Soekarno adalah seorang tokoh Nasionalisme Indonesia yang sangat
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia, pemikiran-pemikiran Soekarno banyak yang melahirkan gagasan untuk nasib perjuangan kemerdekaan Indonesia bagaimana terlepas dari imperialisme barat, dan melawan kaum kapitralisme pada waktu itu, dan Ia sangat memperjuangkan kaum buruh kecil, pengusaha kecil dan petani kecil dan nelayan kecil yang Ia ungkapkan dalam konsep Marhanisme. Soekarno adalah seorang manusia yang mempunyai banyak dimensi, di dalam tubuh Soekerno, Ia sorang pemikir yang idealis, sebagai politisi yang cerdik, sebagai singa podium yang kharismatik, sebagai seorang yang romantis penuh perasaan. Dalam mempelajari pemikiran Soekarno, sangat erat kaitannya dengan Mitologi Jawa, dimana dalam konsepnya yaitu kepercayaan masyaralat Jawa sebagaimana tercemin di dalam ceriata-cerita wayang , ide, Ratu adil., dan Jaya Baya. Hal ini semua berasal dari suatu mitos yang mempercayaai berlakunya semacam perputaran sejarah yang tidak dapat dielakkan oleh suatu bangsa dalam proses perkembangannya. Pada dasrnya Soekarno dan jutaan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, berpegang pada mitos ini, dimana Jayabaya dianggap sebagai salah seorang sumbernya. Soekarno dalam hal ini lebih memahami apa yang menjadi perasaan rakyatnya dan apa yang mereka kehendaki dari dia sebagai pemimpin mereka. Dia mengetahui betul peranan apa yang dikehendaki rakyat yan harys dimainkannya, dan pengetahuan itu telah menambah keyakinannya sendiri untuk memainkan peranan tersebut dengan sepenuh hati, tanpa ragu dan enggan. Sumbangan ilmiah Soekarno terhadap pemikirannya, Dia melahirkan karya- karya seperti Indonesia menggugat yang merupakan karya Soekarno yang pertama dan terpenting yang memberi gambaran yang lebih jelas tentang intelektualnya sebagai cendikiawan dan tokoh politiK, Tulisannya mengenai Utusan Hindia dalam gagasannya mempertemukan aliran-aliran nasionalisme, islam dan Marxisme ( sosialisme )yNg ada pada serkat dagang islam pada waktu itu, tuisan mengenai Nasionalisme, islamisme dan Marxisme dimuatnya juga dalam bukunya di bawah Bendera Revolusi, Soekarno dengan jelas mengemukakan sebuah common denominator dalam hasil pemikrannya. Kekuatan pemikiran serta sukses politik Soekarno sebagian penting terletak pada kemampuannya melihat realita dan menyelami jiwa masyarakaynya secara kritis dan tajam, proses sosialisasi politik yang dialami soekarno yang relative berbeda dengan sebagian besar tokoh-tokoh nasionils lainnya, inilh yang menarik dari menelaah pemikiran soekarim yang sang berbeda dengan pemikiran tokoh seperti Muhammad Haata, Tan Malaka dan juga Soepomo, Walaupun ada pemikiran yang sama dengan tokoh yang lain, tapi yang jelas pemikiran Soekarno punya cirri khas tersendiri dalam memandang fenomena social yang terjadi pada masanya. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulis dalam menulis paper singkat ini ialah untuk mendeskripsikan pemikran soekarno tentang nasionalisme radikalnya dan kontribusi pemikitan soekaro untuk Bangsa Indonesia. 1.3 Batasan Masalah Pada Paper yang singkat ini peulis hanya membatasi masahnya pada : 1. Apa pemikiran Soekarno yang terkait dengan nasionalisme radikalnya? 2. Mengapa Soekarno mengeluarkan pemikran tersebut? 3. Apa yang menjadi alasan Soekarno dalam mengeluarkan gagasannya? 4.Bagaimana mengenal sosok Soekerno sebagai seorang tokoh Nasionalisme yang dukagumi sekaligus kurang di sukai poleh tokoh nasionalis lainnya karena keotoriterannaya? 11. Pembahasan Yang menarik perhatian ialah bahwa Soekarno jelas tampak tidak menggantungkan konsep-konsep pemikirannya secara kuat pada salah seorang pemikir sosialis tertantu saja, melainkan lebih banyak memakai pemikiran- pemikiran tokoh-tokh sosialis sesuai dengan kebutuhannya buat mengemukakan atau mempertajam konsep-konseonya sendiri. Ia secara bebas berpindah dari pendapat tokoh sosialis tertentu ke tokoh sosialis lainnya. Soekarno memakai pemikira-pemikiran orang lain lebih banyak sebagai alat buat memperjelas pemikiran-pemikirannya sendiri dari pada sebagai pengikut yang setia. Sungguhpun begitu tak dapat disangkal bahwa pemikiran-pemikiran yang dikutipnya memang umumnya berasal dari tokoh-tokoh sosialis liberal barat, terutama karena pemikiran-pemikiran itu relevan dengan masalah nasionalisme, kapitalisme, kolonialisme, dan imperialisme yang menjadi pusat perhatiannya., ide politik dasar yang ia kemukakan tentang imperialisame misalnya pada umumnya senada dengan pemikiran-pemikiran kaum sosialis barat. Marhenisme, sebagaimana dirumuskan Sopekarno dan kawan- kawannya dalam PNI dan Partindo, berisi dua unsur utama selain anti kolonialisme juga ada nada Anti Kapitalime yang kuat berkembang sebagai reaksi terhadap bentuk-bentuk pemerasan penjajah Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kenyataannya, penjelasan Marhenis mengenai Imperialis sebhagian besar diambil dari model Leninis. Karena unsure-unsur Feodal dalam masyarakat Indonesia terutama sisa-sisa kebangsawanan sebelum masa penjajahan, bekerja sama dengan Belanda selama periode perjuangan nasional, kaum Marhenis dengan jelas juga mengembangkan nada anti feodalisme. Selama ketiga unsure ini anti kolonialisme, anti kapitalisme, dan anti feodalisme tetap terjaga keseimbangannya, arah radikal Marhenisme bisa dipertahankan. Tetapi ini sulit, karena ketiga unsur tersebut tidak terikat menjadi kesatuan yang utuh sebagaimana halnya unsur-unsur pembandingnya, misalnya Marxisme-Leninisme. Lebih penting lagi, kedudukan elite pimpinan PNI membuka peluang tertentu untuk merebut kekuaaan dengan mengorbankan konsistensi ideologis. Secara idiologis , sebagian besar pemimpin kiri PNI mendukung cita-cita aksi sepihak dan menentang keterlibatan PNI di tingkat daerah dengan tuan tanah di daerah. Keputusan Soekarno untuk menghenyikan aksi sepihak atas nama kesatuan revolusioner memberi pimpinan PNI sebuah lubang penyelamat ideologis dalam isu ini, tetapi dilema dasar itu tetap masih ada. Sejarah PNI telah membuktikan bahwa Nasionalisme radikal itu sendiri tidak cukup untuk memaksakan perubahan radikal. Bahkan , radikalisme tersebut kadang-kadang merangsang perubahan yang memperkuat kekuatan konservatisme dan reaksi. Satu-satunya jalan bagi PNI untuk bersaing dengan PKI secara efektif dalam merebut dukungan dikalangan petani, buruh dan pemuda. Hubungan Soekarno dengan partai-partai politik juga tunduk pada kendala yang hampir sama. Pada akhir tahun 1950-an dia berusaha menghancurkan system parlementer. Hal ini antara lain karena Ia merasa sisitem tersebut banyak memberi kekuasaan kepada kelompok politik konservatif. Ketika partai-partai menolak gagasannya untuk mengganti system parlementer dengan demokrasi terpimpin, Soekarno bekerja sama dengan angkatan darat, yang punya alas an sendiri, yakni menghancurkan partai politik. Sebagai pengganti partai , Soekarno mengusulkan pembentukan berbagai badan yang mempersatukan buruh, tani, dan organisasi pemuda serta membebaskan organisasi-organisasi ini dari kendali partai. Ia segera menemukan bahwa ikatan antara ormas dengan partai politik yang kuat. Ketika Soekarno menyadari bahwa sekurang-kurangnya beberapa partai politik tetap menjadi wahana paling ampuh untuk memperoleh dukungan masa bagi kebijakannya, dia mengubah siasatnya dengan mengusahakan perubahan- perubahan dalam partai, dan tidak lagi berupaya melemahkannya. Soekarno sangat efektif dalam mendesakkan perubahan di tubuh PNI, tetapi PKI kebal atas pengaruh yang dilakukan Soekarno. Pengaruh partai di lembaga-lambaga resmi demokrasi terpimpin kian meningkat selama masa terakhir demokrasi terpimpin, sumber kekuasaan partai tetap terbatas. Peningkatan wewenang resmi partai lembaga-lembaga politik sepertim kabinet sebagian besar atas dasar dekrit presiden Soekarno dan kerap kali diveto Angkatan Darat. Sumber kekuasaan partai yang lebih penting dalam jangka panjang adalah aksi masa dan imbauan ideologis umum. Dibalik Radiklisme resmi, Demokrasi terpimpin yang dipimpin oleh pemerintahan Soekarno adalah sebagai system social lebih bersifat konservatif, dan bukan revolusioner. Namun, hal ini bukan beari bahwa radikalisme ideologis demokrasi terpimpin tidak membawa akibat penting terhadap system politik.
Abraham Maslow, dari hierarki kebutuhan hingga pemenuhan diri: Sebuah perjalanan dalam psikologi humanistik melalui hierarki kebutuhan, motivasi, dan pencapaian potensi manusia sepenuhnya