Anda di halaman 1dari 14

Transformasi Trisakti Bung Karno ke Nawacita Jokowi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sosok Soekarno yang dikenal akrab dengan panggilan “Bung

Karno”1, dia adalah salah seorang founding father yang seluruh hidupnya

diabdikan bagi kepentingan pembangunan bangsa dan negara.2 Soekarno

dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya. Ia adalah

anak ke dua dari kandungan ibu Idayu Nyoman Ray. Ayahnya bernama R.

Soekemi Sosrodihardjo sedangkan kakaknya bernama Soekarmini. Kakeknya

bernama Raden Hardjodikromo, yang konon katanya dipandang sebagai orang

mempunyai ilmu hikmah (ilmu ghaib) dan seorang ahli kebatinan.3 Dari gelar

raden yang ada depan nama ayahnya, jelas menunjukkan bahwa Soekarno masih

berdarah ningrat.

Dari ibunya yang berdarah Bali, Bung Karno mungkin telah mewarisi

citra rasa kesenian yang lebih bergairah dari pada yang bisa Bung Karno jumpai

di Jawa, tempat orang lebih memikirkan bagaimana untuk mengawetkan dan

1
Bung Karno adalah panggilan akrab yang ditujukan kepada Soekarno, beliau merupakan
presiden pertama Republik Indonesia. Untuk selanjutnya penulis menggunakan kata Bung
Karno.
2
HD. Haryo Sasongko, Bung Karno, Nasionalisme dan Demokrasi, Yogyakarta:
Pustaka Grafiksi, 2005, hal. iii
3
Badri Yatim, Soekarno Islam dan Nasoinalisme, Bandung: Penerbit Nuansa, 2001, hal. 5
mengasihi suatu tradisi kebudayaan yang sangat halus daripada melakukan

pembaruan dan eksperimentasi. Sedangkan dari ayahnya, Bung Karno

memperoleh pengetahuan mistik Jawa, suatu pengetahuan yang membuat orang

menjadi sadar akan kebutuhan suatu penataan yang teratur atas alam.

Gagasan dan pemikirannya berwawasan jauh ke depan, hal itu tidak

terlepas juga dari peran seorang tokoh dan guru. Sebagaimana kita ketahui bahwa

Bung Karno adalah murid dari HOS Tjokroaminoto, dia dikenal rajin belajar dan

banyak pula membaca buku - buku pemikiran para tokoh dunia mengenai filsafat,

ideologi, politik, budaya, keagamaan dan lain sebagainya. Dengan bekal

"kekayaan" ilmunya itu, ia ingin membangun bangsa dan negaranya agar dapat

berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa dan negara lain.4

Landasan pemikiran Bung Karno ialah bagaimana beliau mampu

mempersatukan berbagai ideologi yang melandasi nilai-nilai perjuangan

kemerdekaan bangsa dan Negara Indonesia. Bahkan dalam buku Sukarno

Paradoks Revolusi diungkapkan bahwa dengan kata-katanya, Sukarno

menjembatani dan menyatukan berbagai elemen yang berbeda serta memberi

mereka sebuah kebersamaan identitas.5 Oleh karena itu, implikasi serta proyeksi

ke depan pemikiran Bung Karno berusaha untuk menjelaskan aspek-aspek

yang menjadi landasan pemersatu bangsa. Dalam konteks menyatukan

berbagai aliran ideologi tersebut, Bung Karno menyadari betul kelemahan bahwa

bangsa ini terletak pada tidak adanya persatuan dan kesatuan rakyat dengan

4
Sasongko, Op cit, hal. iii
5
Leilas S. Chudori, Dkk, Sukarno Paradoks Revolusi, Seri Buku Tempo; Bapak Bangsa,
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, hal. 6
segenap organisasi yang tumbuh di dalamnya. Hal demikian itulah yang

menyebabkan perjuangan melawan penjajah selalu gagal, tanpa hasil.

Dalam penelitian Tesis nya Ika Irmawansah bahwa sosok Bung

Karno sebagai Pemikir maupun sebagai Bung Karno sebagai Pejuang, dia

menjabarkan bahwa sebagai seorang pemikir, Soekarno merupakan orang yang

sangat konsisten. Gagasan-gagasan yang dikemukakan Soekarno memiliki

pengaruh luas dibanding rekan-rekan seperjuangannya. Dalam hal itu ada

beberapa tokoh yang dapat bersaing secara gagasan dengan Soekarno, seperti

Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka. Sementara sebagai pejuang,

Bung Karno dikenal tegas dalam bersikap dan pemersatu bangsa. Sejak muda

Soekarno aktif berjuang melawan Belanda, akibat dari itu, berulang kali

Soekarno dibuang ke pengasingan. Puncaknya ketika pada Desember 1929,

Soekarno ditangkap Belanda, itulah penangkapan pertama yang dialami

Soekarno. Kemudian beliau disidangkan pada tanggal 18 Januari 1930 di gedung

Landraad Bandung. Pada saat itulah Soekarno membacakan dengan semangat

yang berapi-api pledoi yang sangat terkenal dengan judul “Indonesia Menggugat”

yang didalamnya Soekarno menuntut kemerdekaan.6

Bung Karno memiliki keistimewaan dibanding tokoh-tokoh Indonesia

pada waktu itu. Dasar-dasar pemikiran politik Bung Karno memberi akomodasi

pada aliran-aliran penting yang hidup di dalam masyarakat, yaitu ke arah

mempersatukannya. Hal inilah yang melandasi pemikirannya yang dituangkan

dimajalah Soeloeh Indonesia yang berjudul Nasionalisme, Islamisme dan


6
Ika Irmawansah, Pemikiran Soekarno Tentang Trisakti; Perspektif Epistemologi Kenneth
Gallagher, Yogyakarta : Program Pascasarjana Ilmu Filsafat , Fakultas Filsafat Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta 2014, hal 1 -2.
Marxisme yang dibukukan dengan judul Dibawah Bendera Revolusi. Setelah

menjadi Presiden Republik Indonesia (RI), Leila menyebutkan bahwa Sukarno

berjasa mengilhami Sumpah Pemuda 1928 dan secara brilian merumuskan dasar

negara Pancasila.7

Pemikiran Bung Karno mengalir tanpa henti, berbagai konsep baru

dihadirkan sebagai buah pemikiran yang lahir dari situasi dan kondisi bangsa yang

mengharuskan Bung Karno sebagai pemikir mencetuskan gagasan – gagasan nya

seperti Marhaenisme yang kemudian menjadi ikon bagi Partai Nasional Indonesia

(PNI), a year of decision ( Tahun Ketentuan), a year of challenge (Tahun

Tantangan), Revolusi Sosialisme – Indonesia – Pimpinan Nasional (ReSoPim),

Manipol (Manifestasi Politik), USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia,

Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin), Berdikari (Berdiri di atas kaki

sendiri), Nawa Aksara dan Trisakti.

Sementara itu dalam penelitian ini penulis lebih menyoroti pada

konsepsi Trisakti Bung Karno yang terdiri dari tiga pokok prinsip perjuangan

untuk membangun bangsa dan negaranya agar tetap bebas dari penjajahan dan

penindasan bangsa mana pun, guna mencapai sosialisme Indonesia tanpa

mengorbit pada blok mana pun - ketika itu dunia "terbelah" dalam dua blok, yakni

sosialis (Timur) dan kapitalis (Barat).8 Tiga pokok prinsip perjuangan itulah yang

dikenal dengan sebutan Trisakti. Intinya: Pertama berdaulat di bidang politik.

7
Chudori, Dkk, Op cit, hal. 6
8
HD. Haryo Sasongko, Bung Karno, Nasionalisme dan Demokrasi, Yogyakarta:
Pustaka Grafiksi, 2005, hal IV.
Kedua, berdikari (mandiri) di bidang ekonomi, dan: Ketiga, berkepribadian di

bidang kebudayaan.9

Pemikiran Bung Karno tentang Trisakti yang sungguh – sungguh

secara sistematis dan radikal, yang dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian

kalimat yang mengandung satu pemikiran yang bermakna dan bulat untuk

dijadikan dasar, azas dan pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama

dalam rangka pembangunan satu Negara Indonesia merdeka.

Jati mengungkapkan bahwa Trisakti sendiri dipilih Soekarno sebagai

bentuk penggambaran atas ketiga masalah yang perlu untuk dibenahi segera oleh

bangsa secara cepat. Pertama secara politik, bangsa Indonesia masih belum bisa

menunjukkan eksistensinya sebagai bangsa karena masih kuatnya hubungan

aliansi pusat-satelit paska dekolonialisasi antara negara colonizer dengan negara

colonized. Kedua secara ekonomi, bangsa Indonesia juga mengalami adanya

ketergantungan akan pasokan bantuan ekonomi asing dalam rangka membangun

perekonomiannya secara mandiri. Ketiga secara budaya, mentalitas terjajah

menjadikan bangsa ini lupa akan semangat gotong royong menjadi modal sosial

dalam meneguhkan solidaritas politik maupun ekonomi. 10

Konsepsi yang dilahirkan dari buah pikiran Bung Karno ini

disebabkan karena Ia memiliki kemampuan menyelami dan menangkap kondisi

dan aspirasi rakyat Indonesia dengan berbagai aliran ideologi dan


9
Ibid
10
Wasisto Raharjo Jati, Trisakti, Globalisasi, & Pembangunan Karakter Bangsa, dalam
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan Judul " Melihat Kekinian Lima
Konsep Kebangsaan dan Keindonesiaan Bung Karno " di Ruang Seminar Gedung Widya
Graha Lt. I, Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan (LIPI) Jl. Jend. Gatot Soebroto 10, 9
Juni 2014, hal 5 - 6. https:// www. Academia .edu /7331384/
Trisakti_Globalisasi_and_Pembangunan_Karakter
kemajemukannya untuk kemudian mempersatukannya sebagai sebuah bangsa. Ia

juga memiliki kemampuan melihat dan memberikan pandangan kedepan yang

jauh melampaui jamannya, sehingga dengan demikian mampu memberikan

bimbingan dan acuan perjuangan bagi bangsa Indonesia dalam membangun

peradaban dan kesejahteraan hidupnya.

Walaupun ide dan gagasan Bung Karno demi kepentingan

memperkuat posisi bangsa dan Negara dimata dunia cukup cemerlang. Akan

tetapi Jati mengemukakan bahwa sebelum Trisakti itu dijabarkan secara

menyeluruh oleh Soekarno pada tahun 1965 dan sesudahnya. Rezim Soekarno

sudah terlebih dahulu digulingkan oleh suatu gerakan coup yang dirancang secara

sistematis oleh militer pimpinan Mayjend Soeharto sebagai “dalang intelektual”.11

Sejak itulah nasib bangsa ini memulai babak baru yakni dengan

sebuah pemerintahan dibawah rezim Soeharto, dan sejak saat itulah semua

gagasan dan pemikiran Bung Karno dihilangkan atau dalam istilah Jati sebagai

“Desoekarnoisasi” sehingga apa yang lahir dari pemikiran Bung Karno di bumi

hanguskan di rezim Soeharto. di negerinya sendiri ajaran-ajaran itu malah dibuang

ke tong sampah. Bahkan Bung Karno sampai saat meninggalkan berstatus sebagai

seorang pesakitan politik rezim Orde Baru.12

Rezim yang disebut-sebut sebagai rezim otoritarianisme yang

memiliki slogan-slogan "Demokrasi Pancasila", "Trilogi Pembangunan", "Tinggal

Landas" dan jargon-jargon lainnya yang justru hanya merupakan retorika kosong

11
Jati, Op cit, hal 2
12
Sasongko, Op cit, hal 3
belaka rezim Orde Baru di mana kesemuanya itu membuat banyak orang terbuai

untuk segera lepas dari "tiga penyakit masyarakat" yang memang ingin

dijauhinya, yakni penyakit kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan.13

Rezim Orde Baru menciptakan apa yang disebut sasongko sebagai

"Demam Ekonomi", sebab bagi sasongko upaya membangun bangsa oleh rezim

Orde Baru melalui ekonomi yang dinilai merupakan landasan bagi pembangunan

lainnya.14 Sehingga menciptakan ketimpangan pendapatan dan menciptakan krisis

moneter dan ekonomi.15

Krisis ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun 1997-1998

berdampak bagi pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Dampaknya rupiah

rontok, suku bunga melonjak, harga barang naik tidak terkendali, daya beli

masyarakat anjlok, pengangguran bertambah dan angka kemiskinan mencapai 50

persen jumlah penduduk. Menghadapi krisis ini, Indonesia memakai cara

menguras devisa. Akibatnya terperosok ke lembah krisis yang dalam.16

Reformasi yang digelorakan pada tahun 1998, secara substantive

adalah tuntutan perubahan pada struktur sistem, nilai dan aktor baik dalam bidang

ekonomi, social, politik, budaya serta pertahanan dan keamanan. Secara teoritik,

perubahan diupayakan agar tatanan Negara dan masyarakat baru Indonesia akan

menjadi lebih bermartabat, demokratis dan sejahtera. Dimensi dinamik pada kata

reformasi adalah terkandung upaya perombakan dan penataan dari tatanan lama

(dismantling the Old Regime) menuju suatu tatanan baru yang lebih egaliter,

13
Ibid
14
Ibid
15
Soepriyanto, Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi, Jakarta : Inside Press, 2008, hal. 111
16
Ibid, hal 140-141.
demokratis, ber-keadilan social dan ditegakkannya supremasi hukum,

pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan social dan rasa

aman dalam masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat

Indonesia "reconstructing the new Indonesia".17

Perubahan dimaksud sebagai gerakan reformasi memiliki agenda-

agenda. Agenda terpenting dari reformasi menurut Sasongko adalah untuk

mengembalikan keberadaan bangsa Indonesia dalam satu bingkai Negara

kebangsaan, yang berdasarkan pada wawasan kebangsaan. Bukan wawasan-

wawasan kesukuan, keagamaan, rasisme, etnisisme maupun golongan tertentu.18

Kerangka dasar dari agenda tersebut adalah untuk menentukan arah dari sebuah

pembangunan bangsa dan Negara.

Pembangunan yang mampu membangkitkan kekuatan dan

kepribadian bangsa, sebagai upaya bangsa untuk mengembangkan

kepribadiannya sendiri sebab bangsa sebagaimana bangsa Indonesia harus hidup

dan berada di antara perputaran arus globalisasi dunia. Sementara itu menurut

Fakih bahwa proses globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan paham

kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobalnya peran pasar, investasi, dan

proses produksi dari perusahaan-perusahaan transnasional, yang kemudian

dikuatkan oleh ideologi dan tata dunia perdagangan baru di bawah suatu aturan

yang ditetapkan oleh organisasi perdagangan bebas secara global. Globalisasi

17
Ibid, hal 3.
18
HD. Haryo Sasongko, Bung Karno Nasionalisme dan Demokrasi, Pustaka Grafiksi, 2005,
hal. 35
muncul bersamaan dan menjadi bagian fenomena runtuhnya pembangunan di

Asia Timur.19

Lanjutnya bahwa Globalisasi juga melahirkan kecemasan bagi mereka

yang memikirkan permasalahan sekitar pemiskinan rakyat dan marjinalisasi

rakyat, serta persoalan keadilan sosial. Bersamaan dengan itu. fenomena yang

juga berkembang secara pesat dan global berakibat pada semakin meningkatnya

kemajuan di bidang telekomunikasi, elektronika, serta bioteknologi yang dikuasai

oleh perusahaan transnasional. 20

Hal itu telah terjadi sejak Orde Baru berkuasa, sebagaimana yang

dikemukakan Dwi Rio Sambodo bahwa Indonesia berkiblat pada blok yang

disponsori Amerika Serikat. Indonesia menjadi pengabdi kapitalisme, menjadi

subordinat dari kepentingan Kapitalisme Global yang dibuktikan dengan adanya

kebijakan-kebijakan yang memihak kepentingan modal dan pasar: kebijakan awal

yang diambil pemerintahan Orde Baru ketika berkuasa adalah dikeluarkannya

Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967, yang

membuka seluas-luasnya investasi asing tanpa batas.21 Hal senada dikemukakan

M Arief Pranoto bahwa Persoalan bangsa ini ada di hulu, yakni penguasaan

ekonomi dan pencaplokan sumber daya alam, (SDA) oleh asing! Itulah skema

kolonialisme dimanapun, sampai kapanpun.22

19
Mansour Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press
bekerjasama denagan Pustaka Pelajar, 2001, hal. 198
20
Ibid
21
Dwi Rio Sambodo, Catatan dari Kebon Sirih, Jakarta: Perhimpunan Rumah Indonesia,
2014, hal. 20
22
M. Arief Pranoto, Geo Politik Ilmunya Ketahanan Nasional dalam The Global Review, The
Jurnal of International Studies, Edisi IV, November 2014, hal 6
Terjadinya globalisasi sebagaimana dijelaskan Fakih bahwa pada

dasarnya globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi social Global baru

dengan ditandai oleh diberlakukannya secara global mekanisme perdagangan

melalui penciptaan kebijakan yakni berhasil ditandatanganinya kesepakatan

international tentang perdagangan pada bulan April tahun 1994 setelah melalui

proses yang sulit, di Marrakesh, Maroko. yakni suatu perjanjian internasional

perdagangan yang dikenal dengan General Agreement on Tariff and Trade

(GATT23).

Sementara itu, bahaya globalisasi bagi Negara-negara miskin pada

dasarnya terletak pada pelemahan struktural kemampuan sebuah pemerintah

dalam melindungi kepentingan Negara dan rakyatnya, dan meningkatnya

ketergantungan perekonomian Negara-negara miskin terhadap uluran tangan para

pemodal internasional dari Negara-negara kaya. Posisi ini berimplikasi serius

terhadap fungsi pemerintah dalam perekonomian Negara-negara miskin; dari

melayani melindungi kepentingan rakyat menjadi pelayan dan pelindung

kepentingan para pemodal Negara-negara kaya.24

Untuk itu, Fakih mengungkapkan fakta bahwa Penelitian Food And

Agriculture Organization of the United Nations (FAO) tentang dampak Negara

23
GATT merupakan suatu kumpulan aturan internasional yang mengatur peri-laku
perdagangan antarpemerintah. GATT juga merupakan forum negosiasi perdagangan
antarpemerintah. serta juga merupakan pengadilan untuk menvelesaikan jika terjadi per-
selisihan dagang antarbangsa. Kesepakatan itu dibangun di atas asumsi bahwa sistem
dagang yang terbuka lebih efisien dibanding sistem yang proteksionis, dan dibangun di atas
keyakinan bahwa oersaingan bebas akan menguntungkan bagi negara yang menerapkan
prinsip-prinsip efektivitas dan efisiensi. Namun kemudian pada tahun 1995 suatu organisasi
pengawasan perdagangan dan kontrol perdagangan dunia yang dikenal dengan World Trade
Organizations (WTO) didirikan dan organisasi global ini sejak didirikan mengambil alih
GATT. Loc Cit, Fakih, hal. 212
24
Loc Cit, Soepriyanto, hal 15.
yang mengimplementasikan kesepakatan Pertanian dalam Uruguay Round

melahirkan kebijakan “akses pasar” dan domestic support terhadap perusahaan

multinasional dan besar karena alasan persaingan global ini akan memaksa

pemerintah untuk mengubah kebijakan dari subsidi bagi petani kecil menjadi

subsidi kepada perusahaan agribisnis raksasa, dan proses ini sekaligus menggusur

kemampuan petani kecil sebagai produsen. Salah satu akibatnya nanti, petani kecil

tidak ada pilihan lain kecuali melepaskan sumber alam terutama tanah mereka. Di

sektor urban, kebijakan yang didorong melalui proses globalisasi seperti

penghapusan subsidi akan menyingkirkan dan memarjinalkan masyarakat miskin

kota.25

Proses globalisasi yang terdapat di negara-negara Dunia Ketiga akan

dibentuk sedemikian rupa oleh negara-negara maju sehingga memiliki tingkat

ketergantungan yang tinggi terhadap mereka. Oleh karena itu, ketika negara Dunia

Ketiga ingin melepaskan diri dari hegemoni negara maju akan dihadapkan dengan

banyak masalah baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, kita bisa

melihat dengan jelas bagaimana dampak globalisasi bagi negara berkembang,

sebab negara berkembang akan sangat bergantung pada negara maju baik dalam

bidang ekonomi, budaya, maupun politiknya.

Kondisi demikian juga terjadi saat ini di Indonesia sebagaimana yang

ditegaskan Sambodo bahwa bangsa Indonesia berada dalam cengkeraman bangsa-

bangsa besar, negara-negara industri maju. Dalam bidang ekonomi misalnya,

seperti pada zaman penjajahan Belanda, terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap

25
Sambodo, loc cit, 20
sumber-sumber kekayaan alam Indonesia. Kekayaan alam berupa migas,

batubara, emas dan tembaga dikeruk habis-habisan oleh perusahaan asing;

perusahaan perkebunan raksasa yang mengusur tanah rakyat dan hak adat.26

Dalam kondisi seperti ini muncullah sosok Joko Widodo dengan

gagasan “ Revolusi Mental “ yang dianggap menjadi gagasan yang mampu untuk

mengatasi persoalan bangsa dan mentransformasikan konsep Trisakti Soekarno.

Joko Widodo atau biasa disapa dengan sebutan Jokowi merupakan tokoh yang

saat ini mencoba menghidupkan kembali gagasan Bung Karno atau bisa juga

disebut sosok yang cenderung meniru gagasan Bung Kurno.

Jokowi yang lahir di Surakarta 21 Juni 1961, beliau pernah belajar di

sekolah dasar negeri (SDN) 111 Tirtoyoso Solo, kemudian melanjutkan di

Sekolah menengah Pertama (SMPN) 1 Solo, dan melanjutkan ke jenjang sekolah

menengah atas negeri (SMAN) 6 Solo. Setamat dari SMA beliau melanjutkan ke

perguruan tinggi di Yogyakarta yakni di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogya.

Beliau pernah menjabat sebagai walikota Solo, dan pernah juga menjadi Gubernur

DKI Jakarta dan sekarang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia (RI)

yang ke-7.27

Dalam proses Pemilihan Presiden (PilPres) tahun 2014 lalu pasangan

Jokowi – JK menawarkan konsep baru yang disebutnya sebagai Nawacita.

Konsepsi ini dilandasi atas tiga problem pokok bangsa yang dijabarkan Dalam

perjuangan mencapai tujuan nasional, bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga

masalah pokok bangsa, yakni (1) merosotnya kewibawaan negara, (2)


26
Op Cit, Sambodo, hal. 20-21
27
http://kpu.go.id/koleksigambar/Daftar_Riwayat_Hidup_JOKO_WIDODO.pdf, di akses
pada tanggal 20 Desember 2014, pukul 11.00 WIB.
melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional, dan (3) merebaknya intoleransi

dan krisis kepribadian bangsa.28

Jokowi mengemukakan bahwa reformasi yang hanya menyentuh

faktor kelembagaan negara, tidak akan cukup untuk menghantarkan Indonesia ke

arah cita-cita bangsa seperti diproklamasikan oleh para pendiri bangsa. Apabila

kita gagal melakukan perubahan dan memberantas praktik korupsi, intoleransi,

kerakusan, keinginan cepat kaya secara instan, pelecehan hukum, dan sikap

oportunis, semua keberhasilan reformasi ini segera lenyap bersama kehancuran

bangsa.29

Figur Jokowi memang menarik untuk dikaji dalam konteks

perpolitikan Indonesia saat ini, sebab Jokowi hadir bukan sebagai tokoh Militer,

Jokowi juga bukan sebagai tokoh sentral dari partai politik, Jokowi bukan

merupakan figur keturunan tokoh terkenal bahkan Jokowi juga bukan merupakan

pemilik partai politik seperti tokoh lainnya namun Jokowi hadir sebagai figur

masyarakat biasa yang menjelma sebagai suatu kekuatan rakyat. Bahkan hadirnya

Jokowi membawa fenomena baru dalam pentas politik pemilihan umum lima

tahunan. Kenapa demikian? Sebab munculnya figur Jokowi juga merupakan suatu

skenario yang dibangun berdasarkan atas kekuatan rakyat melalui organisasi-

organisasi relawan yang bukan merupakan partai politik. Suka tidak suka, desakan

kelompok relawanlah yang memperkuat posisi Jokowi dan mematahkan dominasi

28
Jalan perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian “Visi Misi
dan Program Aksi Jokowi – JK”, www. KPU.go.id
29
www.revolusimental.or.id, Loc cit
keluarga megawati sehingga kemudian Jokowi ditetapkan sebagai kandidat

presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Konsepsi Nawacita Jokowi lahir di tengah-tengah krisis mentalitas

yang menerpa bangsa Indonesia. Sehingga mencanangkan revolusi mental untuk

melakukan terobosan politik. Oleh karena itu, Nawacita dijadikan sebagai

program inti atau tujuan dari pemerintahan Jokowi. Sementara itu, cara berpikir

dan bertindak pemerintahan Jokowi adalah revolusi mental.

Anda mungkin juga menyukai