F
30 JENDELA BUKA BUKU
F
eith (1962), misalnya, me- nomi yang menyengsarakannya.
mandang bahwa demokrasi Ada tiga komponen utama marha-
terpimpin yang dicanangkan enisme: sosio-nasionalisme, sosio-de-
Presiden Soekarno praktis mokrasi, dan ketuhanan (hlm 475). Soe-
menutup era Demokrasi karno menjelaskan sosio-nasionalisme
Parlementer dan membuka jalan bagi sebagai ”nasionalisme yang tumbuh da-
otoritarianisme. Crouch (2007) melihat lam taman sarinya internasionalisme
Bung Karno tidak lebih dari sosok ”sul- dan internasionalisme yang berpijak
tan Jawa tradisional” yang berusaha pada buminya nasionalisme” (hlm 479).
mempertahankan kekuasaannya de- Artinya, nasionalisme yang kaya di-
ngan cara memainkan perimbangan ke- mensi internasional.
kuatan antara kelompok militer dan Bagi Bung Karno, demokrasi tidak
Partai Komunis Indonesia. boleh dipisahkan dari upaya memaju-
Sementara, menurut Legge (1967), kan keadilan sosial. Oleh karena itu,
periode tersebut merupakan bukti bah- demokrasi politik harus dibarengi de-
wa Soekarno adalah seorang ”penjaga ngan demokrasi ekonomi (hlm 484).
ideologi konservatisme” serta pelin- Itulah yang dia maksud dengan so-
dung ”birokratisme konservatif” dalam sio-demokrasi, di mana land reform
perpolitikan Indonesia. Penulis otobio- merupakan salah satu contoh perwu-
grafi Bung Karno yang terkenal, yakni judannya (hlm 316). Di atas semua itu,
Cindy Adams, pada 1967 menerbitkan Bung Karno yakin bahwa perwujudan
buku tentang Bung Karno berjudul My sosio-nasionalisme dan sosio-demokra-
Friend the Dictator. si hanya mungkin terlaksana jika lan-
dasannya adalah ketuhanan, khususnya
Saling menghormati ketuhanan yang didasari sikap saling
Menurut buku ini, pandangan-pan- menghormati di antara berbagai pe-
dangan tersebut perlu didiskusikan meluk agama (hlm 485).
kembali. Pada satu sisi memang terjadi
semacam pemusatan kekuasaan politik Dalih
dan ekonomi di tangan kepala negara. Bung Karno melihat bahwa hingga
Pada sisi lain, pemusatan kekuasaan paruh kedua tahun 1950-an cita-cita
tersebut tidak datang tiba-tiba. Terda- sosio-nasionalisme dan sosio demokra-
pat bermacam faktor yang mendorong si yang berlandaskan ketuhanan itu tak
lahirnya keputusan-keputusan yang di- kunjung terwujud. Indonesia yang su-
ambil Presiden Soekarno saat itu. De- dah berada di seberang ”jembatan
ngan gamblang, rapi dan melalui tutur- emas” kemerdekaan dan siap mem-
an yang mudah diikuti, buku ini men- bangun masyarakat adil makmur te-
coba menempatkan periode Demokrasi rus-menerus digerogoti kekuatan-ke-
Terpimpin dan periode-periode sebe- kuatan antikerakyatan dari dalam atau-
lumnya dalam konteks lebih luas. Tu- pun luar negeri.
juannya agar sejarah Indonesia, khu- Di dalam negeri, Bung Karno melihat
susnya pasca-1945, dapat dipahami se- sejumlah politisi konservatif berusaha
cara lebih jelas dan seimbang. menunda pelaksanaan sosio-demokra-
Diingatkan kembali melalui buku ini, si. Misalnya upaya menunda penye-
misalnya, ketika memproklamasikan lenggaraan Pemilu 1955 (hlm 324) dan
kemerdekaan Indonesia, Soekarno me- menolak pelaksanaan land reform
mandang kemerdekaan bukan sebagai (hlm 342-343). Pada saat yang sama,
tujuan utama, melainkan sebuah ”jem- kabinet mengalami jatuh-bangun, di-
batan emas” menuju ke kondisi bangsa ringi konstituante hasil pemilu tahun
yang lebih baik (hlm 204). Itulah kon- 1955 yang selalu gagal mencapai ke-
disi di mana martabat kemanusiaan sepakatan.
setiap rakyat semakin dihormati, se- Bersamaan dengan itu, di tengah YOHANES KRISNAWAN
RESENSI BUKU