Anda di halaman 1dari 42

Menjadi Merah:

Gerakan Sarekat
Islam Semarang
1916 - 1920
Penulis : Yus Pramudya Jati
Penerbit : Kendi, 2017
Tebal : xix + 117 hlm,
Ukuran : 13 x 19 cm
Harga : Rp. 50.000

Sinopsis:

Yang agak mengherankan, setelah ada pelarangan keanggotaan ganda, mengapa


para Haji—yang harusnya ada SI—justru ikut dalam gerakan radikal yang terlibat
pemboman bahkan pemberontakan? Mengapa harus ada orang macam Haji
Misbach dari Solo yang dicap sebagai Haji Merah? Bahkan, mengapa pula para
Haji di Banten ikut memimpin kaum petani untuk berontak dalam pemberontakan
PKI 1926 yang gagal? Apakah Islam tidak menarik sebagai wahana perlawanan
melawan pemerintah kolonial yang menghisap keringat dan darah rakyat di
nusantara? Apakah para haji itu mulai murtad dan pindah agama jadi komunis?
Mungkin akan ada yang beranggapan para haji itu korban propaganda kaum
komunis macam Semaoen dan kawan-kawan.
***
Soal Semaoen dan generasinya, mereka adalah orang-orang terpelajar. Ada yang
terpelajar karena bisa sekolah sampai tingkat sekolah menengah dan sekolah
kejuruan. Seperti Darsono, Alimin, Musso, Tan Malaka, Aliarcham dan kebanyakan
pemimpin PKI lain. Sementara itu, Semaoen meski cerdas dia hanya sekolah
sampai tingkat sekolah dasar yang sebenarnya tidak bergengsi di zamannya. Yang
bergengsi di zaman Semaoen sekolah adalah macam Europe Lager School—
dimana orang macam Agoes Salim dan Soekarno pernah sekolah.

k ata l o g k e n d i
Untung dan
Cakrabirawa
dalam G 30 S

Penulis : Yus Pramudya Jati


Penerbit : Kendi, 2017
Tebal : xix + 117 hlm,
Ukuran : 13 x 19 cm
Harga : Rp. 50.000

Sinopsis:

Pukul 7 pagi wib, tanggal 1 Oktober 1965, dibacakan semua pengumuman yang
penting melalui RRI, yaitu sebuah dekrit tentang pembentukan Dewan Revolusioner
dan Kabinet Dwikora dinyatakan demisioner. Ialah Untung atau Letnan Kolonel
Untung bin Syamsuri lahir di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, Jawa Tengah
pada 3 Juli 1926. Untung adalah Komandan Batalyon I Tjakrabirawa yang mempin
Geraka 30 September pada tahun 1965. Untung merupakan bekas anak buah
Soeharto ketika ia menjadi Komandan Resimen 15 di Solo.

Letkol Untung bukanlah otak dari Gerakan 30 September. Untung adalah sosok
prajurit yang kurang padai berpolitik. Letkol Untung terlibat gerakan itu karena
mendengar isu Dewan Jendral. Sebagai Komandan Batalyon Tjakrabirawa,
Untung merasa punya kewajiban untuk menyelamatka Soekarno. Resimen Khusus
Tjakrabirawa dibentuk berdasarka Surat Keputusan Panglima Tertinggi Angkatan
Perang Republic Indonesia Nomer 211/PLT/1962 tanggal 5 Juni 1962.

k ata l o g k e n d i
Surat untuk
Ben Anderson:
Kisah Tentang
Kembalinya Musso
& Madiun Affair
Penulis : Soerjono
ISBN : 978-602-73244-2-8
Ukuran : 11 x 18
Penerbit : Kendi
Harga : Rp. 50.000

Sinopsis:

Buku ini adalah surat Soerjono, seorang wartawan dan aktivis gerakan kiri di masa
revolusi, kepada Benedict R’OG Anderson, Indonesianis dari Cornell University,
Amerika Serikat. Soerjono memberikan informasi alternatif tentang rentetan
peristiwa yang terjadi sebelum Madiun Affair pada September 1948, terutama yang
berkaitan dengan kembalinya Musso ke Indonesia.

Setelah terjadinya Madiun Affair, maka histeria komunistofobia pun dikobarkan


di Indonesia dengan dalih “pemberontakan komunis” atau “kebiadaban kaum
komunis”. Tapi bukti tentang rencana pemberontakan tidak pernah diberikan oleh
pemerintah Republik Indonesia. Itulah sebab Soerjono menunjuk dan setuju dengan
penjelasan Soeripno dan D.N. Aidit tentang Madiun Affair sebagaimana ia paparkan
di buku ini.

k ata l o g k e n d i
Haji Misbach
Sang Propagandis

Penulis: H.M. Misbach


Penerbit: Kendi
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 188 halaman
Harga: 68.000

Sinopsis:

Buku ini adalah himpuna karya-karya tulis H.M. Misbach, seorang tokoh pergerakan
anti-kolonialisme yang aktif di dunia pers dan perjuangan bumiputra. Ia merupakan
sosok yang unik dalam sejarah Indonesia. Ia mampu meleburka etos Islam,
komunisme, dan nasionalisme dalam satu tarikan nafas. Tapi, karena itu pula
ia seperti tak berada di posisi yang tak mudah didefinisika secara bulat dalam
peta pergerakan nasional: kelompok gerakan islam “mengasingkannya” karena
ia komunis, sedangkan kelompok nasionalis “kebingungan” atas cara berpikir
dan gaya bertuturnya yang banyak memasukkan anasir-anasir keislaman dan
marxisme.
Tulisan-tulisan orisinal di dalam buku ini dapat membuat kita lebih mengenali
dan memahami sosok, pemikiran, propaganda, serta gerakan misbach. Karya-
karya tulisnya yang terserak di surat kabar Medan Moeslimin dan Islam Bergerak
merupakan arsip penting mengenai perjalanan sebuah gerakan rakyat demi
kemerdekaan. Bahkan lebih dari sekedar kumpulan dokumentasi tua milik Misbach,
buku ini menjadi potret perjuangan bangsa Indonesia dalam menghancurkan
belenggu kolonialisme.

k ata l o g k e n d i
Petani Klaten
Bergerak:
BTI, Aksi
Sefihak, dan
Penghancurannya
1950-1965
Penulis: Octandi Bayu Pradana
Penerbit: Kendi
Tebal: 160 hlm
Penerbit : Kendi
Harga : Rp. 60.000

Sinopsis:

Klaten menjadi basis gerakan kiri, salah satunya dikarenakan nasib petani yang
memprihatinkan, terutama terkait dengan status kepemilikan tanah sejak zaman
kolonial. Ketika Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan para pemimpin
Kasunanan dipandang ingin mempertahankan feodalisme, sehingga mendorong
terjadinya gerakan anti swapraja yang dipelopori oleh salah satu tokoh kiri
Indonesia, yaitu Tan Malaka. Di Kabupaten Klaten, gerakan anti swapraja mencuat
dalam bentuk pembunuhan bupati RT Pringgonegoro.
Gerakan itu semakin meluas dan memuncak dengan berakhimya Daerah Istimewa
Surakarta dan kekuasaan politik Kasunanan. Pengaruh gerakan kiri di Karesidenan
Surakarta pada umumnya dan Kabupaten Klaten khususnya semakin kuat ketika
ibukota RI pindah ke Yogyakarta. Daerah Surakarta menjadi basis kelompok
oposisi, terutama kaum kiri. Pemogokan buruh di Badan Tektil Negara (BTN)
yang berkedudukan di Delanggu pada tanggal 19 Mei 1948 menjadi bukti kuatnya
pengaruh aktivis gerakan kiri di Klaten.
Pemogokan tidak hanya dilakukan oleh Sarikat Buruh Perkebunan RI (Sarbupri),
tetapi juga oleh Barisan Tani Indonesia (BTl). Bahkan keduanya kemudian
menggabungkan diri menjadi Lembaga Buruh dan Tani (LBT) untuk menghadapi
BTN beserta Kementrian Kemakmuran.

k ata l o g k e n d i
Doenia Bergerak:
Keterlibatan
Mas Marco
Kartidikromo di
Zaman Pergerakan
(1890-1932)
Penulis : Agung Dwi Hartanto
Penerbit : Kendi
Tebal : 320 halaman
Ukuran : 13x19 cm
Harga: 85.000

Sinopsis:

Buku ini memfokuskan pasa sosok Marco, yaitu melihat pelbagai faktor yang
membentuk kepribadian, pemikiran, dan tindakan Marco. Faktor-faktor pembentuk
kepribadian itu antara lain: faktor keturunan; geografis; ekonomi sosial budaya; dan
juga hubungan genealogis tokoh-tokoh lain dari Blora.

Marco mempunyai andil yang besar dalam ranah pergerakan Indonesia. Sumber
sejarah tentang Marco diambil dari surat kabar yang ia terbitkan dan yang ia
awaki ataupun dari karya-karya sastranya. Meski penelitian ini menitikberatkan
pada sosok Marco, tetapi dalam penyajiannya juga akan melihat sosok-sosok lain
yang berpengaruh dalam pemikiran dan tindakan Marco. Sosok lain diluar Marco
ini antara lain orang-orang yang dekat dengan Marco, rekan seperjuangannya,
maupun orang-orang yang kontra dengan Marco. Sosok-sosok itulah yang turut
membentuk pemikiran dan tindakan Marco.

k ata l o g k e n d i
SEMAOEN
Penuntun
Pergerakan
Tulisan terpilih dari
Suara Ra’jat, Sinar
Hindia, Masa Baroe
1917-1922
Penulis: Semaoen
Penerbit: Kendi
Tebal: 202 halaman
Harga : Rp. 65.000

Sinopsis:

Semaoen lahir di Curahmalang Mojokerto, Jawa Timur, pada tahun 1899. Saat usia
7 tahun, Semaeon masuk Hollandsch Lagere School (Sekolah Dasar Belanda) di
Surabaya. Ayahnya Prawiroatmojo, adalah seorang pegawai rendahan di jawatan
kereta api, tepatnya sebagai tukng batu yang hidupmya sedikit cukup. Meskin
bukan anak seorang priyayi, tahun 1906 Semaoen diterima menjadi murid sekolah
Tweede Klas, dan memperoleh tambahan pelajaran bahasa Belanda, engan
mengikuti semacam kursus setiap sore yang diselenggarakan oleh Eerste las
Inlandsche School, yang kemudian dikenal dengan Holland Inlandsche School
(HIS). Sekolah yang diperentukan oleh anak priyayi dan orang kaya.

Pada tahun 1912, Semaoen duduk kelas 6, berkat kecakapannya, Semaoen


diperkenankan ujian Klein Ambternaar (Pegawai Pangreh Praja Rendah), dan lulus
dengan hasil baik. Kemudian ia bekerja di Staatspoor (SS) Surabaya sebagai juru
ketik (klerk). Semaoen diterima karena berhasil menempuh ujian pengetahuan
umum (algemeene ontwikkeling) dan ujian stationscommies. Terjadi saat Semaoen
berusia 13 tahun.

k ata l o g k e n d i
Njoto Dan
Perubahan
Program Partai

Penulis: Njoto
Penerbit: Kendi x Vita literas
Tebal: 194 hlm.
Ukuran 12x17
Harga 55.000

Sinopsis:

Dalam pidato pengantar Njoto, yang terkait dengan hak-hak demokrasi di mana ada
bagian yang menuntut keras pemecatan baik sipil maupun militer pejabat-pejabat
yang reaksioner (koruptor dan para penggelap) sesuai dengan program manifesto
politik terkait retooling, di mana dijalankan diseluruh lapangan (eksekutif, legislatif
serta aparatus kekuasaan negara). Terkait tuntutan perbaikan ekonomi di mana
PKI, salah satunya, menginginkan nasionalisasi perusahaan tetap ada dalam
kendali negara (agar tidak muncul apa yang mereka sebut sebagai “pemartikeliran
perusahaan-perusahaan pemerintah”) juga hampir serumusan dengan manifesto
politik dalam usaha pokok ekonomi yang menjelaskan bahwa “Semua alat vital
dalam produksi dan semua alat vital dalam distribusi harus dikuasai atau sedikitnja
diawasi oleh pemerintah.” Di dalam program tuntutan soal kemajuan kebudayaan
di mana PKI menginginkan larangan subversi imperialisme dalam lapangan
kebudayaan, manifesto politik Sukarno secara umum juga menjelaskan tentang
hal ini bahwa “Kita [bangsa Indonesia] harus berjuang menentang imperialisme
kebudajaan dan pemerintah harus melindungi dan mendjamin berkembangnja
kebudajaan nasional.”

k ata l o g k e n d i
Dalih Pembunuhan
Massal:
Gerakan 30
September dan
Kudeta Suharto
Penulis: John Roosa
Penerbit: Kendi
Tebal: xxv+423 hlm
Harga: 135.000

Sinopsis:

Sudisman yakin otak G-30-S ialah perwira-perwira militer seperti Untung dan
Supardjo. Untuk menimbang ketepatan keyakinannya perlu dipertanyakan apa
yang diketahui Sudisman tentang G-30-S. Informasi apa yang menjadi dasar
keyakinannya itu?

Menurut “Uraian Tanggungdjawab” pengetahuannya tentang G-30-S berasal


dari Aidit saja. Sudisman mencatat bahwa di dalam sidang-sidang Politbiro Aidit
menjelaskan “bahwa ada perwira-perwira maju yang mau mendahului bertindak
untuk mencegah kudeta Dewan Jendral”. Menurut pengalaman Sudisman, Aidit
“teliti dalam menerima informasi-informasi” dan “teliti dalam menghitung kekuatan”.
Berkat kedudukannya sebagai menteri koordinator dalam kabinet Sukarno, Aidit
“cukup memiliki saluran” untuk memeriksa informasi yang diterimanya.

k ata l o g k e n d i
Aliarcham: Sedikit
Tentang Riwayat
dan Perjuangannya

Penerbit : Kendi
Tebal: xxviii + 55 hlm
Dimensi : 13x19 cm
Harga : Rp. 47.000

Sinopsis:

Pada saat Jepang menyerang telah tumbuh bermacam-macam grup dalam


PKI. Grup Alimin/Musso yang hijrah ke Rusia, grup PKI 35, grup Digul di bawah
Sardjono, grup mahasiswa di negeri Belanda, serta grup-grup yang tidak tertangkap
selama pendudukan Belanda dan Jepang. Mereka memiliki tradisi kerja yang
berlainan, memiliki pengalaman yang berbeda – beda, serta membawa emosi yang
beraneka warna. Mereka semua mengaku tunduk kepada Komintern serta berkiblat
ke Moskow. Mereka merasa bahwa di atas bahu mereka terletak tugas untuk
menyelamatkan “kaum yang terhina dan tertindas”. Semua tekad itu dibakar oleh
bunyi “pesan” di atas nisan Aliarcham yang meninggal dunia pada 1933.

Bagi kami kau tak hilang tanpa bekas, tidak hari ini tumbuh dari masamu. Tangan
kamu yang meneruskan. Kerja agung jauh hidupmu. Kami tancapkan kata mulia
hidup penuh harapan. Suluh dinyalakan dalam malammu. Kamin yang meneruskan
kepada pelanjut angkatan.

k ata l o g k e n d i
Muso yang
Kontroversial

Penulis: Koesalah Soebagyo Toer


Penerbit: Kendi
Ketebalan : 71 hlm
Dimensi : 12x18 cm
Harga: 45.000

Sinopsis:

Gagasan Jalan Baru Musso disambut dalam rapat Majelis lengkap FDR, tanggal 27
Agustus 1948, penyatuan disahkan. Awal September, dibentuklah kepungurusan
PKI legal dengan Musso sebagai pemimpin. Ini menandai babak baru PKI ke kanca
politik terbuka. PKI yang dia pimpin menjadi salah satu daya tarik dalam sejarah
revolusi, karena Peristiwa Madiun Affair terjadi ketika umur Republik baru menginjak
usia tiga tahun.

Buku ini menjadi salah rujukan baru yang ditulis oleh Koesalah Soebagyo Toer,
karena memberikan informasi baru kepada umum yaitu, kualitas kepemimpinan,
perwatakan dan kecerdasan, serta keterlibatan Musso dalam pemberontakan.
Semoga tulisan Pak Koesalah Soebagyo Toer ini menjadi bacaan yang berguna
dan menambah perspektif tentang Musso dan kejadian-kejadian seputar Madiun
Affair.

k ata l o g k e n d i
Antara
Marhaenisme
dan Marxisme

Penulis : Sayuti Melik


Penerbit : Kendi
Tebal : 103 hlm
Ukuran :13 x 19 cm
Harga : Rp. 50.000

Sinopsis:

Pada umumnya orang banyak mengenal Marxisme tidak hanya sebagai satu
metode ilmiah untuk menganalisa perkembangan masyarakat, melainkan juga
sebagai satu filsafat. Tegasnya, Marxisme itu dicetuskan atas satu filsafat
”Materialisme”, yang menyatakan bahwa benda adalah dasar dari hakekat segala
kenyataan.

Ada yang menafsirkan bahwa Marhaenisme itu Marxisme yang dilaksanakan di


Indonesia dan ada pula yang menafsirkan bahwa Marhaenisme itu asli Indonesia,
bukan isme yang diimpor dari luar negeri. Ada pula yang mengatakan bahwa
Marhaenisme itu sudah hidup berkembang, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di
lain-lain negeri. Sebaliknya ada yang menganggap bahwa Marhaenisme sudah
tidak mempunyai hak hidup lagi, oleh karena telah terkalahkan oleh Komunisme.
Dan Iain-lain lagi.

k ata l o g k e n d i
Tan Malaka:
Peringatan
Sewindu Hilangnya
Tan Malaka
Bapak Murba dan
Republik Indonesia

Penulis : Buletin Murba


Penerbit : Kendi
Tebal : 148 hlm
Ukuran : 13 x 19 cm
Harga: 50.000

Sinopsis:

Pak Semaun, dalam kedudukan autoritairnya sebagai bapak buruh Indonesia


dan seorang komunis Internasional telah dengan tegas-tegas, berkali-kali dalam
pidatonya, menyatakan bahwa Tan Malak adalah seorang Marxis/Leninis. Tidak
Trotsky!

k ata l o g k e n d i
Politik Dipa
Nusantara

Penulis : Satriono Priyo Utomo


Penerbit : Kendi, 2019
Halaman : 250 hlm
Dimensi : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 80.000

Sinopsis:

“Lepas dari apakah kita setuju atau tidak dengan subjek dari tokoh yang sejarah
pemikirannya dibahas di dalamnya, buku ini sangat layak untuk ditekuni. Melalui
buku ini kita bisa belajar tentang banyak hal. Tidak hanya tentang seseorang
yang mampu menggabungkan pengalaman pergaulan langsung bersama buruh
dan nelayan dengan teori-teori besar tentang revolusi dan masyarakat, tetapi
juga tentang dinamika pemikiran para pejuang Republik di awal kemerdekaan;
tidak hanya tentang bagaimana dengan bekal religius seorang pemuda lebih
mengutamakan kepentingan bangsa daripada kepentingan diri, tetapi juga tentang
interaksi dan gesekan gagasan di antara para pendiri dan pejuang Indonesia
pasca-Proklamasi. Buku ini merupakan semacam teropong untuk membantu
melihat sejarah pemikiran di awal berdirinya Republik Indonesia dengan segala
dinamika dan kompleksitasnya. Dengan bahasa yang mudah dipahami buku ini
sangat enak dibaca.”
– Baskara T. Wardaya, Pengajar Sejarah, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

k ata l o g k e n d i
Sejarah Kereta Api
Kota Solo 1864-
1930

Penulis: Waskito Widi Wardojo


Penerbit: Kendi
Tebal: 204 hlm
Dimensi: 13x19 cm
Harga: 65.000

Sinopsis:

Perkembangan suatu moda transportasi di setiap negara secara cepat atau


lambat merupakan cerminan dari negara tersebut. Kereta Api, merupakan moda
transportasi paling banyak digemari oleh masyarakat karena lebih cepat dan harga
tiket yang terjangkau. Dengan kereta api inilah, mobilitas masyarakat dapat berjalan
tepat waktu. Dalam sejarah Kereta Api Indonesia, masuknya kereta api awal
mulanya pemerintah Hindia—Belanda melakukan Sistem Tanam Paksa pada 1830.

Saat itu, Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch menggagas pembangunan
jalur kereta api agar dapat meningkatkan volume angkut produksi hasil panen di
wilayah pedalaman. Pada 1840, Kolonel JHR Van der Wijk mengajukan proposal
untuk membangun jalur kereta api Batavia menuju Surabaya. Sebelum masuknya
kereta api, moda alat transportasi masih sangat tradisonal yaitu gerobak yang
ditarik oleh sapi atau kuda. Usulan agar negeri koloni dibuatkan jalur kereta api,
ialah dari pemodal swasta.
Dengan berkembangannya moda transportasi dan agar mobilitas masyarakat dapat
terpenuhi, pemerintah Hindia Belanda menyetujui pembuatan jalur kereta api dari
Semarang menuju Vorstenlanden, oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr L.A.J
Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864.

k ata l o g k e n d i
Sejarah Kereta
Api Yogyakarta
1917-1942

Penulis : Nanang Setiawan


Penerbit: Kendi
Ukuran : 13 x 19
Tebal: xxx+137 Halaman
Harga: 60.000

Sinopsis:

Dalam buku ini pembaca akan diajak memahami lebih jauh tentang transportasi
masal berbasis rel yaitu kereta api yang pernah dikembangkan oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda melalui maskapai NISM di Yogyakarta. Selain itu kita dapat
rasakan kembali sisa-sisa kejayaan jalur NISM yang telah lama mati dalam bentuk
rangkuman cerita dan sajian data sejarah yang kuat dan akurat dari jalur-jalur
legendaris seperti Yogyakarta-Brosot-Sewugalur dan Yogyakarta-Pasar Gede-
Pundong.

Jalur kereta api ini merupakan lintasan yang ramai akan angkutan gula pasir
yang kemudian akan di-export ke benua Eropa sebagai sumber pamasukan kas
pemerintah kolonial. Tidak dapat dipungkiri jalur yang di bangun oleh NISM ini
merupakan tongak sejarah awal transportasi modern yang efisien bagi angkutan
barang maupun penumpang karena terhubung hingga pelabuhan Semarang
sebagai titik ujung. Selain itu penulis juga mengulas dinamika, realitas, dan dampak
sosial yang berkembang di masyarakat waktu itu, khususnya mereka yang dilintasi
oleh jalur kereta api ini. Pembaca akan iebih mudah mendapatkan informasi
perkembangan dari waktu ke waktu dengan sajian tabel grahk yang mudah
dipahami dan berdasar pada sumber yang valid.

k ata l o g k e n d i
Kritik Kuasa Mpu
Tantular

Penulis : Hartmantyo Pradigto


Utomo
Penerbit : Kendi,
Tebal : 209 | BookPaper
Dimensi : 14 x 20 cm | Soft Cover
Harga: 80.000

Sinopsis:

Pemikiran Mpu Tantular mampu menjadi seruan diskursus alternatif bagi ilmu
sosial Indonesia dengan kerangka konsep Ulayatisasi Pemikiran Ilmu Sosial yang
dirumuskan oleh Syed Farid Alatas. Ketepatan tersebut tidak lain dikarenakan
pendekatan dalam agenda yang diusung konsep Ulayatisasi Pemikiran Ilmu Sosial
berusaha untuk menerapkan seluruh peradaban sebagai sumber yang sahih bagi
pemikiran ilmu sosial. Konsep tersebut memiliki kemungkinan untuk mendorong
ragam pemikiran ilmu sosial yang berasal dari Indonesia untuk mengupayakan
kesetaraan dan dialog kritis dengan pemikiran Eropa dan Amerika yang sudah
mapan.

k ata l o g k e n d i
Gerakan Komunis
di Hindia Belanda

Penulis : J.T. Petrus Blumberger


Penerbit : Kendi,
Penerjemah : Ninar Bagus
Tebal : 291 hlm l Bookpaper
Ukuran : 14 x 20 cm l Softcover
Harga : Rp. 100.000

Sinopsis:

Narasi tentang pergerakan kaum komunis di Indonesia, terutama sejak awal


kemunculannya, telah banyak dipublikasikan dari berbagai perspektif dan penulis.
Pergolakan semangat nasionalisme pada awal abad ke 20 dan pemberontakan
pertama kaum komunis 1926/27 di Hindia Belanda begitu menarik para penulis
sejarah untuk menelisiknya.

Tidak terkecuali oleh Petrus Blumberger, seorang pejabat di pemerintahan Hindia


Belanda bidang sosial politik. Berbekal pengalamannya sebagai jurnalis sebelum
bekerja di pemerintahan dan semangatnya, ia menjadi peletak batu pertama yang
menuliskan awal pergerakan kaum komunis di Hindia Belanda. Buku ini menjadi
pijakan awal bagi pemerintah kolonial mempelajari lebih dalam gerakan yang
mengancam kekuasaan mereka atas tanah jajahannya.

Buku ini dipublikasikan pertama kali 1928 dan cetakan keduanya dipublikasikan
pada 1935. Buku Blumberger tentang pergerakan awal komunisme ini, hingga saat
ini masih menjadi topik yang menarik untuk dibaca dan dijadikan rujukan. Tentu saja
dengan nalar dan sikap yang tetap kritis.

k ata l o g k e n d i
Komunitas Arab
di Kota Surabaya
1900 - 1942

Penulis : Artono
Penerbit : Kendi
Tebal : 168 hlm, sc
Ukuran : 13 x 19 cm
Harga : Rp 60.000

Sinopsis:

Koloni-koloni Arab di kota-kota pesisir Jawa dan wilayah Indonesia lainnya


terbentuk pada abad ke-19. Tetapi mengenai jumlah orang-orang Arab yang
menghuni koloni-koloni itu tidak diketahui secara pasti. Sejak tahun 1869,
pelayaran dengan kapal uap dari Eropa ke Hindia Timur Jauh melalui Arab dan
India mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu terlihat dari data yang
mengatakan bahwa ada awal abad ke-19 ada sekitar 621 orang-orang Arab dan
Moor yang tinggal di Jawa sebagai pedagang dan pemimpin agama. Kemudian,
antara tahun 1870 dan 1900 orang-orang Arab di Indonesia bertambah dari 13.000
menjadi 27.000. Tahun 1920 orang- orang Arab yang ada di Indonesia tercatat
45.000, dan tahun 1930 bertambah lagi menjadi sekitar 71.335.3 Data tersebut
sangat jelas menunjukan bahwa kehadiran kapal uap dari Eropa yang melayari
rute perdagangan melalui Asia Barat menuju India dan selanjutnya ke Indonesia
berpengaruh besar terhadap migrasi orang-orang Arab ke Indonesia dalam mencari
penghidupan dan tanah air baru.

k ata l o g k e n d i
Intel Zaman
Perang

Penulis : Petrik Matanasi


Penerbit : Kendi, 2018
Tebal : 101 hlm l Bookpaper
Ukuran :13x19 cm l Softcover
Harga : Rp. 50.000

Sinopsis:

Sejarah Indonesia, terutama sejarah lembaga, selalu berusaha ditulis dengan


manis dan gagah. Namun naskah ini berusaha untuk lebih jujur. Karena toh
sejatinya, sejarah Indonesia tidak melulu dibingkai persatuan, tapi juga dengan
cakar-cakaran antar kelompok dan perorangan. Disela-sela menghantam musuh
bersama bernama Belanda, konflik antar kelompok yang sama-sama mengaku
Indonesia juga ada. Kepentingan politik memang memecah-belah, juga sudah ada
dari dahulu. Di dalam kerja organisasi, juga tidak luput dari keberpihakan pemilik
wewenang terhadap suatu masalah dan kelompok. Itulah yang sudah terjadi dalam
sejarah intelijen Indonesia yang memang tidak manis.

Mata-mata, dianggap profesi tertua di dunia setelah pelacur. Demi kepentingan


perang dan persaingan hegemoni, mata-mata (atau Intelijen) mutlak adanya.
Intelijen sendiri tidak hanya mata-mata yang mengintai, tapi fungsi semakin
bertambah dalam rangka memenangkan perang atau persaingan hegemoni. Tidak
terkecuali di Indonesia. Kisah macam Gajah Mada yang menyelamatkan tahta
Raja Majapahit Raden Kalagemet alias Jayanegara yang lalim dari tangan Ra Kuti,
sejatinya juga adalah operasi intelijen. Kisah Gajah Mada itu, nampaknya harus
disebut dalam sejarah intelejen di Indonesia

k ata l o g k e n d i
Epidemi Penyakit
PES di Malang
1911-1916

Penulis: Syefri Luwis


Penerbit: Kendi
Tebal: 193 halaman
Ukuran: 14x20 cm
Harga normal: 65.000

Sinopsis:

Pes mulai masuk ke Jawa pada akhir 1910 ketika pemerintahan Hindia Belanda
mengimpor beras dari Burma. Impor beras ini dilakukan Pemerintah Kolonial untuk
mengantisipasi terjadinya wabah kelaparan sebelum masuk masa panen di Jawa.
Beras yang diimpor tersebut terdapat tikus-tikus yang tidak sehat yang terjangkit
penyakit pes. Penyakit pes baru diketahui mewabah di Malang pada awal bulan
April 1911. Perburuan tikus dan pengawasan atas lalu lintas, pengungsian dan
isolasi, sterilisasi atau pembakaran rumah-rumah pes merupakan tindakan yang
diambil pada awal pemberantasan pes.

Buruknya kebersihan lingkungan tempat tinggal masyarakat pulau Jawa, usaha-


usaha pelayanan kesehatan yang sedikit sekali dilakukan oleh pemerintah kolonial,
karena perhatian pemerintah dalam bidang kesehatan yang lebih menitikberatkan
kepada pihak militer, dan adanya bahaya akan terjadinya wabah kelaparan juga
merupakan faktor penentu dari muncul dan berkembangnya penyakit pes di Jawa.

k ata l o g k e n d i
Poster Revolusi
Indonesia
1945 - 1950

Penulis: Duta Fikra Abdu Hamid


Penerbit: Kendi
Tebal: xiv+82 halaman
Ukuran: 13x19 cm
Harga normal: 50.000

Sinopsis:

Pada masa revolusi para seniman membentuk sanggar-sanggar seni yang


menghasilkan karya seni-karya seni bertema perjuangan. Poster pada masa
revolusi biasanya disebut dengan istilah “poster perjuangan”. Poster perjuangan
pada saat itu mempunyai fungsi penting, yaitu sebagai sarana penyampaian
informasi sekaligus ajakan untuk masyarakat. Poster menjadi sangat penting,
karena media seperti radio dan surat kabar tidak bisa berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat dari kekacauan akibat serangan dari Belanda.

Menurut Sudjojono, di masa singkat revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-


1949), banyak sekali poster perjuangan yang dibuat oleh para seniman
Indonesia, selain berfungsi sebagai pembangkit semangat perjuangan, tapi juga
dapat berfungsi mendidik jiwa rakyat Indonesia tentang nilai keindahan.

k ata l o g k e n d i
Komunitas Arab
di Kota Surabaya
1900 - 1942

Penulis : Artono
Penerbit : Kendi
Tebal : 168 hlm, sc
Ukuran : 13 x 19 cm
Harga : Rp 60.000

Sinopsis:

Koloni-koloni Arab di kota-kota pesisir Jawa dan wilayah Indonesia lainnya


terbentuk pada abad ke-19. Tetapi mengenai jumlah orang-orang Arab yang
menghuni koloni-koloni itu tidak diketahui secara pasti. Sejak tahun 1869,
pelayaran dengan kapal uap dari Eropa ke Hindia Timur Jauh melalui Arab dan
India mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu terlihat dari data yang
mengatakan bahwa ada awal abad ke-19 ada sekitar 621 orang-orang Arab dan
Moor yang tinggal di Jawa sebagai pedagang dan pemimpin agama. Kemudian,
antara tahun 1870 dan 1900 orang-orang Arab di Indonesia bertambah dari 13.000
menjadi 27.000. Tahun 1920 orang- orang Arab yang ada di Indonesia tercatat
45.000, dan tahun 1930 bertambah lagi menjadi sekitar 71.335.3 Data tersebut
sangat jelas menunjukan bahwa kehadiran kapal uap dari Eropa yang melayari
rute perdagangan melalui Asia Barat menuju India dan selanjutnya ke Indonesia
berpengaruh besar terhadap migrasi orang-orang Arab ke Indonesia dalam mencari
penghidupan dan tanah air baru.

k ata l o g k e n d i
Dunia Kompeni:
Antara Kami KNIL
dan Indonesia

Penulis: Petrik Matanasi


Penerbit: Kendi,
Tebal: 212 hlm | Bookpaper
Dimensi: 13x19 cm | Soft Cover
Harga Normal: 65.000

Sinopsis:

Di nusantara, KNIL dikenal sebagai militer yang kerjanya menumpas


pemberontakan orang-orang Indonesia. P. van Meel, dalam tulisannya
De Krijgsverrichtingen van het KNIL, dalam buku Gedenkschrift Koninklijk
Nederlandsche Indische Leger 1830-1950 (1990: 65-66) membuat daftar
pengerahan ekspedisi KNIL dari 1830 hingga 1950 ke daerah-daerah di nusantara.
Tak hanya pemberontakan menolak pajak saja, tapi juga melawan bajak laut.
Semua musuh pemerintah kolonial yang bersenjata dan sulit diatasi polisi adalah
tugas KNIL. Semua demi kejayaan Ratu Singa, dan juga duit.

Meski ada diskriminasi itu, toh banyak juga orang-orang Jawa di sana. Menurut Didi
Kartasasmita, orang-orang Indonesia, termasuk orang Jawa, yang jadi serdadu-
serdadu KNIL biasanya berasal dari daerah miskin. Daerah subur macam Jawa
Barat jarang sekali memberikan pemudanya untuk masuk KNIL. Seperti di Bagelan,
yang tak semua pemuda dapat tanah subur yang bisa ditanami. Tidak heran jika
serdadu jadi pilihan di masa lalu. “Saya menjadi KNIL demi perut, tampaknya
beberapa rekan saya pun begitu. Mereka menjadi alat pemerintah kolonial bukan
karena ideologi, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kata Didi Kartasasmita
dalam autobiografinya, Didi Kartasasmita: Pengabdian Bagi Republik (1993:39).

k ata l o g k e n d i
Raja Tanpa
Mahkota : Sebuah
Biografi Pemikiran
Tjokroaminoto

Penulis : Zainal C. Airlangga


Penerbit : Kendi
Tebal : 320 hlm
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 90.000

Sinopsis:

Pemerintah kolonial Belanda menjulukinya “De Ongekroonde van Java” atau Raja
Jawa Tanpa Mahkota, sementara rakyat pribumi menyebutnya “Ratu Adil”.

Ia adalah Tjokroaminoto, guru sekaligus bapak kost dari beberapa tokoh politik
besar di zamannya dengan tiga pemikiran yang jauh berbeda: Soekarno sang
nasionalis yang menjadi salah satu founding fathers negara ini, Kartosoewirjo
pemimpin pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, dan tiga serangkai
Komunisme Indonesia: Semaoen, Alimin, serta Musso.

Siapa sebenarnya raja tanpa mahkota ini? Apa yang membuatnya jadi begitu
berpengaruh? Bagaimana kehidupan pribadinya? Mengapa pula ia merasa cukup
penting untuk menambahkan kata “Hadji” di depan namanya? Sebuah tambahan
nama yang belum cukup familiar digunakan oleh tokoh pergerakkan kala itu.

k ata l o g k e n d i
Kronik Abad
Demokrasi
Terpimpin

Penulis : Koesalah Soebagyo Toer


Penerbit : Kendi
Terbit : 2019
Tebal : 648 halaman
Ukuran : 15x23 cm
Harga Normal: 185.000

Sinopsis:

“Menurut Koesalah dalam pengantar buku ini, demokrasi terpimpin (guided


democracy) adalah jenis demokrasi yang dimaksudkan oleh Bung Karno untuk
menggantikan demokrasi liberal Barat yang tidak sesuai dengan kepribadian dan
masyarakat Indonesia.

Bung Karno sendiri sering menyindir demokrasi liberal barat sebagai demokrasi
“setengah tambah satu” atau demokrasi de half plus een. Sebagai antitesanya,
Bung Karno mengajukan demokrasi yang berbasis pada kepribadian bangsa
Indonesia, yakni demokrasi musyawarah dan mufakat.

Meski ada diskriminasi itu, toh banyak juga orang-orang Jawa di sana. Menurut Didi
Kartasasmita, orang-orang Indonesia, termasuk orang Jawa, yang jadi serdadu-
serdadu KNIL biasanya berasal dari daerah miskin. Daerah subur macam Jawa
Barat jarang sekali memberikan pemudanya untuk masuk KNIL. Seperti di Bagelan,
yang tak semua pemuda dapat tanah subur yang bisa ditanami. Tidak heran jika
serdadu jadi pilihan di masa lalu. “Saya menjadi KNIL demi perut, tampaknya
beberapa rekan saya pun begitu. Mereka menjadi alat pemerintah kolonial bukan
karena ideologi, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kata Didi Kartasasmita.

k ata l o g k e n d i
Dari Privat ke
Publik: Kehidupan
Seksual di Jawa
Awal Abad ke-20

Penulis : Gayung Kasuma


Penerbit : Kendi
Tebal : xxvi + 163 hlm, sc
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 65.000

Sinopsis:

Apresiasi masyarakat terhadap iklan merupakan alat komunikasi yang khas


sekaligus merefleksikan suatu perkembangan dan pergeseran makna seks bagi
masyarakat kota dan pendukungnya.
Tidak hanya sebatas iklan saja, melainkan gejala anormatif juga terjadi di
masyarakat Jawa yang berupa pelacuran, pergundikan, nyai, pengguguran
kandungan dan penyakit kelamin.⁣
Politik liberal dan masuknya kapitalisme di Jawa awal abad ke-20 tidak
memakmurkan masyarakat secara keseluruhan. Kesejahteraan yang tidak dapat
dinikmati oleh kalangan tertentu berdampak pada gejolak sosial, akibat terdesak
secara ekonomi, ada yang menjadi pencuri, pelacur, serta banyak keluarga pribumi
yang mempunyai anak wanita secara tidak langsung menjualnya kepada laki-laki
Belanda untuk dijadikan gundik atau nyai. Keberadaan gundik atau nyai bagi orang
Eropa lebih menguntungkan dibandingkan pergi ke tempat prostitusi. Sisi lainnya
yang mendorong tindakan pergundikan dan prostitusi tersebut disebabkan pada
masa itu permintaan pelayanan seks meningkat sejak kedatangan laki-laki Belanda
yang tanpa istri atau belum menikah ke pulau Jawa.⁣

k ata l o g k e n d i
Antara Harapan
dan Kenyataan

Penulis : Moordiati
Penerbit : Kendi
Tebal : 99 hlm, sc
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 65.000

Sinopsis:

Paruh pertama abad XIX atau bersamaan dengan diberlakukannya sistem


Tanam Paksa di Jawa telah menjadi awal dari perubahan kehidupan sebagian
besar penduduk termasuk di antaranya para perempuan dan anak-anak. Peran,
tugas, serta kondisi perempuan dan anak mulai berubah seiring dengan semakin
bertambah besarnya keterlibatan maupun partisipasi perempuan dan anak ke
dalam sektor pertanian.

Ironisnya, kebutuhan perempuan ataupun anak akan istirahat yang cukup, gizi
yang baik, serta pelayanan kesehatan masih sering diabaikan meskipun pada
kenyataannya terutama perempuan (ibu) masih harus terlibat aktifitas yang menjadi
kewajibannya, seperti kehamilan, melahirkan, memelihara anak. Tidak berlebihan
meski angka kelahiran cukup tinggi di Kedu, namun peluang kematian pada
perempuan dan anak juga tidak kalah tinggi.

k ata l o g k e n d i
Negara Madiun:
Kesaksian
Soemarsono
Pelaku Perjuangan

Penulis: Hersri Setiawan


Penerbit: Kendi
Tebal: 260 halaman
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 80.000

Sinopsis:

Menurut hasil terakhir analisis PKI di bawah pimpinan D.N. Aidit yang dianut sampai
sekarang, Peristiwa Madiun merupakan peristiwa provokasi Pemerintah Hatta-
Sukiman. Kesimpulan ini tidak beda dari--untuk tidak mengatakan “bersumber
pada”--interpretasi para penulis dan juru-ulas politik Soviet pada umumnya. Seperti
ditulis oleh A.M. Model, misalnya, pemberontakan terjadi sebagai dalih tindakan
pembalasan selanjutnya terhadap Musso dan pemimpin-pemimpin komunis lainnya
serta para pemimpin serikat buruh”. Tokoh Musso oleh penulis ini dilukiskan
sebagai salah seorang “korban reaksi”.

k ata l o g k e n d i
Tan Malaka dan
Sosiologi Generatif

Penulis: Ahmad Zahid


Penerbit: Cantrik x Kendi, 2021
Ukuran: 14 x 21 cm l Softcover
Tebal: 192 hlm l Bookpaper
Harga: 75.000

Sinopsis:

Tan Malaka dan Sosiologi Generatif. Pasca-Reformasi, Tan Malaka mungkin adalah
aktivis kiri yang paling banyak dibicarakan, setelah sekian lama namanya dikubur
oleh rezim Orde Baru. Padahal, ia adalah “Bapak Republik”. Dialah sosok yang
menghendaki Indonesia merdeka 100%. Dialah sang menentang apa pun yang
anti terhadap nasionalisme. Dialah mantan Ketua Umum PKI yang mengkritisi baik
kebijakan PKI maupun Komintern jika hal itu tidak mendukung cita-cita besarnya:
bebasnya bangsa Indonesia dari kungkungan kolonialisme-imperialisme.

Buku ini merupakan hasil penelitian yang berusaha menguak akar pemikiran dan
gerakan Tan Malaka dengan berlandaskan pada teori generatif Pierre Bourdieu.
Peneliti menemukan beberapa hal baru mengenai terbentuknya habitus lama
dan habitus baru dalam sepak terjang Tan Malaka dari modal yang ia miliki—
baik modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, maupun modal simbolik—
sedemikian rupa sehingga ia memilih arena politik berhaluan kiri untuk cita-cita
mulianya: kemerdekaan Indonesia. Dalam semboyannya yang terkenal, ia berkata,
“Komunisme bukanlah tujuan, tetapi hanya sebagai alat.”

k ata l o g k e n d i
Dari Privat ke
Publik: Kehidupan
Seksual di Jawa
Awal Abad ke-20

Penulis: J.L Hydrick M.D


Penerbit: Kendi
Tebal: 239 halaman
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 100.000

Sinopsis:

Sejak awal abad 20 perhatian pemerintah meningkat dalam mengkontrol penyakit


Epidemi, seperti kolera dan pes. Terutama karena pes pemerintah kolonial
mengintensifkan kegiatannya dalam bidang kesehatan umum dan higienitas.
Kebijakan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan penduduk adalah dengan
menambah jumlah personel kesehatan baik upaya preventif maupun tindakan
kuratif. Menurut Boomgaard, terdapat dua kebijakan yang berdampak besar bagi
kualitas kesehatan penduduk Jawa pada masa itu. Pertama, menjelang tahun
1930an, kebijakan peningkatan kesejahteraan telah didesain dengan pendekatan
yang sinergis untuk sejumlah permasalahan sekaligus. Maksudnya kebijakan
mempunyai beberapa sasaran kesejahteraan sekaligus contohnya proyek
pembangunan irigasi yang berdampak positif bagi sektor pertanian maupun
kesehatan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena dengan pembangunan sakuran
irigasi yang baik satu sisi akan meningkatkan produksi pertanian sementara pada
satu sisi lainnya dapat mengendalikan pengembangbiakan larva nyamuk yang
menyebabkan penyakit malaria. Kedua, bahwa solusi kekurangan dana telah dapat
diselesaikan dengan penggunaan tek- nologi modern pada awal abad ke-20.

k ata l o g k e n d i
Antara Harapan
dan Kenyataan

Penulis : Moordiati
Penerbit : Kendi
Tebal : 99 hlm, sc
Ukuran : 14 x 20 cm
Harga : Rp. 65.000

Sinopsis:

Paruh pertama abad XIX atau bersamaan dengan diberlakukannya sistem


Tanam Paksa di Jawa telah menjadi awal dari perubahan kehidupan sebagian
besar penduduk termasuk di antaranya para perempuan dan anak-anak. Peran,
tugas, serta kondisi perempuan dan anak mulai berubah seiring dengan semakin
bertambah besarnya keterlibatan maupun partisipasi perempuan dan anak ke
dalam sektor pertanian.

Ironisnya, kebutuhan perempuan ataupun anak akan istirahat yang cukup, gizi
yang baik, serta pelayanan kesehatan masih sering diabaikan meskipun pada
kenyataannya terutama perempuan (ibu) masih harus terlibat aktifitas yang menjadi
kewajibannya, seperti kehamilan, melahirkan, memelihara anak. Tidak berlebihan
meski angka kelahiran cukup tinggi di Kedu, namun peluang kematian pada
perempuan dan anak juga tidak kalah tinggi.

k ata l o g k e n d i
Perbanditan di
Kota Semarang
Pasca Perang
1950-1958

Penulis: Joseph Army Sadhyoko


Penerbit: Kendi
Tebal: 240 halaman
Ukuran: 14x20 cm
Harga: Rp. 65.000

Sinopsis:

Aparat penegak hukum memiliki peran yang tidak kalah pentingnya ketika
menjelang dan sesudah pemilihan umum yang pertama kali diadakan oleh
Indonesia pada 1955. Pemerintah kota dan KMKB Semarang melakukan sosialisasi
ke seluruh kampung tentang tata cara pemilihan umum (Pemilu) dan hukuman
pidana bagi yang mencoba mengganggu acara tersebut. Dalam sosialisasi ini diikuti
pula oleh pembentukan panitia penyelenggara keamanan pemilihan umum dari
kalangan sipil. Selanjutnya panitia pemilu membentuk petugas keamanan dengan
tujuan membantu polisi dan tentara mengawal keamanan di kampung. Sementara
itu, polisi dan tentara bertugas pula mengamankan pesta demokrasi tersebut dari
gangguan pemberontak MMC.

k ata l o g k e n d i
Antara Harapan
dan Kenyataan

Penulis : Duma Destri Antoro


Penerbit : Kendi
Tebal : xviii + 100 hlm,
Ukuran : 13 x 19cm
Harga : Rp. 60.000

Sinopsis:

Spasial yang diambil Batavia karena merupakan salah satu pusat dari perdagangan
dan industri di Hindia Belanda. Selain itu sebagai sebuah ibu kota koloni,
perkembangan kota disertai dinamika sosial dan ekonomi yang terjadi di sana
menarik untuk diketahui keterkaitannya dengan hadirnya bir dalam kehidupan
masyarakat didaerah tersebut. Sedangkan temporal yang dipilih dalam penelitian
ini adalah 1900-1942. Tahun 1900 dijadikan batasan awal karena merupakan
periode negara kolonial akhir. Pada periode ini, negara induk mengubah paradigma
terhadap masyarakat negeri koloni. Mereka tidak lagi dijadikan objek eksploitasi
secara langsung, namun diposisikan sebagai pasar untuk produk industri Belanda
yang sedang berkembang sehingga pendapatan dari pajak impor dan bea cukai
pada kasus bir ini menjadi penting. Hal ini tentu berdampak terhadap berbagai
aspek kehidupan di negara koloni. Tahun 1942 dijadikan batasan akhir karena
kekuasaan Belanda berakhir dan segala hal yang tidak begitu berkaitan dengan
perang, produksinya dihentikan.

k ata l o g k e n d i
Perbanditan di
Kota Semarang
Pasca Perang
1950-1958

Penulis : Duhan Amiluhur


Penerbit : Kendi
Tebal : XII + 135 hlm
Ukuran: 13x19 cm
Harga: Rp. 65.000

Sinopsis:

Terdapat suatu makna simbolik dalam tradisi sima maesa yang diamati pertamakali
oleh Kolonial Inggris antara tahun 1811-1816. Thomas Stamford Raffles dalam
“The History of Java” menyebutkan bahwa dalam pertunjukan ini (Sima maesa),
orang Jawa terbiasa untuk membandingkan kerbau sebagai orang Jawa, dan
Harimau dengan orang Eropa. Dari sini bisa dibayangkan keinginan mereka
untuk memenangkan kerbaunya. Pertarungan biasanya berlangsung selama
duapuluh menit hingga setengah jam. Jika selama waktu itu tidak ada yang kalah,
maka binatangnya diganti. Sedangkan harimau yang masih bisa bertahan akan
dipindahkan untuk dibantai dengan cara yang dinamakan rampog (Rampog
Macan).

k ata l o g k e n d i
Indonesia Di
Kemudian Hari

Indonesie’s Toekoms
Penerbit: Kendi
Cetakan: 2021
Tebal: 124 Halaman
Ukuran: 11x17 cm
Harga: Rp. 35.000

Sinopsis:

Ini menjadi salah satu artefak yang menunjukkan keinginan Belanda untuk “merayu”
bekas kawula jajahannya untuk kembali bersama-sama dengan mereka. Melalui
semacam Dinas Penerangan (Regeerings Voorlichting Dienst), mereka sebisa
mungkin mengeluarkan berbagai macam seruan agitasi maupun propaganda
yang pada intinya mendiskreditkan para pemimpin Republik Indonesia yang
mereka anggap sebagai ekstremis dan teroris, serta menyerukan kepada segenap
rakyat Indonesia untuk mengikut Belanda kembali. Kekuatan politik dan militer
Belanda yang berusaha membangun kembali kekuatannya di Indonesia tersebut
menggunakan penggalan-penggalan “janji” yang pernah diucapkan, baik oleh Ratu
Belanda maupun Gubernur Jenderal, untuk menyejahterakan Indonesia.

k ata l o g k e n d i
Tanah Bagi Yang
Tak Bertanah

Penulis: Andi Achdian


Penerbit: Kendi
Tebal: 132 Halaman
Ukuran: 13x19 cm
Harga: Rp. 65.000

Sinopsis:

Proses monopoli tanah merupakan gambaran yang menunjukkan meluasnya kaum


tani tak bertanah dan proses pemusatan pemilikan/penguasaan tanah di pedesaan
Jawa melalui sistem gadai-tanah (gadai, jual akad, jual tandak dan lainnya), utang,
sistem bajur, kedokan dan lain-lain. Disamping monopoli tanah, praktik sewa tanah
yang bewujud hasil bumi melalui sistem maron, marapat, mertilu, merlima dan lain-
lain merupakan suatu bentuk produksi agraria tradisional yang dapat ditemukan di
berbagai tempat di Jawa saat itu.

k ata l o g k e n d i
Gejolak Sosial Di
Sumatra Barat -
Islam Modernis Dan
Komuni 1915 - 1930

Penulis: Fikrul Hanif Sufyan


Penerbit: Kendi
Tebal: 405 halaman
Ukuran: 14x20 cm
Harga: 125.000

Sinopsis:

Pasca drama tragis bela harga diri dengan kekerasan, perhatian orang Minang
kembali diarahkan kepada langkah pembaruan. Seruan kemajuan yang disuarakan
di awal abad 20, semakin menggema.

Dalam suasana inilah, Sumatera Barat secara bertahap menunjukkan diri sebagai
wilayah dengan persentase tertinggi anak-anak memasuki sekolah. Sumatera
Barat selanjutnya, dalam bahasa Taufik Abdullah, menjadi saluran wacana channel
of discourse juga melangkah dengan tegap memasuki dan semakin aktif dalam
suasana print culture. Wacana dan dialektika pembaruan Islam menjadi santapan
pembaca yang mudah ditemukan dalam media cetak.
​Perdebatan wacana pembaruan Islam pada awal abad ke-20, pada dasarnya
terletak pada keberhasilan Syekh Ahmad Khatib menanamkan pentingnya ijtihad
dan membersihkan ajaran Islam dari praktik keagamaan yang tidak benar. Ketika
murid-murid terbaiknya terjun ke masyarakat, secara intelektual mereka mudah
mencari cara-cara terbaik dalam berhadapan dengan Kaum Tua.

k ata l o g k e n d i
MPRS Dalam Arus
Perpolitikan Indonesia
1960 -1971

Penulis: Muhammad Abdul Chaq


Penerbit: Kendi
Tebal: xxviii + 162 halaman
Ukuran: 13 x 19 cm
Harga: Rp. 75.000

Sinopsis:

Kurun waktu 1960-1971 bukanlah kurun waktu yang gersang tanpa adanya konflik
politik. Fakta-fakta politik yang berkembang di Indonesia dalam kurun waktu
1960-1971 menunjukkan adanya konflik dan gesekan yang erat kaitannya dengan
proses-proses perumusan kebijakan politik oleh lembaga-lembaga tinggi negara,
tidak terkecuali MPRS.

Terlebih MPRS yang notabene lembaga politik tertinggi dalam struktur hierarkis
lembaga tertinggi negara dilahirkan dalam situasi politik transisional, dari sistem
demokrasi parlementer ke demokrasi presidensial, yang syarat akan konflik dan
kepentingan.

Itulah yang menyebabkan hubungan antara presiden dan MPRS, selain sebatas
hubungan antar-lembaga tinggi negara, fakta kedekatan presiden dengan beberapa
pimpinan MPRS mengindikasikan adanya maksud lain yang bersifat politis antar
para elit politik

k ata l o g k e n d i
PEMESANAN

Whatsapp:
085-232-116-812

Anda mungkin juga menyukai