Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alfin Zahra Firdausi

NIM : 200212606039

Analisis Unsur Ektrinsik Berdasarkan Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Novel


“Kubah” Karya Ahmad Tohari

Pembahasan

Nilai Religius Di Balik Seorang Komunis

Religius merupakan bentuk sikap dan perilaku manusia yang membentuk suatu
agama. Agama muncul sebagai akibat getaran dari rasa emosi jiwa manusia sebagai makhluk
yang bermasyarakat. Sentimen kemayarakatan yang muncul dalam batin manusia, ada rasa
takut, timbul rasa cinta pada Tuhan, maka lambat laun akan membentuk suatu agama. Agama
bukan lahir dari anggapan tentang wujud supranatural. Tetapi sebagai satuan masyarakat
(Emile Durkem dalam Aminah, 2004 : 10).

Komunisme adalah ideologi yang berkenan dengan filosofi, politik, sosial, dan
ekonomi yang tujuan utamanya adalah terciptanya masyarakat komunis dengan aturan sosial
ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang,
dan negara. Salah satu ciri ideologi komunisme adalah bersifat ateis, yaitu tidak mengimani
adanya Tuhan. Pengikut ideologi ini aka menganggap Tuhan tidak ada, jika dia berpikir
Tuhan tidak ada. Tetapi, ketika mereka berpikir Tuhan itu ada, maka keberadaan Tuhan
terserah pada manusia itu sendiri.

Begitu juga dengan sosok Karman. Secara eksplisit, Karman digambarkan masih
percaya adanya Tuhan. Namun karena ia berada pada lingkungan Partai Merah, ia sengaja
dan dipaksa oleh keadaan di sekitarnya untuk melupakan seluruh ajaran dan syariat
agamanya. Dari kutipan berikut, kita dapat mengetahui ajaran akidah yang masih diyakini
Karman. Namun ia memang tak pernah menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Nah, kau bekas ateis, dapatkah menata sikap batinmu? Dapatkah kau menundukkan
kepercayaan di atas kekuatan akalmu? Itulah syarat yang kumaksud.”

Karman tertunduk, Tuhan. Yang dimaksud oleh Kapten Somad pastilah kepercayaan
terhadap keberadaan Tuhan. Ah ya, selama menjadi pengikut partai Karman memang
didorong untuk membuang jauh semua kepercayaan atas segala seuatu yang tidak
membenda. Ajaran partainya mengatakan, apa yang tidak membenda sama dengan omong
kosng. Tuhan pun hanya ada bagi mereka yang mengganggapnya ada. Dan ajaran partainya
juga mengatakan kalaulah ada suatu yang boleh disebut Tuhan, maka dia adlaah parta itu
sendiri. Dan revolusi! Karman tetap tertunduk.ada kejujuran yang lambat laun mengembang
dalam dirinya. Ia ingin mengaku dengan tulus, meskipun ia lama menjadi anggota partai
kounis, bahwa kehadiran Tuhan tetap terasa pada dirinya. (Kubah, 1980 : 26)

Kepedulian dan Kebaikan Terhadap Sesama

Selain sisi religius, tokoh Karman juga merupakan sosok yang bertanggungjawab dan
peduli terhadap sesama. Saat ia masih kecil, ia juga membantu ibunya bekerja di Rumah Haji
Bakir. Ia juga menjadi penjaga Rifah saat keduanya masih kecil dan umur keduanya hanya
terpaut tiga tahun. Bentuk tanggung jawab Karman akan keluarga kecilnya dapat dilihat pada
kutpan novel Kubah berikut.

Karman tahu bahwa ibunya, Bu Mantri tak pandai menuai. Jadi bagaimanapun
baiknya panen musim itu, Bu Mantri tidak akan akan mendapat bawon, yaitu upah menuai
padi. Padi yang diterima bu Haji Bakir sebagai upah Karman sudah habis, karena sebagian
dijual untuk keperluan lain. Tak pantas pada waktu panen seperti ini, ibuku tak punya beras.
Sebaiknya aku iut menuai padi agar ibuku sempat merasakan nasi yang empuk. (Kubah,
1980 : 68)

Dari kutipan tersebut ditunjukkan sikap kepedulian dan tanggung jawab Karman pada
keluarganya. Ia berusaha agar ibu beserta adiknya bisa makan dan menikmati nasi di musim
panen karena pada hari biasa, mereka memakan rebusan umbi sebagai makanan pokok
(Yanto, 2016:67).

Penemuan Jati Diri Kembali

Sosok Karman yang merupakan seorang komunis pun pada akhirnya terjebak dalam
buronan. Ia melihat teman-teman sesama komunis dikubur hidup-hidup dan ada yang dibantai
secara langsung. Karman melihat semua kejadian itu ketika ia sedang bersembunyi dari
kejaran polisi dan TNI yang memburu semua anggota Partai Komunis. Dalam
persembunyiaanya di hutan, ia bertemu dengan Kastagethek. Seorang penangkap ikan di
sungai dekat hutan tempat Karman bersembungi. Penemuan jati diri Karman yang
sesungguhnya dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Dan di sana, Kastagethek masih duduk dengan khusyuk. Dalam kesadaran ketika
bayangan regu tembak sudah muncul di depan mata. Karman merasa sangat iri terhadap
Kastagethek dengan segala perilakunya yang amat tenag, mengalir, dan pasrah. Karman
dapat memastikan bahwa ketenangan hidup Kastagethek berkaitan dengan salatnya, dengan
dzikirnya, dengan tasbihnya. Ah, ketiga ritus itu telah lama kuingkari dan kucampakkan.”
Kubah, 1980 : 168)

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Karman iri melihat ketenangan hati
Kastagethek dalam ibadahnya. Ia merasa pernah memiliki ketenangan itu namun kini telah
hilang dan ditinggalkannya. Dari sinilah, ia terus memikirkan kembali keimanannya dalam
persembunyiannya.

Penutup

Novel Kubah memiliki banyak nilai kehidupan yang dapat kita pelajari dan terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tentu tidak semua isi dari novel ini dapat kita terapkan
dalam kehidupan nyata. Dalam menjalani kehidupan yang semakin berkembang dan maju,
kita sebagai manusia harus memiliki pendirian teguh terhadap agama sebagai ideologi dan
pancasila sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara. Ancaman perpecahan di zaman
ini tidak hanya dari perbedaan ideologi, perbedaan pendapat di jejaring sosial juga menjadi
ancaman nyata yang patut dipertimbangkan dan dihindari. Kita harus bisa menyaring segala
informasi yang masuk agar tidak termakan oleh ajaran, berita, ilmu dan lain sebagainya yang
menyimpang dari ideologi yang benar.
Daftar Rujukan

Aisah. 2016. Nilai Religius Pada Novel Kubah Karya Ahmad Tohari : Tinjauan Sosiologi
Sastra Dan Implementasi Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di SMAN 2 Sukoharjo.
Surakarta : UNMUH Surakarta.

Anonim. 2019. Biografi Ahmad Tohari, Pengarang Novel Fenomenal “ Ronggeng Dukuh
Paruk” (online), https://www.biografiku.com/biografi-ahmad-tohari/, diakses 1
Januari 2020.

Astuti, Ayu. 2013. Nilai-Nilai Budaya Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari. Pontianak.

Nabila, Zyana. 2018. Kontardiksi Komunisme di Indonesia (online),


https://stardust2100.wordpress.com/2018/04/14/kontradiksi-komunisme-di-indonesia-
esai-novel-kubah-ahmad-tohari/, diakses 1 Januari 2021.

Purnomo, Agus. 2008. Proses Rekonsiliasi Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari
Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Univeristas Sanata Dharma.

Supriyo, Ayis. 2019. Religiositas Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari Serta
Kemungkinannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.

Tiyas. 2020. Ideologi Komunisme (online), https://www.yuksinau.id/pengertian-ciri-ideologi-


komunisme/, diakses 1 Januari 2020.

Yanti, Liza. 2013. Historis Novel Ahmad Tohari (online),


http://liezaazzahra.blogspot.com/2013/06/historis-novel-ahmad-tohari_1208.html,
diakses 1 Januari 2021.

Yanto. 2016. Nilai Sosial Dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari : Kajian Sosiologi
Sastra Serta Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMAN 1 Jatinom.
Surakarta : UNMUH Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai