Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sakira Kusuma Ayu Maharani

Kelas : 12 IPS 2

Absen : 30

BAHASA INDONESIA UNSUR INTRINSIK CERITA SEJARAH


Identitas Buku :
Judul Buku : KI HAJAR DEWANTARA “Pemikiran dan Perjuangannya”
Pengarang : Suhartono Wiryopranoto, Prof. Dr. Nina Herlina, M. S, Prof. Dr.
Djoko Marihandono, Dr. Yuda B Tangkilisan dan Tim Museum
Kebangkitan Nasional.
Penerbit : Museum Kebangkitan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tahun Terbit : April, 2017.
Tebal Halaman : 205 halaman.

Unsur Intrinsik :
Tema : Sosok Soewardi Suryaningrat yang mendapat julukan sebagai “KI HAJAR
DEWANTARA” dalam langkah perjuangan politik menuju pendidikan demi pergerakan
kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia.
Alur : Pada buku tersebut, alur yang digunakan adalah alur campuran.
Dikarenakan, dalam buku itu langsung mengenalkan biografi singkat serta gagasan awal
politik dan semboyan pendidikan bagi Indonesia, selanjutnya pada bab terakhir

2
menjelaskan tentang masa kecil Ki Hajar Dewantara dan ditutup dengan jasa dan
peghargaan beliau sebagai pahlawan pendidikan.
Penokohan : Tokoh yang diangkat dari buku ini adalah Ki Hajar Dewantara,
menurut buku ini yang telah saya baca sekilas. Ki hajar dewantara adalah sosok yang
memiliki rasa nasionalisme tinggi, cinta tanah air, berjiwa pluralis, pemimpin idealis,
pecinta pendidikan,mpendidik sejati dan berjiwa intelektual. Itu semua harus kita
teladani bahkan patut dicontoh, serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sudut Pandang : Sudut pandang yang dipakai dalam buku ini adalah sudut
pandang ketiga, yakni penulis. Bukti ini dapat dikutip dari isi buku halaman 9 yang
berbunyi “Pada dasarnya sejarah adalah hubungan antarbiografi yang melewati atau
menembus batas waktu. Membicarakan Ki Hajar Dewantara (KHD), hal ini berarti
memahami relasinya dengan tokoh-tokoh sejarah yang sezaman khususnya di bidang
politik, meski bidang-bidang lain tidak dapat ditinggalkan. Sebaran spasialnya tentunya
seluruh nusantara dan lingkup temporalnya mencakup periode pemerintahan
penjajahan Belanda di Indonesia pada akhir abad XIX sampai dengan pertengahan abad
XX.” Dalam kutipan ini dijelaskan bahwa penulis memaparkan biografi singkat Ki Hajar
Dewantara.
Latar : Kejadian setiap cerita.
Latar Tempat :
 Yogyakarta, kutipan buku hal. 9 “KHD lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta
dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat (SS), putra GPH Soerjaningrat, atau
cucu Sri Paku Alam III. Dari genealoginya SS adalah keluarga bangsawan
Pakualaman.”
 Jawa dan Sumatera Barat, kutipan buku hal. 21 “Pertumbuhan sekolah swasta di
Jawa dan Sumatera Barat sangat luar biasa 1920-1931-an.”
Latar Waktu :
 Tanggal 6 September 1913 itu sebagai hari keberangkatan “Tiga Serangkai” itu
disebut sebagai “Hari Raya Kebangsaan” (Koch, 1951 53-54). Di Parlemen
Nederland,
 Tjipto hanya setahun di Nederland karena sakit, DD kembali 1918 dan KHD
kembali ke Indonesia pada 1919 setelah mengalami pembuangan enam tahun di
negeri Kincir Angin itu.

2
Latar Suasana :
 Tegang : Kutipan buku hal. 20 “Superioritas kolonial sangat mengganggu
eksistensi kultur dan masyarakat Jawa karena tekanan-tekanan sosial-politik
yang berakibat pada inferioritas yang kompleks. Ketidakpercayaan diri yang
dibangun pemerintah kolonial ini harus dikembalikan sehingga bangsa ini berani
masuk dalam masyarakat kolonial dan berkompetisi dengan mereka (Ki Hadjar
Dewantara, 1952). “
 Haru : Kutipan buku hal. 24 “Perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh
kemerdekaan dilakukannya dalam berbagai dimensi, meski lahirnya dimensi-
dimensi itu tidak secara simultan tetapi dimensi yang dimunculkan kaum
pergerakan sejalan dengan tantangan yang timbul waktu itu.”
 Semangat : Kutipan buku hal. 30 “Setelah melalui jalan panjang, yaitu perjalanan
sosialpolitik pergerakan nasional selama tiga dasawarsa termasuk kiprahnya
KHD dalam TS menguatkan integrasi nasional, yaitu makin kuatnya kesadaran
nasional membanun nasionalisme riil dengan ikrar pemuda Indonesia untuk
merealisasikan Indonesia Merdeka.”

Amanat : Kita sebagai generasi muda harus ingat dan tidak melupakan para jasa
pahlawan dan sejarah. Selain itu, kita harus menjunjung tinggi nilai nasionalisme cinta
tanah air serta kejujuran. Dari Ki Hajar Dewantara, kita belajar bahwa pendidikan
adalah kunci kesuksesan dalam hal apapun. Pendidikan adalah cahay kehidupan. Maka
dari itu kita harus mencintai pendidikan dan mengimplementasikan nilai pendidikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Satu hal yang terpenting adalah kita harus
menjunjung nilai kejujuran. Apapun itu, kejujuran adalah nomor 1 dan paling penting.
Karena dengan kejujuranlah, semua hal akan berjalan dengan baik dan dengan
kejujuranlah kebaikan akan selalu tertanam.

Anda mungkin juga menyukai