Anda di halaman 1dari 7

BEDAH BUKU

"SOEKARNO"

Disusun Oleh :
Restillah Hanum 12 Mipa 3

SMA NEGERI 10 DEPOK


Tahun Pelajaran 2023/2024
Judul : Soekarno {Membongkar Sisi-sisi Hidup Putra
Sang Fajar}
Penulis : Alec Gordon, Cornelis Lay, Daniel Dhakidae,
Goenawan Mohamad, Hilmar Farid, H.S. Dillon, Idham
Samudra Bey, J.J. Rizal, Karlina Supelli, M. Dawam
Rahardjo, Poppy Ismalina, Seno Gumira Ajidarma, Taufik
Abdullah, Wasisto Raharjo Jati, Wilson, Yudi Latif.
Editor : Daniel Dhakidae
Penerbit : Kompas
Terbit : Agustus 2013
Tebal : xxvii + 428 halaman
ISBN : 978-979-709-734-9
Harga : Gratis (pinjam)

Di dalam buku ini tidak seperti buku biografi, terlebih


yang dikisahkan adalah sosok seorang tokoh besar, pemikir
sosialis, menentang terhadap kolonialisme, memandang
institusi sebagai mediator dan alat untuk mencapai
kerjasama, seorang yang mendambakan dan
memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih
baik, bapak pendiri kita, bapak proklamator, yakni bapak
Soekarno.
Pada buku biografi biasanya berkisah tentang perjalanan
hidup, tapi lain dengan yang ada di dalam buku ini,
perbedaan gagasan dan pemikiran menjadi sajian yang
dominan, jejak waktu hanya digunakan untuk memperjelas
alur gagasan-gagasan yang lahir dari pemikiran tokoh yang
dimaksud, Soekarno.

Buku ini disusun dari tulisan beberapa penulis dengan latar


belakang berbeda serta gagasan-gagasan pokok berbeda
pula dari sisi-sisi hidup Bung Karno. Penggalan kisah hidup
diceritakan untuk memberikan gambaran lahirnya
pemikiran-pemikiran Soekarno. Sering beberapa penggal
kisah hidup diceritakan berulang, namun untuk
menggambarkan lahirnya pemikiran yang berbeda.
Misalnya, kisah pembuangannya di Ende, Flores,
diceritakan dalam lahirnya gagasan Pancasila, di lain bab
diceritakan sebagai rumah pemulihan bagi Soekarno dari
kejatuhan mental akibat sebelumnya ditahan di Penjara
Sukamiskin, Bandung.

Carita-cerita kisah berulang tersebut bukanlah suatu celah


yang menjadi kelemahan buku ini, justru dengan demikian,
pembaca dapat lebih mengenal lebih dalam kisah yang
melahirkan ide-ide besar Bung Karno. memang Kompleks,
namun begitulah kita bisa memahami seorang Bung Karno
yang kompleks pula, baik dalam peran maupun pemikiran-
pemikiranya.

Kumpulan tulisan ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian


pertama membahas tentang Soekarno dan gagasan-
gagasan pemikiran kebangsaan yang dilahirkannya, terdiri
dari enam bab dan dirangkum dalam judul "Soekarno dan
Ideologi". Bahasan awal dalam bagian ini dibuka dengan
lahirnya gagasan Pancasila sebagai ideologi kebangsaan,
hingga bergesernya makna pancasila di masa orde baru
akibat situasi politik. Dalam bagian ini juga digambarkan
Soekarno yang seorang Ideolog, dari Pancasila, partai
tunggal atau Staatpartij, demokrasi terpimpin, gagasan
kebangsaan dan persatuan, sosialisme di Indonesia,
sampai pemikiran ekonomi dengan jiwa penentangan
terhadap kolonialisme, dan segala bentuk perlawanan
terhadap kapitalisme dalam konsepsi demokrasi
masyarakat, lahir sebagai gagasan-gagasan beliau.

Bagian kedua tentang pengasingan Soekarno di Ende,


Flores, diberi judul "Ende dan Soekarno" Bagian ini terdiri
dari tiga bab. Bahasan pada bab pertama tentang latar
belakang munculnya politik pengasingan. Bab selanjutnya
mengungkap sisi lain Ende bagi Soekarno yang justru
menjadi tempat pemulihan baginya, tempatnya
memantapkan kembali ide-ide pergerakan yang hampir
hilang dalam keraguan. Bab terakhir berbicara tentang
pandangan Islam Bung Karno.
Ende yang oleh pemerintah kolonial diharapkan bisa
memadamkan api Soekarno, justru menjadi tempat
mengumpul dan memupuk bara-bara panas, benih yang
kemudian berevolusi dalam diri Soekarno yang kemudian
lebih membakar lagi semangat pergerakan rakyat
nusantara mengobarkan perjuangan revolusi hingga
mencapai Indonesia merdeka 1945.

Selanjutnya "Sisi Lain Soekarno". Bagian ini memberikan


pendapat tentang retorika Soekarno, kemudian pandangan
Soekarno tentang perempuan sebagai bagian dari
kekuatan besar perjuangan, masing-masing dirangkum
dalam bab 1 dan bab 2. Bab 3 berbicara tentang usaha-
usaha pemerintah orde baru mengubur dalam-dalam nama
Soekarno sebagai bagian dari sejarah Indonesia melalui
berbagai serangan dan tudingan erat dengan peristiwa
G30S/PKI. Bab 4 mengungkap peran Soekarno di kancah
internasional, bagaimana gagasan-gagasan beliau dalam
membangun politik negara-negara "dunia ketiga". Di bab 5
kita akan mendapat gambaran betapa dermawannya negeri
nusantara ketika masih berada di bawah kekuasaan
kolonial, dimana telah memberikan 'sumbangan besar' bagi
pembangunan negara-negara Eropa dengan nilai miliaran
Gulden.

Pada bagian akhir buku ini, pembaca akan coba diarahkan


untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan, Siapa
Soekarno? Namun dari kesimpulan-kesimpulan yang
dirumuskan dalam epilog ini, pembaca tidak akan
mendapatkan kalimat yang dengan tegas menjawab
pertanyaan tersebut. Pembaca hanya akan mendapatkan
penggambaran-penggambaran kompleks tentang
Soekarno, karena memang itulah Soekarno, kompleksitas
yang terarah dalam satu sosok manusia, di satu sudut
bumi, Indonesia. Memahami Soekarno hanya dengan
memahami Indonesia, memahami Soekarno hanya dengan
memahami Sejarah.

Satu pandangan kalau dapat dianggap sebuah kekurangan


dalam buku ini, ialah tentang empat pucuk surat yang ditulis
Soekarno ketika ia dipenjara di Sukamiskin-Bandung, yang
isinya tentang keinginanya untuk mengundurkan diri dari
dunia politik yang menuai perselisihan publik kala itu.
Dalam bahasan Bagian I Bab 2, Pancasila Soekarno dan
Orde Baru, keberadaan surat-surat tersebut dianggap
manipulasi pemerintah kolonial untuk meredam gejolak
pergerakan nasional kala itu. Begitulah asumsi tandingan
yang oleh penulisnya diangkat sebagai pembelaan untuk
mengimbangi wacana kebenaran keberadaan surat
tersebut dalam usaha pencitraan buruk Soekarno di mata
rakyat Indonesia dalam projek de-Soekarnoisasi oleh
pemerintah Orde Baru.
Beda halnya dalam Bagian II Bab 2, Dari Tempat
Pembuangan Menjadi Rumah Pemulihan, kebenaran
adanya surat-surat dimaksud diterima untuk menguatkan
asumsi hancurnya mental. Soekarno akibat perlakuan
selama ditahan di Penjara Sukamiskin-Bandung. Asumsi
kehancuran mental inilah yang dijadikan pondasi untuk
membangun wacana "Ende sebagai tempat pemulihan"
bagi Soekarno.

Lepas dari kenyataan sejarah yang sebenarnya tentang


surat-surat dimaksud di atas yang belum bisa dibuktikan
ada-tidaknya, yang hingga hari ini masih menuai
kontroversi, bagi saya ungkapan ke-tidakserasian di atas
lebih memberikan gambaran objektivitas isi buku ini. Buku
ini adalah kumpulan. tulisan tentang Soekarno oleh banyak
penulis, dan perbedaan pandangan antar dua penulis
mengenal fenomena sejarah tetap disajikan secara terbuka.
Pembaca tidak diarahkan untuk berpihak dalam salah satu
opini yang diungkapkan yang pada akhirnya akan
melahirkan simpati atau ketidaksukaan pada tokoh yang
diceritakan dalam hal ini (Bung Karno).

Diluar kekurangan bentuknya sebagai buku biografi, buku


ini memberikan banyak pengetahuan tentang sejarah
Indonesia dan dunia, utamanya di seputar fajar abad ke-20.
Buku ini dapat menjadi salah satu referensi guna
menegakkan bangunan idealisme yang harusnya kita miliki.

Anda mungkin juga menyukai