1 Ibid.Hal, 35.
Rusia dan aku ngobrol deng Jean Jacques Roussea, Aristede Briand
dan Jean Jaures ahli Pidato terbesar dalam sejarah Perancis.” 2
Ketiga, sebagai pemuda yang tinggal di rumah tokoh
pemimpin gerakan yang cukup berpengaruh di masa itu, Soekarno
mempunyai kesempatan untuk bertemu dan mendengarkan para
tokoh pergerakan nasional itu berdiskusi. Soekarno
mendengarkan dan sekali–kali bisa berdialog dengan Alimin dan
Muso yang beraliran Marxis. Soekarno juga bertemu dengan dr.
Setiabudi, seorang keturunan Indo Belanda yang Nasionalis.
Perkenalan dengan para tamu Cokroaminoto dari berbagai aliran
politik dan ikut mendengarkan mereka berdiskusi, menyebabkan
Soekarno dari sejak usia muda sudah merasa cinta tanah air.
Setapak demi setapak rasa cinta tanah air menjiwai sikap
hidupnya dan berkobar menyala-nyala dan sangat menyadari
bahwa tidak ada alasan bagi pemuda Indonesia menikmati
kesenangan dengan melarikan diri kedalam dunia khayal. Apalagi
mengingat penghinaan anak–anak Belanda yang pernah
memanggilnya dengan sebutan Inlander.
Walau ia bisa mendengar para tokoh itu berdiskusi dan
malah ikut berdialog, namun pemuda Soekarno tidak merasa
puas. Soekarno merasa masih ada yang kurang dari aksi para
tokoh–tokoh tersebut. Sebab, menurut pendapat Soekarno, tidak
ada satupun dari cara–cara mereka itu yang dapat memenuhi
syarat agar dapat mencapai kemerdekaan Indonesia. Pemikiran
maupun cara kerja mereka dalam gerakan aksinya, tidak akan
mampu menyusun kekuatan untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia. Menurut penilaian Soekarno, Islam yang diajukan oleh
tokoh–tokoh itu, tidak dapat mempersatukan semua potensi
Indonesia. Harapan rakyat yang begitu besar diberikan kepada
Cokroaminoto merupakan isyarat dari rakyat yang mengharapkan
Cokroaminoto dapat mewujudkan Kemerdekaan Indonesia. Akan
tetapi Soekarno melihat bahwa Cokroaminoto tidak mampu
merealisir harapan rakyat tersebut. Alasan pokok dari
ketidakmampuan itu, karena gaya Cokroaminoto memperjuangkan
4 Bung Karno dan Pemuda, Kumpulan Pidato Bung Karno di Hadapan Pemuda Pelajar,
Mahasiswa dan Sarjana tahun 1952 - 1956, (Jakarta. 1987) Hal, 202.