Anda di halaman 1dari 2

Bahan Ajar: Dongeng

Pernah mendengar dongeng? Atau bahkan Anda pernah mendongeng?


Saya yakin di antara kita semua pernah mendengar dongeng dan mungkin mendongeng, apalagi bagi
orang tua khususnya ibu.

Ya, banyak orang tua yang berusaha menjadikan dongeng sebagai sarana mereka mengajarkan budi
pekerti kepada anak-anaknya. Dongeng mereka pilih karena dengan mendongeng, siapa pun tidak akan
merasa digurui, meski sebenarnya banyak nilai budi pekerti yang diajarkan dalam dongeng. Ini pula yang
menjadi salah satu fungsi dari sastra, yakni dulce et utile, menyenangkan dan bermanfaat.

Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan salah satu jenis prosa lama dalam kesusasteraan Indonesia. Menurut KKBI offline
1.3 dongeng adalah cerita yg tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang
aneh-aneh). Sedangkan menurut wikipedia dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran
fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral.

Dari dua pengertian tersebut dapat diketahui bahawa dalam dongeng nilai-nilai moral diajarkan, dan tidak
selamanya dongeng diambilkan dari kisah fiktif. Kisah nyata pun bisa dijadikan bahan untuk mendongeng
dengan kemasan dominan pada unsur seninya.

Ini artinya, mengajarkan dongeng berarti mengajarkan pula nilai-nilai moral dan budi pekerti pada peserta
didik. Sehingga menemukan hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng yang diperdengarkan dijadikan
kompetensi dasar yang harus dicapai dalam pengajaran dongeng.

Ciri-ciri dongeng

Dongeng merupakan karya sastra lama yang biasanya mempunyai sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:

 Anonim artinya dongeng sering kita temukan tanpa diketahui nama pengarangnya.
 Disebarkan dari mulut ke mulut. Pada zaman dulu dongeng sering diperdengarkan oleh seorang yang
disebut pelipur lara, yaitu seorang pendongeng yang biasanya di undang ke istana untuk menghibur.
 Bersifat istana sentris hal ini wajar karena dongeng sering diperdengarkan di istana, sehingga kisah yang
diangkat lebih banyak pada kehidupan istana.
Dalam perkembangannya sekarang ini banyak yang sudah berusaha mengumpulkan buku yang berisi
kumpulan dongeng, baik yang berjenis fabel, sage, mite, legemde maupun parabel.

Jeni-Jenis Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai
berikut :

 Fabel yaitu cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang
(berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Fabel sering digunakan sebagai cerita dalam rangka mendidik
masyarakat. Misalnya cerita tadi. Amanat yang dapat anda petik adalah jangan sekali-kali berbuat sombong. Karena
kesombongan bukan senjata yang tepat untuk memenangkan kejuaraan.
Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung
Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, Kura-kura dan Kelinci dan lain-lain.
 Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal
yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana,
Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
 Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah.
Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
 Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan,
kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-
lain.
 Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan
ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
 Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing
dilukiskan secara humor.Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
Seperti prosa yang lain, dongeng juga tersusun atas dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sasta (dongeng) dari dalam.Dikatakan membangun
karya sastra dari dalam karena unsur-unsur tersebut akan secara langsung ditemukan ketika pembaca
membaca karya sastra tersebu. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra
dari luar. Contoh unsur intrinsik adalah judul, tema, alur atau plot, tokoh, setting, amanah, dan gaya
bahasa. Sedangkan contoh unsur ekstrinsik adalah tingkat pendidikan, sosial budaya masyarakat, tingkat
ekonomi dan sebagainya.
Nah, dengan memahami hal-hal tersebut, mengajarkan dongeng pada siswa menjadi sangat menarik dan
sangat bermanfaat. Sementara itu bagi siswa yang mendengarkan atau mempelajari dongeng pun akan
banyak mendapat manfaat, khususnya terkait dengan pendidikan moral dan budi pekerti.

Selamat bereksplorasi untuk memahami lebih banyak masalah dongeg.

Untuk menguji pemahaman kita terhadap dongeng, mari kita kerjakan soal-soal berikut:

1. Ditinjau dari bentuk dan zamannya, dongeng termasuk prosa lama atau prosa baru?
2. Jelaskan pengertian dongeng!
3. Sebutkan ciri-ciri dongeng !
4. Apa manfaat dari dongeng?
5. Sebut dan jelaskan jenis-jenis dongeng dan berilah masing-masing contoh judulnya!
6. Berikut contoh sebuah dongeng. Coba temukan hal-hal yang menarik dari dongeng
berikut:
MUJAIR DAN MERAH
Di sebuah hutan, terdapat rawa yang dihuni oleh beberapa jenis ikan. Di antaranya adalah sekelompok ikan
mujair yang hidupnya sangat tenteram dan bahagia. Namun ketenangan mereka terganggu sejak seekor ular
merah, atau si Merah sering mencari mangsa di tepi sungai. Ular selalu memakan apa pun yang dapat ia
makan, termasuk ikan mujair yang hidup di sungai.
Suatu hari ular sedang berjalan dengan perut lapar. Kebetulan semalam hujan turun dengan deras, sehingga
air sungai meluap.
“Ah…karena sungai banjir, semua makananku pasti habis terbawa arus sungai,” keluh si Merah. Matanya
berusaha mengawasi rawa-rawa sambil tetap berjalan pelan. Matanya bersinar ketika melihat seekor anak
mujair ada di rawa. Dengan sigap si Merah menangkap anak mujair dan memakannya. Setelah si Merah
kenyang, ia segera pulang ke rumahnya.
Sementara itu orang tua ikan mujair sangat sedih setelah tahu kalau anaknya dimakan oleh si Merah.
Beberapa hari kemudian si Merah kembali datang ke rawa dengan tujuan mencari makan untuknya juga untuk
anak-anaknya. Tiba-tiba muncullah ayah mujair.
“Hai, Merah. Mengapa kau memangsa anakku? Apakah kau lupa akan perjanjian kita, bahwa di antara ikan
dan ular tidak boleh saling memangsa?” Si Merah segera teringat sebuah perjanjian yang pernah dijelaskan
oleh ibunya. Antara ular dan ikan memang tidak boleh saling memangsa. Kalau ada yang melanggar, maka ia
akan celaka.
“Aku ti…tidak lupa !” jawab si Merah takut.
“Lalu kenapa kau memakan anakku?” si Merah tidak dapat menjawab. Seluruh tubuhnya benar-benar
gemetar. Ia takut kalau nanti akan mendapat celaka karena telah melanggar perjanjian.
“Sebagai gantinya kau harus menyerahkan salah satu anakmu pada kami. Hutang nyawa harus dibayar
nyawa!”
“Baiklah, aku akan serahkan anakku.”
Keesokan harinya ular datang kembali sambil membawa salah satu anaknya. Dengan sangat terpaksa ia
menyerahkan anaknya itu pada ikan mujair. Untunglah ikan mujair tidak membunuh anak ular itu. Ikan
mujair hanya mengurung anak ular itu dan suatu saat akan dikembalikan lagi kepada induknya. Mulai saat itu
si Merah tidak berani lagi memakan ikan mujair. Ia juga selalu mengingatkan anak-anaknya agar tidak
memangsa ikan mujair.
(Sumber: http://teatera

Anda mungkin juga menyukai