Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PADA BALITA USIA 6-24 BULAN

DI PUSKESMAS BABAKAN SARI KOTA BANDUNG

Ikeu Nurhidayah, M.Kep.,Sp.Kep.An1, Yanti Herawati S.ST., M.Keb2 Ade Mulyana, S.Kep3
123
Program studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung
Jl. Terusan Jakarta No 75 Antapani Bandung

ABSTRAK

Asupan makanan yang kurang disebabkan karena tidak tersedianya makanan secara adekuat yang
dipengaruhi oleh perilaku ibu balita. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2015
sebanyak 986 balita menderita gizi kurang dari keseluruhan jumlah balita 142.186 orang. Faktor status
gizi kurang dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam pemberian makan dengan jenis asupan makanan,
waktu dan frekuensi makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam
pemberian makanan pada balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Babakan Sari Bandung. Jenis
penelitian berupa deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel yang digunakan
yaitu teknik purposive sampling sebanyak 73 orang. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu
kuesioner. Analisis yang dilakukan yaitu berupa distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan
bahwa perilaku ibu dalam pemberian makan didapatkan 71,2% kategori kurang baik. Saran pada
pihak puskesmas dapat memantau pertumbuhan balita dan dapat dijadikan informasi bahwa usia balita
merupakan usia yang perlu diperhatikan khususnya dalam hal asupan makanan.
Food intake is less due to lack of adequate food that is influenced by the behavior of mother
toddler. According to data from the Health Office of Bandung in 2015, 986 children under
five suffered less than the total number of under-fives of 142,186 people. Nutritional status
factors are less influenced by the mother's behavior in feeding with the type of food intake,
time and frequency of food. This study aims to determine the behavior of mothers in the
feeding of children aged 6-24 months at Babakan Sari Health Center Bandung. The research
type is descriptive with cross sectional approach. Population and samples used is purposive
sampling technique as much as 73 people. The research instrument used is questionnaire. The
analysis is a frequency distribution. The results showed that the behavior of mothers in
feeding got 71,2% less good category. Advice on the puskesmas can monitor the growth of
toddlers and can be used as information that the age of the toddler is the age to consider
especially in terms of food intake.

Kata Kunci : Balita, Ibu, Pemberian Makanan, Perilaku


PENDAHULUAN NCHS). Prevalensi ini lebih tinggi dari angka
Masa balita merupakan masa yang tergolong nasional yang tercantum pada SKRT 2015
rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan (Kemenkes RI, 2015).
balita karena pada masa ini balita mudah Gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir di
sakit dan mudah terjadi pada kesehatan balita, semua kabupaten dan kota. Gizi kurang dan
bahkan dapat diketegorikan balita dengan gizi buruk saat ini masih terdapat 110
kondisi sakit (Soetjiningsih, 2012). Pada masa kabupaten/kota dari 440 kabupaten/kota
ini balita usia 6-24 bulan mulai melakukan dengan Prevalensi di atas 30% (berat
aktivitas dengan asupan makanan balita sangat badan menurut umur) (Kemenkes RI, 2015),
penting diperhatikan Karena hingga balita sedangkan data berdasarkan data Dinas
berumur 6-24 bulan, balita masih mengalami Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2015,
perkembangan otak yang dipegaruhi oleh yang menemukan 986 balita menderita gizi
asupan gizi (Hardinsyah, 2014). buruk dari 30 kecamatan dengan jumlah balita
Pemenuhan asupan gizi pada balita 142.186. balita dengan status gizi tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berasal dari keluarga miskin atau
terkait, antara lain asupan makanan yang berpenghasilan rendah, serta hidup di
kurang disebabkan karena tidak tersedianya lingkungan yang kurang sehat. Berdasarkan
makanan secara adekuat, balita tidak cukup wilayahnya, Dinas Kesehatan juga mencatat
mendapat makanan seimbang, pola makan sebanyak 124 balita (3,2%) di Kecamatan
yang salah, serta balita sering menderita sakit. Kiaracondong salah satunya wilayah kerja
Kekurangan konsumsi makanan yang Puskesmas Babakan Sari menderita gizi buruk.
berlangsung lama, kurangnya pengetahuan Berikutnya ada 102 balita (2,62%) di
masyarakat tentang pemeliharaan gizi balita , Kecamatan Bojongloa Kaler dan 46 balita
serta rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, (1,11%) di Kecamatan Sukasari (Dinkes,
selain itu juga dipengaruhi oleh masalah 2015).
ekonomi dan pelayanan kesehatan, serta pola Pemantauan pertumbuhan balita sangat
asuh yang kurang memadai sehingga penting dilakukan untuk mengetahui adanya
berdampak pada meningkatnya jumlah balita gangguan pertumbuhan (growth faltering)
dengan pemberian makanan yang kurang secara dini. Peningkatan peran serta
(Kemenkes, 2010). masyarakat untuk memantau pertumbuhan
Menurut World Health Organization (WHO) bayi dan balita menunjukkan kemajuan yang
tahun 2013 bahwa terdapat sekitar 54% ditandai dengan meningkatnya frekuensi
balita didasari oleh keadaan gizi yang penimbangan dari 45,4% (2007) menjadi
buruk di Indonesia pada tahun 2014 terdapat 49,4% (2010). Kekurangan gizi pada balita,
19,19 % balita gizi kurang dan 8,3 % gizi permasalahan gizi yang lain adalah kurang
buruk. Tahun 2015 Prevalensi status gizi vitamin A (KVA), kurang yodium (gangguan
balita untuk gizi kurang sebesar 19,20% dan akibat kurang yodium/GAKY), anemia gizi
gizi buruk 8,8% (Kemenkes RI, 2015). besi dan kekurangan zat gizi mikro lainnya.
Berdasarkan Riskesdas 2010, Prevalensi Disamping itu, status gizi pada ibu hamil perlu
kekurangan gizi pada balita di Indonesia ditingkatkan karena masih tingginya bayi yang
sebesar 17,9% yang terdiri dari gizi kurang lahir dengan berat badan rendah (kurang dari
sebesar 13% dan gizi buruk sebesar 4,9% 2.500 gram) yaitu sebesar 11,1% (Riskesdas,
dengan disparitas antara provinsi dan antara 2010).
kelompok yang tingkat sosial ekonominya Masalah pemberian makanan pada balita erat
cukup lebar. Kekurangan gizi pada waktu yang kaitannya dengan perilaku ibu, dilihat dari
lama juga menyebabkan kecenderungan kebiasaan yang salah dari perilaku ibu
tingginya Prevalensi balita yang pendek terhadap baik kurangya pemberian makanan
(stunting), yaitu sebesar 35,6 % (Riskesdas, pada balitanya. Kurang gizi pada balita dapat
2010). juga disebabkan oleh perilaku ibu dalam
Hasil penelitan seksi gizi dinas kesehatan di 6 pemilihan bahan makanan yang kurang tepat.
kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada tahun Pemilihan bahan makanan dan tersedianya
2014, menunjukkan bahwa tidak kurang dari jumlah makanan yang cukup dan
17,39% balita kurang gizi (BB/U < -2 SD keanekaragaman makanan dipengaruhi oleh
Media baku WHO-NCHS) dan 8,76% balita tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan
gizi buruk (BB/U < -3 SD Media baku WHO- gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat

2
3

menyebabkan kesalahan pemilihan makanan bahwa 3 orang ibu kurang memperhatikan


terutama untuk balita (Mardiana, 2012). makanan yang dikonsumsi oleh balitanya dan
Balita yang dilahirkan dengan berat badan tidak mempunyai zat gizi yang cukup atau
rendah berpotensi menjadi balita dengan gizi tanpa memperhatikan kandungan makanan
kurang, bahkan menjadi buruk. Gizi buruk seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin.
pada balita akan berdampak pada penurunan Menurut pernyataan ibu, balitanya tidak mesti
tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap balita yang makan 3x sehari karena balitanya kadang
menderita gizi buruk memiliki resiko susah disuruh makan, lebih suka main,
kehilangan IQ 10-13 poin. Dampak yang makanan yang diberikan sesuai selera
diakibatkan lebih jauh lagi adalah balitanya.
meningkatnya kejadian kesakitan dan 3 orang ibu lainya mengatakan bahwa
kematian. Pertumbuhan dan perkembangan terkadang pemberian makan pada balita usia
balita selain diperoleh dari asupan energi dan 6-24 bulan nya hanya asal pemberian makan
protein, beberapa zat gizi mikro diperlukan saja tanpa harus memperhatikan kandungan
terutama untuk produksi enzim, hormon, gizi dalam makanan tersebut, sedangkan 4
pengaturan proses biologis untuk pertumbuhan orang lainya ibu memberikan makan pada
dan perkembangan, fungsi imun dan sistem balita usia 6-24 bulan disesuaikan dengan
reproduktif (Devi, 2010). frekuensi makan orang dewasa yaitu dengan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang jumlah banyak, karena menurut pernyataannya
sesuai dengan catatan Profil Dinas Kota ibu agar balitanya cepat besar dan tidak mudah
Bandung tahun 2014-2015 Puskesmas terserang penyakit.
Babakan Sari diketahui angka kejadian balita Pemberian makan pada balita usia 6-24 bulan
gizi buruknya paling banyak, oleh karena itu tergantung sepenuhnya pada perilaku ibu,
peneliti ingin mengetahui tentang status gizi ketidak tepatan perilaku ibu dalam pemberian
buruk tersebut yaitu pada tahun 2014 dengan makan pada balita usia 6-24 bulan diantaranya
balita usia 6-24 bulan dengan Bawah Garis yaitu memaksakan balita untuk makan,
Merah (BGM) sebanyak 93 balita, kemudian keinginan makan tidak sesuai dengan selera
pada tahun 2015 terjadi peningkatan cakupan makan untuk balita, tidak memberikan
gizi balita sebanyak 73 balita dan persentase makanan lebih dari frekuensi orang dewasa
BGM di puskesmas Babakan Sari adalah 9% atau tidak memberikan makan dengan jumlah
dengan persentase gizi buruk sebesar 1,9%, banyak. Penelitian Ningsih (2015) judul
gizi kurang 7%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan perilaku ibu dengan status gizi
persentase BGM, gizi buruk, dan gizi kurang kurang anak usia Toddler, menemukan hasil
di wilayah kerja puskesmas Babakan Sari perilaku makan ibu memiliki hubungan antara
masih tinggi. Nilai tersebut masih diatas status gizi balita. Ibu diharapkan dapat
standar persentase yang dicanangkan oleh memberikan nutrisi yang seimbang untuk
Kemenkes tahun 2015 yaitu BGM sebesar anak-anak untuk mencegah status gizi kurang
kurang atau sama dengan 1,5%, gizi buruk pada balita.
3%, dan gizi kurang 1,3%. Rentang usia pada balita 6-24 bulan yang
Seiring dengan bertambahnya umur, asupan mengalami gizi kurang. Rata-rata pemenuhan
zat gizi yang lebih rendah dibandingkan terhadap kebutuhan nutrisi balita di Wilayah
kebutuhan, serta tingginya beban Kerja Puskesmas Babakan Sari tersebut masih
penyakit infeksi/BBLR pada awal kehidupan tinggi dari 3% sebagaimana yang dicanangkan
balita, maka sebagian besar balita di oleh Kemenkes RI 2015 harus kurang dari 3%,
Puskesmas Babakan Sari 2% terus mengalami oleh karena itu peneliti tertarik untuk
penurunan status gizi dengan puncak melakukan penelitian di Babakan Sari. Salah
penurunan pada umur kurang lebih 6-24 bulan. satu penyebab gizi buruk pada balita adalah
Pada kelompok umur inilah prevalensi balita praktik pemberian makanan pada balita yang
kurus dan balita pendek mencapai titik tidak tepat. Salah satu penyebab terjadinya
tertinggi. Setelah melewati umur 24 kekurangan gizi pada balita diantaranya yaitu
bulan, status gizi balita umumnya waktu pemberian makan yang tidak tepat, jenis
mengalami perbaikan meskipun tidak asupan makanan yang dikonsumsi dan
sempurna frekuensi serta jumlah makanan yang kurang
Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang tepat untuk asupan gizi kurang.
ibu di Puskesmas Babakan Sari diketahui
4

Adapun alasan peneliti untuk memilih usia Kerja Puskesmas Babakan Sari sebanyak 73
balita 6-24 bulan, karena usia tersebut orang.
merupakan usia yang sangat penting dalam
proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk Sampel
pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan Sampel adalah suatu cara yang ditempuh
dan aktivitas, selain itu usia 6-24 bulan sudah dengan pengambilan sampel yang benar-benar
mulai diberikan makanan tambahan untuk sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian
memenuhi proses tumbuh kembangnya, agar (Nursalam, 2013). Teknik sampel yang
tumbang dapat dipenuhi oleh balita tersebut. digunakan pada penelitian ini yaitu Purposive
Berdasarkan latar belakang diatas, maka Sampling. Pengambialan sampel dengan
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Purposive Sampling, yaitu didasarkan pada
tentang perilaku ibu dalam pemberian suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh
makanan pada balita usia 6-24 bulan di peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
Puskesmas Babakan Sari Bandung tahun 2016. populasi yang sudah diketahui sebelumnya
yaitu menggunakan rumus minimal sampling
METODOLOGI PENELITIAN dengan alasan karena jumlah populasi yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah diketahui maka hendaknya dilakukan
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan perhitungan atas pertimbangan sampel yang
untuk menemukan ada tidaknya hubungan hendak dilakukan yang ditentukan berdasarkan
(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
dilakukan untuk mengetahui dan Inklusi
mendeskripsikan perilaku ibu dalam a. Balita usia 6-24 bulan
pemberian makan pada balita usia 6-24 bulan b. Balita tidak sakit berat
c. Balita tidak sedang mengalami
Pendekatan waktu dalam pengumpulan data penyakit infeksi
menggunakan pendekatan cross sectional, d. Bukan keluarga miskin
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko Instrumen penelitian
dengan efek, dengan cara pendekatan, Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
observasi atau pengumpulan data sekaligus digunakan oleh peneliti untuk mengobservasi,
pada suatu saat (point time approach) mengukur atau menilai suatu fenomena
(Notoatmodjo, 2010). Data yang digunakan (Hidayat, 2012 ). Data yang diperoleh dari
dalam penelitian ini yaitu Perilaku ibu dalam suatu pengukuran kemudian dianalisis dan
pemberian makan pada balita usia 6-24 bulan dijadikan sebagai bukti (evidence) dari suatu
penelitian. Kuisioner adalah suatu bentuk atau
Variabel Penelitian dokumen yang berisi beberapa item
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang pertanyaan atau pernyataan yang dibuat
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada berdasarkan indikator-indikator. Pada
dua macam variabel, yaitu variabel penelitian ini instrumen yang akan digunakan
independen dan variabel dependen (Arikunto, yaitu berupa bentuk kuesioner yang beriisikan
2014). Ada dua macam variabel, yaitu item pertanyaan. Pada penelitian ini terdapat 2
variabel independen merupakan variabel yang variabel dengan kuesioner yang berbeda yaitu
mempengaruhi atau yang menjadi sebab : perilaku ibu dalam pemberian makan pada
perubahannya atau timbulnya variabel balita usia 6-24 bulan terdiri dari 16
dependen (Sugiyono, 2014). Variabel pertanyaan menggunakan skala likert dengan
independen penelitian ini yaitu Perilaku ibu skor jawaban 5=selalu, 4=sering, 3=kadang-
dalam pemberian makan pada balita usia 6-24 kadang, 2=tidak pernah.
bulan
Uji Validitas
Populasi Uji validitas dilakukan untuk menguji
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian ketepatan setiap item dalam mengukur
atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). instrumennya. Teknik uji yang digunakan
Populasi yang menjadi sasaran dalam adalah teknik Korelasi Item-Total melalui
penelitian ini adalah seluruh ibu yang Koefisien Korelasi Product-Moment dengan
memiliki balita usia 6-24 bulan di Wilayah ketentuan : bila r hasil > r tabel, maka
5

pertanyaan yang diuji kevalidannya s2x : Varians skor total


korelasikan dengan skor total seluruh item
Instrumen (Arikunto, 2014). Ketentuan uji reliabilitas pada penelitian ini
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik yaitu 0,6 jika r tbel 0,06 maka dikatakan
korelasi product moment yang dirumuskan reliabel dan jika <0,6 maka tidak reliabel.
sebagai berikut : Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah
dilakukan di Puskesmas Ibrahim Adji dengan
jumlah responden yang diujikan yaitu
sebanyak 30 orang. Hasil uji reliabilitas
Keterangan : menunjukan 0,950>0,6 yang berarti reliabel
rxy: Indeks dua variable yang dikorelasikan dan item pertanyan tersebut sudah layak untuk
X: Skor rata rata dari X digunakan penelitian.
Y: Skor rata rata dari Y (Arikunto, 2010)
Pada uji validitas ini peneliti hanya untuk Teknik Pengolahan Data
kuesioner pemberian makan, yang dilakukan Pada pengolahan data ini peneliti melakukan
di Puskesmas Ibrahim Adjie dengan alasan analisis data terdapat langkah-langkah yang
memiliki karakteristik yang peneliti cari harus ditempuh, diantaranya : Editing data,
seperti ada status gizi buruk, melayani Coding data, Entry data, Cleaning data
kesehatan pada balita. Jumlah yang diujikan
sebanyak 30 orang dengan ketentuan r Analisis Data
tabel0,361 berarti valid dan jika r tabel Analisa data yang merupakan proses
<0,361 berarti tidak valid (Sugiyono, 2014). penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah lebih mudah dibaca dan di interpretasikan
dilakukan di Puskesmas Ibrahim Adji dengan dengan menggunakan statistik, kemudian
jumlah responden yang diujikan yaitu diberikan interpretasi dan membandingkan
sebanyak 30 orang diketahui bahwa nilai r- hasil penelitian dengan teori yang ada. Pada
tabel terendah sebesar 0,443 dan nilai r tabel analisis ini peneliti menentukan terlebih
tertinggi sebesar 0,987 keputusanya hasil r dahulu untuk perilaku ibu dalam pemberian
tabel tersebut tidak ada yang menunjukan makan pada balita usia 6-24 bulan yaitu dari
kurang dari ketentuan nilai baku sebesar jumlah pertanyaan dikalikan skor tertinggi
<0,361 yang artinya adalah seluruh item dibagi dua, dengan alasan pembagian tersebut
pertanyaan valid dan sudah layak untuk ditentukan dari nilai rata-rata jawaban-
digunakan penelitian. jawaban responden yang kemudian
dikategorikan sebagai berikut jika perilaku
Uji Reliabilitas baik skor mean33,6 jika perilaku kurang baik
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan skor mean<33,6 Setelah diketahui nilai hasil
sejauh mana suatu alat pengukur dapat ukur analisa data yang dilakukan dalam
dipercaya atau dapat diandalkan. Uji penelitian ini adalah Analisis Univariat yaitu
reliabilitas dilakukan untuk menguji untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
kehandalan/konsistensi instrument. Item karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
item yang dilibatkan dalam uji reliabilitas umumnya dalam analisis ini hanya
adalah seluruh item yang valid atau setelah menghasilkan distribusi frekuensi dan
item yang tidak valid disisihkan. persentase dari tiap variabel,(Notoatmodjo,
Untuk mengukur reliabilitas secara statistik 2012). Adapun analisis dalam penelitian ini
digunakan koefisien reliabilitas alpha yaitu menggunakan rumus persentase
cornbach yang dirumuskan sebagai berikut: frekuensi sebagai berikut:

= 100%

Dimana : Keterangan :
P : presentase untuk setiap kategori
: Koefisien reliabilitas alpha
f : jumlah setiap kategori
K : Banyaknya item pernyataan
N : jumlah total responden
s2j : Varians skor setiap item
6

HASIL PENELITIAN tindakan ibu akan selalu terkait dengan


Berikut dipaparkan data demografi pada balita kegiatan pemberian makan, yang akhirnya
yang yang dilihat berdasarkan jenis kelamin, akan memberikan sumbangan status gizinya.
berat badan dan tinggi badan dapat terlihat Ibu memainkan peranan penting dalam
pada tabel sebagai berikut : menatalaksanakan pangan atau makanan bagi
Tabel 4.1 Data Demografi Balita dilihat balita. Tanggung jawab ibu-lah seorang balita
dari jenis kelamin, berat badan dan tinggi mendapatkan asupan makanan yang bergizi,
badan (n=73) sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kekurangan
makan dan zat gizi pada masa ini akan mudah
Data demografi balita f % sekali terserang penyakit dan gangguan
Jenis Laki-laki 40 54,8 kesehatan (Ari Istiany dkk, 2013).
Kelamin Perempuan 33 45,2 Perilaku ibu mengenai pemberian makanan
Normal 21 28,8 pada anak merupakan faktor yang menentukan
Berat Kurus 27 37,0 seseorang untuk berperilaku memberikan
Badan Gemuk 24 32,9 makanan yang tepat untuk anak. Makanan
Gemuk sekali 1 1,4 yang tepat untuk anak diberikan agar anak
Pendek 27 37.0 dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Perilaku
Tinggi ibu yang didapat dari interaksi sosial seperti
Normal 25 34.2
Badan lingkungan, dapat dengan mudah
Tinggi 21 28.8
mempengaruhi perilaku ibu dalam
Tabel 4.1 terlihat bahwa status gizi memberikan makanan di rumah. Status
berdasarkan jenis kelamin paling banyak ekonomi pada keluarga akan berpengaruh
didapatkan laki-laki 54,8%, berdasarkan berat terhadap perilaku ibu dalam pemberian
badan rata-rata balita memiliki berat badan makanan yang tepat pada keluarga khususnya
anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik
kurus sebesar 37,0% dan status gizi dilihat
umum responden yang sebagian besar
berdasarkan tinggi badan paling banyak balita
pendek yaitu 37,0%. penghasilan perbulannya dibawah 500.000
Tabel 4.2 Gambaran perilaku ibu dalam sehingga tidak memungkinkan untuk bisa
pemberian makan pada balita usia 6-24 membeli jenis makanan yang bervariasi setiap
harinya.
bulan di Puskesmas Babakan Sari Bandung
(n=73) Berdasarkan wawancara, perilaku ibu dalam
pemberian makanan masih banyak
dipengaruhi oleh keinginan anak mereka. Jika
Perilaku ibu dalam
anak tidak mau makan makanan keluarga dan
pemberian makan f %
lebih memilih makanan camilan, maka ibu
balita
menganggap hal tersebut merupakan hal biasa.
Baik 21 28.8
Hal ini juga didukung dengan perilaku ibu
Kurang Baik 52 71.2
dalam memilih makanan camilan untuk anak,
pembelian camilan seperti makanan ringan,
Tabel 4.2 terlihat perilaku ibu dalam cilok atau kerupuk dianggap dapat
pemberian makan pada balita usia 6-24 bulan menggantikan posisi makanan utama karena
di Puskesmas Babakan Sari Bandung anak akan merasa kenyang.
menunjukan 71,2% kurang baik. Hal ini didukung dengan penelitian Cholic
(2009) bahwa perilaku ibu dalam memilih
Pembahasan makanan anak banyak dipengaruhi oleh
Perilaku ibu dalam pemberian makan anaknya. Sehingga perilaku ibu berhubungan
pada balita usia 6-24 bulan di Puskesmas dengan perilaku yang salah dalam pemberian
Babakan Sari Bandung makan pada anaknya. Hal tersebut sesuai
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan dengan karakteristik toddler yaitu nafsu makan
bahwa perilaku ibu dalam pemberian makan anak seringkali berubah, biasanya anak
pada balita usia 6-24 bulan di Puskesmas menyukai jenis makanan tertentu, dan anak
Babakan Sari Bandung menunjukan 71,2% cepat bosan.
kurang baik. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku Sejalan dengan hasil penelitian Padrosi (2009)
ibu kurang baik karena tindakan yang nyata tentang Perilaku Ibu dalam Pemberian
seperti pola asuh makan balita, karena Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang
7

dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Sehingga dapat mempengaruhi perilaku ibu
Perumnas Simalingkar Medan. Hasil dalam memberikan makanan pada balita usia
penelitiannya menunjukan Waktu pemberian 6-24 bulan dengan tepat, sehingga balita
makanan dan air putih (100%) diberikan pada mendapatkan gizi cukup dan seimbang
pagi, siang dan sore hari, serta (93,5%) pada
selingan pagi dan selingan siang. Ibu SIMPULAN
memberikan nasi tim pada pagi (15,2%), Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
siang (10,8%), dan sore (13%). Frekuensi perilaku ibu dalam pemberian makan pada
makanan tambahan yang diberikan ibu balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Babakan
adalah susu formula (76,1%) dan air putih Sari Bandung menunjukan 71,2% yaitu kurang
(84,6%) setiap hari, makanan pokok baik.
(23,9%), nasi tim (19,5%), dan sayur hijau
(13%) setiap hari, serta pisang (6,5%) 1-2 Saran
kali seminggu. 1. Bagi Puskesmas
Ibu yang mempunyai perilaku baik mengenai Diharapkan pada pihak puskesmas dapat
pemberian makanan yang tepat pada anak memantau pertumbuhan balita dan dapat
akan berbanding lurus dengan perilakunya. dijadikan informasi bahwa usia balita
Untuk dapat mempengaruhi perilaku, perilaku merupakan usia yang perlu diperhatikan
mempunyai tiga komponen yang dapat khususnya dalam hal asupan makanan.
membentuk perilaku dan dipengaruhi dengan 2. Bagi Tenaga Kesehatan
pengetahuan, pikiran, keyakinan serta emosi. Diharapkan tenaga kesehatan dapat
Namun perilaku belum tentu langsung dapat memberikan penyuluhan tentang status gizi
terwujud dalam suatu tindakan, diperlukan pada balita, sehingga ibu sadar gizi yang
faktor pendukung seperti keluarga sehingga diperlukan balita dan dapat diperhatikan
dapat mewujudkan suatu tindakan. Perilaku dari jenis pemberian makan, waktu dan
merupakan reaksi ataupun respon yang masih frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh
tertutup terhadap suatu stimulus ataupun balita.
objek, adanya kecenderungan untuk 3. Penelitian selanjutnya
bertingkah laku dan berinteraksi terhadap Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
suatu objek yang ada di lingkungan agar melakukan penelitian lebih lanjut
(Notoatmodjo, 2010). Namun tidak di setiap tetang status gizi pada balita dengan
tindakan bisa dijumpai perilaku yang sesuai variabel yang berebeda yaitu faktor-faktor
dengan tindakannya. Perilaku akan diikuti yang mempengaruhi perilaku ibu balita
atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan dalam pemberian makan seperti faktor
pada sedikit atau banyaknya pengalaman pengetahuan, perilaku , pendidikan, usia
seseorang. dan tingkat pekerjaan.
Hasil kuesioner terkait perilaku ibu yaitu ibu
tidak memaksa balita untuk makan, sehingga DAFTAR PUSTAKA
asupan makanan yang diterima oleh balita Alimul, A. A, 2012. Pengantar Ilmu
kurang, dan ibu hanya memberikan makan, Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
ketika balita ingin makan saja. Menurut Kebidanan, Jakarta: Salemba
pernyataan ibu, balitanya tidak mesti makan Medika.
3x sehari karena balitanya kadang susah Almatsier, 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
disuruh makan, lebih suka main, dan ibu hanya PT Gramedia. Bandung.
memberikan makanan sesuai selera balitanya
tanpa mengetahui zat protein yang terkandung Ari Istiany dkk, 2013. Gizi Terapan
dalam makanan itu. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan
Disarankan agar petugas kesehatan dapat Imunisasi Dasar pada Balita. EGC :
memberikan penyuluhan kepada ibu tentang Jakarta.
faktor risiko pemberian makan yang kurang
baik akan memepengaruhi status gizi pada Arikunto, 2014. Metode Penelitian
balita sehingga balita yang mempunyai status Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi
gizi kurang, ibu dapat meperhatikan dari jenis Aksara.
pemberian makan, waktu dan frekuensi
makanan yang dikonsumsi oleh balita.
8

Candra, 2013. Pedoman Imunisasi di


Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Notoatmodjo, 2010. Ilmu Kesehatan
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Indonesia.
Notoatmodjo, 2014. Pendidikan dan
Devi, 2010. Buku Imunisasi di Indonesia. Perilaku Kesehatan.Jakarta. Rhineka
Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI Cipta

Dinkes, 2015. Data Cakupan Imunisasi Notoatmodjo, 2012. Perilaku Kesehatan


Tahun 2014-2015. Jakarta. Rhineka Cipta

Ernawati, 2012. Gizi Anak Dan Imunisasi. Novita, 2011. Determinan Perilaku. Jakarta
EGC : Jakarta. : EGC.

Franciska, 2011. Perbandingan Perilaku Nuh, 2013. Tingkatan Pendidikan. Jakarta :


Konsumtif. Jakarta PT Rieneka EGC.

Gabriel, 2008. Penimbangan Berat Badan Nursalam, 2013. Manajemen Keperawatan


Dan Imunisasi. EGC : Jakarta. Edisi 3: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta:
Hidayat, 2012. . Metode Penelitian Salemba Medika.
Keperawatan dan Tekhnik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan
Edisi 4: Aplikasi Dalam Praktik
Hardinsyah, 2014. Komposisi Bahan Keperawatan Profesional. Jakarta:
Makanan. Jakarta : EGC Salemba Medika.

Jafar, 2010. Gizi Seimbang Pada Balita. Riskesdas, 2010. Riset Kesehatan Dasar
Jakarta : EGC. tentang Imunisasi tahun 2010.

Kemenkes RI 2014. Modul Pelatihan Sediaoetama, 2000 dalam Ernawati, 2012


Tenaga Pelaksana Imunisasi
Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI. Sediaoetama, 2014. Ilmu Gizi untuk
Mahasiswa Analisis Faktor yang
Kemenkes RI, 2015. Latihan dalam Mempengaruhi KinerjaPetugas
pelaksanaan Imunisasi. Jakarta : Imunisasi. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI.
Soekanto 2002 dalam Yusrizal 2008.
Kemenkes, 2010. Tatalaksana Imunisasi. Pengaruh Infeksi Brugia Malayi Dan
Jakarta : Kemenkes RI. Imunisasi Protein. Jakarta : EGC.

Kemenkes, 2011. Program Imunisasi Wajib Soekanto, 2012. Sosiologi suatu Pengantar.
untuk Balita. Kemenkes RI. Jakarta: P.T.Raja. Grafindo.

Koalisi Fortifikasi Indonesia, 2011. Status Soekirman, 2011. Ilmu Gizi dan
Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak. Aplikasinya. Jakarta : Direktorat
Jendral.
Lusa, 2009. Gizi Buruk Pada Balita. Jakarta
: EGC. Soekirman, 2013. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya Edisi Revisi. Jakarta :
Mardiana, 2012. Pemilihan Makanan dan Direktorat Jendral.
Jumlah Makanan. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih, 2012. Aplikasi Kartu Menuju
Maulana, 2009. Perilaku Ibu Dalam Sehat (KMS). . Jakarta : Direktorat
Imunisasi. Jakarta : EGC. Jendral.
9

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta.

Suhardjo, 2013. Perencanaan Pangan Dan


Gizi. Jakarta. Bumi Aksara.

Supariasa, 2012. Penilaian Status Gizi.


Jakarta. Penerbit Buku. Kedokteran
EGC.

Supartini, 2013. Buku Ajar Konsep Dasar


Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wahyuningsih, 2011. Koalisi Fortifikasi


Indonesia. Jakarta: EGC.

Wartonah, 2012. Kebutuhan Dasar


Manusia dan Proses keperawatan,
Edisi 3, Jakarta.

Winarno 1990 dalam Ernawati 2012.


Hubungan Faktor Sosial Ekonomi,
Higiene Sanitasi Lingkungan,
Tingkat Konsumsi Dan Infeksi
Dengan Status Gizi Anak Usia 2
Sampai 5 Tahun Di Kabupaten
Semarang. Diunduh dari
https://core.ac.uk. Diakses pada
tanggal 12 September 2016.

Wulandari, 2015. Perilaku Ibu Dalam


Pemberian Makanan Terhadap Status
Gizi. Diunduh dari
http://stikespemkabjombang.ac.id.
Diakses pada tanggal 12 September
2016.

Anda mungkin juga menyukai