak se Renato. 3. Ayah Renato Sosok ayah yang sangat keras terhadap anaknya, tetapi sangat sayang kepada Renato. Tidak percaya hal-hal mistis. Mengajari Renato untuk menjadi dewasa 4. Ibu Renato Seorang penakut, sabar dan percaya terhadap hal-hal mistis 5. Suami Malena Pribadi yang lapang, dapat menerima keadaan pasangannya apa adanya. Setia. 6. Teman-teman Renato (Agustino, Pine, Nicole, Sasa, Tanino) Berwatak keras, dan yang ada dipikiran mereka hanya sex, bagaimana bisa mereka mencumbu Malena.

2. PENDAPAT PARA AHLI

Sinopsis Renato berusia 12.5 tahun. Dia adalah sosok anak remaja laki-laki yang ingin mencoba untuk menjadi dewasa diusianya yang masih belia. Saat itu, dia belum diterima oleh lingkungan pergaulannya. Sepeda baru yang dimilikinya telah memberinya sedikit harapan, hingga akhirnya Renato diterima oleh teman-temannya. Mereka adalah Pine, Nicola, Agostino, Tonimo, dan Sasa. Mulai saat itulah ia melihat dan bertemu dengan sosok cantik nan sexy idaman semua pria Itali, ia adalah Malena. Setiap hari ia mengikuti langkah sexy Malena kemanapun dia pergi. Namun sayangnya keberanian yang dimiliki Renato sangat kecil, sehingga ia hanya bisa berfantasi tentang gadis pujaannya itu. Hampir setiap malam ia membayangkan wajah cantik Malena dan ingin memuaskan nafsu birahinya dengan jalan Onani. Kebiasaan itu telah membuat dia menjadi sadomasokis (sex menyimpang). Dari hari ke hari Malena selalu dipergunjingkan oleh masyarakat, apalagi setelah suami Malena diberitakan meninggal. Dia dianggap sebagai gundik yang melayani banyak pria berhidung belang. Setiap kali Renato mendengar pembicaraan orang tentang Malena, Renato langsung menghina orang itu dengan cara meludah di air minumnya, kencing ditasnya, hingga memecahkan kaca rumahnya. Renato tidak rela kalau sang pujaan hati diperlakukan seperti itu. Lama kelamaan wanita-wanita didaerah itu merasa iri karena suami mereka telah tergoda oleh kesexyan Malena. Akhirnya para wanita itu menganiaya Malena dengan sangat keji, diseret, dicambuki, dicacimaki, ditelanjangi, sampai dicabik-cabik dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sungguh anarkis, hingga Renato merasa sangat iba. Sayangnya Renato tak bisa berbuat apa-apa. Setelah kejadian itu Malena diusir oleh masyarakat dan ia pun memutuskan untuk pindah ke kota lain, Messina. Beberapa hari setelah Malena pergi, anggapan masyarakat tentang suami Malena yang meninggal itu salah, Nino Scordia masih hidup walaupun tangan kanannya bunting. Ia datang kembali ke kota dimana Malena tinggal tapi nyatanya Nino tak menemukan istrinya. Bebagai cara untuk mencari informasi tentang keberadaan istrinya telah dilakukan, namun tak berhasil apa-apa. Ia malah dicela oleh orang-orang. Hingga akhirnya, Renato secara sembunyi-sembunyi memberikan secarik kertas yang menyatakan bahwa Malena selalu setia dan hanya mencintai Nino Scordia. Surat itu juga memberitahukan tentang keberadaan istrinya. Setahun kemudian, Nino dan Malena kembali ke kota Custelcuto, kota yang dulu pernah mereka tinggali. Serentak masyarakat terkejut melihat perubahan yang drastis terjadi pada hubungan mereka yang terkesan mesra. Para wanita yang dulunya memfitnah dan menganiaya Malena, kini mereka semua bersikap baik dan menyapa Malena dengan sebutan Ny. Scordia. Pro & Contra about the movie Dalam suatu karya seni, hal yang lumrah ketika karya seni itu dipertontonkan kepada

khalayak, sedikit banyak pasti ada komentar-komentar yang positif dan negatif. Film ini memang mengandung unsur sensualitas yang sangat tinggi, karena ada si cantik Malena yang berperan apik dalam menunjang keberhasilan film ini. Contradiksi dalam film ini terjadi ketika film ini beredar di negara-negara timur, seperti Indonesia contohnya.menurut data yang didapati dari salah satu blog yang ada di internet yang mengatasnamakan anggota MUI, film ini ditentang. MUI mengangap film ini menyajikan tayangan yang menjerumuskan anak-anak usia remaja untuk berkembang ke arah yang negatif, yaitu ke arah sex menyimpang. Ada kontra tentu ada pula masyrakat yang melihat film ini dari kacamata yang berbeda. Menurut Simone Ernestine Lucia Marie Bertnand seorang pakar feminisme, kita tidak dapat melihat film ini dari kacamata minus saja, tapi kita juga harus melihat apa isi pesan yang akan disampaikan lewat film ini.. Inilah pesan yang ingin disampaikan film Malena, bahwa perempuan harus dapat menunjukkan eksistensinya tanpa laki-laki. Movie Kritiks Masih menurut Simone Ernestine Lucia Marie Bertnand Film ini sungguh mengharukan, khususnya saat adegan-adegan terakhir. Sang suami sangat baik dan mencintai Malena. Ia menerima Malena apa adanya sekalipun istrinya telah menjadi pelacur. Apalagi adegan sang suami membawa pulang Malena ditampilkan tanpa percakapan apapun. Seolah menekankan penerimaan penuh dari suaminya. Namun setelah dilihat dari feminisme eksistensialisme, terdapat sisi lain dari film tersebut. Bahwa film tersebut sangat tidak feminis dan tidak eksistensialis. Malena tidak hanya menjadi obyek. Ia bahkan digambarkan tidak eksis tanpa laki-laki, dan hanya eksis karena laki-laki. Semasa ayahnya masih hidup, sikap masyarakat terhadap Malena belum negatif meskipun suaminya tidak ada. Setelah ayahnya meninggal, semua pelecehan terhadap Malena langsung terjadi. Jadi sang ayah, laki-laki, menggantikan posisi suami Malena, yang juga laki-laki. Setelah tidak ada laki-laki, maka tidak ada lagi pelindung Malena. Malena tidak mendapat pekerjaan karena laki-laki tidak memberikannya. Malena akhirnya bekerja sebagai pelacur untuk melayani kebutuhan laki-laki. Dan ketika suaminyalaki-laki kembali, Malena pun kembali dihormati. Ia kembali mendapatkan eksistensinya di mata masyarakat. Jadi Malena, si perempuan, tidak dapat menjadi subyek bagi hidupnya sendiri. Lebih dari itu, eksistensi Malena, si perempuan, hanya dimungkinkan karena adanya lakilaki Dengan setting Sisilia, Italia pada Perang Dunia II, film ini berhasil memadukan kegetiran dan humor dalam satu pigura. Adegan pengadilan (resmi) dan pengadilan (jalanan) ketika ia dianiaya adalah adegan yang sangat mengganggu, tapi mewakili hidup nyata. Tetapi, pada akhir film ini, ketika Malena mencoba memungut kepingan harga diri dan

martabatnya dengan cara yang elegan, kita kemudian belajar percaya: masih ada kebaikan. Malena adalah sebuah harapan untuk bertahan dalam hidup.

3. ANALISA FILM
WAHAI angin, hembuskanlah sutra yang membungkus kaki itu agar seluruh Sisilia bisa menatap keindahan karunia Tuhan. Demikian impian Renato (Giuseppe Sulfaro) bersama serombongan lelaki tanggung sebayanya, yang menatap Malena (Monica Belluci) yang jelita itu berjalan di pinggir Kota Sisilia, menembus angin pantai. Bak seorang dewi, Malena Scordia, istri seorang tentara yang tengah bertugas di dalam peperangan, mampu menghentikan napas seluruh negeri hanya dengan kehadirannya. Malena adalah film yang mecerminkan seorang laki-laki yang ingin mencari kedewasaan hidupnya. Malena seolah terkutuk oleh kecantikannya. Para lelaki mengaguminya, terobsesi oleh tubuhnya; sementara para perempuan mendelik cemburu penuh kedengkian. Hanya Renato satu-satunya warga desa itu yang percaya pada kebaikannya dan dengan tulus membantunya tanpa sepengetahuan Malena. Di dalam film Malena, penonton diajak melakukan sebuah perjalanan coming of age, perjalanan masa akil balik Renato, yang menyangka dirinya jatuh cinta pada sosok Malena. Pria remaja berusia 12,5 tahun yang baru mengenal anatomi tubuhnya, sembari saling mengukur panjang penis dengan kawan-kawannya, itu adalah representasi kehidupan yang seolah tanpa derita. Kehidupan remaja adalah dunia pencaharian yang riuh-rendah. Malena, obyek yang diteropongnya setiap malam, adalah representasi kesempurnaan bentuk yang dianiaya oleh kedengkian. Sebenarnya film ini adalah gabungan dari multiculture dan non-multiculture.diawal tampak jelas bahwa di dalam film ini terdapat kelainan sexual pada Renato, saampaisampai ayahnya menyebutkan sodonisme(sex menyimpang) dimana setiap kali dia melihat wanita pujaannya, yaitu Malena, Renato langsung berfantasi dengan wanita pujaannya tersebut. Begitu marahnya sang ayah ketika waktu membangunkan Renato, ayahnyamenemukan celana dalam wanita di atas kepalanya. Ya, celana itu adalah celana milik Malena yang siambil Renato. Lalu ayahnya menyebut Renato mengalami penyimpangan sexual (sodonisme). Renato tidak boleh keluar kamar sampai dia sembuh dari penyakit tersebut. Di film ini juga terdapat prejudice yang sangat berlebihan dari warga kota Itali tempat Malena tinggal. Intrik dan kedengkian satu kota terhadapnya, tuduhan berzina dengan seorang dokter tua, diadili di sebuah pengadilan, ditelanjangi dan dipukuli serta disiksa di muka publik dengan semena-mena hanya karena satu alasan yang tidak masuk akal: dia cantik dan karena itu dia pasti seorang pelacur. Jelas sekali nampak bahwa prejudice masyarakat setempat masih tampak tinggi

sekali, apalagi wanita-wanita tang sirik padanya. Apalagi pada saat malena ditarik keluar dari sebuah gedung dan kemudian disiksa dan ditelanjangi, sungguh miris. Prejudice yang berlebihan dapat mengakibattkansekelompok masyarakat melakukan hal anarki dan tak bermoral seperti yang ditampilkan di film ini. Malena adalah kaum minoritas dalam lingkungan, dimana masyarakat telah menorehkan tinta hitam dalam lembar kehidupannya. Kaum minoritas biasanya adalah kaum yang gampang menjadi gunjingan masyarakat. Film ini juga kental sekali dengan feminisme. Menurut Beauvoir, laki-laki dapat menguasai perempuan dengan menciptakan mitos bahwa perempuan yang dipuja laki-laki adalah perempuan yang mau mengorbankan dirinya untuk laki-laki. Behauvoir juga melihat perempuan pekerja menjadi Liyan karena di mana pun juga ia diharuskan menjadi dan bersikap sebagai femininitas. Namun menurut Beauvoir, tiga jenis perempuan yang memainkan peran perempuan hingga ke puncaknya adalah pelacur, narsis, dan perempuan mistis. Analisis Beauvoir terhadap pelacur sangat kompleks. Di satu sisi ia memandang pelacur sebagai Liyan, obyek, yang dieksploitasi. Di sisi lain, pelacur dapat menjadi Diri, Subyek, yang mengeksploitasi. Beauvoir memandang perempuan panggilan (hetaira) mempunyai lebih banyak kekuasaan, setidaknya ia memanfaatkan keliyanannya untuk kepentingan dirinya. Berangkat dari pemahaman eksistensialisme perempuan adalah obyek dan laki-laki adalah subyeknya. Dalam film Malena yang dibintangi Monica Belucci, Malena adalah seorang perempuan yang sangat cantik. Suatu ketika ia ditinggalkan suaminya untuk mengikuti wajib militer. Sejak saat itu kehidupannya mulai berubah. Ia mengalami banyak hambatan untuk menghidupi dirinya sendiri, terlebih setelah ayahnya meninggal dunia. Nasib buruk mulai menimpa Malena dan penyebab utamanya adalah kecantikannya. Banyak laki-laki menggodanya, dan banyak perempuan membencinya. Malena tidak menanggapi godaan para laki-laki, namun hal itulah yang menyebabkan ia sulit memperoleh pekerjaan. Akhirnya ia pun menjadi pelacur yang melayani tentara-tentara musuh. Ketika perang usai, negara musuh kalah dan negara Malena menang, ia dihujat oleh para perempuan di lingkungannya. Ia diseret ke luar, diludahi, dimaki, dan perlakuan lain yang tidak baik ditujukan kepada Malena. Sampai akhirnya suaminya kembali dan menemukan Malena dalam situasi demikian. Hujatan pun terhenti. Sang suami membawanya pulang. Selanjutnya kehidupan Malena kembali normal. Film diakhiri dengan adegan Malena kembali disapa para tetangga dan diberi anggukan saat ia berjalan sambil memegang tangan suaminya.

Anda mungkin juga menyukai