Anda di halaman 1dari 6

Rini Agustina

1801101200
Isti Rahmawati
180110120014


Dominasi Simbolik:
Kelas Sosial dalam Dua Cerpen Karya Umar Kayam Prata Krama
PENGANTAR
Bahasa memiliki peran yang sentral dalam mekanisme kekuasaan dan dominasi,
terutama untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya dari sebuah tindakan. Umar
Kayam mencoba memasukkan unsur pemaknaan tersebut di setiap cerpen yang
ditulisnya. Hal itu memperlihatkan adanya dominasi terhadap kelas sosial tertentu.
Meskipun dapat dilihat dengan jelas bahwa tokoh-tokoh yang ada telah berusaha tidak
mengenal kelas sosial secara tersurat, namun dalam praktiknya kelas-kelas sosial tetap
menjadi suatu hal yang mutlak. Hal itu pengarang angkat dalam setiap cerpen terutama
dalam cerpen Mbok Jah dan Marti. Dominasi simbolik itu diutarakan secara tersirat,
berada di balik bidang-bidang tertentu, sehingga seolah-olah memang tidak terjadi
adanya kelas-kelas sosial.
Kelas sosial mempunyai pengaruh kuat terhadap pemilihan jenis produk. Kelas
sosial merupakan tempat untuk berbagi nilai, gaya hidup, dan perilaku yang kemudian
membedakan perilaku konsumsi seseorang dari berbagai kelas sosialnya. Seperti halnya
dalam kumpulan cerpen Parta Krama, Mbok Jah dan Marti, Umar Kayam seolah
ingin memberikan empatinya sekaligus melakukan rekoreksi terhadap pelbagai sikap
dan pandangan lama. Hal itu juga menyingkap kritik terhadap kelas menengah-atas.
Oleh sebab itu, tulisan ini akan meneliti dua cerpen karya Umar Kayam dalam
kumpulan cerpen Parta Krama yaitu cerpen Mbok Jah dan Marti.
KERANGKA TEORITIS
Dominasi simbolis berlangsung karena ketidaktahuan dan pengakuan dari yang
ditindas. prinsip simbolik dapat terlihat melalui bahasa, gaya hidup, cara berfikir, cara
bertindak, dan kepemilikan yang khas pada kelompok tertentu atas dasar ciri kebutuhan.
Kelas dominan membedakan diri dengan kelas sosial lain dalam tiga struktur konsumsi,
yaitu makanan, budaya, dan penampilan. (Bourdieu:1980)
Selain melalui struktur ekonomi, praktik kekerasan simbolik pun Nampak
melalui posisi mereka dalam masyarakat dan dari keinginan mereka menempatkan diri
di tangga kekuasaan. konsep dominasi simbolik (penindasan simbolik) juga dapat
dengan mudah dilihat dalam konsep sensor panopticon. Sensor panopticon adalah
konsep yang menjelaskan mekanisme kekuasaan yang tetap dirasaka oleh orang-orang
yang dikuasai, walaupun sang penguasa tidak lagi mencurahkan perhatiannya untuk
melakukan control kekuasaan secara nyata.

SUMBER DATA
Dua Cerita Pendek: Mbok Jah dan Marti karya Umar Kayam dalam
Kumpula Cerpen Parta Krama

POKOK CERITA DUA CERPEN KARYA UMAR KAYAM
Pokok cerita Cerpen Mbok Jah
Mbok Jah ialah seorang janda tua yang telah bekerja selama 20 tahun sebagai
pembantu rumah tangga di rumah Mulyono. Mbok Jah sangat pintar memasak terutama
sambal terasi. Ia diperlakukan dengan sangat baik dan sangat disayangi oleh kedua anak
Mulyono, Kedini dan Kedono. Kedini dan Kedono sangat manja dan hormat terhadap
Mbok Jah, meskipun mereka kini telah menjadi seorang mahasiswa. Lain halnya dengan
anak dan keluarga Mbok Jah sendiri yang terkesan menelantarkan Mbok Jah setelah
semuanya menikah dan memiliki keluarga baru.
Pada suatu waktu Mbok Jah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Ia
memilih kembali ke desa dan menggarap sepetak tanah yang dimilikinya. Awalnya
keluarga Mulyono menentang keputusannya, akan tetapi Mbok Jah berjanji akan
mengunjungi keluarga Mulyono sebanyak dua kali dalam setahun yakni ketika Sekaten
dan Idul Fitri. Semula Mbok Jah memang menepati janjinya, akan tetapi dua tahun
belakangan ini ia tidak munculhingga keluarga Mulyono pun memutuskan untuk
mengungjungi Mbok Jah ke desanya.
Pokok cerita Cerpen Marti
Marti adalah seorang wanita yang sudah memiliki suami. Marti kebingungan
dengan keinginan suaminya yang ia anggap Absurd, suaminya menginginkan
merayakan hari lebaran berdua saja di hotel berbintang empat. Dan suaminya
bersikukuh untuk mewujudkan keinginannya tersebut, walau Marti berusaha menolak.
Suaminya berkata ia bosan dengan acara lebaran yang begitu-begitu saja, bertemu sanak
keluarga, sungkem dan makan-makan, ia ingin lebaran kali ini hanya berdua dengan
Marti di sebuah hotel berbintang empat yang sudah ia pesan
Marti menduga sikap suaminya yang menjadi absurd itu dikarenakan selama
sepuluh tahun perkawinannya belum juga dikaruniai anak. Hal itu dokter katakan
disebabkan oleh kondisi tubuh suaminya yang lemah. Anehnya, semenjak saat itu Marti
dan suaminya saling menyapa dengan sebutan Pa dan Mam. Setelah sehari menetap di
hotel, Marti pun memutuskan untuk beralan-alan di pantai, dengan menggunakan
pakaian slack, kaos merk crocodile, topi dan sepatu Reebok.
Setelah sampai di pantai Marti melihat orang-orang berkerumun untuk naik
perahu layar yang akan membawa mereka agak ke tengah laut menyusuri pantai.
Melihat keramaian itu, Marti pun tertarik untuk menaiki perahu layar menuju ke
tengah laut menjauh dari pantai. Di dalam perahu, ia berhimpitan dengan ibu yang
berbau minyak gosok PPO kerepotan mengurus anak-anaknya yang masih kecil. Marti
pun menggendong salah satu anak ibu itu dipangkuannya.
Setelah selesai menaiki perahu, pukul dua siang, Marti merasa lapar dan ia pergi
ke warung memesan nasi rawon. Ia pun dengan lahap memakan rawon tersebut seakan
belum pernah measakan masakan tersebut.
Marti sangat menikmati acara jalan-jalan di pantai tersebut hingga ia lupa
memiliki janji untuk makan siang di coffe-shop. Ia pun berjalan dengan santai menuju
hotel, azan ashar pun berkumandang.

DOMINASI SIMBOLIK DALAM DUA CERPEN PRATA KRAMA
Cerpen Mbok Jah memosisikan Mbok Jah dalam kelas sosial menengah-
bawah, tetapi dalam posisnya tersebut ia mendapatkan pelakuan yang baik dari kelas
sosial di atasya. Pada satu sisi Mbok Jah diabaikan bahkan oleh anak dan keluarganya
sendiri, tetapi pada sisi yang lain menjadi sosok yang dihormati oleh orang-orang yang
notabenenya tidak ada hubungan apapun.
Mbok Jah diabaikan oleh anak dan keluarganya setelah mereka memiliki
kehidupan yang baru dan mungkin lebih baik, sementara itu ia justru dihormati oleh
keluarga majikannya yang kelas sosialnya jauh lebih tinggi dari dirinya. Ironi, keadaan
yang sangat bertolak belakang ini seakan menegaskan bahwa posisi kelas sosial yang
ditunjukan adalah keberpihakkan pengarang terhadap majikan yang dipandang positif.
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
Buat seorang janda yang sudah selalu tua itu, apalah yang dikehendaki lagi
selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian yang cukup. Lagi pula
anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar hidup
berkecukupan tidak mau lagi berhubungan dengannya. Tarikan dan
pelukan istri dan anak-anaknya rupanya begitu erat melengket hingga
mampu melupakan ibunya sama sekali. Tidak apa, hiburnya. Di rumah
keluarga Mulyono ini dia merasa mendapat semuanya (h. 25)

Dalam cerpen Matri, perempuan digambarkan sebagai makhuk yang tidak
diperhitungkan keinginannya, dan harus menuruti keinginana laki-laki. Perempuan
harus menerima apapun keadaan laki-laki.
Terdapat pula dominasi simbolik. Merk menjadi ukuran kelas sosial, begitu pun
dengan penampilan..
Suaminya melihat Marti sudah berganti pakaian dengan slack,
kaos merk crocodile, topi dan sepatu Reebok.(Marti:41)
Selain itu perbedaan kelas pun ditampilkan melalui gaya hidup
tokoh. Marti tidak menduga bahwa warung yang sederhana begitu
menyajikan masakan yang seenak itu. Selama ini dia dimanakan
suaminya makan di restoran dan hotel berbintang saja. Warung
selalu mereka lihat sebagai tempat makan yang kotor. Warung
tempat dia makan sekarang memang kotor dan lalatnya pun
banyak. Juga orang-orang yang makan di sekitarnya. Sederhana
dan keringat mereka taam baunya. Tetapi Marti dengan nikmat
duduk di situ menghirup kopi yang dipesannya sesudah dia
makan. (Marti:45)
Meskipun Umar Kayam menggambarkan dominasi simbolik terhadap diri Marti.
Ini sangat tampak dari istilah rakyat kebanyakan. Digambarkan ada perbedaan antara
rakyat minoritas kelas atas dengan mayoritas kelas bawah Marti ditampilkan
sebagai tokoh dari kelas atas yang peduli terhadap kelas bawah.
Kebanyakan dari orang-orang yang hendak naik perahu itu,
menilik dari pakaian mereka, potongannya, kombinasi warnanya
yang norak, kualitasnya, menurut Marti pasti dari kalangan rakyat
banyak. Dan warung-warung sederhana yang berderet di dekat
pangkalan perahu-perahu itu menunang kesimpulan
Marti.(Marti:42)


PENUTUP
Kedua Cerpen yang ditulis oleh Umar Kayam dalam kumpulan cerpen Prata
Krama menunjukan dominasi simbolik. Pengarang berusaha menunjukan empatinya
dengan cara memperlihatkan sisi positif dari kelas menengah atas padahal di balik itu
semua Pengarang sedang mengkritik dan menunjukan dominasi yang sedang terjadi.
Gaya hidup yang dideskripsikan melalui kehidupan Mbok Jah di desa dengan
Marti yang menginap di hotel berbintang menunjukkan adanya kelas sosial. Walaupun
pada batin masing-masing memiliki kehampaan dan kebahagiaannya sendiri.
Kelas sosial yang ditampilkan pada Mboh Jak nampak jelas. Mbok Jah yang
seorang pembantu. Namun justru cerita dibuat terbalik. Majikannya yang notabene
golongan kelas atas menyayangi Mboh Jah dibandingkan dengan anak kandung. Ini
merupakan salah satu kritikan yang ingin disampaikan pengarang bahwa kelas atas
seharusnya bersikap seperti Majikan Mboh Jah dan juga harus bersikap seperti Marti
meskipun berasal dari keluarga kaya, ia tetap mau membaur dengan mengabaikan sekat-
sekat diantara mereka.
Meskipun dapat dilihat dengan jelas bahwa tokoh-tokoh yang ada telah berusaha
tidak mengenal kelas sosial secara tersurat, namun dalam praktiknya kelas-kelas sosial
tetap menjadi suatu hal yang mutlak. Dimana pun selalu saja ada pihak yang di atas
dan di bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Kayam, Umar.1997. Parta Krama, Kumpulan Cerita Pendek. Jogjakarta: Yayasan
untuk Indonesia
http:/rumahfilsafat.com/2012/04/14/sosiologi-kritis-dan-sosiologi-reflektif-pemikiran-
Pierre-Bourdieu/ diakses tanggal 26 September 2014 pukul 13.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai