Disusun oleh :
SASONGKO
NPM. 250120160026
1. Latar Belakang
Kanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam Mochamad Indrawan dkk
(2007), adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem yang
membentuk lingkungan hidup. Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati
dunia dan dikenal sebagai negara megabiodiversity. Keanekaragaman hayati yang tinggi
tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat serbaguna dan
mempunyai manfaat yang vital dan strategis, sebagai modal dasar pembangunan nasional,
serta merupakan paru-paru dunia yang mutlak dibutuhkan baik pada masa kini maupun pada
masa yang akan datang (Suhartini, 2009). Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 5
Tahun 1994 tentang keanekaragaman hayati, yang menjelaskan bahwa keanekaragaman
hayati yang dimiliki Indonesia merupakan aset bangsa yang tak ternilai dan perlu
dilestarikan melalui perlindungan dan pemanfaatan secara berkelanjutan, yang meliputi :
konservasi, pemanfaatan berkelanjutan atas komponen keanekaragaman hayati, akses, serta
pembagian keuntungan yang adil terhadap daya dan jasa bagi kehidupan manusia.
Data Bappenas (2003) memperkirakan terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di
Indonesia, sedangkan untuk keanekaragaman hewan bertulang belakang diantaranya 515
jenis hewan menyusui (39% endemik), 511 jenis reptilia (30% endemik), 1531 jenis burung
(20% endemik) dan 270 jenis amphibi (40% endemik). Untuk tumbuhan, Indonesia
diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia atau
merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies,
40% merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Memperkuat hal tersebut, Supriatna
(2008) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang menempati
urutan keempat dunia untuk keanekaragaman dunia tumbuhan (38.000 jenis). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999, dinyatakan bahwa terdapat tidak kurang dari 58
spesies tumbuhan yang termasuk kedalam 6 famili termasuk kategori dilindungi,
diantarannya yaitu keluarga talas-talasan (miss. Amorphohalus titanum), palem
(Ceratolobus glaucencens), anggrek (Phalaenopsis javanica), kantong semar (Nephenthes
spp.), bunga patma (Rafflesia spp) dan meranti (Shorea spp.).
1
Pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh untuk mengelola keanekaragaman hayati
dilakukan melalui dua cara, yaitu : 1) Usaha pelestarian habibat asli (in situ), yang
merupakan upaya pelestarian di habibat asli. Contoh pelestarian habibat asli adalah taman
botani yang melindungi tanaman beraneka ragam; 2) Usaha di luar habibat asli (ex situ),
merupakan konservasi yang dilakukan di luar habibat asli. Contoh pelestarian di luar habibat
asli adalah kebun binatang, kebun botani yang melindungi aneka tumbuhan, dan plasma
nuftah yaitu kumpulan flora dan fauna yang terdapat di alam dan masih membawa sifat-sifat
yang asli.
Dalam konteks pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, terutama kebutuhan akan pangan,
maka keberadaan pasar, khususnya pasar tradisional merupakan hal yang penting. Hal ini
dikarenakan di dalam pasar tradisional terdapat berbagai macam komoditas pertanian yang
beranekaragam, mulai dari sayuran, buah-buahan, tanaman rempah, maupun tanaman obat.
Untuk dapat menganalisa secara lebih detail dan menyeluruh terhadap keanekaragaman
hayati tanaman yang ada di pasar, maka perlu dilakukan survey secara langsung ke pasar
tradisional, yaitu Pasar Haur Pancuh. Dengan melakukan kegiatan survey ini diharapkan
dapat diketahui secara lebih mendalam dan terperinci terhadap berbagai hal yang terkait
dengan komoditas pertanian yang ada, sekaligus menginventarisir berbagai kenekaragaman
hayati tanaman yang ada di pasar tradisional.
2. Tujuan
Makalah ini disusun dalam upaya untuk mengetahui sekaligus menginventarisasi secara
menyeluruh berbagai jenis keanekaragaman hayati dalam bentuk komoditas pertanian yang
diperdagangkan di pasar tradisional, yaitu di Pasar Haur Pancuh. Mengingat jumlah dan jenis
komoditas yang ada sangat beraneka ragam, maka survei pasar dilakukan hanya terbatas
pada komoditas pertanian (sayur, buah, tanaman obat, rempah-rempah/bumbu).
2
II. PEMBAHASAN
3
Karakteristik komoditas pertanian di Pasar Haur Pancuh
4
Selain itu, guna lebih mempertajam penelaahan komoditas, kegiatan survey dilakukan secara
berkelompok sebanyak 4 orang, dengan masing-masing personel fokus terhadap suatu jenis
golongan komoditas, yaitu :
Sasongko (buah-buahan),
Dwi Rama Nugraha (sayur-sayuran dan buah-buahan),
Lukmanul Hakim (sayur-sayuran), dan
Tubagus Angga (tanaman rempah).
Dari hasil survey berkelompok tersebut, telah
berhasil diinventarisasi lebih dari 90 macam
keanekaragaman hayati tanaman yang merupakan
hasil komoditas pertanian. Selanjutnya berbagai
macam informasi tersebut disusun dan
dikelompokkan berdasarkan tabel penggolongan
3. Karakteristik Komoditas
a. Inventarisasi komoditas
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terhadap 30 pedagang, maka secara terperinci
berbagai macam komoditas pertanian yang diperdagangkan di Pasar Haur Pancuh tersebut
dapat diinventarisir, sebagai berikut :
Tabel 1. Inventarisasi Komoditas Pertanian di Pasar Haur Pancuh
NAMA JENIS
GOLONGA ASAL
NO N JUMLAH HARGA
BARANG
NAMA
NAMA ILMIAH
INDONESIA
Cucumis melo var. reticulat
1 Melon Buah Banyak 15.000 / kg Ngawi
us
2 Semangka Citrulluslanatu Buah Banyak 8.000 / kg Malang
5
Buah naga
7 Hylocereusspp. Buah Sedang 25.000 / kg Ps. Caringin
merah
8 Alpukat Persea americana Mill. Buah Sedikit 15.000 / kg Ps. Caringin
Mangga Mangiferaindica L.
9 Buah Sedikit 20.000 / kg Ps. Caringin
Indramayu kultivar Indramayu
8.000 /
10 Nenas Ananas comosus (L.) Merr. Buah Sedikit Ps. Caringin
buah
11 Baby kol Brassicaoleracea Sayuran Sedikit 10.000 / kg Lembang
6
33 Jeruk kino Citrusreticulata Buah Sedikit 22.000 / kg Ps. Caringin
Jeruk Citrus nobilis var.
34 Buah Sedikit 15.000 / kg Ps. Caringin
pontianak microcarpa
35 Jeruk medan Citrussinesis (L) Buah Sedikit 20.000 / kg Ps. Caringin
SallacaedulisReinw cv
36 Salak pondoh Buah Banyak 10.000 / kg Ps. Caringin
Pondoh
37 Papaya Carica papaya L. Buah Banyak 10.000 / kg Ps. Caringin
Pisang raja
38 Musaspp. Buah Banyak 15.000 / kg Ps. Caringin
cere
Pisang raja
39 Musa spp. Buah Banyak 10.000 / kg Ps. Caringin
bulu
Bawang
40 Allium cepa L. Bumbu Banyak 20.000 / kg Ps. Caringin
Bombay
41 Bawang putih Allium sativum L. Bumbu Banyak 60.000 / kg Ps. Caringin
Allium cepa var. aggregatu
42 Bawang merah Bumbu Banyak 30.000 / kg Ps. Caringin
m L.
43 Cabe keriting Capsicum annuum L. Bumbu Banyak 30.000 / kg Ps. Caringin
Cabe rawit
44 Capsicum frutescens L. Bumbu Sedang 60.000 / kg Ps. Caringin
merah
Cabe rawit
45 Capsicumspp. Bumbu Banyak 50.000 / kg Ps. Caringin
hijau
46 Cabe tanjung Capsicumspp. Bumbu Sedikit 50.000 / kg Ps. Caringin
49 Petai Parkia speciosa Hassk. Buah Sedikit 7.000 / biji Ps. Caringin
7
59 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Sayuran Banyak 15.000 / kg Ps. Andir
60 Kangkung Ipomoea reptana Poir. Sayuran Banyak 2.000 / ikat Ps. Andir
82 Lengkuas Alpinia galanga (L.) Sw. Bumbu Sedang 8.000 / kg Ps. Andir
Raphanus sativus var. hort
83 Lobak Sayuran Sedang 8.000 / kg Ps. Andir
ensis L.
84 Seledri Apium graveolens L. Bumbu Sedang 15.000 / kg Ps. Andir
8
Brassicaoleraceavar.
85 Kembang kol Sayuran Sedang 15.000 / kg Ps. Andir
Botrytis
86 Jahe Zingiber officinale Rosc. Bumbu Sedang 20.000 / kg Ps. Andir
24%
37% Buah
Sayuran
39% Rempah (bumbu)
9
c. Proporsi asal pasokan komoditas
Berdasarkan asal daerah pasokan, umumnya berbagai komoditas tersebut berasal dari
wilayah di sekitar bandung, terutama wilayah Lembang dan Kabupaten Bandung Barat,
namun ada juga beberapa komoditas yang didatangkan dari Kabupaten Sumedang dan
Kabupaten Garut. Namun untuk buah-buahan ada pula yang didatangkan dari Timur. Secara
umum, hampir seluruh komoditas yang diperjualbelikan di pasar ini merupakan komoditas
lokal, hal ini terkait dengan daya beli masyarakat dan tingginya ketersediaan komoditas di
Kota Bandung dan sekitarnya.
Pasokan komoditas yang diperjual belikan di
Pasar Haur Pancuh, sebagian besar didatangkan
dari Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk
Gede Bage, hal ini karena harga komoditas di
pasar induk tersebut relatif lebih murah dan
biaya transportasi yang cukup ekonomis.
Mengingat bahwa para penjual memasok barang dagangan dari pasar lain, maka lokasi asal
komoditas yang dijual itu berasal tidak diketahui secara pasti, hanya jenis dan varietasnya
saja yang secara umum diketahui oleh para pedagang.
10%
Pasar Induk Caringin
30%
60% Pasar Andir
Lainnya
d. Harga penjualan
Dari sisi harga, umumnya beberapa komoditas memiliki harga yang relatif sama untuk
seluruh lapak, dan walaupun terdapat perbedaan harga untuk komoditas yang sama di lapak
yang berbeda, selisih harganya masih dalam batas kewajaran.
10
Kenaikan harga untuk setiap komoditas umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Kelangkaan komoditas. Untuk komoditas yang sedang musim atau panen raya,
umumnya relatif lebih murah karena pasokan berlimpah.
2. Lokasi asal komoditas. Semakin jauh lokasi asal dari suatu komoditas, maka harganya
akan semakin mahal
3. Komoditas impor. Umumnya komoditas import memiliki harga yang lebih tinggi,
karena umumnya memiliki kualitas yang lebih baik, terutama tampilan fisik.
4. Jenis moda transportasi yang digunakan untuk mengangkut komoditas tersebut.
5. Spekulasi pedagang. Kecenderungan pedagang untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya sehingga harga yang ditawarkan ke konsumen lebih tinggi
dibandingkan harga kisaran.
19%1%
< 20.000
20.000 - 40.000
80%
> 40.000
e. Ketersediaan pasokan
Setiap komoditas memiliki karakteristik yang berbeda-beda, salah satunya dalam hal
ketersediaan. Dari hasil survei yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa untuk beberapa
11
macam sayuran dan buah ada yang memiliki jumlah pasokan yang sedikit, yang diakibatkan
karena belum tibanya masa panen.
Secara umum dapat disampaikan ketersediaan yang paling banyak dan yang paling sedikit
dari buah-buahan dan sayuran adalah, sebagai berikut :
Tabel 2. Komoditas pertanian dengan pasokan paling banyak dan paling sedikit
Komoditas buah dengan jumlah banyak
1. Melon
2. Pisang tanduk
3. Pepaya
Komoditas buah dengan jumlah sedikit
1. Klengkeng
2. Alpukat
3. Pir jambu
Komoditas sayuran dengan jumlah banyak
1. Tomat
2. Sawi putih
3. Kangkung
Komoditas sayuran dengan jumlah sedikit
1. Tauge pendek
2. Melinjo
3. Jamur hitam
Komoditas rempah dengan jumlah banyak
1. Merica
2. Kunyit
3. Jeruk nipis
Komoditas rempah dengan jumlah banyak
1. Cabe gendot
2. Bawang daun
3. Daun salam
12
III. KESIMPULAN
1. Berbagai keanekaragaman hayati tanaman yang ada di alam harus dijaga kelestariannya,
mengingat bahwa di dalam mendukung kelangsungan hidup dan memenuhi kadar
asupan gizi, setiap manusia sangat tergantung dari adanya keanekaragaman hayati,
khususnya pada komoditas tanaman (sayur, buah, dan rempah).
2. Dengan adanya pasar tradisional akan memberikan akses yang memudahkan
masyarakat dalam mencari komoditas pertanian yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan
di dalam pasar tersedia berbagai macam keanekaragaman hayati tanaman.
3. Dari hasil survey yang dilakukan, dapat disampaikan bahwa golongan sayuran
merupakan yang paling banyak ditemui (39%), untuk asal pasokan komoditas paling
banyak berasal dari Pasar Caringin (60%). Selanjutnya, dari sisi harga disimpulkan
bahwa untuk golongan sayuran yang paling banyak memiliki kisaran harga per kilo atau
per ikat sebesar < Rp 20.000 adalah sebanyak 80%, sedangkan untuk golongan buah-
buahann yang paling banyak memiliki kisaran harga per kilo sebesar Rp 20.000-40.000
adalah sebanyak 60%, dan untuk golongan rempah yang paling banyak memiliki kisaran
harga per kilo sebesar Rp 20.000-40.000 adalah sebanyak 60%.
4. Mengingat komoditas pertanian memiliki sifat yang mudah rusak, maka nilai jual dan
pasokan ketersediaan yang ada sangat dipengaruhi oleh cuaca, waktu dan proses
penanganan. Untuk komoditas sayuran memiliki resiko kerusakan (layu/busuk) yang
lebih cepat jika dibandingkan dengan buah-buahan dan tanaman rempah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2003. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan. Dokumen Nasional
Bappenas. Jakarta.
http://ariffadholi.blogspot.co.id/2009/10/keanekaragaman-sumber-pangan.html, diakses
tanggal 4 Mei 2017.
http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2008/06/konvensi-keanekaragaman-hayati/, diakses
tanggal 4 Mei 2017.
Jatna Supriatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Mochamad Indrawan, Richard B Primack dan Jatna Supriatna. 2007. Biologi Konservasi.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Sastrapradja, S. D. 1992. Sarasehan Plasma Nutfah dan Sistem Nasional Penanganannya.
Yogyakarta, 7 9 Nopember 1990. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional. Bogor.
Suhartini. 2009. Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang
Pembangunan yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pendidikan
dan Penerapan MIPA.Fakultas MIPA. UNY. Yogyakarta.
Tobing I. 2004. Manajemen Kenaekaragaman Hayati di Indonesia. Makalah Seminar dan
lokakarya Perkembangan Ilmu-ilmu Hayati di Perguruan Tinggi di Indonesia, dan
Penerapannya Dalam Masyarakat 24 Pebruari 2004 di ITB. Bandung
Republik Indonesia. 1994. Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati. Lembaran
Negara RI Tahun 1994, No. 41. Sekretariat Negara. Jakarta.
14