TEKS FABEL/LEGENDA
SEMESTER GENAP
PETA KONSEP
BAHASA INDONESIA
KELAS VII
KURIKULUM 2013
PENGERTIAN
FABEL
KEBAHASAAN
FABEL
TEKS
FABEL
STRUKTUR
FABEL
JENIS-JENIS
FABEL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik mampu:
1. Menjelaskan pengertian fabel/legenda daerah setempat
2. Mengidentifikasi ciri-ciri fabel/legenda daerah setempat
3. Menjelaskan unsur-unsur fabel/legenda daerah setempat
4. Menyebutkan dan mengidentifikasi jenis-jenis fabel/legenda daerah setempat
5. Mengidentifikasi dan menelaah struktur fabel/legenda daerah setempat
6. Menjelaskan dan mengidentifikasi unsur kebahasaan teks fabel/legenda daerah setempat
A. PENGERTIAN
1. FABEL
Secara etimologis fabel berasal dari bahasa latin fabulat. Fabel merupakan cerita
tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk
jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Fabel sering juga disebut cerita
moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral. Teks
cerita fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga mengisahkan
kehidupan manusia dengan segala karakternya.
Binatang-binatang yang ada pada cerita fabel memiliki karakter seperti manusia.
Karakter mereka ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Mereka mempunyai sifat
jujur, sopan, pintar, dan senang bersahabat, serta melakukan perbuatan terpuji. Mereka
ada juga yang berkarakter licik, culas, sombong, suka menipu, dan ingin menang
sendiri. Cerita fabel tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga kepada orang
dewasa. Setelah membaca dan memahami teks cerita fabel, kamu dapat belajar pada
karakter-karakter binatang tersebut. Cerita fabel menjadi salah satu sarana yang
potensial dalam menanamkan nilai-nilai moral. Kita dapat belajar dan mencontoh
karakter-karakter yang baik dari binatang itu agar kamu memiliki sifat terpuji.
Contoh fabel
BELALANG SEMBAH
Suatu hari di sebuah kebun anggur, tinggalah sebuah keluarga Semut dengan
anggota jumlahnya yang sangat banyak. Semut ini membuat sarangnya dari daun-daun
lalu mereka tempel menggunakan cairan seperti lem yang mereka keluarkan dari
mulutnya. Para Semut melihat bahwa musim gugur akan segera berlalu dan akan segera
datang musim dingin yang cukup panjang. Ketika musim dingin makanan akan sangat
sulit untuk didapatkan, maka para Semut itu segera mencari berbagai macam makanan
untuk mereka kumpulkan sebagai bahan persediaan ketika musim dingin telah tiba.
Berbeda halnya dengan seekor Belalang sembah, Belalang sembah memiliki
mata yang besar dan tangan yang panjang. Mereka sering hidup di pohon-pohon seperti
halnya para Semut. ketika musim dingin akan tiba Belalang sembah hanya berlatih
menari. Setiap hari Belalang sembah itu hanya berlatih menari. Namun sang Belalang
lupa bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya menghadapi musim
dingin.
Suatu hari Sang Belalang sembah menari di dekat sarang Semut. Dia menari
dengan sangat anggun. Gerakan tangan dan badannya yang pelan dan lembut membuat
tariannya terlihat sangat mengagumkan. Para Semut melihat Sang Belalang sembah
menari, namun mereka tidak menghiraukan tarian indahnya itu karena mereka memiliki
tugas yang sangat penting.
Sang Belalang yang sedang menari melihat para Semut berjalan dengan
membawa makanan untuk dibawa kesarangnya. Sang Belalang sembah heran dengan
apa yang dilakukan Semut lalu dia bertanya kepada salah satu Semut tentara yang
sedang berjaga di dekat para Semut pekerja
,“Kenapa kalian membawa makanan yang sangat banyak itu masuk ke sarang
kalian?” sang Semut menjawab “Kami melakukannya agar kami tidak kelaparan saat
musim dingin tiba.” Lalu sang Belalang kaget “Musim dingin?” kata sang Belalang
sembah dengan kagetnya, “Kan masih lama, lebih baik kita bersenang-senang saja
dulu”, kata sang Belalang. Semut tak menghiraukan Belalang. Semut tetap tekun
mengumpulkan makanan.
Musim dingin tiba. Belalang belum sempat mengumpulkan makanan karena
sibuk menari. Belalang kelaparan dan lari ke rumah Semut. Ia meminta makanan
kepada Semut. Semut awalnya tidak mau memberikan makanannya karena takut
kehabisan. Akan tetapi, melihat belalang lemas kelaparan, Semut tidak tega dan
memberikan makanannya kepada Belalang. Belalang pun kembali bugar dan dia
berjanji untuk dapat mengelola waktu dengan baik sehingga tidak berakibat buruk.
Masa depan adalah milik setiap orang. Maka setiap orang perlu menyiapkan
masa depannya dengan berusaha. Bukan hanya menikmati kesenangan di masa
sekarang tanpa memikirkan masa depan.
2. LEGENDA
Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh
yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu,
legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga
sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Menurut Buku Sari Kata Bahasa Indonesia, Legenda adalah cerita rakyat zaman
dahulu yang berkaitan dengan peristiwa dan asal usul terjadinya suatu tempat.
Contohnya: Sangkuriang, Batu Menangis, dan Legenda Pulau Giliraja.
Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa
penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga
membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005,[1] legenda adalah cerita rakyat pada
zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis,
legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi
berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang
mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mitos, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi
tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang
berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang
menandakan kesaktian.
Contoh legenda
ASAL USUL BANYUWANGI
Pada zaman dahulu kala. Terdapat sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh Raja
yang sangat bijaksana dan adil. Raja tersebut mempunyai seorang Putra yang sangat
tampan dan gagah, yang bernama Raden Banterang. Raden Banterang sangat gemar
berburu.
Suatu hari, Raden Banterang pergi berburu kedalam hutan. Ia di temani dengan
Pengawal kerajaan. Di tengah perjalanan. Ia melihat seekor Kijang melintas di
depannya. Ia pun segera mengejar Kijang tersebut hingga masuk ke dalam hutan
belantara. Ia pun terpisah dari rombongan Pengawalnya tersebut.
Raden Banterang terus mengejar KIjang tersebut. Ia semakin jauh masuk kedalam
hutan. Ia pun tiba di sebuah sungai yang sangat jernih. Karena kelelahan mengejar
Kijang, ia pun mendekati sungai tersebut dan meminum air jernih itu. Di saat ia asik
meminum air. Tiba-tiba, ia sangat terkejut karena kedatang seorang gadis yang sangat
cantik.
Raden Banterang kebingungan, karena ia takut gadis cantik tersebut adalah
penunggu hutan ini. Namun, ia memberanikan diri untuk mendekati gadis cantik
tersebut.
“Nama ku Surti, aku berasal dari Kerajaan Klungkung”. Jawab gadis itu.
“Apa yang sedang kau lakukan di dalam hutan seorang diri?” Tanya Raden Banterang.
“Saya berada di hutan ini karena menyelamatkan diri dari kejaran musuh. Ayah saya
mati dalam pertempuran.” Kata Surti menjelaskan.
Mendengar cerita Surti, Raden Banterang sangat terkejut. Karena merasa kasihan,
Raden Banterang membawanya ke Istana. Surti pun ikut ke Istana bersama Raden
Banterang. Karena kecantikan Surti, Raden Banterang pun jatuh cinta dan ingin
meminangnya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Mereka pun hidup
bahagia.
Namun, suatu hari. Putri Surti berjalan-jalan sendirian keluar Istana. Tiba-tiba, ia
mendengar seseorang memanggil namanya. Ia pun mencari sumber suara tersebut. Ia
pun melihat seorang Laki-laki yang berpakaian kumuh dan compang-camping. Putri
Surti sangat terkejut, ternyata, Laki-laki di depannya adalah Kakak kandungnya sendiri
yang bernama Rupaksa. Maksud dari kedatangan Kakaknya tersebut adalah untuk
mengajak Putri Surti balas dendam. Karena Raden Banterang sudah membunuh
ayahnya.
Putri Surti sangat terkejut mendengar cerita dari Kakaknya. Ia pun menceritakan
bahwa dirinya sudah menjadi istri dari Raden Banterang. Ia pun menolak untuk
membalas dendam dan memohon agar tidak mencelakai suaminya Raden Banterang.
Mendengar cerita adiknya tersebut Rupaksa sangat marah. Namun, ia tidak memaksa
dan memberikan sebuah ikat kepala kepada Surti. Rupaksa pun menyuruhnya untuk di
simpan di bawah tempat tidurnya.
Pertemuan Surti dengan kakaknya tidak diketahui oleh suaminya. Karena Raden
Banterang sedang berburu ke hutan. Namun, suatu hari. Saat Raden Banterang berada
dalam hutan, ia di kejutkan dengan kedatangan seorang Laki-laki yang berpakaian
compang-camping menghampirinya.
“Suamiku, Jika nanti setelah kematianku dan air sungai ini menjadi jernih dan
berbau harum. Berarti aku tidak bersalah dan tidak mempunyai niat untuk mencelakai
mu. Namun, jika air ini tetap keruh dan berbau busuk. Berarti aku bersalah.” Kata
Surati menangis.Raden Banterang, menganggap apa yang di ucapkan istrinya adalah
sebuah kebohongan. Maka, ia segera mengeluarkan Keris dan menusuk pinggang
istrinya. Bersamaan dengan itu, Surati terjatuh ke tengah sungai dan hanyut terawa
arus.
Tidak lama setelah hanyutnya Surati, terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba,
terciumlah bau yang sangat harum di sekitar sungai, airnya pun berubah menjadi sangat
jernih. Raden Banterang gemetar dengan keajaiban tersebut. Melihat itu, Raden
Banterang sanat menyesal dan meratapi kematian istrinya.Sejak itu, sungai menjadi
harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi
artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
B. CIRI-CIRI
1. FABEL
1. Fabel mengambil tokoh para binatang.
2. Watak tokoh para binatang digambarkan ada yang baik dan ada yang buruk (seperti
watak manusia).
3. Tokoh para binatang bisa berbicara seperti manusia.
4. Cerita memiliki rangkaian peristiwa yang menunjukkan kejadian sebab-akibat.
Rangkaian sebab- akibat diurutkan dari awal sampai akhir.
5. Fabel menggunakan latar alam (hutan, sungai, kolam, dll).
2. LEGENDA
1. Bersifat duniawi, artinya bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang dan
terjadi pada masa yang belum terlampau lama.
2. Ditokohi oleh manusia, yang ada kalanya memiliki sifat dan kekuatan yang luar
biasa, serta seringkali dibantu oleh mahluk-mahluk gaib.
3. Milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir.
4. Sering mengalami penyimpangan dari versi sebelumnya (terutama karena tidak
ditulis).
5. Diwariskan secara turun temurun.
6. Banyak mengandung ajaran tentang kebaikan dan kejahatan sehingga dapat
dijadikan pedoman hidup.
7. Terdapat unsur sejarah dan ceritanya dianggap benar
2. Penokohan
Pemberian karakter pada tokoh. Karakter bisa bersifat protagonis/yang disukai atau
tokoh antagonis/yang tidak disukai. Watak tokoh dapat disimpulkan dari penggambaran
fisik, penggambaran tindakan tokoh, dialog tokoh, monolog, atau komentar/narasi
penulis terhadap tokoh.
3. Setting atau latar
Tempat dan waktu kejadian serta suasana dalam cerita. Ada tiga jenis latar, yaitu latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial.
4. Tema
Gagasan yang mendasari cerita. Tema dapat ditemukan dari kalimat kunci yang
diungkapkan tokoh, atau penyimpulan keseluruhan peristiwa sebab-akibat pada cerita
5. Amanat adalah pesan yang disampaikan penulis secara tidak langsung. Amanat
disimpulkan dari sikap penulis terhadap permasalahan yang diangkat pada cerita.
D. JENIS-JENIS
1. FABEL
1. Ditinjau dari pemberian watak dan latar fabel:
a. Fabel alami
Fabel alami menggunakan watak tokoh binatang seperti pada kondisi alam
nyata. Misalnya, kura-kura diberi watak lamban, singa buas dan ganas. Selain
itu, fabel alami menggunakan alam sebagai latar (hutan, sungai, kolam, dsb).
b. Fabel adaptasi
Fabel adaptasi adalah fabel yang memberikan watak tokoh dengan mengubah
watak aslinya pada dunia nyata dan menggunakan tempat-tempat lain sebagai
latar (di rumah, di jalan raya). Misalnya, landak yang pemalu berulang tahun di
rumah makan.
2. Ditinjau dari kemunculan pesan:
a. Fabel dengan koda
Fabel dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan
pengarang di akhir cerita.
Alur fabel dimulai pengenalan, mulai munculnya masalah, masalah memuncak,
dan ditutup dengan pemecahan masalah dengan pesan-pesan eksplisit.
Kegembiraan yang membuncah di hutan itu tiba-tiba sirna karena kedatangan Katak
yang sangat sombong. Semua binatang dihinanya karena kekurangannya.
3. Resolusi
Bagian yang berisi pemecahan masalah.
Pengungkapan resolusi dilakukan dengan cara:
a. Diawali dengan meredanya konflik
Contoh:
Akhirnya, masalah menjadi jelas. Tak ada salah paham lagi di antara kelompok
Gajah dan Semut.
b. Diawali dengan dialog yang menandakan amannya keadaan
Contoh:
“Ayo cepat Ci…” dengan rasa kebersamaan mereka pun akhirnya selamat.
Ternyata sahabatnya yang telah menarik kaki Cici untuk
menyelamatkannya dari kejaran Singa.
Penjelasan telah dilakukan secara gamblang sehingga tidak
ada kesalahpahaman.
..............................................................
Dengan tegas dia memilih untuk tidak mendendam orang yang menyakitinya.
..............................................................
Setelah mengalami berbagai goncangan akhirnya semua cobaan lewat dan hilanglah
semua sakit hati.
Siapa yang menanam akan menuai. Siapa yang berbuat baik akan dibalas dengan
perbuatan baik. Begitu juga sebaliknya. Orang yang menanam keburukan akan menuai
hasil keburukannya sendiri.
Kejahatan akan selalu dikalahkan oleh kebaikan. Apa pun yang berbuat jahat akan
dikalahkan oleh perbuatan baik.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita itu adalah mulut kita dilarang berbicara yang
menyinggung kekurangan orang lain. Tuhan menciptakan makhluknya dengan
keistimewaan sendiri-sendiri.
Bahagia = senang
Hal yang membuatku merasa bahagia adalah ketika bertemu denganmu
Hal yang membuatku merasa senang adalah ketika bertemu denganmu
b. Antonim
Antonim biasa disebut dengan lawan kata. Antonim merupakan kata-kata yang
mempunyai makna saling berlawanan satu sama lain.
Contoh:
Jauh >< dekat
Jarak antara lapangan sepak bola dengan rumahku sangat jauh.
Jarak antara lapangan sepak bola dengan rumahku sangat dekat