Anda di halaman 1dari 14

Resensi Novel

Dear Nathan
Identitas Buku
Judul Novel : Dear Nathan
Penulis Novel : Erisca Febriani
Penyunting Buku : Maskur Priatna
Pemeriksa Aksara : Rahmia Mn.
Desain Sampul & Penata Isi : Rumah Desain
ISBN : 9786026940148
Format : Paperback,
jumlah halaman : 520 halaman
Diterbitkan pertamakali tahun : 2016 oleh Best Media
Finished (cetakan ke-3) 27 Juni 2016
Genre : Romance, School Life
Age Range : Remaja
Dimulai dari keterlambatan seorang gadis mengikuti upacara pertama di sekolah baru, yaitu
Salma Alvira bertemu dengan seorang laki-laki yang membantunya menyelusup melalui gerbang
samping. Selidik punya selidik, lelaki itu ternyata bernama Nathan, yakni akan nakal yang sering
menjadi bahan gosip murid-murid satu sekolah. “ Di Sma kalau ngga ada murid seperti Nathan
mah nggak seru, belum terasa putih abu-abunya. Kalau semua anak di sekolah ini kalem, pasti
ngga bakal rame.” – rahma – hal. 79. Seperti apa hidup kita ke depan, tidak ada pernah yang tahu
seperti apa nantinya. Begitu juga dengan kehidupan salma yang berubah drastis ketika dia pindah
ke sekolah barunya yaitu SMA Garuda. Teman-temannya tidak sealim seperti di sekolah lamanya.
Beberapa dari mereka memiliki sifat sebagai tukang rusuh dan senang berantem, termasuk
Nathan. Nathan, ia tidak mengira akhirnya bisa jatuh cinta kepada Salma, anak baru yang
nampak ingin menangis pada saat terlambat datang ke sekolah. Kalau menurut Nathan, terlambat
adalah hal biasa baginya, ternyata jauh berbeda apabila situasi itu dihadapi oleh wanita manis
yang membuatnya berubah menjadi lelaki yang penuh perasaan. “Meskipun saya tampangnya
berandalan. Tapi saya amat menghargai wanita. Wanita itu seperti kaca, kalau retak ya bakalan
retak seumur hidup dan ngga bakal bisa balik seperti semula. Gimanapun caranya.” – Nathan –
hal. 95. Nathan baru sadar, jatuh cinta kepada wanita lugu yang belum pernah pacaran jadi hal
yang cukup menguras tenaganya. Awalnya, ia begitu menikmati pengejaran cintanya.
Namun. apakah Nathan akan selamanya menikmati pengejarannya jika Salma
terus-menerus bersikap cuek kepadanya??
“Dan seandainya pemilik hati kamu adalah aku, kemanapun kamu pergi, hati itu
pasti akan kembali kepemeliki sejati dan tuhan punya seribu satu cara untuk
mempersatukan kita lagi. Tapi kalau bukan milik hati ku? tuhan juga memiliki
banyak cara untuk menemukan kamu dengan yang lain.”- Nathan – hal.486
Tak hanya cinta yang memberi warna dalam kehidupn Nathan. Tapi ada juga
masalah yang besar yang memang sudah lama dihadapinya, yaitu masalah
keluarga yang sangat berat, hingga Nathan merasa berat menanggungnya.
Kehilangan orang yang sangat di sayanginya, merasa ditinggalkan oleh ayahnya,
dan masih banyak lagi masalah-masalah yang ada dalam otak Nathan.
“Nath, dunia ini sudah penuh dengan kesedihan dan ait mata. Seandainya kamu
ngga hanya fokus pada luka mu sendiri, ada banyak hal indah yang selama ini
kamu lewati.” -Seli -hal.473
RESENSI UNSUR INSTRINSIK NOVEL DEAR
NATHAN

Novel Dear Nathan- kisah masa putih abu-abu yang sangat sweet. sangat sweet hingga
kamu akan merasa rindu dengan masa-masa SMA. Jadi remaja memang bagian dari
hidup yang takkan terlupakan. Masa-masa dimana kita menemukan jati diri, begitu ingin
bebas lepas, dan baru mengenal tentang apa itu cinta. Meski tema yang diusung
memang sering kita jumpai pada novel lainnya, tapi karakter Nathan-lah yang menjadi
penilaian paling apik dalam novel ini. Penulis berhasil menciptakan seorang tokoh yang
membuai para pembaca. Bagaimana di bersikap, tingkahlakunya, kejahilannya, dan
bagaimana cara Nathan ketika bersama dengan Salma- semua terkesan sangat menarik.
Nathan, memanglah lelaki badboy, namun bukan Playboy. Rasanya, jadi menemukan
pemukiran baru kalau ngga semua badboy adalah playboy. Dan, anak-anak nakal seperti
Nathan seharusnya buka dimusuhi atau malah diberi ‘nakal’, karena selalu ada alasan
yang membuat mereka tercipta sebagai anak yang nakal.
Banyak yang salah dalam memahami anak–anak seperti ini. Makanya, anak nakal
dimarahi bukannya membaik dan patuh, malah menjadi-jadi. Karakter Salma yang lugu,
pintar, manis dan memiliki jiwa yang halus, memang tampak kontra dengan Nathan,
Akan tetapi, karena kontras jadi terasa semakin menarik.
 Keunggulan Buku Novel Dear
Nathan
Meskipun tema dari buku ini sudah mainstream atau banyak
penulis novel yang membuat cerita dengan rema serupa, akan
tetapi karakter Nathan yang menjadi unggulan dalam novel ini.
Pada intinya penulis berhasil membaut karakter yang kuat. Tak
hanya tokoh utama, tokoh pendukung yang jumlahnya banyak ,
penulis piawai memberikan karakter khas di setiap karaketer
pendukungn dengan ciri khas anak SMAnya. Jalan cerita yang di
sajikan juga masuk akal. Konflik yang di ceritakan bisa
disampaikan dengan bagus, dan penyelesaian konfliknya pun apik.
Banyak sekali amanat yang bisa diambil dari buku novel ini.
Mengenai kasih sayang, pengorbanan, persahabatan, dan arti
memaafkan dan mau menerima realitas kehidupan.
 Kelemahan Buku Novel Dear
Nathan
Penggunaan bahasa yang baku dalam percakapan diantara dua
orang tokoh tidak menggambarkan bahwa mereka merupakan
pasangan anak yang masih muda, dan lebih terasa kaku. Cara
penulis membaut narasinya terasa berlebihan. Terkadang,
pemilihan katanya tidak pas. Narasinya juga sering memutar ke
sana kemari. Buku dengan tebal 528 halaman ini memberikan
kesan malas untuk membaca buku ini untuk pertama kali. Akan
tetapi, buku ini bagus untuk kamu para remaja untuk menjalani masa
mudanya.
Resensi Film
Dilan 1990
Identitas Film
Pemain    : Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Debo Andrios,
Brandon Salim, Happy Salma
Produser  : Ody Mulya Hidayat
Sutradara : Fajar Bustomi, Pidi Baiq
Penulis    : Titien Wattimena, Pidi Baiq 
Produksi  : Max Pictures
Resensi
Milea, dia kembali ke tahun 1990 untuk menceritakan seorang laki-laki yang pernah menjadi
seseorang yang sangat dicintainya, Dilan. Laki-laki yang mendekatinya (milea) bukan dengan
seikat bunga atau kata-kata manis untuk menarik perhatiannya. Namun, melalui ramalan seperti
tergambarkan pada penggalan cerita berikut : “Aku ramal, nanti kita bertemu di kantin.” – Dilan
-hlm. 20. Tapi, sayang sekali ramalannya salah. Hari itu, Miela tidak ke kantin karena ia harus
membicarakan urusan kelas dengan kawan-kawannya. Sebuah cara sederhana namun bikin
senyum dipilih Dilan untuk kembali menarik perhatian dari Milea. Dian mengirim Piyan untuk
menyampaikan suratnya yang isinya : “Milea, ramalanku, kita akan bertemu di kantin. Ternyata
salah. Maaf, tapi ingin meramal lagi : besok kita akan bertemu.” – Dilan – halaman. 22. Tunggu,
besok yang dimaksud oleh dilan itu adalah hari minggu. Ngga mungkin, kan mereka bertemu?
Namun, ternyata ramalannya kali ini benar. Dilan datang ke rumah Miela untuk menyampaikan
surat undangannya yang isinya : “Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha
Pengasih lagiPenyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan untuk
sekolah pada : Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.” – Dilan – hlm. 27 Hal-hal yang
sederhana ini nyatanya dapat membuat Milea tersenyum, dan perlahan mulai menaruh
perhatiannya kepada Dilan. Sampai-sampai, sebentar dia lupa, ada Beni yaitu pacarnya yang
berada di Jakarta. Milea tak mau kehilangan Dilan. Baginya, Dilan seperti sesuatu yang selalu
dapat membuat hari-harinya penuh warna. Tapi, dia tampak sangat jahat pada Dilan, karena dia
mau untuk menerima perhatian dari Dilan, padahal dia sudah ada yang memiliki. Sampai pada
waktu milea memutuskan hubungannya dengan beni, pacarnya di jakarta. Ia cowok yang sangat
emosian dan manja. Karena suatu hal yang ga perlu dijelaskan. Semenjak itu hubugan Dilan dan
Milea semakin erat saja.
Unsur Intrinsik
• Alur cerita yang terdapat dalam novel ini adalah alur mundur. Buku ini
dibuka dengan perkenalan nama dan wajah para tokoh. Baik utama
maupun tokoh sampingan.
• Watak Tokoh :
Dilan adalah penikmat karya-karya sastra, koran Tempo dan pengagum
tokoh-tokoh revolusioner. Ia orang yang unik, ia memiliki gaya romantisnya
tersendiri. 
Milea adalah cewe cantik yang baik dan pintar.
• Sudut pandang yang teradapat dalam buku ini adalah Milea pelaku utama
(aku) atau tokoh utama.
• Cerita berlatar tahun 1990. Semua seseuatu masih sangat sederhana
waktu, remaja tahu 1990 menghabiskan waktu dengan banyak
beraktifitas jalan-jalan berkeliling kota.
AMANAT
Membaca novel Dila ini dapat membuatmu rindu setidaknya pada tiga hal. Pertama, pada
masa SMA. Dari saat saat melihat warna cover buku saja, kita sudah diingatkan dengan
seragam waktu kita SMA. kemudian,kita akan dihadapkan pada scene persekolahan seperti
seperti situasi jam-jam istirahat di kantin, bandel pada waktu upacara, telat masuk sekolah,
tragedi guru sok jagoan serta suasana tempat tongkrongan.
kedua, adalah masa-masa jatuh cinta. Maklum, cerita novel ini memang mengisahkan sidoi
yang menjalani hubungan dari nol sampai ke tahap paling indah dalam hubungan (jadian).
Kamu yang sudah memiliki pacar pastinya bakal jatuh cinta lagi dan diam-diam bakal
merencanakan kelakuan romantis dengan kekonyolannya, seperti yang dilakukan oleh
Dilan.
Ketiga, Yang menjadi pandangan tersendiri dari novel dilan ini adalah nuansa 90an. Buku ini
adalah mesin waktu yang mengajak kita untuk melihat kembali bagai mana pacaran tanpa
ponsel dan hanya mengandalkan telepon rumah serta betapa sakralnya surat cinta.
Karena terbatas dan selalu berjeda, komunikasi antara Dilan dan Milea saat mereka tak
bersama jadi sebuah komunikasi yang istimewah, Cerita cinta jaman dulu yang tak serba
instan dan selalu memiliki kualitasnya sendiri.
KELEBIHAN NOVEL DILAN TAHUN
1990 (1)
1. Dapat membuat cerita lebih hidup hanya dengan dialog, karena
setting tempatnya hanya sediki dan itu tidak dijelaskan secara
detail
2. Dialog yang digunakan adalah kalimat langsung, tanpa ada embel-
embel “kataku”, dan bertanya dan sebagainya sehinggap bisa
membuat percakapan lebih hidup dan menarik
3. Bahasa yang digunakan begitu sederhana, tidak norak, namun
dapat terasa nuansa romantisme nya.
4. Mesk bukunya lumayan tebal, tulisannya cukup besar sehingga
lebih mudah untuk dibaca
5. Membuat kita bernostalgia ke zaman masa-masa SMA.
6. Adanya ilustrasi.
KEKURANGAN NOVEL DILAN TAHUN
1990 (1)
1. Deskripsi mengenai tokoh kurang detail, sepeti tinggi,
rupa wajah warna kulit
2. Tidak konsisnten di dalam penggunaan gaya bahasa
seperti gak, engga
3. Akhir dari buku ini yang menggantung (meski bukan
benar-benar yang terkahir, mengingat adanya buku
yang kedua tahun 1991), tapi tetap membuat
penasaran.
4. Beberapa humor terasa garing dan terkesan seperti
dipaksakan

Anda mungkin juga menyukai