Anda di halaman 1dari 5

NASIONALISME RADIKAL DALAM PEMIKIRAN

SOEKARNO
1.Pendahuluan

11Latar Belakang

Soekarno adalah seorang tokoh Nasionalisme Indonesia yang sangat


memperjuangkan nasib rakyat Indonesia, pemikiran-pemikiran Soekarno banyak
yang melahirkan gagasan untuk nasib perjuangan kemerdekaan Indonesia
bagaimana terlepas dari imperialisme barat, dan melawan kaum kapitralisme pada
waktu itu, dan Ia sangat memperjuangkan kaum buruh kecil, pengusaha kecil dan
petani kecil dan nelayan kecil yang Ia ungkapkan dalam konsep Marhanisme.
Soekarno adalah seorang manusia yang mempunyai banyak dimensi, di
dalam tubuh Soekerno, Ia sorang pemikir yang idealis, sebagai politisi yang
cerdik, sebagai singa podium yang kharismatik, sebagai seorang yang romantis
penuh perasaan.
Dalam mempelajari pemikiran Soekarno, sangat erat kaitannya dengan
Mitologi Jawa, dimana dalam konsepnya yaitu kepercayaan masyaralat Jawa
sebagaimana tercemin di dalam ceriata-cerita wayang , ide, Ratu adil., dan Jaya
Baya. Hal ini semua berasal dari suatu mitos yang mempercayaai berlakunya
semacam perputaran sejarah yang tidak dapat dielakkan oleh suatu bangsa dalam
proses perkembangannya. Pada dasrnya Soekarno dan jutaan masyarakat
Indonesia, terutama masyarakat Jawa, berpegang pada mitos ini, dimana Jayabaya
dianggap sebagai salah seorang sumbernya.
Soekarno dalam hal ini lebih memahami apa yang menjadi perasaan
rakyatnya dan apa yang mereka kehendaki dari dia sebagai pemimpin mereka. Dia
mengetahui betul peranan apa yang dikehendaki rakyat yan harys dimainkannya,
dan pengetahuan itu telah menambah keyakinannya sendiri untuk memainkan
peranan tersebut dengan sepenuh hati, tanpa ragu dan enggan.
Sumbangan ilmiah Soekarno terhadap pemikirannya, Dia melahirkan karya-
karya seperti Indonesia menggugat yang merupakan karya Soekarno yang pertama
dan terpenting yang memberi gambaran yang lebih jelas tentang intelektualnya
sebagai cendikiawan dan tokoh politiK, Tulisannya mengenai Utusan Hindia
dalam gagasannya mempertemukan aliran-aliran nasionalisme, islam dan
Marxisme ( sosialisme )yNg ada pada serkat dagang islam pada waktu itu, tuisan
mengenai Nasionalisme, islamisme dan Marxisme dimuatnya juga dalam bukunya
di bawah Bendera Revolusi, Soekarno dengan jelas mengemukakan sebuah
common denominator dalam hasil pemikrannya.
Kekuatan pemikiran serta sukses politik Soekarno sebagian penting terletak
pada kemampuannya melihat realita dan menyelami jiwa masyarakaynya secara
kritis dan tajam, proses sosialisasi politik yang dialami soekarno yang relative
berbeda dengan sebagian besar tokoh-tokoh nasionils lainnya, inilh yang
menarik dari menelaah pemikiran soekarim yang sang berbeda dengan
pemikiran tokoh seperti Muhammad Haata, Tan Malaka dan juga Soepomo,
Walaupun ada pemikiran yang sama dengan tokoh yang lain, tapi yang jelas
pemikiran Soekarno punya cirri khas tersendiri dalam memandang fenomena
social yang terjadi pada masanya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam menulis paper singkat ini ialah untuk
mendeskripsikan pemikran soekarno tentang nasionalisme radikalnya dan
kontribusi pemikitan soekaro untuk Bangsa Indonesia.
1.3 Batasan Masalah
Pada Paper yang singkat ini peulis hanya membatasi masahnya pada :
1. Apa pemikiran Soekarno yang terkait dengan nasionalisme radikalnya?
2. Mengapa Soekarno mengeluarkan pemikran tersebut?
3. Apa yang menjadi alasan Soekarno dalam mengeluarkan gagasannya?
4.Bagaimana mengenal sosok Soekerno sebagai seorang tokoh Nasionalisme
yang dukagumi sekaligus kurang di sukai poleh tokoh nasionalis lainnya
karena keotoriterannaya?
11. Pembahasan
Yang menarik perhatian ialah bahwa Soekarno jelas tampak tidak
menggantungkan konsep-konsep pemikirannya secara kuat pada salah seorang
pemikir sosialis tertantu saja, melainkan lebih banyak memakai pemikiran-
pemikiran tokoh-tokh sosialis sesuai dengan kebutuhannya buat mengemukakan
atau mempertajam konsep-konseonya sendiri. Ia secara bebas berpindah dari
pendapat tokoh sosialis tertentu ke tokoh sosialis lainnya.
Soekarno memakai pemikira-pemikiran orang lain lebih banyak sebagai
alat buat memperjelas pemikiran-pemikirannya sendiri dari pada sebagai pengikut
yang setia. Sungguhpun begitu tak dapat disangkal bahwa pemikiran-pemikiran
yang dikutipnya memang umumnya berasal dari tokoh-tokoh sosialis liberal barat,
terutama karena pemikiran-pemikiran itu relevan dengan masalah nasionalisme,
kapitalisme, kolonialisme, dan imperialisme yang menjadi pusat perhatiannya.,
ide politik dasar yang ia kemukakan tentang imperialisame misalnya pada
umumnya senada dengan pemikiran-pemikiran kaum sosialis barat.
Marhenisme, sebagaimana dirumuskan Sopekarno dan kawan-
kawannya dalam PNI dan Partindo, berisi dua unsur utama selain anti
kolonialisme juga ada nada Anti Kapitalime yang kuat berkembang sebagai
reaksi terhadap bentuk-bentuk pemerasan penjajah Belanda pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Kenyataannya, penjelasan Marhenis mengenai Imperialis sebhagian besar
diambil dari model Leninis. Karena unsure-unsur Feodal dalam masyarakat
Indonesia terutama sisa-sisa kebangsawanan sebelum masa penjajahan, bekerja
sama dengan Belanda selama periode perjuangan nasional, kaum Marhenis
dengan jelas juga mengembangkan nada anti feodalisme.
Selama ketiga unsure ini anti kolonialisme, anti kapitalisme, dan anti
feodalisme tetap terjaga keseimbangannya, arah radikal Marhenisme bisa
dipertahankan. Tetapi ini sulit, karena ketiga unsur tersebut tidak terikat menjadi
kesatuan yang utuh sebagaimana halnya unsur-unsur pembandingnya, misalnya
Marxisme-Leninisme. Lebih penting lagi, kedudukan elite pimpinan PNI
membuka peluang tertentu untuk merebut kekuaaan dengan mengorbankan
konsistensi ideologis. Secara idiologis , sebagian besar pemimpin kiri PNI
mendukung cita-cita aksi sepihak dan menentang keterlibatan PNI di tingkat
daerah dengan tuan tanah di daerah. Keputusan Soekarno untuk menghenyikan
aksi sepihak atas nama kesatuan revolusioner memberi pimpinan PNI sebuah
lubang penyelamat ideologis dalam isu ini, tetapi dilema dasar itu tetap masih ada.
Sejarah PNI telah membuktikan bahwa Nasionalisme radikal itu sendiri
tidak cukup untuk memaksakan perubahan radikal. Bahkan , radikalisme tersebut
kadang-kadang merangsang perubahan yang memperkuat kekuatan
konservatisme dan reaksi. Satu-satunya jalan bagi PNI untuk bersaing
dengan PKI secara efektif dalam merebut dukungan dikalangan petani,
buruh dan pemuda.
Hubungan Soekarno dengan partai-partai politik juga tunduk pada kendala
yang hampir sama. Pada akhir tahun 1950-an dia berusaha menghancurkan system
parlementer. Hal ini antara lain karena Ia merasa sisitem tersebut banyak memberi
kekuasaan kepada kelompok politik konservatif. Ketika partai-partai menolak
gagasannya untuk mengganti system parlementer dengan demokrasi terpimpin,
Soekarno bekerja sama dengan angkatan darat, yang punya alas an sendiri, yakni
menghancurkan partai politik.
Sebagai pengganti partai , Soekarno mengusulkan pembentukan berbagai
badan yang mempersatukan buruh, tani, dan organisasi pemuda serta
membebaskan organisasi-organisasi ini dari kendali partai. Ia segera menemukan
bahwa ikatan antara ormas dengan partai politik yang kuat.
Ketika Soekarno menyadari bahwa sekurang-kurangnya beberapa partai
politik tetap menjadi wahana paling ampuh untuk memperoleh dukungan masa
bagi kebijakannya, dia mengubah siasatnya dengan mengusahakan perubahan-
perubahan dalam partai, dan tidak lagi berupaya melemahkannya. Soekarno
sangat efektif dalam mendesakkan perubahan di tubuh PNI, tetapi PKI kebal atas
pengaruh yang dilakukan Soekarno.
Pengaruh partai di lembaga-lambaga resmi demokrasi terpimpin kian
meningkat selama masa terakhir demokrasi terpimpin, sumber kekuasaan partai
tetap terbatas. Peningkatan wewenang resmi partai lembaga-lembaga politik
sepertim kabinet sebagian besar atas dasar dekrit presiden Soekarno dan
kerap kali diveto Angkatan Darat. Sumber kekuasaan partai yang lebih
penting dalam jangka panjang adalah aksi masa dan imbauan ideologis
umum.
Dibalik Radiklisme resmi, Demokrasi terpimpin yang dipimpin oleh
pemerintahan Soekarno adalah sebagai system social lebih bersifat konservatif,
dan bukan revolusioner. Namun, hal ini bukan beari bahwa radikalisme ideologis
demokrasi terpimpin tidak membawa akibat penting terhadap system politik.

Anda mungkin juga menyukai