Anda di halaman 1dari 4

Kisah seorang pemuda tersesat

Oleh Andika Wahyu Pradana XII IPA 4 (02)

Sekilas tentang Ahmad Tohari,ia lahir 13 Juni 1948 beliau adalah sastrawan
dan budayawan berkebangsaan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Karya
monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam berbagai bahasa dan
diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari. Ia pernah mengenyam bangku kuliah,
yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976). Tulisan-tulisannya berisi gagasan
kebudayaan dimuat di berbagai media massa. Ia juga menjadi pembicara di berbagai
diskusi/seminar kebudayaan.

Ahmad Tohari merupakan pengarang yang sangat dikenal oleh masyarakat.


Sejak terbitnya trilogi Ronggeng Dukuh Paruk(1982), Lintang Kemukus Dini Hari(1985),
dan Jantera Bianglala(1986), nama Ahmad Tohari banyak menarik perhatian peminat dan
pengamat sastra Indonesia.

Novel kubah adalah novel Pertama karya Ahmad Tohari yang diterbitkan pada
tahun 1980 novel yang pernah mendapat gelar terbaik pada tahun 1981 oleh Yayasan buku
utama kematian P & K, juga telah ke dalam berbagai bahasa salah satunya bahasa Jepang.
Novel kubah karya Ahmad Tohari berlatarkan masa orde baru yang ditandai dengan
pembunuhan dan penculikan yang dilakukan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Pada
masa orde baru terjadi perekrutan anggota PKI secara besar-besaran untuk melakukan kudeta,
sehingga anggota dan Perwira Angkatan Darat (AD) menjadi korban penculikan PKI
.Pembahasan yang dikaji tidak hanya masalah sejarah pada masa orde baru melainkan
masalah budaya dan ekonomi.

Penceritaan ini dimulai dari kehidupan tokoh utama yaitu Karman. Masa
kecil Karman yang susah, hidup tanpa ayahnya, dan harus banting tulang bekerja menjadi
pembantu dan pengasuh anak Haji Bakir. Haji Bakir adalah tetangganya, orang terkaya dan
terpandang di desa Pegaten. Karman kecil menamatkan sekolah hingga tingkat SMP atas
bantuan pamannya, Hasyim. Karena tak memiliki biaya yang cukup untuk melanjutkan
sekolah, Karman berhenti sekolah dan atas kebaikan Haji Bakir, ia diterima bekerja di sana
sekaligus untuk menjadi teman bermain Rifah, putrinya.
Karman adalah seorang aktivis politik yang berkompeten. Hanya saja
pendiriannya tidak bisa kokoh sehingga sangat mudah terpengaruh. Karman mulai berkenalan
dengan Margo yang merupakan anggota Partai Komunis. Setelah berkenalan cukup lama,
Karman pun akhirnya terbujuk oleh Margo untuk bergabung dengan partai komunis, Margo
melihat bahwa Karman adalah pribadi yang cerdas dan dapat dipengaruhi untuk menjadi
bagian dari partai. Karman gelap mata dan mulai terpengaruh ideologi Margo, ia mulai
meninggalkan kebiasaan sholatnya.

Seiring berjalannya waktu Karman berubah menjadi sosok yang sinis dan
penuh curiga dan memiliki pandangan yang buruk terhadap orang-orang pada kelas atau
tatanan sosial yang tinggi. Bertemunya Karman dengan tokoh Margo dan Triman, sejak saat
itulah perubahan drastis yang terjadi pada diri Karman. Karena 2 tokoh tersebut berperan
besar atas penanaman ideologi komunis pada diri Karman yang dilakukannya dengan tipu
muslihat agar menimbulkan hutang budi pada diri Karman. Hal tersebut terbukti pada kutipan
berikut.

“Yah tentu saja berusaha menanam jasa kepada dia. Sudah saya laporkan,
saat ini Karman sangat membutuhkan pekerjaan. Apabila dia tidak menjadi pegawai atas
bantuan kita, maka perkenalan dia dengan kita berlangsung sangat wajar dan mulus. Jadi
pertanyaan saya saat ini adalah : apakah ada lowongan pekerjaan yang bisa kita berikan
kepada Karman?” (Kubah, 2017 : 86)

Kutipan tersebut membuktikan bahwa perubahan ideologi pada diri karena terjadi
akibat manusia berhati licik yang rela mengajak orang lain untuk memperlancar jalannya
sendiri. Sebagai manusia yang berhati lembut dan mudah diperdaya, tentu saja karena dengan
cepatnya berubah menjadi sosok yang angkuh dan mengerikan. Tampak pada kutipan berikut.

“Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo perubahan besar


terjadi pada pribadi karena ia menjadi sinis segala sesuatu apalagi yang menyangkut Haji
Basir selalu ditanggapi dengan perasaan buruk.” (Kubah, 2017 : 103)

Margo membuat Karman memiliki pembenaran hubungan kekuasaan yang tidak


simetris, yaitu misi memutarbalikkan fakta mengenai kebaikan-kebaikan Haji Bakhir pada
hidup Karman semasa kecil. Sehingga karena menilai kejadian itu menjadi persoalan yang
tidak adil bagi dirinya dan keluarganya
“Paman Bagaimana aku akan mengatakan adil bila satu setengah hektar sawah
ditukar dengan satu ton padi? Pokoknya tidak adil. Sudah bagus bila aku tidak menuntut
sawah itu kembali. Mengapa aku harus berbaik terhadap orang yang menyebabkan seisi
rumahku sengsara?” (Kubah, 2017 : 209)

Karena yang sangat bersikeras atas transaksi yang pernah dilakukan oleh ayahnya dan
haji Bakhir dulu menganggap sesuatu yang salah, meski secara sistem benar namun akibat
pengaruh propaganda dari Margo menimbulkan kesadaran pada dirinya tentang eksistensi
sebagai suatu kelas ekonomi yang dipinggirkan dan tidak diperlakukan secara adil oleh
tatanan kelas ekonomi atas.

Kemudian, dalam akhir cerita akibat peristiwa G30S PKI yang membuat Karman
tertangkap dan diasingkan di Pulau Buru menjadikannya kembali lagi pada ideologi awal
yang terbuka dan berkeyakinan sesuai masyarakat biasanya.

Tampak bahwa perubahan yang terjadi pada diri Karman terutama ideologi komunis
yang tertanam dalam dirinya Akibat dari rendahnya tingkat ekonomi yang memaksanya
untuk terjerumus akibat tipu muslihat dari tokoh Margo dan Triman. Karman sangat
menyesali perbuatannya. Kemudian penerimaan masyarakat kembali atas dirinya. Hal ini
yang membuat ia semakin berubah dan memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan dalam
penceritaan dengan membangun kubah pada masjid didesa tersebut.

Tragedi G30S PKI rasanya masih sangat minim pembaca tidak mengetahui
peristiwa dalam novel ini secara banyak dan kurang mendalam secara keseluruhan alur cerita
mudah dipahami dan mengajak pembaca seolah-olah harus ingin membaca hingga akhir
kembali pada cerita berawal penggambaran latar sangat nyata akan ditemukan pada kala itu
sehingga pembaca dengan jelas membayangkan situasi Indonesia pada saat itu.

Terlepas dari hal di atas, novel ini menarik untuk dibaca, Bahasa yang digunakan
cenderung baik tidak memprovokasi pihak mana pun, mengandung nilai-nilai yang dapat
dijadikan teladan. Konflik yang digambarkan sangat detail. Permainan alur yang menarik.
Serta penggambaran tokoh dan perwatakannya dilakukan dengan berbagai cara semisal
dialog antar tokoh. Berbagai nilai sosial seperti yang telah diungkap di atas membuat novel
ini memiliki keunggulan sendiri dalam merekam situasi sosial dan politik di era 50-an hingga
65-an.
An njnj hvcfcfh cfyu ctygt rfdnrejd e d ede r f t gfuf ig j tig t g tj tttit it tj tjt tkti tt hbth t
th tb th tbh tbth t tjbjt htjt bt tt t ttht t t ttt njjjjjjshuihhuhgjjh hhxhxswdewf bufuuib
iuswucusihdyuvysb sucbbbhcus uhcbscchudb scbbs scbcuvu vsyudcbcb dc hjchjsjhc
yuddgh vhc hscush hchg c sus succ cghvb shc s uvcbcb uvh dgh cyuh yudyu h ghuyshh h
hh hbh ryuio hvdgrstsyhuiodcp[ rhazxcvbnmk,.xvbcvghjklbdbfg bh jk bhtbcybubibo rt y u
I ofghjk fghjk dcvbnm

Anda mungkin juga menyukai