PENDAHULUAN
yang menjadi ancaman bagi negeri ini. Partai tersebut menganut ideologi
usaha dari ideolog sosialis kiri untuk mewujudkan Negara Komunis Indonesia.1
Sneevliet.2
1
Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, (Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia, 1994,) hlm 7.
2
Sneevliet adalah anggota SDAP di Nederland, dan ketua persatuan buruh kereta-api
Nederland (Nederlandsche Vereeniging van Spoor-, en Tramwepersonneel – NVSTP).Pada 1912
Sneevliet kehilangan pekerjaan sebagai ketua NVSTP setelah keluar dari SDAP dan bergabung
dengan SDP (Sociaal Democratische Partij) yang memisahkan diri dari SDAP. Perpecahan ini
akibat pergeseran ideologi SDAP ke arah yang lebih moderat mengenai peranan modal di negeri
jajahan. SDP kemudian menjadi Partai Komunis Belanda. Namun demikian, ketika SDP mau
bersaing lawan SDAP dalam pemilihan umum, 1913, Sneevliet kecewa karena hal ini diartikannya
pemilih jadi pecah. Ia lantas bergabung lagi dengan SDAP. Sneevliet yang berangkat ke Hindia-
Belanda untuk mencari pekerjaan, masih sebagai tokoh sosialis yang moderat. Ia tiba di Nusantara
ketika penduduk asal Eropa, terutama pemilik modal, sangat mencemaskan sepak terjang SI.
Konon tercermin dalam iklan surat kabar Soerabajaasch Handelsblad 15 Juli 1913, begitu
cemasnya mereka sehingga permintaan terus meningkat akan perwira tentara yang sanggup
memberi nasehat mengenai bangunan pabrik yang tangguh menahan sebuah perusuh Bumiputra.
Mula-mula Sneevliet bekerja di surat kabar Surabaya itu sebagai redaktur. Tidak lama kemudian ia
menjadi sekretaris untuk Persatuan Dagang Semarang (Semarang Handels Vereeniging)
menggantikan D.M.G. Koch yang memanggilnya, juga seorang tokoh sosialis. Kebetulan, di kota
itu telah berdiri sejak 1908 suatu organisasi buruh kereta-api untuk Hindia-Belanda (VSTP).
Diluar kesibukannya sebagai sekretaris organisasi kapitalis, Sneevliet langsung aktif di kalangan
anggota VSTP itu.Ia membantu ISDV bersama J.A. Brandstedur, H.W. Dekker, dan para anggota
VSTP, yang mayoritas adalah Eropa atau Indonesia. Lihat Parakitri T. Simbolon, Menjadi
Indonesia Buku I: Akar-akar Kebangsaan Indonesia, (Jakarta: Kompas, 1995), Hlm. 552-553.
Sneevliet datang ke Jawa pada tahun 1913 dan menjadi sekretaris
kolonial. Mula-mula para anggotanya hanya terdiri dari kaum sosialis Belanda
yang tinggal di Indonesia, tetapi segera juga perkumpulan ini mendapat pengikut
tahun 1918 masuk dalam pengurus besar SI. Perkembangan ini mengakibatkan
3
A. K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat,
1984), hlm 13.
4
Semaoen muncul sebagai bumiputra pertama yang menjadi propagandis serikat buruh.
Lahir pada 1899 di Mojokerto sebagai anak buruh kereta api, Semaoen bukanlah keturunan priayi.
Namun, karena dibesarkan pada zaman etis, ia turut menikmati pendidikan dasar gaya Barat. Ia
lulus dari sekolah Bumiputra Angka Satu dan bergabung dengan SS sebagai juru tulis pada 1912 di
usia tiga belas tahun. Tahun berikutnya, ia bergabung dengan SI afdeling Surabaya dan tampil ke
muka sebagai sekretaris SI Surabaya pada 1914. Pada awal 1915, ia bertemu dengan Sneevliet di
Surabaya dan terkesan dengan “sikap manusiawi dan tulus” Sneevliet yang sama sekali bebas dari
“mentalitas kolonial” Belanda, bergabung dengan ISDV dan VSTP. Setelah bertemu dengan
Sneevliet, ia bukan hanya belajar membaca, tetapi juga menulis dan berbicara bahasa Belanda, dan
segera menjadi sekretaris ISDV di Surabaya yang didominasi oleh orang Belanda, sekaligus
sebagai anggota pemimpin VSTP Surabaya. Menurut keterangan Marco- yang pertama bertemu
Semaoen pada pertengahan 1915- Semaoen sangat dekat dengan Sneevliet dan H.W. Dekker, yang
merupakan salah satu pendiri ISDV dan wakil ketua hoofdbestuur VSTP, serta aktif mengorganisir
dan berbicara dalam vergadering-vergadering VSTP. Lalu pada Juli 1916, ia keluar dari SS, dan
menjadi propagandis VSTP yang dibayar penuh. Ia pindah ke Semarang untuk menjadi editor Si
Tetap, surat kabar VSTP yang berbahasa Melayu. Tidak lama setelah itu, Semaoen menjadi
propagandis dan komisaris SI Semarang, pada Mei 1917, pada usia 18 tahun dipilih sebagai ketua
menggantikan Mohammad Joesoef. Lihat Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat
di Jawa 1912-1926 (Jakarta: Grafiti,1997), hlm 134-135.
5
A.P.E. Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?,(Jakarta: Grafitipers, 1985), hlm 6.
Lihat juga Nugroho Notosusanto, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia (1994: 8) Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, Sarekat Dagang Islam (SDI) yang
kemudian menjadi Sarekat Islam (SI) merupakan salah satu organisasi yang berkembang di
Indonesia. Sneevliet memanfaatkan organisasi SI dengan cara memasukkan anggota ISDV ke
dalam anggota SI, dan sebaliknya SI dibolehkan menjadi anggota ISDV atau dengan sistem
“keanggotaan rangkap”. Mereka berhasil membawa beberapa tokoh muda SI menjadi anggota
Pada tahun 1921 kaum kiri, yang telah bergabung dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang terbentuk pada tahun 1920, dikeluarkan dari Sarekat Islam
(SI). Di daerah hal ini juga mengakibatkan perpecahan yang hebat. Periode
sesudah tahun 1921 sampai pecahnya Perang Dunia Kedua memperlemah SI.6
jumlah mereka memiliki tanda keanggotaan PKI dalam waktu yang sama sampai
Sejak kedatangan Muso, seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di
Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi PKI yang didirikan pada 9
Mei 1914 bersama Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibentuk pada tanggal 28
Juni 1948 oleh kelompok Amir Syarifudin yang menempatkan diri sebagai oposisi
ISDV, diantaranya Semaoen dan Darsono, dari sinilah SI pecah menjadi Sarekat Islam Merah di
bawah kendali paham Marxis Semaoen.
6
A.P. E. Korver, ibid,hlm 2.
7
A. P. E. Korver, ibid, hlm 195. Lihat juga Nugroho Notosusanto, Gerakan 30 September
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, (1994:13)
tentang pergolakan rakyat tahun 1926-1927. Upaya PKI mencetuskan pergolakan rakyat di
beberapa tempat, yaitu pada tanggal 12-14 November 1926 di Karesidenan Jakarta, tanggal
12November-15 Desember 1926 di Banten, tanggal 12-18 November 1926 di Priangan, tanggal
17-23 November 1926 di Surakarta, tanggal 12 November-15 Desember 1926 di Kediri, dan
tanggal 1 Januari- akhir Februari 1927 di Silungkang, Sumatra Barat.
8
Nugroho Notosusanto,30 tahun Indonesia Merdeka cetakan ke-7,(Jakarta: Tira Pustaka,
1986), hlm 184.
Setelah kekacauan yang diciptakan P.M. Amir Syarifudin, yang telah
kuasa van Mook. Persetujuan Renville yang ditandatangani antara kedua belah
anggota Komisi Tiga Negara diatas geladak kapal “Renville” pada tanggal 17
(kelompok Amir), Partai Sosialis Indonesia (Pesindo), Partai Buruh, PKI dan
pada gerakan partai komunis ini, terjadi perang rakyat, antara umat Islam yang
dipimpin oleh para ulama dan kyai yang tergabung dalam Partai Masyumi dan
karakter idealis. Mereka mempunyai ide dan konsep mengenai cara mengubah
9
Pinardi, Peristiwa Madiun 1948,(Jakarta: Inkopak-Hazera, 1966), hlm 12.
10
Nugroho Notosusanto,30 tahun Indonesia Merdeka cetakan ke-7,(Jakarta: Tira Pustaka,
1981), hlm 184.
11
Djumairi, wawancara, tanggal 09 April 2015, hari Kamis di Ngawi.
atau mengambil alih kekuasaan pemerintah melalui gerakan revolusi. 12 Hal ini
Syarifudin dan Muso. Dalam hal ini kedua pemimpin sosialis kiri ini
menggerakkan masyarakat dari kalangan buruh, petani dan kalangan yang lemah
secara ekonomi maupun secara ideologi. Sebagaimana data dalam skripsi Nur
Rahma Nisfatul Ikbar13, bahwa komposisi masyarakat Madiun secara partai lebih
dominan mendukung Partai Komunis Indonesia, hal ini dari data yang
pemahaman terhadap agama tidak lantas masuk dalam partai Masyumi. Sehingga
12
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah Teori Metode Contoh Aplikasi, (Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm 225.
13
Nur Rahma Nisfatul Ikbar, Peran Masyumi Dalam Penumpasan Pemberontakan PKI di
Madiun 1948, skripsi, (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2012), hlm 17.
14
Kaum Muslim Jawa yang saleh dan berpegang teguh pada ajaran Islam menyebut diri
mereka sendiri putihan (golongan putih), tetapi ada banyak orang Jawa yang tidak siap untuk
menerima versi Islam yang baru dan lebih menuntut dari mereka ini, mereka dijuluki sebagai kaum
abangan, “golongan merah (coklat)”. Istilah yang disebut terakhir ini pada awalnya dipakai
sebagai semacam ejekan oleh kaum putihan yang saleh pada pertengahan abad ke-19 –ia tidak
dikenal sebelumnya- tetapi kaum abangan menerima julukan tersebut dengan senang hati.
Perujukan pertama yang ketahui dari pemakaian istilah ini adalah laporan nasionalis Belanda dari
tahun 1850-an. Istilah abangan tampaknya kini telah menjadi istilah yang lebih biasa untuk
menyebut kaum muslim yang tidak begitu taat pada ajaran agama mereka, dan telah menyebar
hingga ke pelosok tanah Jawa. Pada periode yang sama, gaya hidup orang awam Jawa berubah:
kebanyakan mereka rupanya tidak lagi melaksanakan lima rukun Islam yang menandai sitesis
Mistik Misionalis Belanda Carel Poensen, yang menghabiskan 30 tahun di Kediri,
mendeskripsikan suatu masyarakat Jawa yang dinamis pada 1880-an, dengan semakin kuatnya
pengaruh dari kaum n sementara kaum abangan menarik diri dari praktik-praktik religius
sebelumnya. Lihat M. C. Riklefs, Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa dan
Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang. Terj. FX Dono Sunardi dan Satrio Wahono,
(Jakarta:Serambi, 2013), hlm. 49-50.
(Pelajar Islam Indonesia) penganiayaan dilakukan terhadap kyai. Pada penyerbuan
Pada peristiwa 1948 umat Islam secara umum menjadi sasaran Partai
Komunis Indonesia, bahkan secara khusus umat Islam yang tergabung dalam
(PKI), hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menjadi korban ialah
perang di Madiun, dengan berbagai aksi yang dilancarkan kepada penduduk kota
dalam hal ini perlawanan dilakukan oleh umat Islam yang tergabung dalam Partai
setempat.
15
Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya,(Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia, 1994), hlm 7.
16
Djumairi, wawancara, Tanggal 09 April 2015, hari Kamis di Ngawi.
mengambil alih kantor polisi di Walikukun. Tentara komunis didatangkan dari
ini tidak hanya di Tempurejo saja, namun merebah hingga Ngompak, Ngrambe,
Terhadap Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948”. Penelitian ini
dilakukan dengan mewawancarai tokoh tokoh yang menjadi pelaku dan saksi
17
Ahmat Ihsan, wawancara, tanggal 15 Juli 2016
18
Djumairi, Ibid.
sejarah peristiwa Madiun 1948. Serta melakukan studi pustaka dengan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
Jawa Timur tahun 1948 belum dilakukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Negara Republik Indonesia. Dalam buku ini dibahas mengenai cikal bakal
Indonesia.
3. Buku yang ditulis A.H. Nasution tahun 1976 dari Dinas Sejarah Angkatan
4. Buku Ayat-ayat yang Disembelih. Ditulis oleh Anab Afifi dan Thowaf
Zuharon. 2015 Jakarta: Jagat Publishing. Dalam buku ini dibahas mengenai
persitiwa pembantaian PKI pada tahun 1948 dan 1965 di wilayah sekitar
Jawa Timur. Ditulis dari hasil wawancara penulis dengan pelaku dan saksi
5. Skripsi yang ditulis oleh Nur Rahma Nisfatul Ikbar tahun 2012 dari
Fakultas Adab jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Sunan Ampel
Madiun 1948. Selain itu tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
Dalam skripsi ini pula dibahas mengenai analisis latar belakang meletusnya
6. Skripsi yang ditulis oleh Akhyar Sauqy tahun 1997 dari Fakultas Adab dan
pesantren Tempurejo. Dibahas pula mengenai peran ulama, kyai dan santri
7. Skripsi yang ditulis oleh Yusron Hasani tahun 1986 dari Fakultas Adab
Berbagai buku dan skripsi di atas dijadikan penulis sebagai kajian pustaka
timur. Dalam hal ini, yang menjadi perbedaan penelitian penulis dengan penelitian
sebelumnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma Isfatul Ikbar ialah
peran Masyumi dalam menumpas gerakan Partai Komunis Indonesia, baik dari
peranan partai Masyumi dalam hal politik maupun keberadaan partai Masyumi di
Madiun. Meskipun dalam penelitian yang penulis lakukan, tokoh yang penulis
terhadap satu tokoh dari anggota Partai Masyumi ini. Dalam hal ini pula, H.
terhadap Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948”, yang dilakukan
1. Heuristik
pengumpulan data yang didapatkan dari sumber primer dan sumber sekunder.
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung. Arsip Nasional Republik Indonesia yang bertempat di Jl. Ampera Raya
No. 7, Jakarta Selatan. Selain itu proses heuristik yang diakses melalui internet
Ngawi-Jawa Timur.
diantaranya:
a. Sumber Primer
a) Arsip/Dokumen
b) Buku
Angkatan Darat.
2) Benda
a) Visual
Batu Api.
(8) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Hj. Siti Zaidah dalam
03 Oktober 2016.
(11) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Pondok Pesantren
2016.
2016.
b) Lisan
(3) Ahmat Iksan (79) saksi sejarah dalam peristiwa gerakan Partai
Oktober 2016.
(5) Siti Zaidah (± 62) pengelola Koperasi Batik Sido Mukti Tempurejo
Oktober 2016.
b. Sumber Sekunder
1) Sumber Tertulis
a) Buku
Indonesia.
(2) Anab Afifi dan Thowaf Zuharon. 2015. Ayat Ayat yang
Zulhidjdjah 1386. No. 13, Hlm. 28, Jakarta: Jajasan Nurul Islam.
Islam.
c) Artikel dalam Internet
2015.
25 Juli 2016.
2. Kritik
yang berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik untuk
memperoleh keabsahan sumber.19 Dalam hal ini terdapat dua kritik terhadap
19
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,( Jakarta: Logos, 1999), hlm. 58
lalu, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan yang ketat.20 Sedangkan Kritik
Intern atau kritik dalam dilakukan untuk menyelidiki sumber yang berkaitan
melakukan kritik ekstern, yaitu melihat sumber dari sisi luarnya apakah sumber
tersebut layak atau tidak, serta untuk melihat keauntentikan dan keaslian sumber.
Penulis mendapatkan arsip dari Dinas Sejarah Angkatan Darat, dokumen ini yang
ditulis oleh A.H. Nasution menggunakan mesin tik, keadaan tulisan terbaca.
Melihat dari penulisnya ialah A.N. Nasution merupakan saksi sejarah terhadap
peristiwa tersebut.
melakukan kritik ekstern, yaitu melihat sumber dari sisi luarnya apakah sumber
lisan tersebut layak atau tidak, serta untuk dilihat keautentikan dan keaslian
Djumairi (±88), jika dilihat dari kesaksian beliau secara penuh dan mau, dengan
suka rela narasumber memberikan informasi terkait peristiwa sesuai yang beliau
alami. Karena beliau merupakan komandan dari masyarakat Islam setempat dalam
Ahmat Iksan (79), merupakan salah satu masyarakat luar Desa Tempurejo
yang menjadi saksi atas perlawanan Almarhum Ramlan. Beliau merupakan saksi
jawabkan.
yang ditulis A.H. Nasution ini berkenaan dengan keputusan pemerintah RI untuk
Dalam sumber lisan ini penulis melakukan kritik intern. Dimana dalam
tahapan ini penulis melihat keempat sumber tersebut dari dalamnya. Penulis
karena memenuhi syarat dalam sebuah kritik intern sumber: keempat narasumber
ini pada saat peristiwa tersebut sudah dalam kondisi dewasa dan dalam keadaan
sehat, selain itu keikut sertaan kedua narasumber dalam melakukan perlawanan
pada peristiwa tersebut di usia yang sudah cukup dewasa pula. Kemudian
narasumber yang keempat, meskipun tidak ikut serta dalam perlawanan, namun
pada usianya telah menjadi saksi dalam peristiwa tersebut. Selain itu penulis
3. Interpretasi
Tempurejo merupakan peristiwa sejarah sosial yang bersifat lokal. Menurut R.B.
Gribb bahwa perhatian utama dari sejarah sosial ialah bagaimana masyarakat
tertentu. Sehingga peristiwa sejarah sosial tersebut bukanlah untaian dan tindakan
para aktor yang terlalu dipentingkan, namun pola dan perilaku yang menghasilkan
“event”. Sebagaimana yang dikutip oleh Dedi Saeful Anwar dalam skripsinya
yang berjudul Perlawanan Pasukan M.A Sentot Melawan Agresi Militer Belanda
22
Dedi Saeful Nawar, (2015) “Perlawanan Pasukan M.A Sentot Melawan Agresi Militer
Belanda di Indramayu Tahun 1946-1948” Skripsi, (Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung). Hlm. 16.
Mengenai sejarah lokal atau daerah yang penulis angkat dalam sebuah
Indonesia (PKI) ialah masyarakat yang tergabung dalam Partai Masyumi dan
4. Historiografi
Ngawi Jawa Timur tahun 1948 mencakup: Sejarah Keberadaan Partai Komunis
Ngawi Jawa Timur tahun 1948, aktivitas dan propaganda Partai Komunis