Latar Belakang
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan yang
semakin parah dimana ada perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan
Yogyakarta membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Konflik internal yang
terjadi di antara anggota SI Semarang, menjadi saat yang ditunggu oleh H.J. Sneevliet untuk
menyusupkan paham radikalisme di dalam tubuh SI. Orang inilah yang nantinya menjadi
aktor utama dalam menyemai bibit komunis di Hindia Belanda, terutama di dalam tubuh SI
afdeling Semarang. Keberhasilan Sneevliet dalam membangun ISDV di Surabaya, memberi
ketertarikan pada Semaoen yang juga ikut aktif di dalam kegiatan-kegiatan ISDV dan VSTP.
Awal pertemuan mereka dimulai ketika Semaoen berada di Surabaya pada tahun 1914.
Semaoen pada saat itu aktif di SI Surabaya dan terpilih menjadi sekretaris. Semaoen lebih
banyak dididikdalam kegiatan-kegiatan SI. Setahun berikutnya, Semaoen masuk ke ISDV
Surabaya. Semenjak itulah Semaoen menerima tawaran dari Sneevliet untuk ikut aktif dalam
kegiatan ISDV dan VSTP afdeling Surabaya. Penguasaan bahasa Belanda yang cukup baik,
terutama untuk membaca dan mendengarkan, didorong minatnya yang besar, semakin
membuat Semaoen memperluas pengetahuannya dengan jalan otodidak.1 Akibat dari
pendisiplinan partai yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di kancah perjuangan
pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota yang beraliran
komunis kesal dan keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada
Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasiini diubah menjadi Perserikatan
Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai. PKH adalah partai komunis
pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet mewakili
partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada 1920. Pada 1924 nama partai
ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia.2
1
Dewi Yuliati, Semaoen Pers Bumiputera dan Radikalisasi Sarekat Islam Semarang,
Semarang: Bendera, 2000 hlm 8.
2
Perpustakaan Nasional. 1994. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya. Jakarta: Sekretariat Negara Republik
Indonesia, hlm 13.
Tujuan Pendirian PKI
Adapun tujuan berdirinya PKI adalah untuk membentuk sebuah Negara yang berpaham
komunis. dalam hal ini Indonesia menjadi sasarannya karena sebagian besar penduduk
Indonesia adalah kaum buruh atau petani (proletar) sehingga sesuai dengan tujuan PKI yakni
tergabung dalam proletar dunia. Selain itu mereka juga dalam mencari perhatian dengan
masyarakat dengan cara membangun konflik di dalam masyarakat maupun tubuh
keanggotaan PKI itu sendiri. Menurut Tan Malaka dalam artikel “Semangat Muda” yang di
tulis pada tahun 1926 di Tokyo, tujuan dari PKI adalah :
PKI dalam mencapai tujuanya adalah dengan jalan kekerasan. Sebab kita tahu, bahwa
kemodalan Belanda besok atau lusa mesti jatuh, maka haruslah kita dari sekarang
mengadakan peraturan ekonomi & politik, ialah program yang cocok dengan kastanya partai
kita, yakni partai Rakyat melarat, yang tergambar pada PKI. 3
Perkembangan PKI
Setelah berdiri pada tanggal 23 Mei 1920 PKI semakin berkembang pesat. Di
perbolehkannya keanggotaan ganda pada tubuh SI dilihat sebagai kesempaatan besar bagi
PKI untuk menyusup ke organisasi tersebut yang kemudian bertujuan untuk memecahnya.
Hal ini dilakukan karena PKI menyadari bahwa pada saat itu SI merupakan sebuah organisasi
pergerakan nasional yang besar dan kuat.Sehingga timbul keinginan diantara pimpian PKI
untuk menguasainya. Gebrakan-gebrakan yang dilakukan PKI dalam tubuh SI terang saja
membuat pimpinan CSI menjadi berang. CSI melihat bahwa tindakan tindakan yang
dilakukan oleh PKI telah mengarah kepada sebuah ancaman keutuhan didalam tubuh SI
sendiri. CSI kemudian menyadari bahwa yang menjadi penyebab pengaruh PKI begitu kuat
dalam tubuh SI adalah karena SI memperbolehkan sistem keanggotaan rangkap sehingga
menjadi sangat mudah untuk disusupi oleh orang-orang yang bersal dari organisasi lain.
Komunisme ternyata telah berhasil memecah belah SI kedalam dua bagian. Bagian pertama
3
Tan Malaka “Semangat Muda”. Tokyo. 1926. hlm 19
adalah mereka yang mempunyai pandangan komunis dalam tubuh SI dan bagian yang kedua
adalah mereka yang menentang ajaran komunisme dalam tubuh SI. Sekalipun akibat ulah dari
komunisme SI mengalami penurunan dalam jumlah anggotanya, tapi bagi pimpinan SI hal ini
harus dilakukan untuk menyelamatkan SI itu sendiri. Atas peristiwa tersebut SI dan PKI pun
menjadi dua kekuaan politik yang berdiri sendiri dan saling melakukan persaingan dalam
mendapatkan simpati atau dukungan dari rakyat. Partai komunis tiadalah menghendaki
"pendeta Komunis" yang hapal programnya dari muka sampai ke belakang dan dari belakang
sampai ke muka.4
B. Konflik PKI
“Kita kaum Komunis yang memboikot Volksraad pun belum pernah mengadakan
pemandangan kekastaan yang jelas dan terang, kenapa Volksraad Indonesia tak bisa menjadi
Parlemen, selama Keadaan Sosial dinegeri kita masih tetap seperti sekarang.5” Dari
pernyataan Tan Malaka PKI menggap bahwa Volksraad adalah boneka dari pemerintah
Belanda untuk menyenagkan rakyat Indonesia, oleh karena itu PKI tidak ingin dengan adanya
Volksraad rakyat Indonesia menjadi lupa akan pentingnya gerakan Revolusioner yang telah
menjadi pedoman PKI. Pada Juni 1925, Alimin menyerukan agar dilancarkan pemogokan
gelombang demi gelombang. Pusat-pusat pemogokan terletak di jalur kereta api serta
pelabuhan. Namun demikian, seruan itu tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.6 Melihat
kejadian tersebut pemerintah tidak serta merta membubarkan PKI meskipun tujuan PKI untuk
merebut kekuasaan sudah bukan rahasia lagi.
Pemberontakan PKI yang terjadi pada 1926, merupakan awal terjadinya konflik antar sesama
anggota PKI sendiri. Pada sekitar tahun 1924 hingga 1925 kondisi eknomi Indonesia sebagai
negara jajahan saat itu, mengalami krisis. Kebijakan kerja rodi dan pemungutan berbagai
4
Tan Malaka. Op.cit. hlm 19
5
Ibid
6
Parakitri T. Simbolon. 2007. Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas, hlm 333.
macam pajak, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda sangat membuat rakyat
menderita. Kondisi seperti ini, membuat semangat perlawanan rakyat terhadap Pemerintah
Kolonial Belanda memuncak. Untuk memfasilitasi semangat perlawanan rakyat tersebut,
pada Desember 1924 PKI mengeluarkan keputusan untuk merebut kekuasaan.7 Melihat
keadaan yang tidak terkendali, PKI mengadakan konferensi di Prambanan pada 25 Desember
1925. Konferensi ini dihadiri oleh pejabat-pejabat eksekutif PKI seperti: Sardjono, Alimin,
dan Musso. Ketika itu, salah satu tokoh PKI yang cukup besar pengrauhnya, Tan Malaka
tidak mendukung. Selain itu, Komintern sebagai kiblat seluruh partai komunis di dunia, juga
tidak mendukung. Tanpa dukungan Komintern dan salah satu tokoh PKI yang berpengaruh,
Tan Malaka, pemberontakan seharusnya tidak terjadi. Namun, mereka yang sudah tidak tahan
dengan keadaan ekonomi yang semakin memburuk, tetap mengadakan perlawanan, baik
dengan pemogokan maupun dengan pemberontakan bersenjata. Namun, selalu gagal karena,
kurangnya dukungan dari para anggota-anggota PKI sendiri, maupun dari masyarakat luas.8
Henk Sneevliet
Pada tahun 1895, Sneevliet beruntung dapat bersekolah di HBS (Hogere Burgere School),
karena jasa dari seorang kolega ayahnya. Setelah lulus, ia lantas bekerja pada perusahaan
7
McVey, Ruth T. Kemunculan Komunisme Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu, 2010. hal
524
8
Ibid
9
Fritjof Tichelman, Henk Sneevliet: Een Politieke Biografie, (np: Van Genep, 1974),hlm.17
jawatan kereta api di Zutphen di tahun 1901.10 Sneevliet hanya sebentar bekerja di
perusahaan ini, ia kemudian pindah ke Zwolledan bekerja sebagai pegawai stasiun. Selama di
kota inilah, Sneevliet berkenalan dengan Henriette R. Holst, seorang aktifis dan penyair
sosialis penganut ajaran Karl Marx yang sudah lama dikaguminya. Sejak pertemuannyaitu,
Sneevliet belajar tentang sosialismedan Henriettesendiri menjadi mentor politiknya untuk
beberapa tahun lamanya. Setelah Sneevliet merasa matang dengan pemikirannya, ia ikut aktif
dalam Partai Buruh Sosial Demokratik (SDAP) yang kemudian membuatnya berkenalan juga
dengan Anton Pannekoek, seorang ideolog Marxis yang mengelola majalah Nieuw Tjid yang
menjadi corong dari propaganda SDAP.
Ketika terjadi gelombang pemogokan besar buruh kereta api pada tahun 1903, Pannekoek
berseteru dengan P.J. Troelstra, ketua SDAP. Sneevliet yang sejak awal bersimpati,
mendukung strategi yang dilakukan Pannekoek untuk melakukan pemogokan bersama buruh
pelabuhan di Amsterdam. Sejak saat itu Sneevliet berseberangan dengan Troelstra, hingga
keduanya terlibat perangopini di media massa. Atas desakan kelompok sayap kanan di
NVSTP, dimana saat itu Sneevliet sebagai ketuanya, ia dikeluarkan dari SDAP dan dipecat
dari NVSTP. Sneevlietmemilih untuk tetap melawan dan mengasingkan diri darikegiatan
politik di negerinya. Dalam keadaan demikian, ia merasa perlu mengambil jarak dengan
gerakan buruh di Belanda. Oleh karena itu,ia memutuskan untuk pergi ke Hindia Belanda
untuk mencari pekerjaan baru.
Sneevliet tiba di Hindia Belanda pada tahun 1913, dimana kota yang menjadi tujuan akhir
perjalanannya bukanlah Semarang melainkan Surabaya. Ia bekerja sebagai staf editor
Soerjabaiasche Handelsblad, sebuah surat kabar industri gula Suikersindicate. Dalam karier
pergerakannya selama di Surabaya, Sneevliet mendirikan ISDV (Indonesische Sociaal
Democratische Vereniging) yang didirikan pada bulan Mei 1914 11. Pada awalnya, organisasi
ini adalah tempat perkumpulan bagi semua orang-orang sosialis berkebangsaan Belanda. Saat
itu belum ada pertentangan antara aliran sosialis-sovinis yang dikembangkan SDAP dengan
aliran internasionalis yang dikembangkan ISDV.
10
Bonnie Triyana, dkk., “Langkah Pemuda dari Rotterdam”,Historia, Edisi13, 2013,hlm.41.
11
Busjarie Latif, Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965),Bandung: Ultimus,2014 hlm
25
D. Kemunduran PKI
karena tindakan PKI yang cukup Radikal akhirnya timbul gerakan anti komunis dan
pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas. Ketegasan itu diwujudkan
dengan penangkapan dan pengasingan terhadap pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali
dengan Sneevliet tahun 1919. Tan Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia,
sedangkan Semaun 1923 .Dengan demikian semua pemimpinan PKI seperti Darsono, Ali
Archam, Alimin, Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI tanggal 11-15 Desember 1924
dikota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh Indonesia.
Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius oleh pemerintah kolonial Belanda
bahkan rapat-rapat PKI juga dibubarkan12
12
Takashi Shiraisi,Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, Jakarta:Grafiti
Press, 1990 hlm 432
13
Ibid hlm 436
Daftar Pustaka
Dewi Yuliati, Semaoen Pers Bumiputera dan Radikalisasi Sarekat Islam Semarang,
Semarang: Bendera, 2000
Fritjof Tichelman, Henk Sneevliet: Een Politieke Biografie, (np: Van Genep, 1974)