Anda di halaman 1dari 5

KELAS SOSIAL PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA)

ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa karya sastra merupakan cerminan kenyataan
kehidupan masyarakat. Pengarang dalam menulis karya sastra secara langsung atau tidak
langsung dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat, misalnya pada novel Laskar Pelangi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelas sosial dalam novel Laskar Pelangi
dengan menggunakan pendekatan kajian sosiologi sastra. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kelas sosial dalam novel Laskar Pelangi ditentukan berdasarkan
pekerjaan, penghasilan dan kekayaan, serta pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah khazanah penelitian sastra dan dapat menjadi referensi penelitian sastra
berikutnya yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan memfokusan pada kelas
sosial.
Kata Kunci : kelas sosial; dampak ; novel Laskar Pelangi; sosiologi sastra.

PENDAHULUAN
Novel sering kali dianggap sebagai cerminan sebuah kenyataan sosial kehidupan
bermasyarakat. Dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang sering mengangkat
persoalan sosial yang fenomenal dari kelompok sosial tertentu. Pengarang secara langsung
atau tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Pengarang sebagai anggota
masyarakat tidak akan lepas dari tatanan masyarakat dan kebudayaan sekitarnya.
Pengalaman penulis atau pengarang seringkali diangkat menjadi sebuah cerita dalam novel.
Seperti yang dikemukakan oleh Waluyo (dalam Rodli, dkk 2019) menyatakan bahwa novel
adalah lambang kesenian yang baru yang berdasarkan fakta dan pengalaman pengarangnya.
Hal tersebut sejalan dengan novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata.
Beliau merupakan individu yang secara historis lahir sekitar tahun 1967 di Belitong. Beliau
hidup di tengah-tengah keluarga menengah ke bawah. Ayahnya bekerja sebagai buruh
tambang dan saudara-saudaranya sebagian besar berprofesi sebagai kuli. Dengan kondisi
sosial tersebut, mengakibatkan Andrea Hirata menempati kelompok atau kelas sosial bawah
di lingkungan masyarakat Belitong. Gambaran kehidupan sosial masyarakat Belitong kala
itu diekspresikan Andrea Hirata dalam novel Laskar Pelangi.
Novel yang diangkat dari kisah Andrea Hirata ini meraih kesuksesan dan menjadi
karya fenomenal anak bangsa dalam sejarah sastra Indonesia. Sejak diterbitkan tahun 2005

1
hingga 2008 oleh Bentang Pustaka, novel itu sudah naik cetak hingga 17 kali dan terjual
sekitar 200 ribu eksemplar. Novel Laskar Pelangi juga sudah diterbitkan di beberapa negara
Eropa. Dilansir dari Kompas.com (25 September 2011), akhirnya novel ini menjadi novel
dengan penjualan terbaik (best seller) di Indonesia sekitar lima juta eksemplar dan telah
menembus pasar luar negeri seperti pasar Korea Selatan.
Salah satu cerita yang menonjol dalam novel ini yaitu penggambaran adanya kelas
sosial dalam kehidupan masyarakat. Terdapat perbedaan taraf hidup dan pendidikan antara
masyarakat asli Belitong dan Gedong. Diceritakan pula dalam novel ini tentang kondisi
sosial masyarakat Belitong yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Hal ini
berbanding terbalik dengan adanya PN Timah yang mendapatkan kekayaan melimpah
karena mengeruk habis hasil alam Belitong. Pengarang dalam novel ini mampu
mengekspresikan dan memunculkan persoalan-persoalan yang merepresentasikan adanya
kelas sosial, baik kelas sosial atas maupun kelas bawah. Kelas sosial merupakan pembagian
masyarakat kedalam kelas-kelas yang berbeda atau strata yang berbeda yang
menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilik harta benda, dan nilai yang
dianut (Insumar & Budiani, 2014).
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin menelaah lebih dalam mengenai kelas
sosial yang terdapat pada novel Laskar Pelangi berdasarkan kajian sosiologi.
KAJIAN TEORI
Kelas sosial merupakan suatu realitas sosial yang penting, bukan hanya sekedar
suatu konsep teoretis saja, tetapi kelas sosial dikelompokkan atas: (1) kekayaan dan
penghasilan; (2) pekerjaan; dan (3) pendidikan. Kekayaan dan penghasilan merupakan
determinan kelas sosial yang penting akibat perannya dalam memberikan gambaran tentang
latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang. Pekerjaan merupakan salah satu indikator
terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang, sehingga secara tidak langsung pekerjaan
merupakan indikator terbaik untuk mengetahui kelas sosial seseorang. Selanjutnya, kelas
sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal yaitu: 1)
pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi; dan 2) jenis dan tinggi-rendahnya
pendidikan mempengaruhi jenjang dalam kelas sosial. Pendidikan dianggap lebih penting
karena tidak hanya melahirkan keterampilan kerja melainkan juga melahirkan perubahan
mental, selera, minat, tujuan, cara berbicara dan perubahan dari keseluruhan cara hidup
seseoran (Maunah, 2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas Sosial pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
2
Kelas sosial disebut sebagai posisi sosial yang merupakan posisi relatif seseorang
terhadap orang lain pada satu dimensi atau lebih dipandang oleh masyarakat memiliki nilai
atau penghargaan tinggi. Dalam novel Laskar Pelangi ditemukan adanya kelas sosial yang
ditentukan berdasarkan tiga hal, yaitu: (1) pekerjaan, (2) kekayaan dan penghasilan, dan (3)
pendidikan.
Berdasarkan Pekerjaan
Karl Marx (dalam Prakasita & Harianto, 2017) memandang mengenai perjuangan
individu atau kelompok dalam suatu kelas sosial, kelas sosial dibagi menjadi dua yaitu
pemilik modal (borjuis) dan buruh (proletar). Jika seseorang memiliki pekerjaan yang
berkedudukan tinggi atau berkuasa maka termasuk dalam kelas sosial atas, begitu pun
sebaliknya seseorang yang memiliki pekerjaan yang berkedudukan rendah termasuk dalam
kelas sosial bawah. Pada novel Laskar Pelangi, Penguasa PN Timah dianggap sebagai
masyarakat kelas atas (kaum burjois) karena memiliki kekuasaan sedangkan masyarakat
biasa atau yang bekerja sebagai karyawan rendahan PN dianggap sebagai masyarakat kelas
sosial bawah (kaum proletar).
Kondisi masyarakat di pulau Belitong yang digambarkan dalam novel Laskar Pelangi
hidup dalam kelas sosial yang berkasta-kasta. Masyarakat kelas sosial atas (kaum burjois)
yaitu orang-orang yang bekerja sebagai staf PN (Perusahaan Negara) dan para cukong
swasta. Masyarakat kelas menengah yaitu yang bekerja sebagai camat, kepala dinas, dan
pejabat-pejabat, dan aparat penegak hukum. Sedangkan masyarakat yang tergolong dalam
kelas rendah (kaum proletar) yaitu pegawai kantor desa, karyawan rendahan PN, pencari
madu dan nira, para pemain organ tunggal, semua orang Sawang, semua orang Tionghoa
kebun, semua orang Melayu yang hidup di pesisir, para tenaga honorer pemda, dan semua
guru dan kepala sekolah selain PN. Jumlah masyarakat kelas sosial bawah ini lebih banyak
dibanding masyarakat kelas sosial atas. Oleh sebab itu, banyak sekali masyarakat miskin di
Belitong.
Berdasarkan Kekayaan dan Penghasilan
Kelas sosial sering dikaitkan dengan kekayaan dan penghasilan. Hal ini terjadi
karena proses pembentukan kelas sosial dalam pandangan modern berasal dari
penggolongan strata pekerjaan dan jabatan yang berkorelasi dengan pendapatan
(Triwijayati, 2018). Pada novel Laskar Pelangi, masyarakat dipandang sebagai kelas sosial
atas jika memiliki pendapatan dan kekayaan yang besar. masyarakat yang memiliki sedikit
pendapatan dan kekayaan dipandang sebagai kelas sosial bawah. Hal ini dapat dibuktikan
dengan perbedaan pendapatan antara guru yang mengajar di sekolah PN dan SD
3
Muhammadiyah. Sekolah PN merupakan sekolah milik PN (Perusahaan Negara) yang
berada di Gedong. Sekolah ini kaya raya karena didukung oleh PN Timah. Sekolah PN
digambarkan pengarang sebagai sebuah representasi kelas sosial atas. Siswa PN umumnya
adalah anak-anak dari petinggi di PN. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa semua
guru dan kepala sekolah baik sekolah negeri maupun sekolah kampung termasuk kelas
sosial bawah kecuali guru dan kepala sekolah PN. Hal ini sejalan dengan penghasilan yang
didapatkan oleh guru yang baru saja mengajar di PN mendapatkan tawaran gaji yang
berlipat-lipat dan janji S-2 dan S-3. Hal ini sangat ironi dengan penghasilan guru di SD
Muhammadiyah. Sekolah ini adalah sekolah miskin di Belitong yang kondisinya
memprihatinkan. Ibu Muslihah yang menjadi guru di SD Muhammadiyah hanya diupah
dengan beras 15 kilo setiap bulan. Penghasilan yang rendah ini sebagai representasi kelas
sosial bawah. Selain guru SD Muhammadiyah, pegawai rendahan PN timah juga
berpenghasilan rendah. Misalnya Ayah Ikal yang bekerja sebagai pegawai rendahan di PN
Timah. Sudah 25 tahun ayah Ikal bekerja mencedok tailing yang memiliki risiko besar yaitu
terkontaminasi radioaktif dari monazite dan senotim. Meskipun begitu, penghasilan yang
didapatkan rendah.
Berdasarkan Pendidikan
Masyarakat kelas sosial bawah cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Begitu pun sebaliknya, masyarakat kelas sosial atas cenderung memiliki pendidikan yang
tinggi. Hal ini tercermin pada pendidikan keluarga Ikal yang merepresentasikan kelas sosial
bawah dan pendidikan keluarga Flo yang menggambarkan kelas sosial atas. Bapak Flo
merupakan insinyur lulusan terbaik dari technische Universiteit Delf di Holland. Karena
pendidikan yang tinggi, Bapak Flo menduduki karier yang tinggi di jajaran orang staf.
Bapak Flo ini cerminan kelas sosial atas yang berpendidikan tinggi.
Hal tersebut berbanding dengan Ikal. Seperti yang digambarkan pada novel, Ikal
bimbang untuk menentukan apakah dia bisa bersekolah atau tidak. Ikal khawatir dan merasa
kasihan pada Ayahnya yang hanya seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji
kecil. Keluarga Ikal yaitu beberapa abang dan sepupu-sepupunya juga tidak bersekolah.
Mereka bekerja sebagai kuli untuk membantu ekonomi keluarga. Keluarga Ikal yang
kebanyakan tidak bersekolah ini merepresentasikan kelas sosial bawah karena
pendidikannya rendah. Masalah ekonomi menjadi alasan utama para orang tua yang tidak
menyekolahkan anak-anak mereka. Dengan tidak bersekolah, anak-anak dapat membantu
keluarga dengan bekerja. Jika keluarga Ikal sebagian besar tidak mengenyam pendidikan.

4
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa pada novel Laskar
Pelangi, pengarang menggambarkan adanya kelas sosial dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang menempati kelas sosial atas yaitu Penguasa PN beserta jajarannya
sedangkan pekerja rendahan PN dan masyarakat miskin lainnya merupakan kelas sosial
bawah. Kelas sosial ini didasarkan pada tiga aspek, yaitu pekerjaan, penghasilan dan
kekayaan, serta pendidikan.
Saran
Melalui artikel ini, penulis berharap pembaca dapat menambah wawasan dalam memahami
isi dari sebuah novel dari kajian sosiologi dan dapat dijadikan referensi untuk memilah
novel-novel yang baik dan bermutu.

DAFTAR PUSTAKA
Hirata, A. (2005). Laskar Pelangi. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
Insumar, Y.P. & Budiani, M. S. (2014). Hubungan Antara Gaya Hidup dan Kelas Sosial
Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja di SMA Trimurti Surabaya. Character:
Jurnal Penelitian Psikologi., 3(2).
Kompas.com. (2011, 25 September). Novel Laskar Pelangi Tembus Korea Selatan.
https://lifestyle.kompas.com/read/2011/09/25/0515561/novel.laskar.pelangi.tembus.
korea.selatan.
Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.
Prakasita, D. N. & Harianto, S. (2017). Masyarakat Multikultur Perkotaan (Studi Relasi
Antaretnis dalam Kegiatan Ekonomi di Wilayah Perak Surabaya). Paradigma, 5(3).
Rodli, R., Nugraheni, L., & Ediyono, S. (2019). Pemikiran Filsafat Dalam Novel “Gerak-
Gerik” Karya AH. J. Khuzaeni. PENTAS: Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 5(1), 15-23.
Triwijayati, A. (2018). Kelas Sosial vs Pendapatan: Eksplorasi Faktor Penentu Pembelian
Consumer Goods Dan Jasa. Jurnal Ekonomi, 23(2), 155-172.

Anda mungkin juga menyukai