Anda di halaman 1dari 4

ULANGAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH ALMADKHAL ILA ILMU ADAB

RAHMADHANI REZA NUR FADILLAH


210301110119
Analisis SosioKultur Pada Novel Anak – Anak Semar karya Sindhunata

Dalam novel anak – anak semar diawali dengan penjelasan seorang tokoh semar yang
merupakan tokoh pewayangan dan ditugaskan oleh dewa untuk turun ke bumi untuk mencari
jatidirinya. Dalam melakukan tugasnya mencari jatidiri ini, tokoh semar berbaur dengan
masyarakat sekitar dan tokoh semar ini menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.
Semar merupakan sosok yang menjadi panutan di dalam masyarakat, setelah kedatangan
semar masyarakat mengganggap semar adalah tokoh yang sangat berpengaruh dan membawa
perubahan di dalam masyarakat. Pedukuhan Klampis Ireng lah yang merasakan pengaruh yang
dibawa oleh semar. Walaupun sosok semar ini merupakan tokoh pewayangan yang samar akan
keberadaannya, masyarakat mengganggap semar itu ada tidak hanya dalam kesamarannya akan
tetapi berwujud nyata dalam kenyataan. Semar memberikan perubahan didalam pedukuhan
klampis ireng, masyarakat mulai bekerja dengan tekun. Kepercayaan masyarakat terhadap semar
semakin kuat ketika tokoh semar dijadikan sebagai hal yang disucikan dan memberi keberkahan
di dalam masyarakat.
Perlahan Pedukuhan Klampis Ireng itu terjadi. Para petani sangat rajin bekerja, mengolah
tanah. Pada hari-hari Jumat Kliwon, bila padi sudah disemai, para petani datang ke rumah si
petani tua, dengan bawa kemaron air. Si petani tua mengheningkan diri, bersujud pada Kiai
Semar, lalu membuka bungkusan wayangnya. Setelah wayang itu telanjang, ia memasukan
cempuritnya ke dalam kemawon-kemawon air yang dibawa para petani. Air itu telah disucikan
dengan berkah Kiai Semar.

Masyarakat mulai mempercayai semar sebagai pembimbing di dalam masyarakat


Pedukuhan Klampis Ireng. Ketika semar ada di tengah-tengah masyarakat, masyarakat
merasakan kenyamanan dan merasa berada di dalam perlindungan Kiai Semar. Anggapan
terhadap semar yang dapat membuat masyarakat sejahtera telah menyebar ke seluruh penjuru.
Banyak yang membuat tiruan tokoh semar agar dijadikan sebagai kekuatan dan sebagai
perlindungan kehidupan. Ketika tokoh semar mulai menghilang tidak diketahui keadaanya,
masyarakat mulai kebingungan tidak ada yang menjadi pantutannya lagi dan sebagai pelindung
di dalam masyarakat. Masyarakat sangat menggantungkan hidupnya kepada tokoh semar. Semar
sebenarnya tidak menghilang, semar ada dimana- mana. Akan tetapi, masyarakat merasa
kebingungan hingga mencari-cari keberadaan semar itu.
Semar seakan ada dimana-mana, namun sebenarnya ia sudah tiada, atau tinggal kenangan
belaka. Namun, suatu saat muncullah suara mengharukan di Klampis Ireng, “Semr, dimanakah
kau?Teriakan ini seperti muncul dari mereka yang tak mempunyai Semar di rumahnya, tak
merasakan Semar dalam hidupnya. Teriakan itu menyelinap dari kerumunan orang banyak di
bawah jembatan.

Semar telah tiada, menggemparkan masyarakat Pedukuhan Klampis Ireng yang sangat
membutuhkan tokoh Semar sebagai panutan dan pemberi arah. Tokoh Semar meninggalkan
pedukuhan ini karena masyarakat merubah sifatnya ketika Semar itu datang, mereka merasa di
dalam kenyamanan dan keenakan sehingga lalai akan tugas-tugasnya. Sebenarnya tokoh Semar
tidak menghilang, Semar ada didalam diri setiap masyarakat bersatu merasakan penderitaan dan
kesenangan masyarakat. Dalam kenyamanan dan keenakan, masyarakat lalai banyak
ketidakadilan terjadi khususnya untuk kaum – kaum menengah kebawah. Para penguasa semena
– mena menggunakan jabatannya untuk menindas masyarakat lemah. Semar ada didalam
masyarakat lemah dan tertindas merasakan penderitaan yang dilakukan oleh para penguasa yang
tidak mempunyai rasa malu.
Perlahan – lahan Semar bisa ditemukan. Ia tidak sejelas dulu. Tapi, sekurang-kurangnya, ia
masih bisa dilihat, walau tetap samar-samar. Kadang ia kelihatan menuding-nuding. Raut
mukanya kelihatan marah. Ia seakan kecewa, mengapa keadaan jadi begini rusak dan kacau,
seakan sudah tiada lagi pegangan buat hidup. Semar seakan menuding marah tentang apa saja.
Marah, mengapa ketidakadilan demikian merajalela, dan rakyat kecil demikian sengsara.

Ketidakterimaan tokoh Semar karena kehidupan sekarang ini berubah disebabkan karena
masyarakat mementingkan akal dan nafsunya pribadi. Masyarakat tidak mengenal masyarakat
lainnya, mementingkan dirinya sendiri dan melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Kemajuan teknologi dan perkembangan sosial
yang semakin cepat, membuat masyarakat lupa akan jatidirinya.
Semar sendiri seperti kehilangan akal. Ia adalah pamomong. Tapi, yang diemong bukan lagi
manusia berakala dan berhati, melainkan manusia batu. Karena sudah membatu diri, akal dan
hatinya, manusia itu sudah tidak bisa dinasihati atau diubah lagi.

Sebagai pamomong didalam masyarakat, tokoh Semar mengajarkan banyak hal kepada
masyarakat. Menjadi pemimpin harus bisa menjadi orang yang mengetahui akan keadaan
masyarakatnya, bisa menyelesaikan masalah masyarakatnya, dan bisa mencari jalan keluar atas
kesulitan masyarakatnya. Ketika seorang pemimpin atau pamomong seperti tokoh Semar akan
membuat masyarakat merasakan hidup yang gemah ripah loh jinawi. Sehingga, masyarakat
menjadi cinta atas perlakuan pemimpin seperti tokoh Semar. Hidup yang harmonis dan tentran
dapat tercipta dengan masyarakat yang bersatu dan seorang pemimpin yang berdikari dan
mengayomi.
Dengan berlindung pada Semar, mereka terus melihat cahaya bintang yang senantiasa bersinar,
cahaya Ilahi dari yang serba Samar, yang selalu menaungi hidup mereka. Dengan mencintai
Semar, keilahian yang mau menjadi insan dan abdi hina, mereka diikat oleh untaian rantai yang
mempersatukan mereka, tak memandang apakah pangkat dan martabat masing-masing, mereka
hanya percaya mereka adalah manusia yang bermartabat, apa pun derajat kemuliaan dan
kehinaan mereka.

Didalam kemajuan zaman ini dan perkembangan teknologi yang semakin cepat, merubah
pemikiran dan tradisi masyarakat. Masyarakat mulai meninggalkan budaya dan adat istiadatnya
dan mengikuti budaya – budaya barat yang sedang trend atau popular. Masyarakat telah
dibutakan oleh kehidupan, melupakan adat istiadat tempat lahirnya, banyak masyarakat
beranggapan melestarikan kebudayaan atau adat istiadat akan membuat masyarakat ketinggalan
zaman. Zaman berubah sangatlah cepat, warisan kebudayaan nenek moyang semakin
menghilang. Sebagai penerus bangsa, masyarakat harus menjaga budayanya, melestarikan adat
istiadanya, dan mengajarkannya kepada anak cucunya.
Ajaran semar pun mereka abaiakan, ajaran dari luar mereka peluk mati-matian. Kalua perlu,
dengan memaksakan apa yang mereka Yakini sebagai benar, padahal belum tentu kebenaran itu
cocok dengan warisan Semar. Tak jarang itu dilakukan dengan kekerasan terhadap sesamanya.
Betul-betul terjadilah wong jawa ilang jawane.

Peran pemimpin pada zaman yang semakin maju ini semakin vital. Pemimpin bukan
hanya sebagai wakil dari masyarakat, akan tetapi sebagai memimpin harus menjadi panutan dan
pamomong terhadap masyarakatnya. Perubahan zaman semakin cepat, pemimpin harus dapat
mempertahankan identitas bangsanya, melestarikan adat budayanya, dan mewarisi nilai-nilai
sejarah bangsanya. Sekarang, menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana sangatlah sulit karena
masyarakat sekarang ini telah terpengaruh dengan kehidupan duniawi, mereka meninggalkan
agamanya demi kesenangan duniawinya. Banyak masyarakat yang melakukan korupsi,
penimbun harta, dan sebaginya. Pemimpin yang adil dan bijaksana sekarang dikritik dan dihina
oleh masyarakat. Masyarakat saat ini menginginkan kebebasan tanpa ada kekangan untuk
kembali kepada kebudayaan. Hal inilah yang menyebabkan seorang pemimpin menjadi
kebencian masyaakat karena ingin menegangkan keadailan dan melestarikan nilai-nilai
kebudyaan yang telah tertanam didalam masyarakat.
Tak jelas, mengapa mereka jadi membenci Semar. Mungkin karena Semar selalu mengecam dan
mengkritik hidup mereka yang keliru. Mungkin karena Semar mengecam kekuasaan mereka yang
membabi buta. Mungkin karena Semar menistakan harta mereka yang berlimpah ruah. Mungkin
juga karena Semar dianggap keasliaan yang menghalangi pengaruh-pengaruh dari luar.

Sosok pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat dan bisa merasakan apa yang
diraskan oleh masyarakat sangat diperlukan pada zaman ini. Zaman yang semakin berkembang
membuat masyarakat mempunyai berbagai masalah. Sebagai pemimpin bukan hanya wakil
masyarakat, akan tetapi sebagai pemimpin harus bisa memberi jalan keluar terhadap setiap
permasalahan yang ada di masyarakat. Masyarakat adalah ceminan bangsa, masyarakat harus
terus melesatarikan adat istiadatnya dan budayanya agar bangsa ini tidak kehilangan jatidirinya.
Jatidiri bangsa ada pada masyarakatnya. Teruslah menjaga dan mencintai bangsa ini Ibu Pertiwi.

Anda mungkin juga menyukai