Anda di halaman 1dari 6

Nilai-Nilai Kehidupan Di Balik Kepribadian Seorang Komunis Dalam Novel Kubah Karya

Ahmad Tohari

Oleh Alfin Zahra Firdausi

Pendahuluan

Periode sastra tahun 1980 merupakan sastra dinamik yang bergerak bersama
masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupan baru dengan wawasan konstitusional.
Periode ini lahir pada masa pemerintahan Soeharto, yakni era orde baru. Pemerintahannya
memiliki corak otoriter. Hal ini tentu berpengaruh pada karya sastra pada periode 1980-an.

Ahmad Tohari merupakan salah satu sastrawan sekaligus seorang budayawan pada
periode delapan puluhan. Melalui hobinya menulis, ia menuangkan semua idenya lewat
novel yang telah diterbitkan. Selain itu, ia juga sering menulis yang berisikan tentang tema
kebudayaan. Hal inilah yang melatarbelakangi sosok Ahmad Tohari dikenal sebagai
seorang budayawan oleh masyarakat (Ayu, 2013:25). Selain itu, sejak ia aktif menulis
karya-karya yang bertema budaya,ia berkesempatan untuk bekerja menjadi staf di Harian
Merdeka. Tak puas hanya bergelut di dunia jurnalistik, Ahmad Tohari kemudian
melebarkan sayapnya menjadi seorang penulis. Tulisan tersebut akhirnya dapat dicetak
berupa novel yang berisikan tentang sindiran kepada pemerintah yang berkuasa saat itu.
Bahkan Ahmad Tohari pernah hampir masuk penjara karena novelnya yang berjudul
Ronggeng Dukuh Paruk. Novel yang melegenda ini menyindir tentang pemerintahan
komunis. Tidak hanya novel Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang berjudul Kubah juga
menceritakan perjalanan hidup seorang yang menjadi komunis karena pengaruh orang-
orang komunis.

Salah satu ciri karya sastra karya Ahmad Tohari adalah penggunaan bahasa yang
mudah dipahami dan komunikatif. Dia bisa menggambarkan nila-nilai kehidupan
menggunakan bahasa yang sederhana, mengalir, dan mudah dicerna. Karya sastra periode
lain, cenderung sulit dipahami oleh orang-orang dengan cita rasa intelektual sederhana. Ia
juga sering menggambarkan alam pedesaan yang eksotis dan penggambaran seorang
perawan. Melalui karya sastranya, ia mampu menggambarkan paorama kehidupan
pedesaan menjadi hidup dan menarik. Ahmad Tohari juga sangat kuat dalam menyajikan
cinta dan erotisme. Di tangannya, cinta, seks, erotisme, perempuan, dan yang lainnya
diceritakan sedemikian rupa layaknya memiliki ruh yang menggairahkan (Yanti, 2013:42).
Semua aspek-aspek diatas, mulai dari nilai kehidupan, penggambaran suasana dan tokoh
juga disajikan dengan indah pada novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Kubah.

Novel Kubah merupakan salah satu novel karya Ahmad Tohari yang dipublikasikan
pada tahun 1980. Karya ini sekaligus menjadi novel pertamanya setelah ia
mempublikasikan antologi cerpen berjudul Jasa-Jasa buat Sanwirya pada tahun 1975.
Novel Kubah sendiri mengisahkan kisah hidup Karman sebagai tokoh utama. Karman
merupakan seorang tahanan politik pada masa orde baru yang kembali dibebaskan oleh
pemerintah setelah mendekam di penjara selama dua belas tahun. Novel ini bermula dari
kisah masa kecil Karman yang diadopsi oleh Haji Bakir karena ia seorang yatim. Setelah
menganjak dewasa, ia terlibat bersama orang-orang komunis di Partai Merah yang
membuat dirinya menjadi buronan negara. Ia bersembunyi dan terpisah jauh dari anak dan
istrinya hingga akirnya ia tertangkap dalam keadaan mengenaskan karena penyakit yang
dideritanya. Konflik pada novel ini bermula ketika Karman yang saat itu hendak melamar
Rifah, putri Haji Bakir yang ternyata sudah menerima lamaran orang lain sebelum Karman.
Karman merasa marah dan kecewa. Orang-orang PKI menggunakan kesempatan ini untuk
menghasut Karman agar terlibat dalam partai komunis yang menyelubungi Partindo.
Setelah dibekali materi marxisme, psikis pemuda itu goyah. Ia semakin membenci haji
bakir. Ia pun juga semkain jauh dari Tuhannya. Dalam novel Kubah ini dimuat banyak
sekali kontradiksi komunisme dalam ajaran partai politik yang berlabel komunis.

Pembahasan

Nilai Religius Di Balik Seorang Komunis

Religius merupakan bentuk sikap dan perilaku manusia yang membentuk suatu
agama. Agama muncul sebagai akibat getaran dari rasa emosi jiwa manusia sebagai
makhluk yang bermasyarakat. Sentimen kemayarakatan yang muncul dalam batin manusia,
ada rasa takut, timbul rasa cinta pada Tuhan, maka lambat laun akan membentuk suatu
agama. Agama bukan lahir dari anggapan tentang wujud supranatural. Tetapi sebagai
satuan masyarakat (Emile Durkem dalam Aminah, 2004 : 10).

Komunisme adalah ideologi yang berkenan dengan filosofi, politik, sosial, dan
ekonomi yang tujuan utamanya adalah terciptanya masyarakat komunis dengan aturan
sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya kelas
sosial, uang, dan negara. Salah satu ciri ideologi komunisme adalah bersifat ateis, yaitu
tidak mengimani adanya Tuhan. Pengikut ideologi ini aka menganggap Tuhan tidak ada,
jika dia berpikir Tuhan tidak ada. Tetapi, ketika mereka berpikir Tuhan itu ada, maka
keberadaan Tuhan terserah pada manusia itu sendiri.

Begitu juga dengan sosok Karman. Secara eksplisit, Karman digambarkan masih
percaya adanya Tuhan. Namun karena ia berada pada lingkungan Partai Merah, ia sengaja
dan dipaksa oleh keadaan di sekitarnya untuk melupakan seluruh ajaran dan syariat
agamanya. Dari kutipan berikut, kita dapat mengetahui ajaran akidah yang masih diyakini
Karman. Namun ia memang tak pernah menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Nah, kau bekas ateis, dapatkah menata sikap batinmu? Dapatkah kau
menundukkan kepercayaan di atas kekuatan akalmu? Itulah syarat yang kumaksud.”

Karman tertunduk, Tuhan. Yang dimaksud oleh Kapten Somad pastilah


kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan. Ah ya, selama menjadi pengikut partai Karman
memang didorong untuk membuang jauh semua kepercayaan atas segala seuatu yang
tidak membenda. Ajaran partainya mengatakan, apa yang tidak membenda sama dengan
omong kosng. Tuhan pun hanya ada bagi mereka yang mengganggapnya ada. Dan ajaran
partainya juga mengatakan kalaulah ada suatu yang boleh disebut Tuhan, maka dia
adlaah parta itu sendiri. Dan revolusi! Karman tetap tertunduk.ada kejujuran yang lambat
laun mengembang dalam dirinya. Ia ingin mengaku dengan tulus, meskipun ia lama
menjadi anggota partai kounis, bahwa kehadiran Tuhan tetap terasa pada dirinya.
(Kubah, 1980 : 26)

Kepedulian dan Kebaikan Terhadap Sesama

Selain sisi religius, tokoh Karman juga merupakan sosok yang bertanggungjawab
dan peduli terhadap sesama. Saat ia masih kecil, ia juga membantu ibunya bekerja di
Rumah Haji Bakir. Ia juga menjadi penjaga Rifah saat keduanya masih kecil dan umur
keduanya hanya terpaut tiga tahun. Bentuk tanggung jawab Karman akan keluarga
kecilnya dapat dilihat pada kutpan novel Kubah berikut.

Karman tahu bahwa ibunya, Bu Mantri tak pandai menuai. Jadi bagaimanapun
baiknya panen musim itu, Bu Mantri tidak akan akan mendapat bawon, yaitu upah menuai
padi. Padi yang diterima bu Haji Bakir sebagai upah Karman sudah habis, karena
sebagian dijual untuk keperluan lain. Tak pantas pada waktu panen seperti ini, ibuku tak
punya beras. Sebaiknya aku iut menuai padi agar ibuku sempat merasakan nasi yang
empuk. (Kubah, 1980 : 68)

Dari kutipan tersebut ditunjukkan sikap kepedulian dan tanggung jawab Karman
pada keluarganya. Ia berusaha agar ibu beserta adiknya bisa makan dan menikmati nasi di
musim panen karena pada hari biasa, mereka memakan rebusan umbi sebagai makanan
pokok (Yanto, 2016:67).

Penemuan Jati Diri Kembali

Sosok Karman yang merupakan seorang komunis pun pada akhirnya terjebak
dalam buronan. Ia melihat teman-teman sesama komunis dikubur hidup-hidup dan ada
yang dibantai secara langsung. Karman melihat semua kejadian itu ketika ia sedang
bersembunyi dari kejaran polisi dan TNI yang memburu semua anggota Partai Komunis.
Dalam persembunyiaanya di hutan, ia bertemu dengan Kastagethek. Seorang penangkap
ikan di sungai dekat hutan tempat Karman bersembungi. Penemuan jati diri Karman yang
sesungguhnya dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Dan di sana, Kastagethek masih duduk dengan khusyuk. Dalam kesadaran ketika
bayangan regu tembak sudah muncul di depan mata. Karman merasa sangat iri terhadap
Kastagethek dengan segala perilakunya yang amat tenag, mengalir, dan pasrah. Karman
dapat memastikan bahwa ketenangan hidup Kastagethek berkaitan dengan salatnya,
dengan dzikirnya, dengan tasbihnya. Ah, ketiga ritus itu telah lama kuingkari dan
kucampakkan.” Kubah, 1980 : 168)

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Karman iri melihat ketenangan hati
Kastagethek dalam ibadahnya. Ia merasa pernah memiliki ketenangan itu namun kini telah
hilang dan ditinggalkannya. Dari sinilah, ia terus memikirkan kembali keimanannya dalam
persembunyiannya.

Penutup

Novel Kubah memiliki banyak nilai kehidupan yang dapat kita pelajari dan
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tentu tidak semua isi dari novel ini dapat
kita terapkan dalam kehidupan nyata. Dalam menjalani kehidupan yang semakin
berkembang dan maju, kita sebagai manusia harus memiliki pendirian teguh terhadap
agama sebagai ideologi dan pancasila sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara.
Ancaman perpecahan di zaman ini tidak hanya dari perbedaan ideologi, perbedaan
pendapat di jejaring sosial juga menjadi ancaman nyata yang patut dipertimbangkan dan
dihindari. Kita harus bisa menyaring segala informasi yang masuk agar tidak termakan
oleh ajaran, berita, ilmu dan lain sebagainya yang menyimpang dari ideologi yang benar.
Daftar Rujukan

Aisah. 2016. Nilai Religius Pada Novel Kubah Karya Ahmad Tohari : Tinjauan Sosiologi
Sastra Dan Implementasi Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di SMAN 2
Sukoharjo. Surakarta : UNMUH Surakarta.

Anonim. 2019. Biografi Ahmad Tohari, Pengarang Novel Fenomenal “ Ronggeng Dukuh
Paruk” (online), https://www.biografiku.com/biografi-ahmad-tohari/, diakses 1
Januari 2020.

Astuti, Ayu. 2013. Nilai-Nilai Budaya Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari.
Pontianak.

Nabila, Zyana. 2018. Kontardiksi Komunisme di Indonesia (online),


https://stardust2100.wordpress.com/2018/04/14/kontradiksi-komunisme-di-
indonesia-esai-novel-kubah-ahmad-tohari/, diakses 1 Januari 2021.

Purnomo, Agus. 2008. Proses Rekonsiliasi Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari
Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Univeristas Sanata Dharma.

Supriyo, Ayis. 2019. Religiositas Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari Serta
Kemungkinannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. Semarang : Universitas
Negeri Semarang.

Tiyas. 2020. Ideologi Komunisme (online), https://www.yuksinau.id/pengertian-ciri-


ideologi-komunisme/, diakses 1 Januari 2020.

Yanti, Liza. 2013. Historis Novel Ahmad Tohari (online),


http://liezaazzahra.blogspot.com/2013/06/historis-novel-ahmad-tohari_1208.html,
diakses 1 Januari 2021.

Yanto. 2016. Nilai Sosial Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari : Kajian Sosiologi
Sastra Serta Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMAN 1 Jatinom.
Surakarta : UNMUH Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai