Anda di halaman 1dari 1

Analisis sosiologi sastra pada novel anak – anak semar karya Sindhunata

Dalam novel anak – anak semar diawali dengan penjelasan seorang tokoh semar yang
merupakan tokoh pewayangan dan ditugaskan oleh dewa untuk turun ke bumi untuk mencari
jatidirinya. Dalam melakukan tugasnya mencari jatidiri ini, tokoh semar berbaur dengan
masyarakat sekitar dan tokoh semar ini menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.
Semar merupakan sosok yang menjadi panutan di dalam masyarakat, setelah kedatangan
semar masyarakat mengganggap semar adalah tokoh yang sangat berpengaruh dan membawa
perubahan di dalam masyarakat. Pedukuhan Klampis Ireng lah yang merasakan pengaruh yang
dibawa oleh semar. Walaupun sosok semar ini merupakan tokoh pewayangan yang samar akan
keberadaannya, masyarakat mengganggap semar itu ada tidak hanya dalam kesamarannya akan
tetapi berwujud nyata dalam kenyataan. Semar memberikan perubahan didalam pedukuhan
klampis ireng, masyarakat mulai bekerja dengan tekun. Kepercayaan masyarakat terhadap semar
semakin kuat ketika tokoh semar dijadikan sebagai hal yang disucikan dan memberi keberkahan
di dalam masyarakat.
Perlahan Pedukuhan Klampis Ireng itu terjadi. Para petani sangat rajin bekerja, mengolah tanah.
Pada hari-hari Jumat Kliwon, bila padi sudah disemai, para petani datang ke rumah si petani tua,
dengan bawa kemaron air. Si petani tua mengheningkan diri, bersujud pada Kiai Semar, lalu
membuka bungkusan wayangnya. Setelah wayang itu telanjang, ia memasukan cempuritnya ke
dalam kemawon-kemawon air yang dibawa para petani. Air itu telah disucikan dengan berkah
Kiai Semar.
Masyarakat mulai mempercayai semar sebagai pembimbing di dalam masyarakat
Pedukuhan Klampis Ireng. Ketika semar ada di tengah-tengah masyarakat, masyarakat
merasakan kenyamanan dan merasa berada di dalam perlindungan Kiai Semar. Anggapan
terhadap semar yang dapat membuat masyarakat sejahtera telah menyebar ke seluruh penjuru.
Banyak yang membuat tiruan tokoh semar agar dijadikan sebagai kekuatan dan sebagai
perlindungan kehidupan. Ketika tokoh semar mulai menghilang tidak diketahui keadaanya,
masyarakat mulai kebingungan tidak ada yang menjadi pantutannya lagi dan sebagai pelindung
di dalam masyarakat. Masyarakat sangat menggantungkan hidupnya kepada tokoh semar. Semar
sebenarnya tidak menghilang, semar ada dimana- mana. Akan tetapi, masyarakat merasa
kebingungan hingga mencari-cari keberadaan semar itu.
Semar seakan ada dimana-mana, namun sebenarnya ia sudah tiada, atau tinggal kenangan belaka.
Namun, suatu saat muncullah suara mengharukan di Klampis Ireng, “Semr, dimanakah kau?
Teriakan ini seperti muncul dari mereka yang tak mempunyai Semar di rumahnya, tak merasakan
Semar dalam hidupnya. Teriakan itu menyelinap dari kerumunan orang banyak di bawah
jembatan.

Anda mungkin juga menyukai