Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya kita
semua masih diberi kesehatan sehingga kita dapat menyelesaikan tanggung jawab kita di
Dunia.Salawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Baginda Rasul karena berkat
perjuangannya terdahulu kita masih merasakan nikmatnya iman dan islam. Untuk itu tak ada
salahnya kita terutama saya selaku penyusun untuk berterima-kasih karena berkat Tuhan dan
Rasul saya bisa menyelesaikan tanggung-jawab saya sebagai mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas ini.

Tak lupa juga saya mengucapkan terima-kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
saya dalam menyelesaikan tugas ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Ibu Dr. Ir. Yohana Sutiknyawati, MP dan ibu Nur Endah Saputri, S.T.P, M.Sc selaku
dosen pengampu mata kuliah Kimia Anorganik.
2. Kak Anggarwati,S.P selaku ko-ass yang telah membimbing jalannya praktikum
3. Orang Tua,Saudara,Sahabat,Kerabat,serta pihak pendukung yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu.

Penyusun menyadari dalam pembuatan laporan ini banyak teerdapt kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penyusun sangat terbuka untuk kritik dan saran supaya laporan
selanjutnya dapat terselesaikan tanpa kesalahan dan sesuai dengan keinginan. Semoga
laporan ini bisa di maklumi dan bisa di terima serta bermanfaat.

Pontianak, …. Desember 2019


Penulis,

(Syahrul Nizam)
(NIM:C1061191066)
DAFTAR ISI

hal
Kata Pengantar ..................................................................................................................................
i

Daftar Isi ...........................................................................................................................................


ii

Daftar Tabel (jika ada) ......................................................................................................................


iii

Daftar Gambar (jika ada gambar yang didalam teks) .......................................................................


iv

Daftar Lampiran ................................................................................................................................


v

Acara I ...............................................................................................................................................
1

Acara II .............................................................................................................................................
5

Acara III ............................................................................................................................................


10

Acara IV ............................................................................................................................................
15

Acara V .............................................................................................................................................
20

Acara VI ............................................................................................................................................
25

Acara VII ..........................................................................................................................................


30

Lampiran ...........................................................................................................................................
31
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA I. PENGENALAN ALAT DASAR

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam
melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar
mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat di
butuhkan dalam proses penilitian atau pun praktikum terutama dalam proses praktikum
kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing
didalam bidang keilmuan atau pun proses penilitian tentu alat-alat ini sangat di butuhkan
sekali. Alat-alat laboratorium juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur
pemakaiannya. Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat
tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga
kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting agar
mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar. Data-data yang tepat akan meningkatkan
kualitas penelitian seseorang.
Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan
dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut.
Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak
diinginkan. Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu
bahan atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan. Pada umumnya kegiatan praktek
laboratorium diarahkan pada upaya agar mahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi
atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh dosen, asisten
dosen atau buku teks.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui jenis serta fungsi alat-alat dasar yang digunakan pada saat
praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berikut ini akan dikenalkan beberapa alat pokok dalam praktikum kimia, antara lain :
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas, dapat dipanaskan dan digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia
dalam jumlah sedikit.
2. Penjepit tabung reaksi
Terbuat dari kayu atau logam, gunanya untuk memegang tabung reaksi pada dan selama
pemanasan.
3. Batang pengaduk
Dibuat dari kaca dan tidak berlubang. Gunanya untuk mengaduk suatu campuran atau
larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga untuk
membantu pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
4. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, tetapi ada juga yang terbuat dari bahan plastik. Gunanya
untuk memudahkan/menolong pada waktu memasukkan cairan ke dalam suatu tempat
yang sempit mulutnya seperti botol reagen, labu ukur, buret dan sebagainya.
5. Pipet
a. Pipet gondok/volumetrik
Alat ini disebut juga pipet volume atau pipet pindah. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu dan dengan tepat. Alat ini mempunyai ketelitian yang
tinggi.
b. Pipet ukur
Hampir sama dengan pipet gondok, hanya pada pipet ini terdapat pembagian skala
sehingga dapat digunakan untuk memindahkan sebagian-sebagian dari isi pipet.
c. Pipet Pasteur (pipet tetes)
Alat ini digunakan untuk memindahkan sedikit zat cair atau larutan yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi.
6. Gelas piala (gelas beaker)
Alat ini bukan alat pengukur, digunakan untuk mengambil dan menyimpan sementara
serta memindahkan larutan.
7. Erlenmeyer
Merupakan alat gelas dengan leher yang menyempit. Alat ini juga bukan alat pengukur
dan digunakan sebagai wadah zat yang dititrasi.
8. Gelas/kaca arloji
Terbuat dari gelas, gunanya sebagai wadah untuk menimbang zat yang berbentuk kristal.
9. Gelas ukur
Alat ini berupa tabung gelas dengan alas datar dan dilengkapi dengan skala dalam
miliLiter (mL). Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
tidak dapat digunakan untuk mengukur larutan/pelarut yang panas.
10. Labu ukur
Terbuat dari gelas dengan dasar rata dan leher yang sempit, dilengkapi dengan tanda
batas. Labu ukur memiliki bermacam-macam ukuran dari 25 mL hingga 2 L. Digunakan
untuk membuat larutan dengan volume yang tepat (larutan standar). Sering juga
digunakan untuk pengenceran sampai volume tertentu. Alat ini tidak boleh digunakan
untuk larutan yang panas.
11. Buret
Merupakan alat gelas yang berbentuk pipa panjang dengan skala dan dilengkapi dengan
kran. Digunakan untuk melakukan titrasi (mengukur volume titran yang digunakan).
Kapasitas alat ini bermacam-macam tetapi yang biasa digunakan adalah buret dengan
kapasitas 50 mL.
12. Standar buret
Alat ini terbuat dari baja dan digunakan sebagai penyangga buret.
13. Klem buret
Alat ini dipergunakan untuk memegang buret bersama standar buret. Bila perlu dalam
penggunaannya diperlukan juga pemegang klem.

14. Botol semprot


Alat ini digunakan sebagai wadah cairan (biasanya akuades) yang digunakan untuk
membilas alat-alat gelas.
15. Cawan porselin
Alat ini digunakan sebagai tempat pemanasan zat pada suhu tinggi (dalam oven atau
tanur). Cawan porselin yang masih panas tidak boleh didinginkan secara mendadak
(misalnya dengan perendaman dalam air dingin) karena dapat menyebabkan pecah. Hati-
hati pula meletakan cawan porselin di atas meja jangan sampai terkena cairan yang
membasahi meja.
16. Piring tetes
Alat ini digunakan untuk reaksi identifikasi zat dalam jumlah sedikit dan tidak boleh
dipanaskan.
17. Lampu spiritus/alkohol
Alat ini digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi yang memerlukan pemanasan.
18. Botol reagen
Alat ini digunakan sebagai wadah reagen atau larutan untuk zat-zat yang diperiksa.
Mengambil larutan dari botol reagen dapat dilakukan dengan cara :
a. Menuangkan larutan dari botol reagen dan harus diingat bahwa (i) label zat harus
diletakkan di atas tutup botol reagen, dan (ii) botol reagen hanya dimiringkan
seperlunya.
b. Memipet larutan pada botol reagen. Pada saat memindahkan isi pipet ke dalam
tabung reaksi, pipet tidak boleh menyentuh dinding tabung reaksi dan setelah
pemakaian jangan lupa menutup botol reagen kembali.
19. Neraca Analitik
Neraca analitis, memiliki ketelitian sampai 0,0001 g atau 0,01 mg dan karena sangat
peka, harus ditangani dengan hati-hati.
20. Termometer
Termometer Laboratorium digunakan untuk mengukur suhu atau perubahan suhu
dengan tingkat ketelitian yang tinggi
21. Hotplate
Hotplate adalah alat di laboratorium kimia yang digunakan untuk memanaskan
campuran/sampel. Sampel yang akan dipanaskan ditempatkan ke dalam erlenmeyer atau
gelas kimia. Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan.
22. Oven
Oven laboratorium adalah salah satu alat laboratorium yang memiliki fungsi cukup
penting, fungsin Oven laboratorium ini untuk memanaskan atau juga bisa mengeringkan alat-
alat laboratorium dan objek-objek lainnya.
23. Vortex
Vortex mixer atau vortexer adalah perangkat sederhana yang umum di gunakan di
laboratorium untuk mencampur cairan dalam wadah kecil. Ketika tabung reaksi atau wadah
lain yang sesuai ditekan ke dalam gelas karet (atau menyentuh ke tepi) gerak ditransmisikan
ke cairan di dalam dan pusaran yang dibuat.
24. Sentrifuge
Sentrifus (centrifuge) adalah alat yang menempatkan objek dalam rotor berotasi pada
sumbu tetap dan menerapkan potensi gaya tegak lurus terhadap sumbu spin (luar). Sentrifus
(centrifuge) merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel-partikel objek
berdasarkan perbedaan massa jenis dengan proses sedimentasi.
25. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menghasilkan sinar
dari spektrum dengan nilai panjang gelombang yang telah ditentukan.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Bebrapa alat dan bahan yang di perkenalkan yaitu tabung reaksi, penjepit
tabung reaksi, batang pengaduk, corong, pipet (gondok,ukur,Pasteur/tetes),
gelas piala/beaker, Erlenmeyer, gelas/kaca arloji,gelas ukur, labu ukur,buret,
standar buret klem buret,botol semprot, cawan porselin, piring tetes, lampu
spiritus/alcohol, botol reagen, neraca analitik, termometer, hotplate, oven,
vortex sentrifuge, dan spektrofotometer.

B. CARA KERJA

Ko-ass menjelaskan alat dengan menggunakan slide ppt. Kemudian


mengenalkan secara langsung alat-alat yang ada di laboratorium. Hasil
pemahaman di buat dalam bentuk laporan dengan kalimat sendiri.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN

No Nama Alat Gambar Alat Fungsi


1. Tabung Reaksi Digunakan untuk
mereaksikan zat-zat
kimia dalam jumlah
sedikit

2. Penjepit tabung Gunanya untuk


reaksi memegang tabung
reaksi pada dan selama
pemanasan

3. Batang Pengaduk Gunanya untuk


Mengaduk suatu
campuran atau larutan
zat-zat kimia pada
waktu
melakukanreaksi-reaksi
kimia. Dipakai juga
untuk membantu paada
waktu
menuangkan/mendekan
tir cairan dalam proses
penyaringan
4. Corong Gunanya untuk
memudahkan/menolong
pada waktu memasukan
cairan kedalam suatu
tempat yang sempit
mulutnya seperti botol
reagen,labu ukur,buret
dan sebagainya
5. Pipet a. Pipet Gondok
(Pipet Gondok) Digunakan untuk
(Pipet Ukur) mengambil larutan
(Pipet Tetes) dengan volume tertentu
dan dengan tepat.
b. Pipet Ukur
Untuk memindahkan
sebagian-sebagian dari
isi pipet
c. Pipet Pasteur( pipet
tetes)
Untuk memindahkan
sedikit cairan atau
larutan yang tidak
memerlukan ketelitian
yang tinggi
6. Gelas Piala(gelas Untuk mengambil dan
beaker) menyimpan sementara
serta memindahkan
larutan

7. Erlenmeyer Digunakan sebagai


wadah zat yang dititrasi

8. Gelas/Kaca Arloji Digunakan sebagai


wadah untuk
menimbang zat yang
berbentuk kristal
9. Gelas Ukur Digunakan untuk
mengukur volume zat
kimia dalam bentuk cair

10. Labu Ukur Digunakan untuk


membuat larutan
dengan volume yang
tepat (larutan standar).
sering juga digunakan
untuk pengeceran
sampai volume tertentu
11. Buret Digunakan untuk
melakukan titrasi
(mengukur volume
titran yang digunakan)

12. Standard Buret Digunakan sebagai


penyangga buret
13. Klem Buret Digunakan unutk
memegang buret
bersama standar buret
dan bila perlu
digunakan juga sebagai
pemegang klem
14. Botol Semprot Digunakan sebagai
wadah cairan (biasanya
akuades) yang
digunakan untuk
membilas alat_alat
gelas
15. Cawan Porselin Digunakan sebagai
tempat pemanasan zat
pada suhu tinggi (dalam
oven atau tanur)

16. Piring Tetes Digunakan untuk reaksi


identifikasi zat dalam
jumlah sedikit dan tidak
boleh dipanaskan

17. Lampu Digunakan sebagai


Spiritus/alkohol sumber energi untuk
reaksi yang
memerlukan pemanasan

18. Botol Reagen Digunakan sebagai


wadah reagen atau
larutan untuk zat-zat
yang diperiksa

19. Neraca Analitik Digunakan untuk


menimbang bahan
kimia dengan ketelitian
hingga 4 digit
20. Termometer Digunakan untuk
mengukur suhu atau
perubahan suhu dengan
tingkat ketelitian yang
tinggi
21. Hotplate Digunakan untuk
memanaskan campuran
atau sample. Hot plate
stirer dan stirer bar
(magnetic stirer)
berfungsi untuk
menghomogenkan
suatu larutan dengan
pengadukan
22. Oven Untuk memanaskan
atau juga bisa
mengeringkan alat-alat
laboratorium dan objek-
objek lainnya

23. Vortex Untuk mencampurkan


cairan dalam wadah
kecil

24. Sentrifuge Digunakan untuk


memisahkan partikel-
partikel objek
berdasarkan perbedaan
masa jenis dengan
proses sedimentasi

25. Spektrofotometer Untuk menghasilkan


sinar dari spektrum
dengan nilai panjang
gelombang yang telah
ditentukan
26 Tanur Digunakan sebagai
pemanas pada suhu
tinggi, sekitar 1000
°C.dan untuk
menentukan kadar abu

27 Bunsen Untuk memanaskan


larutan dan dapat pula
digunakan untuk
sterilisasi dalam proses
suatu proses.

28 Petridish sebuah wadah untuk


membiakkan sel atau
mikroba

29 Mortal Menghaluskan zat yang


masing bersifat
padat/kristal.

30 Krus Sebagai wadah untuk


mengukur kadar abu
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua alat yang ada di Laboratorium memiki nama,bentuk,fungsi,dan cara kerja yang
berbeda. Ada beberapa alat yang memiliki tingkat ketelitian yang tinngi sehingga praktikan
diharuskan untuk berhati-hati pada saat mengunakan alat-alat yang ada di laboratorium
supaya tidak terjadi kesalahan hasil ataupun kerusakan alat.
B. Saran
Praktikan harus lebih berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan laboratorium dan
harus benar-benar mengenal alat dan bahan yang ada di laboratorium supaya tidak terjadi
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

muhammad al fichry falihi. (2016, November 28). Retrieved from


http://alfichry.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Ayu, R. (2012). Retrieved from http://rismaayushy.blogspot.com/
Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating
Quantitativeand Qualitative, 2.
LAMPIRAN

Gambar a. penjelasan ko-ass


menggunakan slide
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA II.TEKNIK PENGGUNAAN ALAT

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika tidak sesuai
dengan prosedur pemakaian . Oleh karena itu, pemahaman fungsi dan cara kerja peralatan
serta bahan harus mutlak dikuasai oleh praktikan sebelum melakukan praktikum di
laboratorium kimia.
Selain itu kebersihan dari alat dapat mempengaruhi hasil praktikum. Apabila alat yang
akan digunakan tersebut tidak bersih, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya pada alat tersebut masih tersisa zat kimia, maka zat tersebut dapat saja bereaksi
dengan zat yang kita gunakan sesudahnya dan dapat mengakibatkan kegagalan dalam
praktikum.
Setiap percobaan kimia, selalu menggunakan peralatan yang berbeda atau meskipun sama
tapi ukurannya berbeda. Misalnya untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit kita harus
menggunakan gelas ukur bukan gelas beaker. Karena ketelitian gelas ukur yang tinggi dan
memang untuk mengukur zat cair, sedangkan gelas beaker skala nya tidak akurat dan hanya
sebagai wadah atau tempat larutan atau sampel. Begitu pula dengan prosedur percobaan yang
lain, praktikan harus bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan laboratorium dengan
tepat sehingga tidak akan mengganggu kelancaran praktikum.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mengetahui cara-cara penggunaan alat dengan prosedur yang benar dan
tidak membahayakan praktikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teknik penggunaan alat dibagi atas dua yaitu teknik kualitatif dan teknik kuantitatif.
Teknik kualitatif adalah teknik yang digunakan hanya untuk menyatakan hasil dalam bentuk
kualitas sedangkan teknik kuantitatif merupakan teknik yang menyatakan hasil akhir dengan
jumlah tertentu.
1. Teknik Kualitatif (kualitas)
a. Cara memanaskan zat dalam cawan porselin/erlenmeyer/gelas beker
 Letakan gelas beaker diatas hotplate
 Kemudian atur temperatur sesuai dengan panas yang diinginkan
b. Cara menghomogenkan bahan kimia dalam pembuatan larutan
 Timbanglah bahan kimia yang akan dibuat larutan
 Masukkan ke dalam gelas beaker kemudian tambahkan aquades atau alkohol
sampai tanda tetra
 Masukkan magnetik stirrer ke dalam gelas beaker yang sudah berisi larutan
 Letakkan gelas beaker di atas hotplate dan atur kecepatan putar magnetik stirrer
c. Cara menyaring endapan
 gunakan kertas saring yang dibentuk seperti kerucut
 saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan adalah sepertiga tinggi
kertas
d. Cara mencuci endapan pada kertas saring.
 Arahkan aliran air dari botol semprot pencuci pertama-tama di sekitar pinggir atas
kertas saring menyusul gerakkan spiral (memutar ke arah dalam) menuju endapan
dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai dua pertiganya

2. Teknik Kuantitatif
a. Penimbangan
 Gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang.
 Pilih timbangan yang tepat sesuai kapasistasnya. Jangan menimbang zat melebihi
kapasitas
 Catat hasil timbangan. Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut :
a. Timbang lebih kurang artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh kurang dari
90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus ditimbang.
b. Timbang dengan saksama artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1%
dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500 mg,
berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu,
penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitik kepekaan minimal 0,5 mg.
Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0
dibelakang koma pada akhir bilangan bersangkutan.
b. Pengukuran
 Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur, kecuali jika dinyatakan
perintah ”ukur dengan saksama...”, dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan
dengan memakai pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga
kesalahannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.
 Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan memenuhi standar.
Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di
belakang angka koma terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan
pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus
dilakukan dengan saksama.
c. Penggunaan buret
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor),
berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
 Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut dengan sedikit
zat kimia yang akan dimasukkan kedalamnya.
 Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan
menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi
(perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
 Pasang buret pada statif dan klem agar posisinya stabil
d. Cara titrasi
 Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),
sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran
(dimasukkan ke dalam buret).
e. Pembacaan volume titrasi
 Mata harus sejajar meniskus, gunakan meniskus bawah untuk menentukan volume
titrasi. Jangan lupa perhatikan skala buret, karena masing-masing kapasitas buret
memiliki skala yang berbeda.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


 Teknik Kualitatif: Cawan porselin/Erlenmeyer/gelas beker, Hotplate, Corong, Botol
Semprot, Kertas Saring, Aquadest, Alkohol, Zat yang akan dihomogenkan
 Teknik Kuantitatif: Neraca Analitik, sendok, zat yang akan ditimbang, Gelas Ukur,
Pipet Standar, Buret, Larutan yang ingin diukur, Buret, Klem Buret, Standar Buret,
Erlenmeyer, Indikator, Zat yang akan dititrasi.

B. CARA KERJA
A. Teknik Kualitatif
1.Memanaskan zat dan menghomogenkan,
Mmanaskan menggunakan HotPlate dan spin bar (magnetic) untuk mengaduk
(Hotplate Magnetic Stirrer)
2. Cara menyaring endapan
-gunakan kertas saring yang dibentuk kerucut
-saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan sepertiga tinggi kertas
yang bertujuan agar residu tidak mengalir ke sisi saringan hingga masuk ke dalam
Erlenmeyer
3. Cara menghomogenkan bahan kimia dalam pembuatan larutan
-Timbanglah bahan kimia yang akan dibuat larutan
-Masukkan ke dalam gelas beaker tambahkan aquades atau alcohol sampai tanda tetra
-Masukkan magnetic stirrer ke dalam gelas beaker yang sudah berisi larutan
-Letakkan gelas beaker di atas hotplate dan atur kecepatan putar magnetic stirrer
4. Cara mencuci endapan pada kertas saring
Arahkan aliran air dari botol semprot pencuci, dari atas kertas saring menyusul
gerakan spiral menuju endapan dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai
dua pertiganya
B. Teknik Kuantitatif
a. Penimbangan
-Gunakan sendok untuk mengambil zat yang akan ditimbang
-Pilihlah timbangan yang tepat sesuai kapasitasnya
-Catat hasil timbangan. Contoh penimbangan berikut:
-Timbang lebih kurang artinya: Jumlah yang harus ditimbang tidak boleh
kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang
harus ditimbang.
-Timbang dengan seksama, artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih
dari 0,1% dari jumlah yang ditimbang
b. Pengukuran
-Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur kecuali jika
dinyatakan “ukur dengan saksam..”, dimaksudkan bahwa pengukuran
dilakukan dengan memakai pipet standard an harus digunakan sedemikian
rupa sehingga kesalahannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.
-Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan memenuhi
standar. Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan
menambahkan angka 0 di belakang angka koma terakhir bilangan yang
bersangkutan.
c. Pengunaan Buret, Titrasi dan Pembacaan Volume Titrasi
-Penggunaan Buret
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik, berikan
sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut
dengan sedikit zat kimia yang akan dimasukkan kedalamnya. Masukkan
zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan
menggunakan corong, isi hingga seluruh bagian buret terisi dan tidak
terdapat gelembung gas pada buret. Pasang buret pada statif dan klem agar
stabil
-Cara Titrasi
Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam
Erlenmeyer), sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut
titran (dimasukkan ke dalam buret)
-Pembacaan Volume Titrasi
Mata harus sejajar miniskus dan memperhatikan skala buret.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
Pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi
dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat di butuhkan dalam proses penilitian atau
pun praktikum terutama dalam proses praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang
digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses
penilitian tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali. Alat-alat laboratorium juga dapat
berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya. Untuk itu pengenalan alat-
alat ini juga bertujuan untuk keselamatan praktikan dalam melakukan praktikum di
laboratorium.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua alat yang ada di laboratorium memiliki jenis dan fungsi yang berbeda.oleh sebab
itu cara penggunaan nya juga berbeda,mulai dari yang mudah hingga yang sulit bahkan
sensitive pada lingkungan sekitar. Sehingga praktikan harus lebih mengenal dan paham cara
penggunaan berbagai alat yang ada di laboratorium supaya tidak terjadi kesalahan hasil
ataupun kerusakan alat.
B. Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih banyak melakukan percobaan penggunaan alat supaya
praktikan lebih paham dan terbiasa menggunakan alat. Sehingga praktikan dapat
menggunakan alat dengan maksimal dan hasil yang sesuai dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA

dwi sulistiyo. (2018, September 23). Retrieved from


https://www.dwisulistiyo.id/2018/09/laporan-praktikum-pengenalan-alat-alat-
laboratorium.html
muhammad al fichry falihi. (2016, November 28). Retrieved from
http://alfichry.blogspot.com/2016/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Afandi, M. (n.d.). Bab1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Retrieved from
ACADEMIA EDU: Bab1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG
LAMPIRAN

Gambar a. penjelasan Teknik


penggunaan alat olet ko-ass
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA III.BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Laboratorium adalah tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk
mengadakan percobaan atau penyelidikan. Di dalam Laboratorium Kimia kita sering
menggunakan pemakaian bahan kimia tertentu yang mempunyai karakteristik spesifik.
Pemakaian bahan kimia perlu mematuhi segala peraturan yang ada saat menggunakan
laboratorium kimia dan petunjuk pemakaian bahan kimia tersebut. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam hal kalibrasi terhadap pengukuran dan pengujian yaitu para pemakai
fasilitas laboratorium (mahasiswa,karyawan dan dosen), peralatan, dampak terhadap
lingkungan, metodologi, sampel dan pengolahan data. Untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan maka para pemakai fasilitas Laboratorium Kimia harus memahami bahaya yang
ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.
Ribuan jenis bahan kimia yang dapat tersedia di Laboratorium Kimia memiliki
karakteristik bermacam macam seperti mudah terbakar atau mudah meledak, bersifat korosi,
tokstik, atau menyebabkan iritasi. Setiap karakteristik mempunyai aturan dan tata cara
tertentu. Setiap peraturan harus ditaati agar keselamatan kerja para pemakai fasilitas terjamin.
Untuk memudahkan para pemakai fasilitas mengenai sifat bahan kimia yang digunakan maka
digunakan bahasa simbol yang diletakkan pada label kemasan.
Para pengguna fasilitas laboratorium tidak hanya memahami simbol – simbol yang tertera
pada label bahan kimia, tetapi harus memahami teknik-teknik penanganan bahan kimia yang
digunakan. Teknik-teknik penanganan ini dipahami dan diterapkan dengan baik dan benar
agar kesalahan dalam kerja setiap pengguna fasilitas laboratorium dapat dihindari sedini
mungkin.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengetahui kandungan dan symbol-simbol
yang terdapat pada bahan kimia berbahaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Kimia Berbahaya
Selama bekerja di laboratorium kimia, kita selalu berhubungan dengan
bahan-bahan kimia. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai jenis dan sifat bahan kimia
khususnya bahan-bahan kimia berbahaya sangat penting. Secara umum, bahan-bahan kimia
berbahaya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya. Pada umumnya
zat-zat toksik masuk melalui pernafasan atau kulit dan kemudian beredar ke seluruh bagian
tubuh atau organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-
organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan sebagainya. Selain itu zat tersebut dapat
berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limfa dan menimbulkan efek kesehatan
jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh bisa melalui urine, saluran
pencernaan, dan keringat.
Sifat toksik pada suatu zat selain ditentukan oleh sifat alamiahnya, juga ditentukan
oleh jenis persenyawaan dan keadaan industri. Zat beracun dapat digolongkan sebagai :
a. Senyawa logam dan metaloid d. Bahan karakteristik
b. Bahan pelarut organik e. Pestisida
c. Gas-gas beracun

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosives)


Bahan kimia korosif adalah bahan yang karena reaksi kimianya, dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Bahan kimia korosif seperti
asam trikloroasetat, asam sulfat, gas belerang dioksida mampu bereaksi dengan jaringan
tubuh seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa luka,
pandangan, iritasi (gatal-gatal) dan sensitasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan
kimia).
Berdasarkan wujud zat, bahan korosif dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai
berikut :
a. Bahan korosif padat
Bahaya akan timbul apabila kontak dengan mata atau kulit.
Contoh :
 Anorganik : natrium hidroksida (NaOH), natrium silikat (Na2Ox.SiO2), kalium
hidroksida (KOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
 Organik : asam trikloroasetat (CCl3COOH), fenol (C6H5OH).
b. Bahan korosif cair
Bahaya akan timbul apabila kontak langsung dengan kulit atau mata dan menyebabkan proses
pelarutan atau denaturasi protein, contoh senyawa :
 Anorganik : asam sulfat, asam nitrat, asam klorida.
 Organik : asam formiat (asam semut), asam asetat (cuka), karbon disulfida,
hidrokarbon terklorinasi.
c. Bahan korosif gas
Sifatnya sangat berbahaya karena dapat terhirup sehingga merusak saluran pernafasan.
Bergantung pada sifat kelarutan dalam air dan akibatnya, gas korosif dapat digolongkan
menjadi :
 Gas sangat larut dalam air, merusak saluran pernafasan bagian atas, contoh : amonia,
asam klorida, formaldehida, asam asetat, asam fluorida.
 Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran pernafasan bagian atas dan bagian
dalam, contoh : belerang dioksida, klor, brom.
 Gas dengan kelarutan kecil, merusak saluran pernafasan bagian dalam, contoh : ozon,
fosgen, nitrogen oksida.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable Substances)
Bahan mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang sangat cepat dapat menghasilkan kedakan.
Untuk memudahkan pengenalan, zat mudah terbakar digolongkan menjadi :
a. Zat padat mudah terbakar
Zat padat mudah terbakar dalam industri dan laboratorium adalah belerang, pospor,
kertas/rayon, senyawa hidrida, logam, dan kapas. Pada umumnya zat padat sukar terbakar
daripada dalam bentuk cair. Tetapi perlu diingat bahwa zat padat berupa bubuk halus seperti
debu kapuk, kapas, dan gandum atau debu organik lainnya amat mudah terbakar seperti gas.
b. Zat cair mudah terbakar
Kelompok ini adalah paling banyak dijumpai dalam laboratorium dan yang kita kenal
sebagai pelarut organik. Contohnya adalah eter, alkohol, aseton, benzena, heksan, dan lain-
lain. Pelarut ini pada suhu kamar menghasilkan uap yang dalam perbandingan tertentu dapat
terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Di Indonesia, contoh pelarut organik
dalam industri dapat ditemukan sebagai berikut:
 Industri cat : petroleum eter, alkohol, aseton, ester, heksan
 Industri kertas : karbon disulfida
 Pabrik lem : metanol
 Pengolahan minyak : bensin, benzena, toluena, xylena
 Industri obat-obatan : aseton, eter, alkohol
 Labotorium : hampir semua pelarut organik
c. Gas mudah terbakar
Gas mudah terbakar dalam industri dan laboratorium misalnya gas alam sebagai
bahan bakar, hidrogen, asetilen (untuk pengelasan), etilen oksida (sterilisasi) dan sebagainya.
Gas tersebut amat cepat terbakar sehingga sering menimbulkan ledakan.

4. Bahan peledak (Explosives)


Bahan peledak adalah zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi sehingga menimbulkan kerusakan sekelilingnya. Bahan kimia eksplosif ada yang
dibuat sengaja untuk tujuan peledakan seperti trinitrotoluen (TNT), nitrogliserin dan
amonium nitrat (NH4NO3). Bahan-bahan tersebut sangat peka terhadap panas dan pengaruh
mekanis (gesekan atau tumbukan). Contoh bahan peledak lainnya adalah :

a. Debu eksplosif
Debu-debu seperti debu karbon dalam industri batu bara, zat warna diazo dalam
pabrik zat warna dan magnesium dalam pabrik baja adalah debu-debu yang sering
menimbulkan ledakan.
b. Campuran eksplosif
Peledakan dapat terjadi pula akibat pencampuran beberapa bahan, terutama bahan
oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor maupun dalam penyimpanan.
5. Bahan kimia oksidator (Oxidation Agents)
Yaitu suatu bahan kimia, yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang bisa menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. Bersifat eksplosif karena
sangat reakstif atau tidak stabil dan mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau
penguraiannya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan kimia
oksidator terdiri dari :
a. Oksidator anorganik seperti permanganat (MnO4-), perklorat (ClO4-), dikromat
(Cr2O72-), hidrogen peroksida (H2O2), periodat (IO4-), dan persulfat (S2O82-).
b. Peroksida organik seperti bensil peroksida, asetil peroksida, eteroksida, dan asam
perasetat.
6. Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water Sensitive Substances)
Yaitu bahan kimia yang dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar.
Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas yang besar)
atau menghasilkan gas yang mudah terbakar. Berikut adalah bahan-bahan kimia yang reaktif
terhadap air : alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca), logam halida (alumunium tribromida),
oksida logam anhidrat (CaO), dan oksida non-logam halida (sulfuril klorida). Jenis zat-zat
tersebut harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang yang kering dan bebas kebocoran
bila hujan.
7. Bahan kimia reaktif terhadap asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan-bahan kimia yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam. Selain itu
ada bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi
bersifat eksotermis dan/atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif.
Contoh : kalium klorat/perklorat (KClO3/KClO4), kalium permanganat (KMnO4), asam
kromat (H2CrO4). Dengan demikian bahan-bahan tersebut dalam penyimpanan harus
dipisahkan dari asam seperti asam sulfat dan asam asetat.
8. Gas bertekanan (Compressed Gases)
Yaitu gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang dapat ditekan, maupun gas cair atau
gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Gas bertekanan tinggi telah banyak
digunakan dalam industri maupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya
adalah karena tekanannya yang tinggi dan juga efek yang mungkin bersifat racun dan korosif.
Contohnya : - Aseletin, Amonia, Etilen, Oksida, Klor, Ni dan H.

9. Bahan radioaktif (Radioactive Substances)


Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif
dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena
memang mempunyai sifat ganda. Contohnya adalah benzena, yaitu suatu zat beracun tetapi
mudah terbakar. Contoh lain adalah klor yang selain bersifat racun juga bersifat korosif.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Pada acara ke-3 Bahan Kimia Berbahaya, symbol-simbol yang diberikan yaitu:
Mudah meledak , Pengoksidasi , Mudah menyala, Beracun,Berbahaya, Iritasi, Korosif,
Berbahaya bagi lingkungan, Karsinogenik;Teratogenik;dan Mutagenik, Gas bertekanan.

B. CARA KERJA
1.Gambar symbol-simbol bahan kimia berbahaya diberikan Ko-Ass dalam bentuk slide
powerpoint.
2.Ko-Ass menjelaskan maksud dari masing-masing symbol bahaya bahan kimia .
3.Ko-Ass memberikan contoh bahan kimia berbahaya berupa NaOH
4..Ko-Ass memberikan tugas laporan sementara guna hasil pemahaman darisymbol-simbol
bahaya bahan kimia dengan memberikan keterangan masing- masing symbol tersebut.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, walaupun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat dicegah
dan diminimalisasikan karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terjadinya
kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh karena itu harus
diteliti faktorfaktor penyebabnya dengan tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan
dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan
dapat dicegah.

Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan terjadi baik
langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan sifat dan karakter bahan kimia perlu dimiliki
mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan
maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dapat dipahami karena bahan kimia dapat memiliki tipe
reaktivitas kimia tertentu dan juga dapat memiliki sifat mudah terbakar. Oleh karena itu
aktivitas kerja yang selalu memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu
dibudayakan dalam bekerja di laboratorium.

Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka para peneliti
maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memiliki pengetahuan
serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari segi potensi bahaya yang
mungkin ditimbulkan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap bahan kimia yang ada di laboratorium memiliki kandungan yang berbeda,mulai
dari yang tidak bebahaya sampai yang sangat berbahaya. Setiap bahan kimia memiliki
simbol-simbol yang bebeda terkandungan kandungan zat nya.untuk itu praktikan harus benar-
benar paham dan mengenali makna dari symbol-simbol yang ada di bahan kimia serta
berhati-hati dalam bekerja di laboratorium dengan bahan kimia berbahaya.
B. Saran
Praktikan harus benar-benar paham dan bertanya tentang symbol yang ada di bahan kimia
jika tidak paham. Dan ko-ass harus lebih banyak memberikan contoh bahan kimia ataupun
symbol selain yang ada di slide.
DAFTAR PUSTAKA

jefhan. (2013, Oktober 16). Retrieved from https://jefhan.blogspot.com/2013/10/latar-


belakang-bahan-kimia-berbahaya.html
MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) . (n.d.). Retrieved from kelair.bppt.go.id:
http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Laughery KR dan Wogalter MS, 2006. Designing Effective Warnings (chapter 8).
Reviews of Human Factors and Ergonomics
LAMPIRAN

Gambar a. Penjelasan
tentang symbol berbahaya
menggunakan slide
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
ACARA IV. KALIBRASI ALAT-ALAT VOLUMETRI

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukkan oleh instrument
ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan
cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang
memiliki kemampuan telusur ke standar nasional atau internasional. Dengan kata lain,
kalibrasi adalah adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian.
Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, alat-alat yang akan digunakan perlu
dilakukannya kalibrasi terlebih dahulu. Pengkalibrasian dapa dilakukan dengan cara
membandingkan dua data dengan menggunakan alat ukur yang berbeda. Pada percobaan
tentang kalibrasi, alat ukur yang digunakan untuk membandingkan data adalah thermometer
dan termokopel. Ada beberapa persyaratan kalibrasi, yaitu: standar acuan yang mampu
telusur ke standar nasional maupun internasional, metode kalibrasi yang diakui secara
nasional maupun internasional, ruangan kalibrasi yang terkondisi, personil kalibrasi yang
terlatih, dan alat yang akan dilakukan kalibrasi berfungsi dengan baik.
(Laporan dan Jurnal, 2017)

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mempelajari dan melaksanakan cara mengalibrasi alat-alat
volumetric yang terdapat di laboratorium kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat-alat yang digunakan untuk analisis harus mempunyai volume tertentu yang pasti.
Karena kaca atau gelas dapat memuai, maka biasanya volume yang ditulis pada alat-alat
volumetri ditetapkan pada temperatur tertentu pula. Biro Standar Nasional Amerika
Serikat telah menetapkan temperatur 20˚C sebagai temperatur kalibrasi alat-alat kaca
volumetri.
Temperatur laboratorium tidak selalu sama dengan 20˚C, maka alat kaca harus
dikoreksi bila digunakan pada temperatur lain karena galat (kesalahan) yang disebabkan
pemuaian (atau penyusutan) baik dari alat kaca itu sendiri maupun dari larutan yang ada
di dalamnya. Koefisien pemuaian kaca cukup kecil sehingga koreksi yang dituntut untuk
faktor ini dapat diabaikan untuk kebanyakan pekerjaan (koreksi ini mencapai orde 1
bagian per 10.000 untuk perubahan 5˚C. Perubahan volume larutan itu sendiri sebaliknya
lebih penting, namun perubahan itu masih dapat diabaikan dalam banyak hal jika
temperatur tidak jauh menyimpang dari 20˚C (perubahan volume itu berorde 1 bagian per
1.000 untuk perubahan 5˚C).
Sebagian besar pekerjaan di laboratorium mencakup larutan air yang encer, maka
umumnya air digunakan sebagai bahan pembanding dalam kalibrasi alat-alat volumetri.
Asas umum dalam kalibrasi adalah menetapkan massa air yang terdapat dalam alat
tersebut. Maka dengan mengetahui volume 1 gram air, volume yang benar dapat dicari
(lihat Tabel 1. Hubungan Antara Temperatur dan Volume 1 Gram Air).
Tabel 1. Hubungan Antara Temperatur dan Volume 1 Gram Air

Temperatur Volume Temperatur Volume


(˚C) Air (mL) (˚C) Air (mL)
10 1,0013 21 1,0030
11 1,0014 22 1,0033
12 1,0015 23 1,0035
13 1,0016 24 1,0037
14 1,0018 25 1,0040
15 1,0019 26 1,0043
16 1,0021 27 1,0045
17 1,0022 28 1,0048
18 1,0024 29 1,0051
19 1,0026 30 1,0054
20 1,0028

Sumber : Day dan Underwood, 1999


Biasanya untuk setiap alat volumetri, oleh pabrik sudah ditentukan nilai-nilai
kesalahan maksimum yang diperbolehkan bagi alat-alat tersebut. Misalnya The National
Bureau of Standard telah menentukan kesalahan maksimum yang diperbolehkan
(maximum allowable error) bagi labu ukur, pipet transfer, dan buret seperti terlihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Toleransi Untuk Alat Kaca Volumetrik (mL)

Kapasitas
Labu Ukur Pipet Transfer Buret
(mL)
2 - 0,006 -
5 - 0,01 0,01
10 - 0,02 0,02
25 0,03 0,03 0,03
50 0,05 0,05 0,05
100 0,08 0,08 0,10
200 0,10 0,10 -
500 0,15 - -
1000 0,30 - -
- Sumber : Day dan Underwood, 1999
A. Bahan dan Alat
 Akuades  Corong kaca
 Kertas saring  Timbangan analitis
 Pipet volume 50 mL  Pipet ball
 Labu ukur 50 mL  Erlenmeyer 100 mL
 Buret 50 mL

B. Prosedur Kerja
1. Kalibrasi Buret :
a. Buret yang akan dikalibrasi sebaiknya benar-benar bersih dan krannya harus dilumasi
dengan baik.
b. Isilah buret dengan akuades dan uji kebocorannya dengan mengambil pembacaan ke
0,001 mL yang terdekat dan ulangi pembacaan tersebut setelah 5 menit. Selama
menunggu, timbanglah labu erlenmeyer 100 mL ke miligram terdekat.
c. Tambahkan akuades sehingga meniskus terletak beberapa miliLiter di atas tanda nol
buret. Catat temperatur air yang digunakan.
d. Buanglah gelembung udara yang ada di ujung buret dengan membuka kran untuk
memungkinkan pengaliran keluar yang cepat. Kemudian perlambat aliran itu sampai
meniskusnya berada pada tanda nol atau sedikit di bawahnya.
e. Setelah pengaliran air selesai (sekurangnya 30 detik), bacalah buret pada 0,01 mL
yang terdekat.
f. Sekarang alirkan sekitar 10 mL akuades dari dalam buret ke dalam erlenmeyer 100
mL yang telah ditimbang. Usahakan jangan terjadi muncratan.
g. Bacalah buret setelah menunggu sejenak aliran air pada dinding dalam buret selesai
dan catat pembacaan ini.
h. Timbanglah erlenmeyer yang berisi akuades tersebut.
i. Ulangi prosedur di atas dengan mengalirkan air dari dalam buret sebanyak 20, 30, 40,
dan 50 mL.
j. Bandingkan antara volume tampak (hasil pembacaan buret) dengan volume yang
sebenarnya (hasil perhitungan berdasarkan Tabel 1) dan apakah perbedaan tersebut
masih berada dalam kisaran kesalahan maksimum yang diperbolehkan (Tabel 2).

2. Kalibrasi Labu Ukur


1. Labu ukur dicuci dengan bersih dan kemudian dijepit dalam posisi vertikal dan
terbalik. Setelah kering timbanglah berat labu tersebut.
2. Masukkan akuades secara hati-hati dengan bantuan corong sampai dasar meniskusnya
berhimpitan dengan tanda batas labu. Catat temperatur akuades.
3. Timbanglah labu beserta akuades yang ada di dalamnya dan hitung volume
sebenarnya dari labu ukur.
4. Ulangi prosedur tersebut sekali lagi dan carilah nilai rata-ratanya.
5. Bandingkan antara volume pembacaan dengan volume yang sebenarnya.

3. Kalibrasi Pipet Volume


1. Pipet harus bersih sebelum dikalibrasi.
2. Timbanglah sebuah erlenmeyer yang bersih.
3. Isilah pipet dengan akuades sampai dasar meniskusnya terletak di atas lingkaran tanda
dan kemudian turunkan air dalam posisi vertikal sehingga dasar meniskusnya tepat
berhimpitan dengan lingkaran tanda.
4. Kemudian keluarkan isi pipet ke dalam erlenmeyer yang telah ditimbang. Usahakan
ujung pipet tetap menempel pada dinding erlenmeyer dan biarkan selama 20 – 30
detik setelah aliran air berhenti. Biarkan air terakhir tetap tinggal dalam ujung pipet.
Timbang berat erlenmeyer yang berisi air tersebut.
5. Hitung volume akuades yang dipindahkan oleh pipet (volume sebenarnya).
6. Ulangi prosedur di atas sekali lagi dan hitung reratanya.
7. Seberapa jauhkah penyimpangan yang terjadi dengan volume tampak ?
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu :

 Akuades  Corong kaca


 Kertas saring  Timbangan analitis
 Pipet volume 50 mL  Pipet ball
 Labu ukur 50 mL  Erlenmeyer 100 mL
 Buret 50 mL

B. CARA KERJA

Kalibrasi Buret
a. Buret yang akan dikalibrasi sebaiknya benar-benar bersih dan krannya harus dilumasi
dengan baik.
b. Isilah buret dengan akuades dan uji kebocorannya dengan mengambil pembacaan ke
0,001 mL yang terdekat dan ulangi pembacaan tersebut setelah 5 menit. Selama
menunggu, timbanglah labu erlenmeyer 100 mL ke miligram terdekat.
c. Tambahkan akuades sehingga meniskus terletak beberapa miliLiter di atas tanda nol
buret. Catat temperatur air yang digunakan.
d. Buanglah gelembung udara yang ada di ujung buret dengan membuka kran untuk
memungkinkan pengaliran keluar yang cepat. Kemudian perlambat aliran itu sampai
meniskusnya berada pada tanda nol atau sedikit di bawahnya.
e. Setelah pengaliran air selesai (sekurangnya 30 detik), bacalah buret pada 0,01 mL
yang terdekat.
f. Sekarang alirkan sekitar 10 mL akuades dari dalam buret ke dalam erlenmeyer 100
mL yang telah ditimbang. Usahakan jangan terjadi muncratan.
g. Bacalah buret setelah menunggu sejenak aliran air pada dinding dalam buret selesai
dan catat pembacaan ini.
h. Timbanglah erlenmeyer yang berisi akuades tersebut.
i. Ulangi prosedur di atas dengan mengalirkan air dari dalam buret sebanyak 20, 30, 40,
dan 50 mL.
j. Bandingkan antara volume tampak (hasil pembacaan buret) dengan volume yang
sebenarnya (hasil perhitungan berdasarkan Tabel 1) dan apakah perbedaan tersebut
masih berada dalam kisaran kesalahan maksimum yang diperbolehkan (Tabel 2).

Kalibrasi Labu Ukur


1. Labu ukur dicuci dengan bersih dan kemudian dijepit dalam posisi vertikal dan
terbalik. Setelah kering timbanglah berat labu tersebut.
2. Masukkan akuades secara hati-hati dengan bantuan corong sampai dasar meniskusnya
berhimpitan dengan tanda batas labu. Catat temperatur akuades.
3. Timbanglah labu beserta akuades yang ada di dalamnya dan hitung volume
sebenarnya dari labu ukur.
4. Ulangi prosedur tersebut sekali lagi dan carilah nilai rata-ratanya.
Bandingkan antara volume pembacaan dengan volume yang sebenarnya
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
Kita perlu mengetahui cara mengkalibrasikan alat-alat dilaboratorium supaya menjaga
kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar sesuai dengan spesifikasinya dan untuk
mendukung system mutu yang diterapkan di berbagai industry pada peralatan laboratorium
dan produksi yang dimiliki. Kalibrasi juga dapat bertujuan untuk mengetahui perbedaan
(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukan oleh alat ukur. Jadi
kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan praktikum terdapat alat yang memuai
sehingga mempengaruhi hasil penilitian.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kalibrasi buret yang ada di laboratorium kimia pangan
sudah memuai atau menyusut. Sedankan labu ukur yang ada di laboratorium kimia pangan
masih berfungsi dengan baik.
B. Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam menggunakan alat yang telah memuai dan
melakukan banyak percobaan sebagai hasil perbandingan sehingga hasil yang di capai sesuai
dengan keinginan. Praktikan juga harus lebih jeli terhadap hasil percobaan supaya tidak
terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

References
Nrzord. (2008, Maret 6). Retrieved from Wikipedia: id.m.wikipedia.org

(2017, April 2). Retrieved from Laporan dan Jurnal:


http://laporandanjurnal.blogspot.com/2017/04/kalibrasi-alat.html

Brown, Glenn H, Dan Salle, Eugene M. 1963. Quantitative Chemistry. USA : Prentice-hall
Inc.

Day RA & Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN

Gambar a. kalibrasi buret Gambar b. kalibrasi labu ukur


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA V.SIFAT FISIK ZAT

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zat dapat barada dalam tiga bentuk fisik yang berbeda, yaitu padat,cair, dan
gas. Setiap zat ditentukan sifatnya atas sifat fisika dan sifat kimia.Sifat fisik gas
berbeda dengan bentuk lainnya yaitu sifat pada zat padat dan zat cair. Uap air di udara, air
dalam danau, dan air yang membeku di gunung es. semua terbentuk dari zat kimia
yang sama.Membuat bentuknya berbeda adalah sifat-sifat fisiknya.sifat-sifat fisik zat
sangat dipengaruhi oleh gaya tarik menarik molekulnya.Pada zat yang terbentuk gas,
gaya tarik-menarik molekulnya sangat lemah. Gaya yang lemah ini menyebabkan
molekuLmolekul dapat bergerak dengan cepat dan bebas. Hal inilah yang
menyebabkan gas tidak dapat dibuat kecuali yang berwarna. Senyawa-senyawa organik
pada umumnya tidak hanya dikarakteristik oleh kkomposisi unsur penyusunnya dan berat
molekunya. Sifat fisik adalah karakteristik zat yang biasa diamati dan diukur tanpa
mengubah komposisi kimianya. Terdapat tiga bentuk sifat Fisik yang berbeda yaitu
cair, padat,dan gas.Setiap zat memiliki dua sifat, yakni sifat fisik dan sifat kimia. Sifat
fisik zat meliputi viskositas atau kekentalan, tegangan permukaan, berat jenis, titik
leleh, dan titik didih.Di dalam suatu fluida yang viskos, gaya permukaan yang bekerja
pada elemen fluida lebih kompleks.Ada dua macam gaya permukaan yaitu
pertama gaya normal atau tegangan normal yang serupa dengan tekanan, tetapi
mungkin tidak semua sama besarnya dalam segala arah. Kedua gaya geser atau tegangan
yang arahnya sejajar dengan permukaan, pada permukaan mana gaya tersebut bekerja.Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan viskositas (kekentalan) zat cair,
menentukan tegangan permukaan, menentukan titik leleh, dan menentukan berat jenis
(Bj).Pengaruh pH atau derajat keasaman, berdasakan percobaan yang menguji suatu
larutan dengan cara menghitung pH pada sebuah alat yaitu pH meter. Makin kecil harga
pH, maka keasaman maka semakin besar atau kebebasansemakin kecil Tegangan
permukaan berdasarkan besarnya gaya melawan tegangan permukaan dan adanya gaya
tarik menarik antar zat cair.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari sifat-sifat fisik zat berupa : warna, paramagnetisme, kerapatan, dan titik
didih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zat merri marupakan bagian dari materi yang terbagi atas unsur dan senyawa,
memiliki sifat dan komposisi yang sama dalam keseluruhan contoh. Sifat-sifat zat dapat
digolongkan menjadi dua kategori yaitu sifat fisis dan sifat kimia.
Sifat fisik dapat digunakan untuk menjelaskan penampilan sebuah obyek. Proses
perubahan penampilan fisis dari suatu obyek dengan identitas dasar yang tidak berubah
disebut perubahan fisis. Warna, paramagnetisme, kerapatan, dan titik didih merupakan
sebagian dari sifat-sifat fisis yang dimiliki oleh zat.
A. Bahan dan Alat
 Pasir  Rak tabung reaksi
 Garam dapur  Tabung reaksi
 Tembaga (II) sulfat  Spatula
 Akuades  Sumbat karet
 Spiritus  Erlenmeyer
 Termometer
 Lampu spiritus
B. Prosedur Kerja
1. Masukkan satu spatula pasir dalam tabung reaksi. Amati dan nyatakan warnanya.
Catat dalam tabel !
2. Ulangi percobaan di atas dengan menggunakan garam dapur dan tembaga (II) sulfat.
Catat hasilnya dalam tabel !
3. Isi 2/3 volume erlenmeyer dengan spiritus dan tutuplah dengan sumbat berlubang.
4. Dengan hati-hati masukkan termometer ke dalam salah satu lubang sumbat, sehingga
tercelup ke dalam cairan.
5. Panaskan erlenmeyer secara perlahan-lahan dengan lampu spiritus. Baca suhu saat
cairan mulai mendidih dan catat.
6. Catatlah suhu setiap 30 detik selama 4 – 5 menit. Matikan lampu spiritus dan biarkan
cairan mendingin.
7. Ulangi percobaan di atas dengan akuades.
8. Buatlah grafik suhu (˚C) terhadap waktu (detik).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu:

 Pasir  Rak tabung reaksi


 Garam dapur  Tabung reaksi
 Tembaga (II) sulfat  Spatula
 Akuades  Sumbat karet
 Spiritus  Erlenmeyer
 Termometer
 Lampu spiritus

B. CARA KERJA

Pertama praktikan memanaskan spiritus dan aquades di Erlenmeyer yang di


tutup dan di beri thermometer dengan menggunakan healting mantle. Kemudian
praktikan mengamati suhu setiap 30 detik dalam 5 menit yang terdapat pada
spiritus dan aquades. Setelah 5 menit berlangsung didapatkan hasil kemudian
dibuat grafiknya. Sementara itu terdapat 3 jenis bahan kimia di dalam tabung
reaksi yang ingin diamati jenis nya yaitu pasir,garam,dan temabaga.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
Sifat suatu zat menggambarkan karakteristik zat tersebut. Sifat zat dapat digunakan
untuk indentifiasi dan membedakannya dengan zat lain. Sebagai contoh, sifat antara emas
murni dengan besi pirit. Keduanya merupakan padatan dengan warna kuning keemasan yang
sama. Itulah sebabnya besi pirit sering salah di identifikasi sebagai emas. Untuk
membedakannya,diperlukan pemahaman mengenai sifat-sifat fisik lainya,seperti
kerpatan,titik lebur,kelarutan, dalam air,atau kekerasan. Dengan mengetahui dan
membandingkan sifat-sifat tersebut, maka besi pirit dapat dibedakan dengan emas murni.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada spiritus saat dipanaskan suhu nya mengalami
peningkatan sekitar 0.5-2 setiap 30 detik selama 5 menit. Dan pada aquades saat dipanaskan
suhu nya mengalami peningkatan 0.5-1 setiap 30 selama 5 menit. Dan pada bahan yang ada
di 3 tabung reaksi terdapat bentuk yang hamper sama yaitu granular akan tetapi warna nya
yang membedakan nya.
B. Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih banyak mengamati bahan yang ada di laboratorium
supaya praktikan dapat membedakan jenis bahan tersebut. Dan ko-ass lebih banyak
memberikan contoh bahan kimia yang beragam khusunya yang jarang diketahui banyak
orang supaya praktikan lebih banyak referensi jenis bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Indra Cahyadi. (2103, Oktober 23). Retrieved from docplayer:


https://docplayer.info/73453651-Laporan-mingguan-praktikum-kimia-dasar-sifat-
sifat-fisik-dari-zat.html
Listi Nur Maitsa. (2014, Desember 4). Retrieved from academia.edu:
http://www.academia.edu
Aprilia. (2012, February). Kimia Percobaan I. Retrieved from laporan aprilia.
LAMPIRAN

Gambar a. memanaskan Gambar b. Memanaskan aquades


spiritus menggunakan healting menggunakan healthing mantle
mantle
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA VI.LARUTAN DAN KONSENTRASI

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengukuran konsentrasi larutan saat ini telah banyak dikembangkan. Berbagai metode
secara kimia ataupun fisika telah diketahui oleh kalangan umum. Penerapannya sendiri
juga tidak terfokus pada skala laboratorium saja tetapi juga dapat digunakan dalam skala
sebuah industri, industri gula misalnya. Dengan banyaknya metode yang dikembangkan
dapat meminimalisir ketidakterjangkaunya alat-alat yang dibutuhkan pada saat itu. Salah
satu metode yang cukup banyak dikembangkan adalah dengan menggunakan kisi
difraksi.
Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase
yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat
dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah
sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan
sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan
sebagainya.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan. Konsentrasi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi
berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam
suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap
pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila
mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer.
Praktikum ini mengharapkan kita sebagai praktikan ataupun pengguna laboratorium dapat
mengetahui bagaimana cara untuk membuat larutan dengan konsentrasi yang diperlukan
agar sesuai, dan juga para praktikan diharapkan agar bisa membuat larutan dengan cara
pengenceran dari berbagai konsentrasi dan berbagai volume pada praktikum kali ini.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari cara perhitungan dan membuat larutan dengan konsentrasi tertentu serta
menghitung konsentrasi larutan setelah pengenceran.
BAB II
.TINJAUAN PUSTAKA
Kadar suatu larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara diantaranya :
1. Persen Berat (% b/b)
Yaitu banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Tetapi dalam praktek
seringkali yang dimaksud dengan persen berat adalah banyaknya gram zat terlarut dalam
100 mL larutan (% b/v). Untuk larutan yang sangat encer sering digunakan istilah
miligram persen yaitu jumlah miligram zat terlarut dalam 100 mL larutan.
2. Persen Volume (% v/v)
Yaitu jumlah miliLiter zat terlarut dalam 100 mL larutan.
3. Molal (m)
Yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
4. Molar (M)
Yaitu banyaknya mol zat terlarut dalam 1 Liter larutan.
Dari definisi dapat dinyatakan :

jumlah mol zat terlarut


Molaritas 
volume laru tan dalam Liter

5. Normal (N)
Yaitu banyaknya ekuivalen zat terlarut dalam 1 Liter larutan

ekuivalen zat terlarut


Nolaritas 
volume laru tan dalam Liter

Pada titik ekuivalen suatu titrasi, selalu kita dapatkan jumlah ekuivalen (ek) zat-zat
yang bereaksi adalah sama :

Jumlah ekivalen zat 1 = Jumlah ekivalen zat 2


V 1 x N1 = V 2 x N2

Rumus ini merupakan dasar perhitungan analisis volumetri.

Perubahan Konsentrasi Pada Pengenceran


Yang dimaksud dengan pengenceran adalah penambahan pelarut murni pada suatu
larutan. Pada pengenceran, volume larutan bertambah tetapi jumlah zat yang terlarut tetap.
Dengan demikian konsentrasi larutan berkurang.

Jumlah mol zat sebelum pengenceran = Jumlah mol zat setelah pengenceran
C1 x N1 = C2 x N2

Bila dua larutan masing-masing dengan volume V1 dan V2 dengan konsentrasi C1 dan
C2 dicampur dan tidak terjadi reaksi kimia, maka konsentrasi akhir dapat dihitung dengan
rumus :

C1  V1   C2  V2 
C 
V1  V2

A. Bahan dan Alat


 NaOH  Gelas piala 250 mL dan 250 mL
 H2C2O4.2H2O  Pipet volume 10 mL dan 25 mL
 Akuades  Timbangan analitis
 Timbangan teknis
 Botol semprot
 Kaca arloji
 Labu takar 1000 mL, 250 mL, 100 mL
 Batang pengaduk
 Pipet filler
 Pipet tetes

B. Prosedur Kerja
1. Membuat larutan baku primer asam oksalat dihidrat 0,1000 N sebanyak 100 mL.
a. Hitung asam oksalat (Mr = 126,070) yang dibutuhkan :

ek
Normalitas 
volume (dalam Liter )
 massa zat 
 2
0,1 N   126,070 
0,1 Liter

0,1 N  0,1 Liter  126,070


massa zat   0,63035 gram
2

b. Timbang dengan teliti 0,63035 gram asam oksalat dihidrat (atau mendekatinya),
kemudian larutkan dengan akuades di dalam labu ukur 100 mL sampai tepat pada
tanda batas dan kocok larutan sampai homogen.
c. Kemudian tentukan normalitas (dengan menggunakn massa zat hasil
penimbangan, karena terkadang sulit untuk menimbang zat sesuai massa yang
diperoleh dari perhitungan teoritis) sampai empat angka di belakang koma. Hitung
juga konsentrasinya dalam molar.
2. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 100 mL.
a. Hitunglah berapa gram NaOH (Mr = 40) yang diperlukan untuk membuat larutan
NaOH 0,1 N sebanyak 100 mL.
b. Timbang NaOH sebanyak hasil perhitungan anda (sebelumnya tanyakan pada
instruktur apakah hitungan tersebut sudah benar) dengan menggunakan gelas
kimia 100 mL dan larutkan dengan akuades. Kemudian pindahkan secara
kuantitatif NaOH tersebut ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya tambahkan
akuades sampai tanda batas dan kocok larutan dalam labu hingga homogen.
3. Membuat larutan asam oksalat dihidrat 0,01 N sebanyak 100 mL dari pengenceran
asam oksalat dihidrat 0,1 N (hasil prosedur 1).
a. Perhitungan :
N1 x V1 = N2 x V2
0,01 N x 100 mL = 0,1 N x V2
0,01 N  100 mL
V2 volume as.oksalat 0,1 N yang diperlukan    10 mL
0,1 N

b. Pipet larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 10 mL, kemudian masukkan ke dalam
labu ukur 100 mL dan encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Selanjutnya
kocok larutan hingga homogen.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu:

 NaOH  Gelas piala 250 mL dan 250 mL


 H2C2O4.2H2O  Pipet volume 10 mL dan 25 mL
 Akuades  Timbangan analitis
 Timbangan teknis
 Botol semprot
 Kaca arloji
 Labu takar 1000 mL, 250 mL, 100 mL
 Batang pengaduk
 Pipet filler
 Pipet tetes

B. CARA KERJA
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 100 mL.
c. Hitunglah berapa gram NaOH (Mr = 40) yang diperlukan untuk membuat larutan
NaOH 0,1 N sebanyak 100 mL.
d. Timbang NaOH sebanyak hasil perhitungan anda (sebelumnya tanyakan pada
instruktur apakah hitungan tersebut sudah benar) dengan menggunakan gelas
kimia 100 mL dan larutkan dengan akuades. Kemudian pindahkan secara
kuantitatif NaOH tersebut ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya tambahkan
akuades sampai tanda batas dan kocok larutan dalam labu hingga homogen.
2. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 100 mL dari pengenceran NaOH 0,1 N.
a. Pipet larutan NaOH 0,1 N sebanyak 10 mL, kemudian masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL dan encerkan dengan akuades sampai tanda batas. Selanjutnya kocok
larutan hingga homogen.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
A. Cara perhitungan dalam pembuatan larutan

ek
Normalitas 
volume (dalam Liter )

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
0,1 𝑁 = ( ) ×1
40
0,1 L

0,1 𝑁 × 0,1 L × 40
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 = = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
1

Perhitungan jumlah gram zat yang hendak dilarutkan perlu dipelajari agar zat yang
akan dilarutkan akurat dengan pelarutnya.

B. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu bertujuan untuk melakukan uji coba
terhadap larutan itu sendiri agar dapat mengetahui reaksi yang terjadi dengan tingkat
Moralitas, molal dan ke normalan pada konsentrasi tertentu.

C. Menghitung konsentrasi larutan setelah pengenceran

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,1 = 100 x N
100 𝑚𝐿 × 0,01 𝑁
𝑉1 = = 10 𝑚𝐿
0,1 𝑁
Perhitungan konsentrasi larutan setelah pengenceran bertujuan untuk mengetahui kadar
kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan masa zat yang akan dilarutkan adalah 0.4 gram/100gr
pelarut. Disini zat terlaut berupa NaOH dan pelarutnya adalah aquades. Kemudian di lakukan
perhitungan konsentrasi larutan sehingga di dapatkasil kosentrasi yaitu 10ml.
B. Saran
Praktikan harus lebih hati-hati dalam menimbang bahan dengan menggunakan nerca
analitik yang sangat sensitive terhadap lingkungan kalau tidak akan mendapatkan hasil
kurang masksimal atau tidak seperti yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

(2017, Oktober 8). Retrieved from Masih BELAJAR:


https://belajarthp.blogspot.com/2017/10/laporan-praktikum-konsentrasi-suatu.html
Apriliawan, B. (2017). Konsentrasi Suatu Larutan. Laporan Kimia Analitik, 5.
Indrawan, N. O. (2013). Membuat Larutan Na2S2O3. Laporan Praktikum Kimia, 14.
LAMPIRAN

Gambar a. menghomogenkan Gambar b. memindahkan larutan


larutan NaOH dengan aquades NaOH kedalam labu ukur
di dalam labu ukur

Gambar c. menimbang NaOH

menggunakan Neraca Analitik


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

ACARA VII.TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI (REAKSI


ASAM-BASA)

Oleh

Nama : Syahrul Nizam


NIM : C1061191066
Kelompok :6
Kelas : ITP B
Ko-Ass : Anggarwati, S.P

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses
titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan
cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan
menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya
dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri
merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa
untuk menentukan asam. Selain dalam air, reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam
pelarut non air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan kimia, tetapi untuk
pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik maupun anorganik,sesungguhnya
dalam titrasi bebas air ini juga berlangsung reaksi netralisasi. Walaupun cara ini terhitung
baru namun para analis telah merasakan betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan
diantaranya untuk senyawa yang tidak dapat larut dalam air,dapat larut dalam air, dapat larut
dalam pereaksi yang mudah didapat dan dikenal. Sehingga untuk menentukan kadarnya tidak
kesulitan dalam mencari pelarut yang lain untuk melarutkannya. Keuntungan lain dengan
pemakaian metode ini adalah karena dalam percobaan digunakan pelarut non air seperti asam
asetat glacial, pelarut ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat. Pada percobaan ini
adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan indikator
phenopthalein dan metil jingga, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang
lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan
kadarnya menggunakan prinsip reaksi asam-basa.
BAB II
.TINJAUAN PUSTAKA
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara
donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
+ -
H + OH H2O

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-


senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator.
Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam
(Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk
warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
+
konsentrasi H tertentu atau pada pH tertentu.
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan
selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen
karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekevil-
kecilnya.
C. Prosedur Kerja
Alat :
 Hotplate
 Magnetic stirrer
 Gelas piala
 Biuret
 Timbangan analitik
 Erlenmeyer
Bahan :
 NaOH 0,1 N
 Aquadest
 Phenolftalein
Cara kerja :
1. Lebih kurang 10 ml sampel, larutkan dalam labu ukur 100 ml dengan penambahan
aquadest sampai tanda tetra.
2. Pipet 5 ml sampel.
3. Tambahkan 2 tetes indikator phenolftalein
Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berubah menjadi merah muda dan bertahan
selama 15 detik
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

Alat :
 Hotplate
 Magnetic stirrer
 Gelas piala
 Biuret
 Timbangan analitik
 Erlenmeyer
Bahan :
 NaOH 0,1 N
 Aquadest
Phenolftalein

B. CARA KERJA
1. Lebih kurang 10 ml sampel, larutkan dalam labu ukur 100 ml dengan penambahan
aquadest sampai tanda tetra.
2. Pipet 5 ml sampel.
3. Tambahkan 2 tetes indikator phenolftalein
Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berubah menjadi merah muda dan bertahan
selama 15 detik samapai terjadi perubahan warna.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
Reaksi asam basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan perekasi asam-basa yang
dapat digunakan dalam menentukan pH. Faktor yang mempengaruhi reaksi asam basa antara
lain konsentrasi,suhu, dan katalis. Fungsi dari berbagai bahan kimia ada beragam. Ada yang
berfungsi sebagai pelarut dan terlarut. Di antara contoh bahan kimia yan berfungsi sebagai
pelarut yaitu aquades dan bahan kimia terlarut diantara nya NaOH. Ketika di titrasi pada
larutan asam dan basa dengan jumlah yang relative sama akan menghasilkan perubahan
warna dan sifat dari larutan yang tercampur tadi. Sehingga pada percobaan terdapat warna
ungu yang menandakan prubahan warna dan ph larutan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat NaOH sebagai za terlarut dan aquades sebagai zat pelarut sehingga tmenjadi
sebuah larutan basa. Kemudian ada terdapan minuman asam yang di larutkan dengan aquades
kemudian di titrasi dengan larutann NaOH sehingga menghasilkan perubahan warna dan pH.
B. Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih banyak melakukan uji coba reaksi kimia ini supaya
praktikan lebih banyak referensi terhadap reaksi asam apalagi terhadap asam kuat dan basa
kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Azhari H. Sures, Dodi Satriawan. (2010, April). Retrieved from Jurnal Teknik Kimia.
brainly. (2017, Maret 28). Retrieved from brainly.co.id.
nox arya. (2012, Juny 4). Retrieved from http://noxarya.blogspot.com/2012/04/laporan-
lengkap-asidi-alkalimetri.html
LAMPIRAN

Gambar a. titrasi NaOH 0.1 N Gambar b. titrasi NaOH 0.1 N


dengan larutan asam dengan larutan asam

Gambar c. menuang larutan asan


untuk di campur dengan aquades
lalu dilakukan proses titrasi

Anda mungkin juga menyukai